Professional Documents
Culture Documents
mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air
suling.
Menurut FI IV, solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut
secara kimia maupun fisika ke dalam bahan cair. Larutan dapat digolongkan menjadi larutan
langsung (direct) dan larutan tidak langsung (indirect).
Larutan langsung adalah larutan yang terjadi semata-mata karena peristiwa fisika,
bukan peristiwa kimia. Misalnya, NaCl dilarutkan ke dalam air atau KBr dilarutkan ke dalam
air, jika pelarutnya (air) diuapkan, maka NaCl atau KBr diperoleh kembali.
(http//www.larutan blogspot)
Larutan tidak langsung adalah larutan yang terjadi semata-mata karena
peristiwa kimia bukan peristiwa fisika. Misalnya jika Zn ditambahkan H 2SO4, maka akan
terjadi reaksi kimia menjadi larutan ZnSO4 yang tidak dapat kembali menjadi Zn dan H 2SO4.
(http//www.larutan blogspot)
Suatu larutan dapat pula digolongkan menjadi larutan mikromolekuler, miseler dan
makromolekuler tergantung ukuran molekul atau ion yang terlarut. (anonim.2011)
Menurut FI IV, bentuk sediaan larutan dapat digolongkan menurut cara pemberiannya,
yaitu larutan oral dan larutan topikal, atau digolongkan berdasarkan sistem pelarut dan zat
terlarut.
Penggolongan sediaan larutan menurut cara pemberiannya:
1. Larutan Oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran kosolven-air.
a. Sirop adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirop
simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa)
b.Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut). Untuk
mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan sebagai pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain
seperti gliserin dan propilenglikol. (http//www. Larutan blogspot)
2. Larutan topical adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi seringkali mengandung
pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan
lidokain oral topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut. (http//www.larutan
blogspot)
Kerugian:
1. Volume bentuk larutan lebih besar.
2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.
3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.\
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
Beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut:
1. Suhu dan tekanan
Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila dilarutkan (panas larutan negatif) yang
menyebabkan bila suhu dinaikkan terjadi peningkatan kelarutan bahan kimia. Tetapi sebagian
kecil bahan kimia ada juga berkurang kelarutannya karena kenaikan suhu (panas larutan
positif) contohnya kalsium hidroksida, kalsium hypophospat.
2. Ukuran partikel.
Semakin kecil ukuran partikel akan semakin luas permukaan yang kontak dengan pelarut
sehingga makin cepat proses melarut.
3. Pengadukan.
Semakin kuat pengadukan akan semakin banyak pelarut tak jenuh yang bersentuhan dengan
obat, sehingga makin cepat terbentuk larutan
4. Polaritas.
Molekul sejenis akan saling berikatan. Senyawa organik lebih mudah larut dalam pelarut
organik. Molekul bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar juga, begitu juga
sebaliknya.
5. Konsolven
Komposisi campuran pelarut menentukan kelarutan zat terlarut.
6. Salting out
Kelarutan suatu garam dalam air dapat berkurang karena penambahan suatu garam yang lebih
baik sifat kelarutannya. Contohnya larutan garam quininum dan papaverium dapat berkurang
kelarutannya oleh penambahan kalium, natrium atau ammonium halogenida
7. Salting in
Peningkatan kelarutan bahan organik pada saat penambahan garam.
8. Berat molekul
Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya berat molekul.
9. PH pelarut
Asam lemah atau basah lemah bereaksi dengan baik dengan asam kuat maupun basa kuat
membentuk garam yang dapat larut dengan air. (http//www.larutan blogspot)
PENGERTIAN SUPPOSITURIA
A. Pengertian
Menurut FI edisi III, hal 32
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut,
melemak atau meleleh pada suhu tubuh.
Menurut Farmakope Indonesia ed. IV
suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Menurut R.Voight, hal 281
Suppositoria adalah sediaan berbentuk silindris atau kerucut, berdosis atau berbentuk mantap. Yang ditetapkan
untuk dimasukkan kedalam rectum, sediaan ini melebur pada suhu tubuh atau larut dalam lingkungan berair.
Menurut Lachman, hal 1147
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan obat padat yang umumnya dimasukkan kedalam rectum, vagina dan
jarang digunakan di uretra.
Menurut DOM Martin, hal 834
Suppositoria adalah sediaan padat yang dugunakan melalui bagian tubuh yaitu vagina, rectum dan uretra.
Menurut RPS, hal 1609
Suppositoria adalah bentuk sediaan padat dengan bentuk bervariasi, biasa untuk pengobatan dilakukan dengan
diselipkan dengan suppositoria melunak, melebur dalam cairan tubuh, melalui vagina, rectum dan uretra.
Menurut Parrot hal 382
Suppositoria adalah bentuk sediaan tunggal yang dimasukkan kedalam dubur, vagina dan uretra.
Menurut Scovilles hal 367
Suppositoria adalah sediaan obat padat yang diselipkan melalui vagina dan uretra.
B. Sediaan
Suppositoria vaginal (ovula) umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat
dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin
tergliserinasi.
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat
lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi,
minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul, dan ester asam lemak polietilen
glikol.
Bahan dasar suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat terapetik. Lemak coklat
cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu menghambat difusi
obat yang larut dalam lemak pada tempat diobati. Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk
beberapa antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada
nonionik, agar diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun obat bentuk nonionik dapat dilepas dari
bahan dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan polietilen glikol, bahan dasar ini
cenderung sangat lambat larut sehingga menghambat pelepasan. Bahan pembawa berminyak seperti lemak
coklat jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena membentuk residu yang tidak dapat diserap, Sedangkan
gelatin tergliserinasi jarang digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan penggantinya
(lemak keras) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti pada sediaan untuk hemoroid internal.