Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Istilah kognitif mulai banyak dikemukakan ketika teori teori jean piaget banyak
ditulis dan dibicarakan lagi pada kira-kira permulaan tahun 60 an. Pengertian kognitif itu
sendiri sebenarnya meliputi aspek aspek-aspek struktur intelek yang dipengaruhi untuk
mengetahui sesuatu. Secara sederhana, kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk
berfikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Dengan demikian dapat dipahami perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua
proses psikologi yang berkaitan dengan bagaimana cara individu mempelajari dan
memikirkan lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisa, sintesa, evaluasi. Kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
operasional yang dimiliki orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
mendengarkan kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya, seorang guru
diharuskan memiliki kompetisi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki
kemampuan intelektual, seperti kemampuan penguasaan materi pelajaran, pengetahuan
mengenai cara belajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan
bagaimana anak beradaptasi. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif bukan
hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan saja, melainkan
interaksi antara keduanya.Menurut pandangan ini organisme aktif mengadakan hubugan
dengan lingkungan. Penyesuaian terhadap objek-objek yang ada dilingkungannya, yang
merupakan proses interaksi yang dinamis inilah yang disebut dengan kognisi. Sebagai
fungsi mental yang berhubungan dengan proses mengetahui, proses kognitif meliputi
aspek aspek persepsi, ingatan, pikiran, symbol, penalaran dan pemecahan persoalan.
Bahasa menjadi salah satu objek material dalam psikologi kognitif karena bahasa
merupakan perwujudan fungsi-fungsi kognitif.
Menurut piaget mekanisme dan proses perkembangan intelektual terjadi sejak masa
bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang
dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis. Melalui penelitiannya, dia
menyimpulkan bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan
genetik.Perubahan genetic bukanlah peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu
organisme, melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi
antara organisme dan lingkungannya.
Asimilasi dan akomodasi merupakn dua konsep untuk menjelaskan vagaimana anak-
anak mrnggunakan dan mengadaptasikan skema-skemanya. Asimilasi terjadi ,ketika anak
menggunakan skema yang dimilikinya untuk menangani informasi atau pengalaman baru.
Contohnya, anak yang sudah bisa mengucapkan kata mobil dan mengerti bahwa mobil
ialah suatu benda yang digunakannya untuk bepergian dengan keluarganya mungkin
mengatakan bahwa semuaa kendaraan yang dilihatnya dijalanan seperti truk, bus, dan
motor adalah mobil. Sedangkan akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan skema yang
dimilikinya agar sesuai dengan informasi dan pengalaman yang ia peroleh. Contohnya,
ketika anak berusaha memperhalus kategori mobil, bahwa truk bukanlah mobil yang bisa
ia gunakan dengan keluarganya untuk bepergian dan motor hanya memiliki 2 roda tidak
bisa disebut sebagi mobil.
3. Organisasi
4. Ekuilibrasi
Tahap ini berlangsung mulai dari kelahiran hingga usia 2tahun. Dalam tahap ini, bayi
membangun suatu pemahaman mengenai dunia dengan cara mengoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensoris (mendengar, melihat) melalui tindakan-tindakan fisik-
motorik. Pada awal tahap ini bayi-bayi baru lahir telah memiliki lebih dari sekedar
refleks. Pada akhir tahap ini, bayi berusia 2tahun gtelah dapat menghasilkan pola-pola
sensorimotor yang kompleks dan menggunakan simbol-simbol primitif. Sebagai
contohnya adalah hal yang dilakukan oleh piaget terhadap putrinya yaitu membuka dan
menutup korek api dihadapan putrinya. Kemudian putrinya menirukan peristiwa itu
dengan membuka dan menutup mulutnya. Hal ini jelas merupakan suatu ekspresi yang
berkaitan dengan gambarannya mengenai peristiwa tersebut.
Pada akhir tahap ini, bayi sudah memahami tentang ketetapan objek yang bagi piaget
hal iini merupakan petunjuk penting dalam perkembangan kognitif bayi. Sebagai contoh,
bayi diperlihatkan dengan boneka kera lalu antara bayi dengan boneka kera tersebut
diberi penghalang sehingga bayi tidak dapat melihat boneka kera didepannya lagi.
Beberapa saat bayi tersebut tidak mencarinya, namun setelah itu ia mencarinya yang
merupakan indikasi bahwa bayi menganggap bahwa objek tersebut bersifat tetap atau
disebut ketetapan objek.
Contoh:
refleksmenangis,mengisap,menggerakkantangan
dankepala,mengisapbendadidekatnya,danlain
lain.
2 Primary Circular Reaction Kebiasaan dibuat dengan dengan mencobacoba
(umur 1-4 bulan) danmengulangulangsuatutindakan
Contoh:
seorangbayimengembangkankebiasaanmengisap
jari.Awalnyaiatidakdapatmengangkattangannya
kemulut,lalupelanpelanmencobadanakhirnya
bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan
kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan
mengisapibujari
3 Secondary Circular Reaction Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah
(umur 4-8 bulan) dan memanipulasi objek apapun yang ada di
Sensorimotor (0-2 tahun)
N Periode Implikasi
o
sekitarnya
Contoh:
seorangbayidiletakkandiatasranjangdandiberi
mainanyangakanberbunyijikatalinyadipegang.
Suatu saat ia mainmain dan menarik tali itu. Ia
mendengarbunyiyangbagusdaniasenang.Maka,
iaakanmenariktaliituagarmuncul bunyi yang
sama
4 Coordinatory of Secondary Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan
Reaction hasil tindakannya.
