You are on page 1of 9

ATRESIA ESOFAGUS

A.DEFINISI

Esofagus adalah suatu selang yang normalnya membawa makanan dari mulut sampai ke
lambung.
Atresia esofagus adalah anomali atau kelainan gastrointestinal di mana esofagus dan trakea
tidak memisah secara normal selama perkembangan embrionik (Susan S. Ricci, 2009).
Atresia esofagus adalah obstruksi esofagus sehubungan dengan adanya kelainan
perkembangan pada masa awal kehamilan (4 minggu) (van Lanschot, 2005).
Sering disebut juga dengan tracheoesophageal fistula (www.nlm.nih.gov/medlineplus)

B.ETIOLOGI

Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital, yang artinya terjadi sebelum kelahiran.
Selain anomali kromosom, etiologi lainnya adalah adanya pengaruh teratogen dan faktor
imunologis.
Menurut Hockenberry (2002) kengenital anomali ini karena sindrom VATER atau VACTERL
yang merupakan kombinasi abnormalitas vertebral, anorektal, kardiovaskuler,
trakeoesofageal, renal, serta limb.

C.SIGNS AND SYMPTOMS

Terdapat beberapa tanda dan gejala atau manifestasi klinik pada atresia esofagus
(Hochenberry, 2002)
-Salivasi dan drooling berlebihan
-Tiga tanda utama trakeoesofageal fistula: batuk, tersedak, sianosis
-Apnea
-Meningkatnya distress pernafasan setelah feeding
-Distensi abdomen
-Kebiruan pada kulit (sianosis) ketika diberi makan
-Batuk, gagging, tersedak ketika diberi makan
-Sulit untuk diberi makan
D.KOMPLIKASI

Dari Hockenberry (2002), Kumar (2005), Van Lanschot (2005), serta Susan S. Ricci (2009),
atresia esofagus dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
-Aspirasi pneumonia
-Tersedak
-Kemungkinan meninggal
-Masalah memberi makan
-Refluks setelah pembedahan
-Penyempitan esofagus karena adanya luka bekas pembedahan

E.TREATMENT

Atresia esofagus merupakan kedaruratan bedah. Pembedahan harus segera dilakukan agar
paru-paru tidak mengalami kerusakan dan bayi bisa makan.
Menurut Hockenberry (2002) manajemen terapeutik yang dapat dilakukan pada bayi dengan
atresia esofagus, antara lain:
-Mencegah pneumonia dan repair pembedahan terhadap anomali.
-Tidak diberi oral intake, berikan cairan IV, berikan posisi untuk mencegah aspirasi.
-Suksioning
-Pemberian antibiotik untuk aspirasi pneumonia
-Thoracotomy dengan ligasi

F.PATHOFISIOLOGI

Patogenesis dan etiologi atresia esofagus tidaklah jelas. Trakea dan esofagus normalnya
berkembang dan terpisah akibat lipatan cranial, ventral, dan dorsal yang muncul di dalam
foregut.
Atresia esofagus dengan fistula distal akibat dari invaginasi ventral yang berlebihan pada
lipatan faringo-esofagus, yang menyebabkan kantung esofagus bagian atas mencegah lipatan
cranial dari menuju ke bawah ke lipatan ventral. Untuk itu, sambungan dipasangkan antara
esofagus dan trakea.
Terdapat beberapa tipe atresia esofagus, tetapi anomali yang umum adalah fistula antara
esofagus distal dan trakea, sebanyak 80% bayi baru lahir dengan kelainan esofagus. Atresia
esofagus dan tracheoesophageal fistula diduga sebagai akibat pemisahan yang tidak sempurna
antara lempengan paru dari foregut selama masa awal perkembangan janin. Sebagian besar
anomali kongenital pada bayi baru lahir meliputi vertebra, ginjal, janutng, muskuloskeletal,
dan sistem gastrointestinal.
Walaupun kelainan perkembangan pada esofagus merupakan hal yang tidak umum terjadi,
tetapi apabila terjadi ketidaknormalan harus segera dikoreksi, karena dapat mengancam
nyawa. Karena hal ini dapat menyebabkan regurgitasi ketika bayi diberi makan. Agenesis
pada esofagus sangat jarang terjadi, kebanyakan atresia dan pembentukan fistula. Pada
atresia, segmen esofagus hanya berupa thin, noncanalized cord, dengan kantung proksimal
yang tersambung ke faring dan kantung bagian bawah yang menuju ke lambung. Atresia
sering terdapat pada bifurksasi (dibagi menjadi dua cabang) trakea terdekat. Jarang hanya
atresia sendiri, tetapi biasanya sering dijumpai bersamaan dengan fistula yang
menyambungkan kantung bawah atau atas dengan bronkus atau trakea. Anomali yang
berhubungan meliputi congenital heart disease, neurologic disease, genitourinary disease, dan
other gastrointestinal malformations. Atresia terkadang dihubungkan dengan arteri umbilikus
tunggal.

