You are on page 1of 26

LAPORAN PENDAHULUAN

CA RECTAL

A. Landasan Teoritis Penyakit


1. Defenisi
Ca. Rectal adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.
Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus
besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum
anus). Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma (kanker
yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan
lainnya). ( Parkwaycancercentre.com ).
Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dalam permukaan
usus besar (kolon) atau rektum/rektal, umumnya kanker kolorektal
berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas terdapat adenoma atau
berbentuk polip. Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa
abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon
(Brooker, 2001 : 72). Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel
kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle &
Langman, 2000 : 805). Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat
ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya
(Tambayong, 2000 : 143).
Kanker kolorektal adalah kanker ketiga yang paling sering
didiagnosis pada pria dan wanita dan tertinggi kedua penyebab kematian
akibat kanker di Amerika Serikat. Namun, bila ditemukan lebih awal,
sangat dapat disembuhkan. Jenis kanker ini terjadi ketika sel abnormal
tumbuh di lapisan usus besar (kolon) atau dubur.
kanker kolon adalah tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam
usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon
adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu
penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk
mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah penyebab kedua
kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan
merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).
Adenoma atau polip pada kolorektal dapat diangkat dengan mudah hanya
saja jarang menimbulkan gejala apapun, sehingga tidak terdeteksi dalam
waktu cukup lama hingga berkembang menjadi kanker kolorektal. Kanker
kolorektal adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum,
dan appendix. Distribusi kanker pada kolon adalah 20% terdapat di
sepanjang kolon asenden, 10% di kolon transversum, 15% di kolon
desenden, dan 50 % di rektosigmoideus.

2. Anatomi Fisiologi
Panjang usus besar (kolon dan rectum) 1.500 cm, yang terdiri dari
sekum, kolon asenden, kolon tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid
dan rektum. Dinding usus besar mempunyai tiga lapis yaitu lapisan
mukosa (bagian dalam), yang berfungsi untuk mencernakan dan absorpsi
makanan, lapisan muskularis (bagian tengah) yang berfungsi untuk
menolak makanan ke bagian bawah, dan lapisan serosa (bagian luar),
bagian ini sangat licin sehingga dinding usus tidak berlengketan satu sama
lain di dalam rongga abdomen.
Berbeda dengan mukosa usus halus, pada mukosa kolon tidak
dijumpai villi dan kelenjar biasanya lurus-lurus dan teratur. Permukaan
mukosa terdiri dari pelapis epitel tipe absortif (kolumnar) diselang seling
sel goblet. Pelapis epitel kripta terdiri dari sel goblet. Pada lamina propria
secara sporadik terdapat nodul jaringan limfoid. Sel berfungsi
mengabsorpsi air, lebih dominan pada kolon bagian proksimal (asendens
dan tranversum), sedangkan sel goblet lebih banyak dijumpai pada kolon
desenden. Lamina propria lebih seluler (sel plasma, limfosit dan eosinofil)
pada bagian proksimal dibanding dengan distal dan rektum. Pada bagian
distal kolon, sel plasma hanya ada dibawah epitel permukaan. Sel paneth
bisa ditemukan pada sekum dan kolon asenden. Pada anus terdapat
sfingter anal internal (otot polos) dan sfingter anal eksternal (otot rangka)
yang mengitari anus.
Kolon mengabsorpsi air sampai dengan 90% dan juga elektrolit,
sehingga mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat, disebut
eses. Kolon tidak memproduksi enzim, tetapi hanya mukus. Terdapat
sejumlah bakteri pada kolon, yang mampu mencerna sejumlah kecil
selulosa, dan menghasilkan sedikit nutrien bagi tubuh. Bakteri juga
memproduksi vitamin K dan juga gas, sehingga menimbulkan bau pada
feses. Secara imunologis, oleh karena banyak limfonodus terutama di
aappendiks dan rektum; dan sel imun dilamina propria. Feses juga
bewarna coklat yang disebabkan pigmen empedu.
Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit,
ekskresi mucus serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya
keluar. Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon,
hanya 150-200 ml yang dikeluarkan sebagai feses setiap harinya. Udara
ditelan sewaktu makan, minum, atau menelan ludah. Oksigen dan
karbondioksida di dalamnya di serap di usus, sedangkan nitrogen bersama
dengan gas hasil pencernaan dari peragian dikeluarkan sebagai flatus.
Jumlah gas di dalam usus mencapai 500 ml sehari. Pada infeksi usus,
produksi gas meningkat dan bila mendapat obstruksi usus gas tertimbun di
saluran cerna yang menimbulkan flatulensi (Pieter, 2005).

3. Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi
faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip
pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi
lemak protein dan daging serta rendah serat. ( Brunner & Suddarth, 2005).
a) Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada
dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia
50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker),
tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b) Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker
colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain
itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium)
atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena
kanker colorectal.
c) Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai
riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda
terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena
kanker pada usia muda.
d) Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan
yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki
tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.
Radang kronik kolon seperti kolitis ulserosa atau kolitis amuba
kronik dapat beresiko tinggi menjadi kanker kolorektal. Faktor risiko
lainnya antara lain:
a) Peradangan (inflamasi) usus dalam periode lama, seperti : kolitis
ulseratif.
b) Riwayat keluarga.
c) Hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC) merupakan
penyakit keturunan dengan risiko terjadi kanker kolorektal pada usia
muda, ditemukan polip dalam jumlah sedikit.
d) Familial adenomatous polyposis (FAP) merupakan penyakit keturunan
yang jarang ditemukan dapat ditemukan ratusan polip pada kolon dan
rektum.
e) Pola makan dan gaya hidup, makanan rendah serat, makanan dengan
kadar lemak tinggi dan lamanya waktu transit sisa hasil pencernaan
dalam kolon dan rektal meningkatkan risiko kanker kolorektal.
f) Diabetes, meningkatkan 40 % berkembangnya kanker kolorektal
g) Rokok dan alkohol
h) Riwayat polip atau kanker kolorektal

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi kanker kolon secara umum adalah :
a) Perdarahan rektum
b) Perubahan pola BAB
c) Tenesmus
d) Obstruksi intestinal
e) Nyeri abdomen
f) Kehilangan berat badan
g) Anorexia
h) Mual dan muntah
i) Anemia
j) Massa palpasi
Manifestasi klinis sesuai dengan bagian kolon yang terkena
kaganasan
Colon Kanan Colon Kiri Rektal/rektosigmoid
a. Nyeri dangkal abdomen. a. Obstruksi (nyeri a. Evakuasi feses yang
b. Anemia abdomen dan kram, tidak lengkap setelah
c. Melena (feses hitam) penipisan feses, defekasi.
d. Dyspepsia konstipasi dan distensi) b. Konstipasi dan diare
e. Nyeri di atas umbilicus b. Adanya darah segar bergantian.
f. Anorexia, nausea, dalam feses. c. Feses berdarah.
vomiting c. Perdarahan rektal d. Perubahan kebiasaan
g. Rasa tidak nyaman d. Perubahan pola BAB defekasi.
diperut kanan bawah e. Obstruksi intestine e. Perubahan BB
h. Teraba massa saat palpasi
i. Penurunan BB
(Smeltzer dan Bare, 2002 dan Black dan Jacob, 1997)

5. Klasifikasi dan Stadium


a) Duke
1) Stadium 0 (carcinoma in situ)
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau
rektum.
2) Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau
ketiga (submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/
rektum tetapi belum menyebar keluar dari dinding kolon/rektum
(Duke A).
3) Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari
dinding usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum
menyebar pada kelenjar getah bening (Duke B).
4) Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi
belum pada organ tubuh lainnya (Duke C).
5) Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya (Duke D).

b) Stadium TNM menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)


Stadium T N M Duke
0 Tis N0 M0 -

T1 N0 M0
I A
T2 N0 M0

II A T3 N0 M0
B
II B T4 N0 M0

III A T1-T2 N1 M0
III B T3-T4 N1 M0 C
III C Any T N2 M0

IV Any T Any N M1 D

Keterangan :
T : Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat di nilai
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi
invasi pada lamina propria
T1 : Tumor menyebar pada submukosa
T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria
T3 : Tumor menyebar menembus muskularis propria ke dalam
subserosa atau ke dalam jaringan sekitar kolon atau rektum
tapi belum mengenai peritoneal
T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau
menimbulkan perforasi peritoneum viseral.
N : Kelenjar getah bening regional/node
Nx : Penyebaran pada kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 : Tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening
N1 : Telah terjadi metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening
regional
N2 : Telah terjadi metastasis pada lebih dari 4 kelenjar getah
bening
M : Metastasis
Mx : Metastasis tidak dapat di nilai
M0 : Tidak terdapat metastasis
M1 : Terdapat metastasis

6. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


a) Palpasi Abdomen. Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi
perut, bila teraba menunjukkan keadaan sudah lanjut. Apabila ada
massa, massa di dalam sigmoid lebih jelas teraba daripada massa di
bagian lain kolon
b) Fecal occult blood test, pemeriksaan darah samar feses di bawah
mikroskop
c) Colok dubur. Untuk mengetahui letak, luas dan mobilitas tumor.
1) Tonus sfingter ani (keras atau lembek)
2) Mukosa (kasar, kaku, licin atau tidak)
3) Ampula rektum (kolaps, kembung, atau terisi feses)
d) Tumor dapat teraba atau tidak, mudah berdarah atau tidak, jarak dari
garis anorektal sampai tumor, lokasi, pergerakan dari dasar, permukaan,
lumen yang dapat ditembus jari, batas atas, dan jaringan sekitarnya
e) Barium enema, pemeriksaan serial sinar x pada saluran cerna bagian
bawah, sebelumnya pasien diberikan cairan barium ke dalam rectum
f) Endoskopi (sigmoidoscopy atau colonoscopy), dengan menggunakan
teropong, melihat gambaran rektum dan sigmoid adanya polip atau
daerah abnormal lainnya dalam layar monitor. Sigmoidoskopi atau
kolonoskopi adalah test diagnostik utama digunakan untuk mendeteksi
dan melihat tumor. Sekalian dilakukan biopsy jaringan. Sigmoidoskopi
fleksibel dapat mendeteksi 50 % sampai 65 % dari kanker kolorektal.
Pemeriksaan enndoskopi dari kolonoskopi direkomendasikan untuk
mengetahui lokasi dan biopsy lesi pada klien dengan perdarahan
rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan visualisasi sekum, barium
enema mungkin tidak dibutuhkan. Tumor dapat tampak membesar,
merah, ulseratif sentral, seperti penyakit divertikula, ulseratif kolitis
g) Biopsi, tindakan pengambilan sel atau jaringan abnormal dan dilakukan
pemeriksaan di bawah mikroskop.
h) Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik,
ditandai dengan sel-sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab
adalah indikasi umum untuk test diagnostik selanjutnya untuk
menemukan kepastian kanker kolorektal.
i) Test Guaiac pada feces untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces,
karena semua kanker kolorektal mengalami perdarahan intermitten.
j) CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein
di membran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal.
Antigen ini dapat dideteksi oleh radioimmunoassay dari serum atau
cairan tubuh lainnya dan sekresi. Karena test ini tidak spesifik bagi
kanker kolorektal dan positif pada lebih dari separuh klien dengan
lokalisasi penyakit, ini tidak termasuk dalam skreening atau test
diagnostik dalam pengobatan penyakit. Ini terutama digunakan sebagai
prediktor pada prognsis postoperative dan untuk deteksi kekambuhan
mengikuti pemotongan pembedahan (Way, 1994).
k) Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat
meninggi, indikasi telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya
meliputi serum protein, kalsium, dan kreatinin.
l) Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada
tidaknya dan lokasi tumor. Bila medium kontras seperti barium
dimasukkan kedalam usus bagian bawah, kanker tampak sebagai massa
mengisi lumen usus, konstriksi, atau gangguan pengisian. Dinding usus
terfiksir oleh tumor, dan pola mukosa normal hilang. Meskipun
pemeriksaan ini berguna untuk tumor kolon, sinar-X tidak nyata dalam
mendeteksi rektum
m)X-ray dada untuk deteksi metastase tumor ke paru-paru
n) CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI),
atau pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah
sudah mengenai organ lain melalui perluasan langsung atau dari
metastase tumor.
o) Whole-body PET Scan Imaging. Sementara ini adalah pemeriksaan
diagnostik yang paling akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal
rekuren (yang timbul kembali).
p) Pemeriksaan DNA Tinja.

