Professional Documents
Culture Documents
CA RECTAL
2. Anatomi Fisiologi
Panjang usus besar (kolon dan rectum) 1.500 cm, yang terdiri dari
sekum, kolon asenden, kolon tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid
dan rektum. Dinding usus besar mempunyai tiga lapis yaitu lapisan
mukosa (bagian dalam), yang berfungsi untuk mencernakan dan absorpsi
makanan, lapisan muskularis (bagian tengah) yang berfungsi untuk
menolak makanan ke bagian bawah, dan lapisan serosa (bagian luar),
bagian ini sangat licin sehingga dinding usus tidak berlengketan satu sama
lain di dalam rongga abdomen.
Berbeda dengan mukosa usus halus, pada mukosa kolon tidak
dijumpai villi dan kelenjar biasanya lurus-lurus dan teratur. Permukaan
mukosa terdiri dari pelapis epitel tipe absortif (kolumnar) diselang seling
sel goblet. Pelapis epitel kripta terdiri dari sel goblet. Pada lamina propria
secara sporadik terdapat nodul jaringan limfoid. Sel berfungsi
mengabsorpsi air, lebih dominan pada kolon bagian proksimal (asendens
dan tranversum), sedangkan sel goblet lebih banyak dijumpai pada kolon
desenden. Lamina propria lebih seluler (sel plasma, limfosit dan eosinofil)
pada bagian proksimal dibanding dengan distal dan rektum. Pada bagian
distal kolon, sel plasma hanya ada dibawah epitel permukaan. Sel paneth
bisa ditemukan pada sekum dan kolon asenden. Pada anus terdapat
sfingter anal internal (otot polos) dan sfingter anal eksternal (otot rangka)
yang mengitari anus.
Kolon mengabsorpsi air sampai dengan 90% dan juga elektrolit,
sehingga mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat, disebut
eses. Kolon tidak memproduksi enzim, tetapi hanya mukus. Terdapat
sejumlah bakteri pada kolon, yang mampu mencerna sejumlah kecil
selulosa, dan menghasilkan sedikit nutrien bagi tubuh. Bakteri juga
memproduksi vitamin K dan juga gas, sehingga menimbulkan bau pada
feses. Secara imunologis, oleh karena banyak limfonodus terutama di
aappendiks dan rektum; dan sel imun dilamina propria. Feses juga
bewarna coklat yang disebabkan pigmen empedu.
Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit,
ekskresi mucus serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya
keluar. Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon,
hanya 150-200 ml yang dikeluarkan sebagai feses setiap harinya. Udara
ditelan sewaktu makan, minum, atau menelan ludah. Oksigen dan
karbondioksida di dalamnya di serap di usus, sedangkan nitrogen bersama
dengan gas hasil pencernaan dari peragian dikeluarkan sebagai flatus.
Jumlah gas di dalam usus mencapai 500 ml sehari. Pada infeksi usus,
produksi gas meningkat dan bila mendapat obstruksi usus gas tertimbun di
saluran cerna yang menimbulkan flatulensi (Pieter, 2005).
3. Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi
faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip
pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi
lemak protein dan daging serta rendah serat. ( Brunner & Suddarth, 2005).
a) Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada
dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia
50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker),
tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b) Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker
colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain
itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium)
atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena
kanker colorectal.
c) Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai
riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda
terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara Anda terkena
kanker pada usia muda.
d) Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan
yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki
tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.
Radang kronik kolon seperti kolitis ulserosa atau kolitis amuba
kronik dapat beresiko tinggi menjadi kanker kolorektal. Faktor risiko
lainnya antara lain:
a) Peradangan (inflamasi) usus dalam periode lama, seperti : kolitis
ulseratif.
b) Riwayat keluarga.
c) Hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC) merupakan
penyakit keturunan dengan risiko terjadi kanker kolorektal pada usia
muda, ditemukan polip dalam jumlah sedikit.
d) Familial adenomatous polyposis (FAP) merupakan penyakit keturunan
yang jarang ditemukan dapat ditemukan ratusan polip pada kolon dan
rektum.
e) Pola makan dan gaya hidup, makanan rendah serat, makanan dengan
kadar lemak tinggi dan lamanya waktu transit sisa hasil pencernaan
dalam kolon dan rektal meningkatkan risiko kanker kolorektal.
f) Diabetes, meningkatkan 40 % berkembangnya kanker kolorektal
g) Rokok dan alkohol
h) Riwayat polip atau kanker kolorektal
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi kanker kolon secara umum adalah :
a) Perdarahan rektum
b) Perubahan pola BAB
c) Tenesmus
d) Obstruksi intestinal
e) Nyeri abdomen
f) Kehilangan berat badan
g) Anorexia
h) Mual dan muntah
i) Anemia
j) Massa palpasi
Manifestasi klinis sesuai dengan bagian kolon yang terkena
kaganasan
Colon Kanan Colon Kiri Rektal/rektosigmoid
a. Nyeri dangkal abdomen. a. Obstruksi (nyeri a. Evakuasi feses yang
b. Anemia abdomen dan kram, tidak lengkap setelah
c. Melena (feses hitam) penipisan feses, defekasi.