G.JENIS-JENIS ATRESIA ESOFAGUS

Terdapat beberapa atresia esofagus, menurut www.esophagealatresia.org, antara lain:


1.TIPE A
- Disebut juga atresia esofagus murni = atresia esofagus long gap = atresia esofagus
isolated
- Ciri-cirinya: adanya gap antara dua kantung esofagus.

2.TIPE B
- Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus proksimal.
- Ciri-ciri: kantung esofagus bagian atas menyambung secara abnormal ke trakea.
- Sambungan yang tidak normal ini disebut fistula.

3.TIPE C
- Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus distal.
- Ciri-ciri: kantung esofagus bagian bawah membuat sambungan yang abnormal dengan
trakea.
4.TIPE D
- Atresia esofagus dengan dua fistula trakeoesofagus sekaligus, baik proksimal maupun distal.
- Ciri-ciri: baik bagian atas maupun bagian bawah dari kantung esofagus membentuk
sambungan abnormal ke trakea pada dua tempat yang terpisah dan berbeda.

5.TIPE E
- Hanya fistula trakeoesofagus saja, tanpa atresia esofagus.
- Terkadang disebut juga sebagai atresia esofagus tipe H atau N
- Tipe yang sangat jarang ini tetap bisa berfungsi secara normal, namun, terdapat sambungan
abnormal antara esofagus dan trakea.
- Sambungan yang tidak normal ini disebut fistula.

H.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Sebelum lahir, USG pada ibu hamil dapat menunjukkan kelebihan cairan amnion yang
kemungkingan merupakan tanda dari atresia esofagus atau adanya bendungan saluran
pencernaan.
Kelainan ini biasanya terdeteksi setelah kelahiran ketika akan disusui, yang ditandai dengan
bayi batuk, tersedak, kemudian menjadi kebiruan.
Begitu diagnosis atresia esofagus dicurigai, maka pemasangan selang makan dari mulut ke
lambung harus dilakukan.
X-ray esofagus menunjukkan adanya udara yang banyak di lambung dan usus halus. Jika
selang makan sudah dipasang, maka akan tampak selang tertekuk di bagian atas esofagus.

I.MASALAH KEPERAWATAN

Pengakajian:
-Lakukan Pengkajian newborn
-Kaji riwayat prenatal (khususnya tentang polihidramnion)
-Observasi manifestasi klinis atresia esofagus:
oSalivasi dan drooling berlebihan
oTersedak
oBatuk
oSianosis
oApnea
oMeningkatnya distress pernafasan setelah disusui
oDistensi abdomen
-Lengkapi dengan pemeriksaan diagnostik (misal: x-ray dada dan abdomen, NGT yang
dimasukkan ke esofagus diketahui mengalami hambatan/ bloking)
-Sering monitor tanda-tanda distress pernafasan

Diagnosa keperawatan:

1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan abnormalitas bukaan antara esofagus
dan trakea atau obstruksi ketika menelan.