7. Penatalaksanaan
a) Medis
1) Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup
bermakna, terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan
tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang
berhubungan.Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling
sering dalam bentuk pendukung atau terapi anjuran. Terapi anjuran
biasanya diberikan selain pengobatan bedah yang mencakup
kemoterapi, terapi radiasi, dan imunoterapi.
2) Terapi radiasi: sering digunakan sebelum pembedahan untuk
menurunkan ukuran tumor dan membuat mudah untuk direseksi.
Intervensi lokal pada area tumor setelah pembedahan termasuk
implantasi isotop radioaktif ke dalam area tumor. Isotop yang
digunakan termasuk radium, sesium, dan kobalt. Iridium digunakan
pada rektum.
3) Kemoterapi: kemoterapi dilakukan untuk menurunkan metastasis
dan mengontrol manifestasi yang timbul. Kemoterapi adalah
penggunaan obat-obatan (5-flourauracil (5-FU)) untuk membunuh
sel-sel kanker. Ia adalah suatu terapi sistemik, yang berarti bahwa
pengobatan berjalan melalui seluruh tubuh untuk menghancurkan
sel-sel kaker. Setelah operasi kanker usus besar, beberapa pasien
mungkin mengandung microscopic metastasis (foci yang kecil dari
sel-sel kanker yang tidak dapat dideteksi). Kemoterapi diberikan
segera setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel mikroskopik
(adjuvant chemotherapy).
b) Bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebayakan kanker
kolorektal. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran
tumor.Prosedur pembedahan pilihan, sebagai berikut:
1) Pada tumor sekum dan kolon asenden
Dilakukan hemikolektomi kanan, lalu anastomosis ujung ke ujung.
Pada tumor di fleksura hepatika dilakukan juga hemikolektomi, yang
terdiri dari reseksi bagian kolon yang diperdarahi oleh
arteri iliokolika, arteri kolika kanan, arteri kolika media termasuk
kelenjar limfe dipangkal arteri mesentrika superior.
2) Pada tumor transversum
Dilakukan reseksi kolon transversum (transvesektomi) kemudian
dilakukan anastomosis ujung ke ujung. Kedua fleksura hepatika
dan mesentrium daerah arteria kolika media termasuk kelenjar limfe.
3) Pada Ca Colon desenden dan fleksura lienalis
Dilakukan hemikolektomi kiri yang meliputi daerah arteri kolika kiri
dengan kelenjar limfe sampai dengan di pangkal arterimesentrika
inferior.
4) Tumor rectum
Pada tumor rectum 1/3 proximal dilakukan reseksi anterior tinggi
(12-18 cm dari garis anokutan) dengan atau tanpa stapler. Pada
tumor rectum 1/3 tengah dilakukan reseksi dengan mempertahankan
spingter anus, sedangkan pada tumor 1/3 distal dilakukan reseksi
bagian distal sigmoid, rektosigmoid, rektum melalui abdominal
perineal (Abdomino Perineal Resection/APR), kemudian dibuat end
colostomy. Reseksi abdoperineal dengan kel. retroperitoneal menurut
geenu-mies. Alat stapler untukmembuat anastomisis di dalam
panggul antara ujung rektum yang pendek dan kolon dengan
mempertahankan anus dan untuk menghindari anus pneternaturalis.
Reseksi anterior rendah (Low Anterior Resection/LAR) pada rektum
dilakukan melalui laparatomi dengan menggunakan alat stapler
untuk membuat anastomisis kolorektal/koloanal rendah.

8. Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.
b. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan
penyebaran langsung.
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah
sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
f. Pembentukan abses

Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya


tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan
pendarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-
angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali.
Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang
berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab
gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