(umur 8-12 bulan)
Contoh:
seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya jauh. Di
dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan
menggunakannya untuk menggapai mainan
tersebut
5 Tertiary Circular Reaction Masa anak mulai mengembangkan cara-
(umur 12-18 bulan) cara baru untuk mencapai tujuan
dengan eksperimen
Contoh:
anak diberi makanan yang diletakkan di
meja. Ia akan mencoba menjatuhkan
makanan itu danmemakannya.
6 Symbolic Thought Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara
(umur 18-24 bulan) baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan
eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal
dalam gambarannya
Contoh:
Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak
berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi
diseberangnya. Ia pergi di sisi lain dan
memindahkan kursi yang menghambat tersebut,
padahal ia tidak melihat. Dari kejadian tersebut,
tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti apabila
penyebab pintu itu adalah sesuatu yang berada
dibelakang pintu tersebut, meskipun ia tidak
melihat.
Pada tahap ini anak mampu menggunakan simbol (fungsi simbolik) yaitu kemampuan
yang digunakan untuk mewakilkan sesuatu yang tidak ada atau tidak terlihat. Fungsi
simbolik ini bisa nyata atau abstrak. Contohnya, mainan pisau dari plastik adalah sesuatu
yang nyata, mewakili pisau yang sesungguhnya. Kata pisau sendiri bisa mewakili sesuatu
yang abstrak seperti bentuknya dan tajamnya. Dengan berkembangnya kemampuan
mensimbolisasikan ini, anak memperluas ruang lingkup aktivitasnya yang menyangkut
hal-hal yang sudah lewat, atau hal-hal yang akan datang, disamping waktu sekarang.
Pada masa ini anak sudah bisa menemukan objek yang tersembunyi dengan
melakukan simbolisasi terhadap objek yang tidak dilihatnya ketika terjadi pemindahan
objek. Anak juga bisa melakukan sesuatu dari hasil meniru atau mengamati tingkah laku
orang yang ada disekitarnya dengan membentuk tanggapan internal sebab anak tidak
langsung menirukan ketika ia melihat atau mengamatinanya, melainkan menyimpan dan
memperagakannya dilain waktu.
Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena. Tahap ini adalah tahap
persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran anak lebih
banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia
melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula.
Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep
kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. ciri-ciri
anak pada tahap ini juga belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau
lebih secara bersamaan atau masih belum maksimal terhadap konsentrasi (contration),
animism (Nafisah: 2014)
Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan
bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan,
kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari
sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup matang
untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena
itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-
anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas
logika.
Pada peringkat ini anak sudah menguasai segi kekekalan atau conservation adalah
suatu kuantiti yang tidak akan berubah walaupun terdapat perubahan di dalam
kewujudanya atau apareance jika menunjukkan empat kelereng dengan susuna lurus
dengan kelereng yang diletakkan secara acak maka anak pada masa oprasionalkonkrit
akan mengatakan bahwa kuantitas dari kelereng itu sama. Sedangkan anak pada mas
praoprasional akan mengatakan bahwa kelerengyang disusun secara acak memiliki
kuantitas lebih banyak.
Masa ini terjadi ketika seorang anak memperkembangkan kemampuan kognitif untuk
berpikir abstrak dan hipotetis. Pada masa ini anak bisa memikirkan hal-hal apa yang akan
atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak dan menduga apa yang mungkin terjadi serta
dapat menentukan kesimpulan dari suatu pernyataan. Perkembangan lain pada masa anak
bisa disebut dengan masa remaja yaitu kemampuan untuk untuk berpikir sistematik.
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal
yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak
diperlukan lagi. Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara abstrak,
menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai kemungkinan
(dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46). Sehingga ketika masa
ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal
berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas
dari apa yang diamati saat itu.
Teori piaget tentang perkembangan kognitif anak yang baru lahir dan seterusnya lebih
ditekankan sebagai sumbangannya terhadap pengetahuan tentang kemanusiaan daripada
sebagai penerapannya dalam ruang kelas. Piaget, sejalan dengan Roesseau menganggap
bahwa belajar sebagai proses yang aktif dan harus disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan anak. Belajar pada anak bukan sesuatu yang sepenuhnya bergantung pada
guru(aliran behaviorisme yang memandang anak sebai pribadi yang mekanistik)
melainkan harus keluar dari anak itu sendiri. Belajar merupakan proses yang aktif untuk
menemukan atau memperoleh sesuatu yang baik pad bayi maupun pada anak yang
memperlihatkan kemajuan-kemajuan dalam perkembangan intelek dalam menjeljahi
dunia dan ini dilakukannya sendiri, timbul dari dirinya sendiri.
Akan tetapi, timbul juga suatu masalah dalam pendidikan mengenai teori piaget ini,
yaitu mengenai tugas-tugas penkonservasian angka-angka yang diberikan kepada anak-
anak pada masa pra operasional. Suatui pendapat yang salah apabila proses belajar
diartikan sebagai mempercepat proses perkembangan kognitif dengan pemberian tugas
pengkonservasian angka. Karena penkonversian angka ini baru bisa dilakukan anak-anak
pada masa konktit-operasional.
1. Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah
mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.
2. Guru harus memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri
jawabannya, sedangkan juga guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila
sewaktu-waktu dibutuhkan.
3. Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan
jawaban yang diinginkan.
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan
oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar
merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema
yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak
statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif
manusia.
3.2 saran