Tujuan pasien: akan terpelihara jalan nafas yang paten.

Intervensi keperawatan dan rasionale:


untuk menghilangkan akumulasi sekresi dari orofaring.
a.Lakukan suksion
b.Berikan posisi supin dengan kepala ditinggikan setidaknya 30 derajat --> mengurangi
tekanan terhadap rongga thorax dan meminimalkan refluks sekresi gaster ke esofagus distal
yang kemudian masuk trakea dan bronki.
c.Berikan oksigen sesuai resep dan monitor dengan seksama (saturasi oksigen, AGD)-->
membantu melegakan distress pernafasan.
d.Jangan berikan tekanan positif (ambubag/ oksigen mask) --> karena menyebabkan udara
masuk ke perut dan usus halus, mengakibatkan tekanan tambahan pada rongga thorax.
e.Lakukan NPO (no per oral) --> mencegah aspirasi.
f.Pertahankan suksion terus-menerus atau intermitten pada segmen esofagus, jika di-orderkan
preoperatif --> untuk menjaga kantung esofagus (blind pouch) tetap kosong dari sekresi.
g.Pasang NGT, jika sudah terpasang, buka drainasinya --> sehingga suara dapat keluar,
meminimalkan resiko regurgitasi isi gaster ke trakea.
Hasil yang diharapkan:
a.Jalan nafas tetap paten.
b.Bayi tidak mengalami aspirasi sekresi.
c.Respirasi dan saturasi oksigen tetap dalam batas normal.

2.Gangguan (kesulitan) menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis.

Tujuan pasien:
a.Pasien akan mendapat gizi yang adekuat.
Intervensi keperawatan dan rasionale:
1)Berikan feeding gastrotomy sesuai resep --> menyediakan gizi sampai oral feeding
memungkinkan.
2)Beralih ke oral feeding sesuai resep menurut kondisi bayi dan koreksi pembedahan.
3)Observasi dengan seksama --> memastikan bayi dapat menelan tanpa tersedak.
4)Monitor intake, output, dan berat badan bayi --> mengkaji kecukupan asupan gizi.
mencegah bayi menyedot yang tidak bergizi?5)Berikan bayi penenang
6)Ajari keluarga teknik menyusui yang tepat --> mempersiapkan pemulangan.
Hasil yang diharapkan:
1)Bayi mendapat gizi yang adekuat dan memperlihatkan tambahan berat badan yang
memuaskan.

b.Pasien akan belajar mendapat makanan per oral (disusui), setelah mengalami perbaikan.
Intervensi keperawatan dan rasionale:
1)Berikan makanan sesekali --> mengevaluasi toleransi makanan.
2)Berikan makanan yang sesuai usia dengan bentuk dan rasa yang berbeda --> merangsang
keinginan untuk makan.
3)Mulai dengan makanan yang dihaluskan, kemudian perlahan beralih kepada makanan solid
setelah bayi menunjukkan kesiapan.
4)Potong makanan kecil-kecil --> mencegah tersedak.
5)Hindari makanan seperti daging dan sejenisnya --> mengurangi resiko tersedak.
6)Ajari anak mengunyah dengan benar --> mengurangi resiko tersedak.
7)Rujuk ke terapist bicara atau okupasi --> untuk membantu pengajaran.
Hasil yang diharapkan:
1)Anak mendapat gizi yang cukup dan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda resisitensi
makanan, malnutrisi, atau disfagia.
3.Resiko cidera berhubungan dengan prosedur pembedahan.

Tujuan pasien:
a.Tidak akan mengalami trauma pada sisi pembedahan.
Intervensi keperawatan dan rasionale:
mencegah trauma pada mukosa.1)Suksion hanya dengan menggunakan selang suksion yang
sesuai ukurannya agar tidak mencapai sisi pembedahan
Hasil yang diharapkan:
1)Anak tidak menunjukkan tanda-tanda cidera sisi pembedahan.