9. WOC
Terlampir

B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama , umur , jenis kelamin ,
alamat rumah, agama , suku , bangsa , status perkawinan , pendidikan ,
nomor registrasi, pekerjaan pasien dan nama orang tua / istri/ suami .
b) Keluhan Utama
Keluhan yang mendasari pasien untuk datang berobat ke rumah sakit,
biasanya pasien dengan ca rekti datang dengan keluhan nyeri di
bahagian perut, bab berdarah.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Ca pada klien diperoleh perawat berdasarkan usia dan jenis
kelamin,sejarah diet dan keadaan dari letak geografi diet. Sebagian
besar resiko yang menjadi pertanyaan perawat: sejarah dari keluarga
terhadap Ca colorektal, radang usus besar, penyakit Crohns, familial
poliposis, adenoma. Perawat bertanya tentang perubahan kebiasaan
pada usus besar seperti diare dengan atau tanpa darah pada feces klien
mungkin merasa perutnya terasa penuh ,nyeri atau berat badan turun
tetapi biasanya hal tersebut terlambat ditemukan.
d) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit pasien dengan ca kolorektal, atau gangguan pada
sistem pencernaan lainnya
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keturunan yang dimiliki oleh keluarga, atau anggota
keluarga yang memiliki penyakit yang sama seperti pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian
posterior.
b) Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c) Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata.
Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d) Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-
tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e) Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri
tekan.
f) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g) Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
h) Thorak : I : simetris kiri & kanan
P : fremitus kiri = kanan
P : sonor
A : apakah ada ronki, whezing atau vesikuler
i) Jantung : I : iktus tidak tampak
P : Iktus teraba i jari medial LMCS RIC V
P : batas jantung
A : irama jantung ( reguler atau irreguler)
j) Abdomen : I : bentuk perut membuncit atau tidak
P : hepar/limfe teraba atau tidak
P : timpani
A : bising usus normal atau tidak
k) Genetalia : masalah yang genetalia yang dirasakan oleh pasien, seperti
gangguan menstruasi pada wanita.
l) Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

3. 11 Pola Fungsional Gordon


a) Persepsi dan penanganan kesehatan
Gambaran umum kesehatan saat ini, alasan kunjungan dan harapan,
gambaran terhadap sakit, penyebabnya dan penanganan yang dilakukan,
kepatuhan terhadap pengobatan, pencegahan/ tindakan dalam menjaga
kesehatan, penggunaan obat resep dan warung, penggunaan produk/ zat
dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan alat keamanan di rumah dan
factor resiko timbulnya penyakit, gambaran kesehatan keluarga
b) Nutrisi dan metabolic:
Gambaran komposisi makanan, tipe dan intake cairan, Kondisi nafsu
makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi nafsu makan,
penggunaan obat diet, makanan kesukaan, pantangan, dan alergi,
penggunaan suplemen makanan, gambaran bb, perubahan bb dalam 6-9
bulan, perubahan pada kulit, proses penyembuhan luka, factor resiko
terkait ulcer kulit
c) Eliminasi
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin, apakah ada masalah
dalam proses miksi, penggunaan alat bantu untuk miksi, gambaran pola
defekasi, karakteristik, penggunaan alat bantu, bau badan, keringat
berlebihan, lesi, dan pruitus
d) Aktivitas dan latihan
Gambaran tingkat aktivitas, kegiatan sehari-hari, dan olahraga, aktivitas
saat senggang/ waktu luang, apakah ada kesulitan dalam bernafas,
lemah,batuk, nyeri dada, palpasi, nyeri pada tungkai, gambaran dalam
pemenuhan adl, level fungsional (0-iv), kekuatan otot (1-5)
e) Tidur dan istirahat
Berapa lama tidur dimalam hari, jam berapa tidur-bangun, apakah ada
kebiasaan sebelum tidur, apakah mengalami kesulitan dalam tidur
f) Kognitif-persepsi
Kemampuan menulis dan membaca, kemampuan berbahasa, kesulitan
dalam mendengar, penggunaan alat bantu mendengar/melihat,
bagaimana visus, apakah ada keluhan pusing, bagaimana gambaran,
apakah mengalani sensitivitas terhadap dingin, panas, nyeri, apakah
merasa nyeri
g) Persepsi diri-konsep diri
Bagaiman gambaran diri klien, apakah ada kejadian yang mengubah
gambaran diri klien, apa yang membebani pikiran, apakah sering
merasa marah, cemas, depresi,takut.
h) Peran- hubungan
Gambaran pengaturan kehidupan, apakah mempunyai orang dekat?
bagaimana kualitas hubungannya?, perbedaan peran dalam keluarga,
apakah ada saling keterkaitan?, bagaimana dalam pengambilan
keputusan dan penyelesaian konflik, keadaan keuangan, apakah
mempunyai kegiatan social?
i) Seksualitas dan reproduksi
Apakah kehidupan seksual aktif?, apakah menggunakan alat bantu?,
apakah mengalami kesulitan / perubahan dalam memenuhi kebutuhan
seks, khusus wanita: gambaran pola haid, usia menarche/ menopause,
riwayat kehamilan, masalah terkait dengan haid
j) Koping toleransi stress
Apakah selalu mendapatkan apa yang diinginkan, apakah ada tujuan,
cita-cita, rencana dimasa yang akan dating
k) Nilai dan kepercayaan
Apakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh. Apakah
agama merupakan hal penting dalam hidup

