Professional Documents
Culture Documents
Pendidikan Pancasila
oleh: Kelompok 4
JURUSAN KIMIA
Februari 2017
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....1
1.2 Rumusan
Masalah...1
1.3 Tujuan Makalah.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kognitif...
3
2.2 Perkembangan Kognitif.
3
2.3 Proses-proses Kognitif...4
2.4 Tahap-tahap Masa Perkembangan Menurut Jean Piaget.5
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Kognitif.10
2.6 Teori Piaget dan Hubungannya dengan Pendidikan.10
2.7 Penerapan Teori Piaget dalam Pembelajaran IPA SD.13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.14
3.2 Saran...14
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
senantiasa memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini untuk pemenuhan tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Tidak lupa, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penulisan
makalah ini, baik secara material maupun immaterial. Karena penulisan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Sebagai manusia, yang tidak luput dari salah dan khilaf. Saya sadar bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran saya harapkan dri
berbagai pihak demi karya yang lebih baih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca. Terima kasih.
3
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1 Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisa, sintesa, evaluasi. Kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
operasional yang dimiliki orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
mendengarkan kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya, seorang guru
diharuskan memiliki kompetisi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki
kemampuan intelektual, seperti kemampuan penguasaan materi pelajaran, pengetahuan
mengenai cara belajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan
bagaimana anak beradaptasi. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif bukan
hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan saja, melainkan
interaksi antara keduanya.Menurut pandangan ini organisme aktif mengadakan hubugan
dengan lingkungan. Penyesuaian terhadap objek-objek yang ada dilingkungannya, yang
merupakan proses interaksi yang dinamis inilah yang disebut dengan kognisi. Sebagai
fungsi mental yang berhubungan dengan proses mengetahui, proses kognitif meliputi
aspek aspek persepsi, ingatan, pikiran, symbol, penalaran dan pemecahan persoalan.
Bahasa menjadi salah satu objek material dalam psikologi kognitif karena bahasa
merupakan perwujudan fungsi-fungsi kognitif.
Menurut piaget mekanisme dan proses perkembangan intelektual terjadi sejak masa
bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang
dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis. Melalui penelitiannya, dia
menyimpulkan bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan
genetik.Perubahan genetic bukanlah peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu
organisme, melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi
antara organisme dan lingkungannya.
5
Menurut Piaget (1954) seorang bayi yang berusaha membangun pemahaman
mengenai dunia berarti otak mereka sedang berkembang yang kemudian menciptakan
sebuah skema yaitu beragai tindakan atau representasi mental yang mengorganisasikan
pengetahuan. Dimana skema itu terbagi menjadi dua, yaitu skema perilaku (aktifitas,
merupakan ciri yang berkembang di masa bayi) dan skema mental (aktivitas kognitif yang
berkembang di masa kanak-kanak ). Skema bayi dibangun dengan tindakan-tindakan
sederhana yang dapat ditampilkan terhadap objek-objek, seperti menghisap, melihat, dan
menggenggam. Sedangkan anak-anak yang lebih tua mempunyai skema-skema yang
mencakup berbagai strategi dan rencana untuk pemecahan masalah. Sebagai contoh
ketika jacqualine berusaha membuka pintu tanpa kehilangan helaian-helaian rumput yang
digenggamnya. Pada orang dewasa skema-skema itu dapat berupa cara mengemudikan
mobil, menyeimbangkan anggaran belanja, dan konsep keadilan.
Asimilasi dan akomodasi merupakn dua konsep untuk menjelaskan vagaimana anak-
anak mrnggunakan dan mengadaptasikan skema-skemanya. Asimilasi terjadi ,ketika anak
menggunakan skema yang dimilikinya untuk menangani informasi atau pengalaman baru.
Contohnya, anak yang sudah bisa mengucapkan kata mobil dan mengerti bahwa mobil
ialah suatu benda yang digunakannya untuk bepergian dengan keluarganya mungkin
mengatakan bahwa semuaa kendaraan yang dilihatnya dijalanan seperti truk, bus, dan
motor adalah mobil. Sedangkan akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan skema yang
dimilikinya agar sesuai dengan informasi dan pengalaman yang ia peroleh. Contohnya,
ketika anak berusaha memperhalus kategori mobil, bahwa truk bukanlah mobil yang bisa
ia gunakan dengan keluarganya untuk bepergian dan motor hanya memiliki 2 roda tidak
bisa disebut sebagi mobil.
3. Organisasi
4. Ekuilibrasi
Tahap ini berlangsung mulai dari kelahiran hingga usia 2tahun. Dalam tahap ini, bayi
membangun suatu pemahaman mengenai dunia dengan cara mengoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensoris (mendengar, melihat) melalui tindakan-tindakan fisik-
motorik. Pada awal tahap ini bayi-bayi baru lahir telah memiliki lebih dari sekedar
refleks. Pada akhir tahap ini, bayi berusia 2tahun gtelah dapat menghasilkan pola-pola
sensorimotor yang kompleks dan menggunakan simbol-simbol primitif. Sebagai
contohnya adalah hal yang dilakukan oleh piaget terhadap putrinya yaitu membuka dan
menutup korek api dihadapan putrinya. Kemudian putrinya menirukan peristiwa itu
dengan membuka dan menutup mulutnya. Hal ini jelas merupakan suatu ekspresi yang
berkaitan dengan gambarannya mengenai peristiwa tersebut.