4.Resiko integritas kulit berhubungan dengan esofagostomy (jika dilakukan).

Tujuan pasien:
a.Tidak akan mengalami gangguan integritas kulit.
Intervensi keperawatan dan rasionale:
1)Buang drainase dengan sering --> karena kulit dapat teriritasi oleh kelembaban cairan
saliva.
2)Berikan ointment lapisan pelindung --> untuk melindungi kulit.
3)Kosultasi dengan perawat enterostoma --> panduan pencegahan dan perawatan kulit yang
rusak.
4)Kaji integritas kulit di sekitar esofagostomy.
Hasil yang diharapkan:
Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan kulit.

5.Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, rasa tidak nyaman karena pembedahan.
Tujuan pasien:
a.Pasien akan mempunyai perasaan aman tanpa ketidaknyamanan.
Intervensi keperawatan dan rasionale:
1)Berikan stimulasi taktil (contoh cuddling, rocking) --> memfasilitasi perkembangan yang
optimal dan meningkatkan kenyamanan.
2)Berikan perawatan mulut --> menjaga mulut tetap bersih dan membran mukosa tetap
lembab.
3)Berikan penenang dengan sering --> mencegah menyedot non-gizi.
4)Berikan analgesik sesuai resep.
memberikan kenyamanan dan keamanan.5)Dorong orang tua untuk berpartisipasi dalam
perawatan anak
Hasil yang diharapkan:
1)Bayi beristirahat dengan tenang, alert ketika terjaga, dan terhindar dari menyedot non-gizi.
2)Mulut tetap bersih dan lembab.
3)Anak tidak merasakan atau hanya sedikit rasa nyeri.

6.Proses keluarga terganggu berhubungan dengan anak dengan kelainan fisik.

Tujuan pasien:
a.Keluarga akan siap untuk perawatan di rumah.
Intervensi keperawatan dan rasionale:
1)Ajari keluarga ketrampilan dan observasi yang diperlukan untuk perawatan di rumah:
Pemberian posisi --> mencegah aspirasi.
Tanda-tanda distress pernafasan --> mencegah keterlambatan penanganan.
Tanda-tanda komplikasi (misal: tidak mau makan, disfagia, batuk yang bertambah)-->
sehingga bisa menghubungi dokter segera.
CPR bayi.
Peralatan dan pelayanan yang diperlukan.
memastikan perawatan yang benar setelah pemulangan.Perawatan gastrotomy dan
esofagostomy ketika bayi sudah menjalani pembedahan termasuk teknik men-suksion,
memberi makan, perawatan sisi pembedahan/ ostoma, mengganti balutan
Hasil yang diharapkan:
1)Keluraga mendemonstrasikan kemampuan memberikan perawatan pada bayi, pemahaman
tentang tanda-tanda komplikasi, dan tindakan yang tepat.
Postoperative care:
Pembedahan yang dilakukan meliputi penutupan fistula dan penyambungan dua segmen
esofagus. Postoperative care meliputi:
-Observasi seksama semua sistem tubuh bayi baru lahir untuk mengidentifikasi adanya
komplikasi.
-Kemungkinan memberikan TPN dan antibiotik sampai anastomosis esofagus telah
menyambung dengan baik dan paten.
-Kemudian mulailah memberikan makanan, biasanya seminggu setelah pembedahan.
-Tetap informasikan kepada orang tua bayi tentang kondisi dan kemajuan bayi.
-Kaji bayi baru lahir dengan seksama selama pemberian feeding dan laporkan adanya
kesulitan menelan.
-Berikan pendidikan kesehatan pada orang tua, demonstrasikan dan tingkatkan pengajaran
sebelum pemulangan.

You might also like