c) Nanda, Noc, Nic


Pre operasi.
1) Nyeri berhubungan dengan adanya kanker pada daerah rektal.
2) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai
prognosis penyakit.
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk memasukkan dan menyerap makanan
Post operasi.
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan memasukkan dan mencerna makanan
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan stoma
4) Resiko infeksi berhubungan dengan luka akibat prosedur invansif
(Capernito, 2000)
DIAGNOSA, NOC, NIC PRE OPERATIF
DIAGNOSA NOC NIC
Nyeri akut b.d agen Kontrol Nyeri Managemen nyeri
cidera Kriteria hasil : Intervensi :
a) Mengenali faktor penyebab a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
b) Mengenali onset (lamanya sakit) lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor
c) Menggunakan metode pencegahan presipitasi
b) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
d) Menggunakan metode nonanalgetik untuk
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
mengurangi nyeri
pengalaman nyeri pasien
e) Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan d) Kaji budaya yang mempengaruhi respion nyeri
e) Determinasi akibat nyeri terhadap kualitas hidup
f) Mencari bantuan tenaga kesehatan
f) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
g) Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan
dukungan
h) Mengenali gejala-gejala nyeri g) Control ruangan yang dapat mempengaruhi nyeri
h) Kurangi factor presipitasi nyeri
i) Mencatat pengalaman nyeri sebelumnya
i) Pilih dan lakukan penanganan nyeri
j) Melaporkan nyeri sudah terkontrol j) Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
l) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
m) Evaluasi keefektifan control nyeri
n) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Nutrisi kurang dari Status nutrisi Manajemen nutrisi
kebutuhan b.d a) Selera makan; keinginan untuk makan ketika Aktifitas:
ketidakmampuan dalam keadaan sakit atau sedang menjalani a. Mengontrol penyerapan makanan/cairan dan menghitung
untuk memasukkan pengobatan intake kalori harian, jika diperlukan
b) Status gizi; tingkat ketersediaan zat gizi untuk b. Memantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi
dan menyerap
memenuhi kegiatan metabolic kebutuhan nutrisi harian
makanan
c) Status gizi: pengukuran biokimia; komponen c. Menentukan jimlah kalori dan jenis zat makanan yang
dan kimia cairan yang mengindikasikan status diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika
nutrisi berkolaborasi dengan ahli makanan, jika diperlukan
d) Status gizi: asupan makanan dan cairan; jumlah d. Menetukan makanan pilihan dengan mempertimbangkan
makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh budaya dan agama
e. Menetukan kebutuhan makanan saluran nasogastric
dalam waktu 24 jam
f. Memilih makanan gandum, minuman kocok, dan es krim
e) Status gizi: asupan gizi; keadekuatan pola
sebagai suplemen nutrisi
asupan zat gizi yang biasanya
g. Anjurkan pasien untuk memilih makanan ringan, jika
f) Perawatan diri: makan; kemampuan untuk
kekurangan air liur mengganggu proses menelan
mempersiapkan dan mengingesti makanan dan
h. Mengatur pemasukan makanan, jika diperlukan
cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat i. Mengajarkan pasien dan kelurga tentang memilih makanan
j. Mengajarkan dan merencanakan makan, jika dipelukan
bantu
g) Berat badan: masa tubuh; tingkat kesesuaian
berat badan, otot, dan lemak dengan tinggi
badan, rangka tubuh, jenis kelamin dan usia
Kecemasan b.d Kontrol Cemas Penurunan Kecemasan
Indikator: Aktivitas:
kurangnya 1. Menyingkirkan tanda kecemasan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Monitor gejala fisik dari kecemasan 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
pengetahuan
3. Monitor gejala sikap dari kecemasan
prosedur
mengenai prognosis 4. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi
3. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis dan
penyakit. kecemasan
prognosis
4. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Pengetahuan: Proses Penyakit 5. Identifikasi perubahan tingkat kecemasan
Indikator: 6. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
1. Spesifik dari proses penyakit kecemasan
2. Faktor penyebab dan faktor yang 7. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan
memperparah persepsi
3. Faktor risiko 8. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
4. Tanda dan gejala dari komplikasi penyakit 9. Menilai tanda kecemasan verbal dan nonverbal