Pada akhir tahap ini, bayi sudah memahami tentang ketetapan objek yang bagi piaget
hal iini merupakan petunjuk penting dalam perkembangan kognitif bayi. Sebagai contoh,
bayi diperlihatkan dengan boneka kera lalu antara bayi dengan boneka kera tersebut
diberi penghalang sehingga bayi tidak dapat melihat boneka kera didepannya lagi.
Beberapa saat bayi tersebut tidak mencarinya, namun setelah itu ia mencarinya yang
merupakan indikasi bahwa bayi menganggap bahwa objek tersebut bersifat tetap atau
disebut ketetapan objek.
Contoh:
refleks menangis, mengisap, menggerakkan
tangan dan kepala, mengisap benda
didekatnya, dan lain-lain.
7
Sensorimotor (0-2 tahun)
N Periode Implikasi
o
2 Primary Circular Reaction Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-
(umur 1-4 bulan) coba dan mengulang-ulang suatu tindakan
Contoh:
seorang bayi mengembangkan kebiasaan
mengisap jari. Awalnya ia tidak dapat
mengangkat tangannya ke mulut, lalu pelan-
pelan mencoba dan akhirnya bisa. Setelah itu
menjadi lebih cepat melkukan kembali. Maka
itu, terjadilah suatu kebiasaan mengisap ibu
jari
3 Secondary Circular Reaction Pada periode ini, seorang bayi mulai
(umur 4-8 bulan) menjamah dan memanipulasi objek apapun
yang ada di sekitarnya
Contoh:
seorang bayi diletakkan diatas ranjang dan
diberi mainan yang akan berbunyi jika talinya
dipegang. Suatu saat ia main-main dan
menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang
bagus dan ia senang. Maka, ia akan menarik
tali itu agar muncul bunyi yang sama
4 Coordinatory of Secondary Seorang bayi mulai membedakan antara
Reaction sarana dan hasil tindakannya.
(umur 8-12 bulan)
Contoh:
seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya
jauh. Di dekatnya terdapat tongkat kecil dan
dia akan menggunakannya untuk menggapai
mainan tersebut
5 Tertiary Circular Reaction Masa anak mulai mengembangkan cara-cara
(umur 12-18 bulan) baru untuk mencapai tujuan dengan
eksperimen
Contoh:
anak diberi makanan yang diletakkan di meja.
Ia akan mencoba menjatuhkan makanan itu
dan memakannya.
6 Symbolic Thought Seorang anak sudah mulai menemukan cara-
(umur 18-24 bulan) cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan
fisis dan eksternal tetapi juga dengan
koordinasi internal dalam gambarannya
Contoh:
8
Sensorimotor (0-2 tahun)
N Periode Implikasi
o
Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia
tidak berhasil karena pintu disangga oleh
sebuah kursi diseberangnya. Ia pergi di sisi
lain dan memindahkan kursi yang
menghambat tersebut, padahal ia tidak
melihat. Dari kejadian tersebut, tampak jelas
bahwa lauren dapat mengerti apabila penyebab
pintu itu adalah sesuatu yang berada
dibelakang pintu tersebut, meskipun ia tidak
melihat.
Pada tahap ini anak mampu menggunakan simbol (fungsi simbolik) yaitu kemampuan
yang digunakan untuk mewakilkan sesuatu yang tidak ada atau tidak terlihat. Fungsi
simbolik ini bisa nyata atau abstrak. Contohnya, mainan pisau dari plastik adalah sesuatu
yang nyata, mewakili pisau yang sesungguhnya. Kata pisau sendiri bisa mewakili sesuatu
yang abstrak seperti bentuknya dan tajamnya. Dengan berkembangnya kemampuan
mensimbolisasikan ini, anak memperluas ruang lingkup aktivitasnya yang menyangkut
hal-hal yang sudah lewat, atau hal-hal yang akan datang, disamping waktu sekarang.
Pada masa ini anak sudah bisa menemukan objek yang tersembunyi dengan
melakukan simbolisasi terhadap objek yang tidak dilihatnya ketika terjadi pemindahan
objek. Anak juga bisa melakukan sesuatu dari hasil meniru atau mengamati tingkah laku
orang yang ada disekitarnya dengan membentuk tanggapan internal sebab anak tidak
langsung menirukan ketika ia melihat atau mengamatinanya, melainkan menyimpan dan
memperagakannya dilain waktu.
Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena. Tahap ini adalah tahap
persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran anak lebih
banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia
melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula.
Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep
kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. ciri-ciri
anak pada tahap ini juga belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau
lebih secara bersamaan atau masih belum maksimal terhadap konsentrasi (contration),
animism (Nafisah: 2014)
Pada masa ini anak-anak sudah bisa melakukan tugas-tugas konservasi dengan baik.
Anak sudahmengetahui dengan pasti benda-benda yang ada disekitarnya, mampu
mengonversikan angka dan dimensi-dimensi seperti luas dan volume. Kemampuan anak
untuk melakukan operasi-operasi mental dan kognitif memungkinkannya bisa berfikir
untuk melakukan tindakan tanpa melakukannya dengan nyata. Namun, hal-hal yang
dipikirkan oleh anak masih bersifat terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya dengan
sesuatu yang konkrit, suatu realitas secara fisik. Pada tahap ini anak juga bersifat
egosentris.
Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan
bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan,
kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari
sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup matang
untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena
itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-
anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas
logika.
Pada peringkat ini anak sudah menguasai segi kekekalan atau conservation adalah
suatu kuantiti yang tidak akan berubah walaupun terdapat perubahan di dalam
kewujudanya atau apareance jika menunjukkan empat kelereng dengan susuna lurus
dengan kelereng yang diletakkan secara acak maka anak pada masa oprasionalkonkrit
akan mengatakan bahwa kuantitas dari kelereng itu sama. Sedangkan anak pada mas
praoprasional akan mengatakan bahwa kelerengyang disusun secara acak memiliki
kuantitas lebih banyak.
10
d) Tahap 4: Masa Formal-operasional (11 tahun-dewasa)
Masa ini terjadi ketika seorang anak memperkembangkan kemampuan kognitif untuk
berpikir abstrak dan hipotetis. Pada masa ini anak bisa memikirkan hal-hal apa yang akan
atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak dan menduga apa yang mungkin terjadi serta
dapat menentukan kesimpulan dari suatu pernyataan. Perkembangan lain pada masa anak
bisa disebut dengan masa remaja yaitu kemampuan untuk untuk berpikir sistematik.
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal
yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak
diperlukan lagi. Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara abstrak,
menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai kemungkinan
(dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46). Sehingga ketika masa
ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal
berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas
dari apa yang diamati saat itu.
Teori piaget tentang perkembangan kognitif anak yang baru lahir dan
seterusnya lebih ditekankan sebagai sumbangannya terhadap pengetahuan tentang
kemanusiaan daripada sebagai penerapannya dalam ruang kelas. Piaget, sejalan
11
dengan Roesseau menganggap bahwa belajar sebagai proses yang aktif dan harus
disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak. Belajar pada anak bukan sesuatu
yang sepenuhnya bergantung pada guru(aliran behaviorisme yang memandang anak
sebai pribadi yang mekanistik) melainkan harus keluar dari anak itu sendiri. Belajar
merupakan proses yang aktif untuk menemukan atau memperoleh sesuatu yang baik
pad bayi maupun pada anak yang memperlihatkan kemajuan-kemajuan dalam
perkembangan intelek dalam menjeljahi dunia dan ini dilakukannya sendiri, timbul
dari dirinya sendiri.
12
sesuatu tidak akan terbentuk. Selain itu, dalam kesempatan berinteraksi sosial, anak
akan melakukan imitasi yang merupakan suatu faktor penting dalam proses belajar.
Akan tetapi, timbul juga suatu masalah dalam pendidikan mengenai teori
piaget ini, yaitu mengenai tugas-tugas penkonservasian angka-angka yang diberikan
kepada anak-anak pada masa pra operasional. Suatui pendapat yang salah apabila
proses belajar diartikan sebagai mempercepat proses perkembangan kognitif dengan
pemberian tugas pengkonservasian angka. Karena penkonversian angka ini baru bisa
dilakukan anak-anak pada masa konktit-operasional.
1. Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah
mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.
13
2. Guru harus memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri
jawabannya, sedangkan juga guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila
sewaktu-waktu dibutuhkan.
3. Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan
jawaban yang diinginkan.
1. Metode praktik langsung, melalui kegiatan praktik langsung diharapkan anak akan
dapat pengalaman melalui interaksi langsung dengan objek
2. Metode cerita, anak akan mendapat pengetahua tentang bagaiman cara menyampaikan
pesan pada orang lain agar orang lain mampu memahami pesan-pesan yang ingin
disampaikan
3. Metode tanya jawab, membangun pengetahuan melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan sehingga anak dapat menjawab dan membuat pertanyaan sesuai informasi
yang ingin diperoleh
4. Metode proyek, memberikan kesempatan kepada nak untuk melakukan eksplorasi
pada lingkungan sekitar sebagai proyek belajar
5. Metode bermain peran, anak dapat mengembangkan pengetahuan sosial karena
dituntut untuk mempelajari dan memperagakan peran yang akan dimainkan
6. Metode demonstrasi, menunjukkan atau memperagakan suatu tahapan kejadian,
proses dan peristiwa
14
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan
oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar
merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema
yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak
statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif
manusia.
3.2 Saran
15