d. Dyspepsia konstipasi dan distensi) b. Konstipasi dan diare
e. Nyeri di atas umbilicus b. Adanya darah segar bergantian.
f. Anorexia, nausea, dalam feses. c. Feses berdarah.
vomiting c. Perdarahan rektal d. Perubahan kebiasaan
g. Rasa tidak nyaman d. Perubahan pola BAB defekasi.
diperut kanan bawah e. Obstruksi intestine e. Perubahan BB
h. Teraba massa saat palpasi
i. Penurunan BB
(Smeltzer dan Bare, 2002 dan Black dan Jacob, 1997)
T1 N0 M0
I A
T2 N0 M0
II A T3 N0 M0
B
II B T4 N0 M0
III A T1-T2 N1 M0
III B T3-T4 N1 M0 C
III C Any T N2 M0
IV Any T Any N M1 D
Keterangan :
T : Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat di nilai
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi
invasi pada lamina propria
T1 : Tumor menyebar pada submukosa
T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria
T3 : Tumor menyebar menembus muskularis propria ke dalam
subserosa atau ke dalam jaringan sekitar kolon atau rektum
tapi belum mengenai peritoneal
T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau
menimbulkan perforasi peritoneum viseral.
N : Kelenjar getah bening regional/node
Nx : Penyebaran pada kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 : Tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening
N1 : Telah terjadi metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening
regional
N2 : Telah terjadi metastasis pada lebih dari 4 kelenjar getah
bening
M : Metastasis
Mx : Metastasis tidak dapat di nilai
M0 : Tidak terdapat metastasis
M1 : Terdapat metastasis
7. Penatalaksanaan
a) Medis
1) Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup
bermakna, terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan
tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang
berhubungan.Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling
sering dalam bentuk pendukung atau terapi anjuran. Terapi anjuran
biasanya diberikan selain pengobatan bedah yang mencakup
kemoterapi, terapi radiasi, dan imunoterapi.
2) Terapi radiasi: sering digunakan sebelum pembedahan untuk
menurunkan ukuran tumor dan membuat mudah untuk direseksi.
Intervensi lokal pada area tumor setelah pembedahan termasuk
implantasi isotop radioaktif ke dalam area tumor. Isotop yang
digunakan termasuk radium, sesium, dan kobalt. Iridium digunakan
pada rektum.
3) Kemoterapi: kemoterapi dilakukan untuk menurunkan metastasis
dan mengontrol manifestasi yang timbul. Kemoterapi adalah
penggunaan obat-obatan (5-flourauracil (5-FU)) untuk membunuh
sel-sel kanker. Ia adalah suatu terapi sistemik, yang berarti bahwa
pengobatan berjalan melalui seluruh tubuh untuk menghancurkan
sel-sel kaker. Setelah operasi kanker usus besar, beberapa pasien
mungkin mengandung microscopic metastasis (foci yang kecil dari
sel-sel kanker yang tidak dapat dideteksi). Kemoterapi diberikan
segera setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel mikroskopik
(adjuvant chemotherapy).
b) Bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebayakan kanker
kolorektal. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran
tumor.Prosedur pembedahan pilihan, sebagai berikut:
1) Pada tumor sekum dan kolon asenden
Dilakukan hemikolektomi kanan, lalu anastomosis ujung ke ujung.
Pada tumor di fleksura hepatika dilakukan juga hemikolektomi, yang
terdiri dari reseksi bagian kolon yang diperdarahi oleh
arteri iliokolika, arteri kolika kanan, arteri kolika media termasuk
kelenjar limfe dipangkal arteri mesentrika superior.
2) Pada tumor transversum
Dilakukan reseksi kolon transversum (transvesektomi) kemudian
dilakukan anastomosis ujung ke ujung. Kedua fleksura hepatika
dan mesentrium daerah arteria kolika media termasuk kelenjar limfe.
3) Pada Ca Colon desenden dan fleksura lienalis
Dilakukan hemikolektomi kiri yang meliputi daerah arteri kolika kiri
dengan kelenjar limfe sampai dengan di pangkal arterimesentrika
inferior.
4) Tumor rectum
Pada tumor rectum 1/3 proximal dilakukan reseksi anterior tinggi
(12-18 cm dari garis anokutan) dengan atau tanpa stapler. Pada
tumor rectum 1/3 tengah dilakukan reseksi dengan mempertahankan
spingter anus, sedangkan pada tumor 1/3 distal dilakukan reseksi
bagian distal sigmoid, rektosigmoid, rektum melalui abdominal
perineal (Abdomino Perineal Resection/APR), kemudian dibuat end
colostomy. Reseksi abdoperineal dengan kel. retroperitoneal menurut
geenu-mies. Alat stapler untukmembuat anastomisis di dalam
panggul antara ujung rektum yang pendek dan kolon dengan
mempertahankan anus dan untuk menghindari anus pneternaturalis.
Reseksi anterior rendah (Low Anterior Resection/LAR) pada rektum
dilakukan melalui laparatomi dengan menggunakan alat stapler
untuk membuat anastomisis kolorektal/koloanal rendah.
8. Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.
b. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan
penyebaran langsung.
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah
sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
f. Pembentukan abses
9. WOC
Terlampir