DIAGNOSA, NOC, NIC POST OPERASI


DIAGNOSA NOC NIC
Nyeri akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Indikator: Aktivitas:
berhubungan dengan
1. Mengenal tanda awal nyeri 1. Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari
agen cidera
2. Menjelaskan faktor penyebab
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
3. Lakukan tindakan preventif
4. Penggunaan non-analgesik untuk meringankan dan penyebab.
nyeri 2. Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal, terutama untuk
5. Rekomendasikan penggunaan analgesik
pasien yang tidak bisa mengkomunikasikannya secara
efektif
Tingkat Nyeri:
3. Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan analgesic
Indikator:
4. Gunakan komunikasi yang terapeutik agar pasien dapat
1. Laporkan nyeri
menyatakan pengalamannya terhadap nyeri serta
2. Meringis
3. Intoleransi makanan dukungan dalam merespon nyeri
5. Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari
(tidur, nafsu makan, aktivitas, kesadaran, mood, hubungan
sosial, performance kerja dan melakukan tanggung jawab
sehari-hari)
6. Evaluasi bersama pasien dan tenaga kesehatan lainnya
dalam menilai efektifitas pengontrolan nyeri yang pernah
dilakukan
7. Bantu pasien dan keluarga mencari dan menyediakan
dukungan.
8. Gunakan metoda penilaian yang berkembang untuk
memonitor perubahan nyeri serta mengidentifikasi faktor
aktual dan potensial dalam mempercepat penyembuhan
9. Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat
memberikan kenyamanan pada pasien dan rencana
keperawatan
10. Menyediakan informasi tentang nyeri, contohnya
penyebab nyeri, bagaimana kejadiannya, mengantisipasi
ketidaknyamanan terhadap prosedur
11. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien (suhu ruangan,
pencahayaan, keributan)
12. Mengurangi atau menghapuskan faktor-faktor yang
mempercepat atau meningkatkan nyeri (spt:ketakutan,
fatique, sifat membosankan, ketiadaan pengetahuan)
13. Mempertimbangkan kesediaan pasien dalam
berpartisipasi, kemampuannya dalam berpartisipasi,
pilihan yang digunakan, dukungan lain dalam metoda, dan
kontraindikasi dalam pemilihan strategi mengurangi nyeri
14. Pilihlah variasi dari ukuran pengobatan (farmakologis,
nonfarmakologis, dan hubungan atar pribadi) untuk
mengurangi nyeri
15. Ajarkan prinsip manajemen nyeri
16. Ajari untuk menggunakan tehnik non-farmakologi (spt:
biofeddback, TENS, hypnosis, relaksasi, terapi musik,
distraksi, terapi bermain, acupressure, apikasi
hangat/dingin, dan pijatan ) sebelum, sesudah dan jika
memungkinkan, selama puncak nyeri , sebelum nyeri
terjadi atau meningkat, dan sepanjang nyeri itu masih
terukur.
17. Kolaborasikan dengan pasien dan tenaga kesehatan
lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan metoda
dalam mengatasi nyeri secara non-farmakologi.
18. Anjurkan untuk istirahat/tidur yang adekuat untuk
mengurangi nyeri
19. Menyediakan informasi yang akurat untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga terhadap respon nyeri
20. Menyertakan keluarga dalam mengembangkan metoda
mengatasi nyeri
21. Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri ynag
diberikan dalam interval yang ditetapkan.
Nutrisi kurang
dari Status nutrisi Manajemen nutrisi
h) Selera makan; keinginan untuk makan ketika
kebutuhan b.d Aktifitas:
dalam keadaan sakit atau sedang menjalani
ketidakmampuan k. Mengontrol penyerapan makanan/cairan dan menghitung
pengobatan
untuk memasukkan intake kalori harian, jika diperlukan
i) Status gizi; tingkat ketersediaan zat gizi untuk
l. Memantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi
dan menyerap
memenuhi kegiatan metabolic
kebutuhan nutrisi harian
makanan j) Status gizi: pengukuran biokimia; komponen
m. Menentukan jimlah kalori dan jenis zat makanan yang
dan kimia cairan yang mengindikasikan status diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika
nutrisi berkolaborasi dengan ahli makanan, jika diperlukan
k) Status gizi: asupan makanan dan cairan; jumlah n. Menetukan makanan pilihan dengan mempertimbangkan
makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh budaya dan agama
o. Menetukan kebutuhan makanan saluran nasogastric
dalam waktu 24 jam
p. Memilih makanan gandum, minuman kocok, dan es krim
l) Status gizi: asupan gizi; keadekuatan pola
sebagai suplemen nutrisi
asupan zat gizi yang biasanya
q. Anjurkan pasien untuk memilih makanan ringan, jika
m) Perawatan diri: makan; kemampuan untuk
kekurangan air liur mengganggu proses menelan
mempersiapkan dan mengingesti makanan dan
r. Mengatur pemasukan makanan, jika diperlukan
cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat s. Mengajarkan pasien dan kelurga tentang memilih makanan
t. Mengajarkan dan merencanakan makan, jika dipelukan
bantu
n) Berat badan: masa tubuh; tingkat kesesuaian

