Professional Documents
Culture Documents
PERITONITIS
Oleh
Kelompok 8A
AGUSTUS 2016
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
PERITONITIS
Topik : Peritonitis
A. Tujuan Instruksional
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, peserta dapat memahami
tentang konsep peritonitis dan pencegahannya.
Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu :
1. Peserta mengetahui pengertian peritonitis
2. Peserta mengetahui klasifikasi peritonitis
3. Peserta mengetahui penyebab peritonitis
4. Peserta mengetahui tanda dan gejala peritonitis
5. Peserta mengetahui komplikasi peritonitis
6. Peserta mengetahui penatalaksanaan peritonitis
7. Peserta mengetahui pencegahan peritonitis
C. Kegiatan Penyuluhan
Tahap dan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Pasien
Waktu
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
5 menit 2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan dengan baik
3. Menjelaskan sub topik yang akan 3. Mendengarkan dengan
dibahas seksama
4. Menjelaskan maksud, tujuan, dan
kontrak waktu
Penyajian 1. Menjelaskan pengertian 1. Mendengar dengan seksama
20 menit 2. Memperhatikan dengan baik
peritonitis
3. Bertanya
2. Menjelaskan klasifikasi
peritonitis
3. Menjelaskan penyebab peritonitis
4. Menjelaskan tanda dan gejala
peritonitis
5. Menjelaskan komplikasi
peritonitis
6. Menjelaskan penatalaksanaan
pertonitis
7. Menjelaskan pencegahan
peritonitis
Penutup 1. Memberikan kesempatan peserta 1. Bertanya jika ada yang belum
5 menit
untuk bertanya mengerti
2. Memberikan pertanyaan kepada 2. Menjawab pertanyaan
3. Mendengar dengan seksama
peserta
4. Menjawab salam penutup
3. Menyimpulkan kegiatan
penyuluhan
4. Mengucapkan salam penutup
D. Evaluasi:
1. Evaluasi Terstruktur
a. Meminta perizinan kepada kepala ruang dan petugas ruang tunggu
untuk mengadakan penyuluhan
b. Meminta keluarga yang ada di ruang tunggu untuk mengikuti proses
penyuluhan.
c. Penyuluh menyiapkan SAP, materi dan media pembelajaran berupa
power point
2. Evaluasi Proses
Peserta terlihat antusias dan kooperatif. Proses penyuluhan berjalan lancar
dan dalam keadaan kondusif.
3. Evaluasi Hasil
Pelaksanaan pre dan post test terlaksana dengan baik. Peserta dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh. Peserta mampu
menguasai 80% materi tentang konsep peritonitis serta pencegahannya.
E. Materi
(Terlampir)
F. Daftar Pustaka
1. Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8
vol.3. EGC. Jakarta
2. Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta:
EGC
3. Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
4. Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja,
atau di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
5. Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
6. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
7. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
8. Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
9. Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
10.
11. MATERI PERITONITIS
1. Pengertian peritonitis
12. Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang
melapisi rongga abdomen (Corwin, 2000)
2. Penyebab
16. Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas
penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis
pada organviseral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah
terapi awal yang adekuat). Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan
menjadi peritonitis infektif (umum) dan abses abdomen (lokal).
17. Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari
penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous
bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan
karena infeksi intraabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites
akibat penyakit hati kronik. Kira - kira 10-30% pasien dengan sirosis hepatis
dengan ascites akan berkembang menjadi peritonitis bakterial.
18. Peritonitis primer disebabkan oleh penyebaran infeksi dari darah dan
kelenjar getah bening ke peritoneum. Jenis jarang peritonitis - kurang dari 1% dari
semua kasus peritonitis primer.
19. Jenis yang lebih umum dari peritonitis, yang disebut peritonitis
sekunder, disebabkan infeksi ketika datang ke peritoneum dari gastrointestinal atau
saluran bilier. Kedua kasus peritonitis sangat serius dan dapat mengancam
kehidupan jika tidak dirawat dengan cepat.
20. Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi
appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling
sering kolon sigmoid) akibat divertikulitis, volvulus, kanker serta strangulasi kolon
asenden (usus halus).
21. Penyebab iatrogenik umumnya bersal dari trauma saluran cerna
bagian atas termasuk pankreas, saluran empedu dan kolon juga dapat terjadi dari
trauma endoskopi. Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab
tersering terjadinya peritonitis. Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi
non infeksi, insiden peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi
seharunsnya kurang dari 2 %. Operasi untuk penyakit inflamasi (misalnya
apendisitis, diventikulitis, kolesistitis) tanpa perforasi beresiko kurang dari 10%
terjadi peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Resiko terjadinya peritonitis
sekunder dan abses makin tinggi dengan adanya terlibatan duodenum, pancreas
perforasi kolon, kontaminasi peritoneal, syok perioperatif, dan transfusi yang pasif.
22. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan
merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, Nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire, muka penderita yang mula-mula
kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin.
23.
3. Tanda dan Gejala Peritonitis
24. Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu
demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi
hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum
maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa
tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari
palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada wanita
dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic
inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu
pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan
steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran
(misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan
analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.
25.
26.
27. Tanda gejala yang lain juga terjadi :
1. Nyeri seluruh perut spontan maupun pada palpasi
2. Demam menggigil
3. Perut gembung tapi kadang-kadang ada diarrhea
4. Muntah
5. Pasien gelisah, mata cekung
6. Pembengkakan dan nyeri di perut
7. Demam dan menggigil
8. Kehilangan nafsu makan
9. Haus
10. Mual dan muntah
11. Urin terbatas
12. Bisa terdapat pembentukan abses.
13. Sebelum mati ada delirium dan coma
28.
4. Komplikasi
29. Menurut Chushieri komplikasi dapat terjadi pada peritonitis
bakterial akut sekunder, dimana komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi
komplikasi dini dan lanjut, yaitu :
a. Komplikasi dini
1. Septikemia dan syok septic
2. Syok hipovolemik
3. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan
multi system
4. Abses residual intraperitoneal
5. Portal Pyemia (misal abses hepar)
30.
b. Komplikasi lanjut
31. 1. Adhesi
32. 2. Obstruksi intestinal rekuren
33.
34.
5. Penatalaksanaan
52.
53. 6. Pencegahan
55. 1. Mengurangi minum alkohol dan obat yang dapat menyebabkan sirosis.
56. Alkoholisme: konsumsi alkohol yang berlebihan adalah salah satu faktor yang
dapat
57. menyebabkan sirosis. Karena alkohol memiliki efek yang toksik terhadap organ
liver dan dapat merusak sel-sel pada liver. Racun/obat-obatan: pemakaian jangka lama
obat-obatan atau eksposur pada racun dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan
akhirnya sirosis.
58. - Contoh-contoh dari obat-obat yang dapat menyebabkan hepatitis akut termasuk
acetaminophen (Tylenol), phenytoin (Dilantin), aspirin, isoniazid (Nydrazid,
60.
61.
62. DAFTAR PUSTAKA
63.
64. Hidayat, A.Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta; EGC
65. Santosa, Budi 2005. Panduan diagnosa keperawatan Nanda. Prima Medika.
66. Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta
69. http://dokumen.tips/documents/faktor-resiko-dan-pencegahan-peritonitis.html
(diakses tanggal 20 Agustus 2016, pukul 21.24)
70. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35844-Kep%20Pencernaan-
Askep%20Peritonitis.html#popup (diakses tanggal 20 Agustus 2016, pukul 21.27)
72. Silvia A. Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. ECG ;
Jakarta
73.
74.
75.