berat badan, otot, dan lemak dengan tinggi


badan, rangka tubuh, jenis kelamin dan usia
Gangguan citra tubuh Citra Tubuh Perbaikan Citra Tubuh
Indicator: Aktivitas:
b.d stoma
a) Gambaran internal tubuh a) Menentukan dugaan citra tubuh pasien, sesuai dengan
b) Keseimbangan antara realita, ideal dan
perkembangannya
penampilan tubuh b) Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan yang
c) Kepuasan penmapilan tubuh
terjadi akibat penyakit dan pembedahan
d) Pengaturan penampilan fisik tubuh
c) Membantu pasien memelihara perubahan tubuh
e) Pengaturan perubahan fungsi tubuh
d) Membantu pasien untuk membedakan penampilan fisik
dari perasaan yang beharga
e) Membantu pasien untuk menentukan akibat dari persepsi
yang sama penampilan tubuh.
f) Monitoring pandangan diri secara berkala
g) Montoring pernyataan tentang persepsi identitas diri
sehubungan denagn bagian tubuh dan berat badan
h) Menentukan apakah perubahan citra tubuh berkontribusi
dalam isolasi social
i) Membantu pasien dalam mengidentifikasi penampilan
yang akan meningkat
Resiko tinggi terhadap Pengetahuan :Kontrol infeksi Pengontrolan infeksi
infeksi b.d prosedur Indikator: Aktivitas :
invansif a) Mendeskripsikan tanda-tanda dan gejala a) Ciptakan lingkungan ( alat-alat, berbeden dan lainnya)
b) Mendeskripsikan tampilan prosedur-prosedur
yang nyaman dan bersih terutama setelah digunakan oleh
c) Mendeskripsikan pengontrolan prosedur-
pasien
prosedur
d) Mendeskripsikan aktivitas-aktivitas b) Gunakan alat-alat yang baru dan berbeda setiap akan
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi melakukan tindakan keperawatan ke pasien
e) Mendeskripsikan cara pengobatan untuk
c) Tempatkan pasien yang harus diisolasi yang sesuai dengan
diagnosa
kondisi pasien
f) Mendeskripsikan tingkat keberhasilan diagnose
d) Batasi jumlah pengunjung sesuai kondisi pasien
infeksi
e) Instruksikan kepada pengunjung untuk selalu mencuci
Kontrol resiko tanagn sebelum dan sesudah memasuki ruangan pasien
Indikator: f) Gunakan sabun antimikroba untuk proses cuci tangan
a) Mengetahui resiko g) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b) Memperhatikan factor resiko lingkungan
kepada pasien
c) Perhatikan factor resiko perilaku individu
d) Kembangkan strategi pengawasan factor resiko h) Gunakan selalu handscoon sebagai salah satu ketentuan
yang efektif kewaspadaan universal
e) Tentukan strategi kontrol resiko yang
i) Gunakan baju yang bersih atau gown ketika menangani
dibutuhkan
pasien infeksi
f) Mengubah gaya hidup untuk mengurangi
j) Gunakan sarung tangan yang steril, jika memungkinkan
resiko
k) Jaga dan lindungai area atau ruangan yang diindikasikan
dan digunakan untuk tindakan invasive, operasi dan gawat
darurat
d) Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk mengukur tindakan yang dilakukan oleh
perawat, memperbaharui tindakan yang sudah dilakukan.
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Pasien mengerti mengenai penyakitnya dan pengobatannya
3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
4. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi
5. Kepuasan pasien pada penampilan tubuh
6. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Referensi
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6,
EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,
EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C.2005.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta. I
Putu Juniartha Semara Putra

You might also like