Professional Documents
Culture Documents
PERCOBAAN 4
Sintesis Senyawa Kompleks Tembaga dan Besi serta Komplekasi pada Karat
Logam
Tanggal praktikum : Selasa, 11 Oktober 2016
Tanggal pengumpulan : Kamis, 20 Oktober 2016
Disusun oleh :
Abdul Hakim (1147040001)
Ai Kusmiati (1147040004)
Aida Rismawati (1147040006)
Ajeng Siti Rahayu (1147040007)
Emay Maesaroh (1147040024)
Hadya Ayu Hajayasti (1147040032)
Hidayah (1147040033)
Kurnia Wardana (1147040036)
Mega Pani Lorensa (1127040041)
Percobaan Ke-4
Sintesis Senyawa Kompleks Tembaga dan Besi serta Komplekasi pada Karat Logam
I. Tujuan
1. Menentukan hasil dari sintesis senyawa kompleks tembaga
2. Mengidentifikasi rumus kimia kompleks tembaga
3. Menentukan kadar besi-askorbat dari sintesis besi-askorbat
4. Mengidentifikasi senyawa yang dihasilkan dari komplekasi karat logam
II. Dasar Teori
Senyawa koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan
koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat dengan ligan (gugus
pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit dipahami pada awal
penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan ikatan kovalen (terdapat
pasangan elektron yang digunakan bersama) di mana pasangan elektron yang digunakan
bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion
senyawa tersebut. Ion/atom pusat merupakan ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang
berada di pusat (bagian tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut
sebagai asam Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Sedangkan
ligan atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang berada
di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut sebagai basa Lewis
(Chang,2004).
Senyawa kompleks pertama kali ditemukan oleh Tassert (1798), yaitu CoCl3.6NH3.
Senyawa tersebut dianggap aneh karena terbentuk oleh 2 senyawa stabil yang masing-masing
valensinya sudah jenuh. Hal ini baru bisa dipahami setelah waktu berlalu sekitar 100 tahun.
Selama waktu tersebut banyak senyawa kompleks telah dibuat dan dikaji sifat-sifatnya.
Senyawa kompleks adalah suatu senyawa yang mengandung ion kompleks dan ion lawan
(counter ion). Ion kompleks adalah ion yang tersusun dari ion pusat (atom pusat) yang
dikelilingi oleh molekul atau ion yangdisebut ligan. Antara ion pusat dengan ligan terjadi
ikatan koordinasi. Jumlah ikaan koordinasi yang terjadi antara atom pusat dengan ligan
disebut bilangan koordinasi. Atom pusat merupakan atom atau ion yang mempunyai orbital
kosong yang dapat ditempati oleh pasangan elektron dari suatu ligan. Unsur-unsur transisi
dapat menjadi atom pusat suatu ion kompleks karena mempunyai orbital kosong di subkulit 3d
atau 4p.
Ligan dari suatu ion kompleks dapat berupa molekul netral atau anion yang mempunyai
pasangan elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan koordinasi dengan atom
pusat.
Berdasarkan muatannya ligan, ligan dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu ligan netral, ligan bermuatan negatif dan ligan bermuatan positif. Pada umumnya ligan
yang terdapat pada senyawa kompleks adalah ligan netral dan ligan negatif.
Berdasarkan banyaknya atom donor yang dimiliki ligan,ligan dapat dikelompokan menjadi:
1) Ligan monodentat
Ligan yang memiliki satu atom donor, contohnya NH 3, H2O, CO dan Cl. Ligan
monodentat yang atom donornya memiliki satu PEB biasanya hanya dapat membentuk sebuah
ikatan kovalen koordinasi.
2) Ligan bidentat
Ligan yang memiliki dua atom donor, contohnya misalnya ion oksalat (COOCOO) dan
1,2-diaminoetana (etilenadiamina) (NH2CH2CH2NH2).
3) Ligan Polidentat
Ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor, sepeti EDTA yang memiliki 6 atom
donor.
Unsur-unsur transisi umumnya mempunyai konfigurasi elektron dengan subkulit d yang
belum penuh. Dengan demikian dapat memberikan orbital kosong untuk membentuk ikatan
koordinasi dengan pasangan elektron dari ligan yang diikatnya. (Effendy,2007)
Sebagai contoh karakteristik elektronik tembaga(II) sebagai salah satu unsur ditentukan
dari konfigurasi elektronik 3d9, sehingga ion tembaga(II) mempunyai satu elektron tidak
berpasangan dan mempunyai sifat paramagnetik dengan nilai moment magnetik teori sebesar,
S = 1,73 BM.
Untuk senyawa kompleks tembaga(II) umumnya membentuk senyawa kompleks dengan
bilangan koordinasi 4 dan 6 dengan geometri segiempat planar atau oktahedral . Sintesis
kompleks tembaga(II) dapat dilakukan secara refluks maupun dengan cara pencampuran pada
suhu kamar. Pelarut yang digunakan juga bervariasi seperti akuades, benzene, etanol, butanol,
serta pelarut lainnya.
Untuk dapat mensintesis senyawa koordinasi, terlebih dulu dilakukan penentuan
stoikiometri antara atom pusat dengan ligan. Dari penentuan stoikiometri ini kita akan
mendapatkan perbandingan mol antara atom pusat dengan ligan yang digunakan untuk
mensintesis suatu senyawa koordinasi. Selain itu kita juga akan mengetahui jumlah ligan yang
terikat pada ion pusat sehingga akan memudahkan proses pengkajian secara teoritis.
2. Bahan:
N Bahan Satuan Jumlah
o
1 HCl 0.5 M 250 ml
2 FeSO4. 7H2O 1.1 gram
3 NH4OH 6M 20 ml
4 H2O (Akuades) Secukupnya
5 HNO3 (Asam Nitrat) 6M 30 ml
6 Etanol 30 ml
7 Aseton 30 ml
8 CuSO4. 5 H2O 10 gram
9 Pb(NO3)2 1M 5 ml
10 Asam Sitrat 25 gram
11 Vitamin C 4 tablet
12 Metil merah 2 mL
V. Prosedur Kerja
a) Sintesis Kompleks tembaga
1. Prosedur Sintesis
Sampel CuSO4.5H2O ditimbang sebanyak 10 gram, lalu di masukkan ke dalam
lumpang dan alu untuk digerus. Setelah halus dilarutkan dengan larutan NH4OH 6 M
sebanyak 20 mL. Larutan diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama 10 menit.
Ke dalam larutan yang telah diaduk, ditambahkan secara berurutan 5 mL aquades dan 20
mL larutan etanol. Campuran dikocok kemudian didiamkan pada suhu ruang hingga
endapan terbentuk. Selanjutnya ditambahkan 30 mL campuran etanol+ NH 3 (1:1), setelah
bercampur campuran sampel disaring. Endapan yang diperoleh dicuci sebanyak dua kali
dengan 10 mL larutan etanol dalam tiap pencucian. Selanjutnya endapan dikeringkan, dan
ditimbang setelah endapan kering.
2. Analisis Rumus kimia
Analisis rumus kimia dilakukan dengan 2 metode, yaitu titrimetri dan
spektrofotometri. Sebelum titrimetri, terlebih dahulu dilakukan standarisasi larutan HCl
dengan larutan NaOH. Larutan HCl sebanyak 10 mL di masukkan ke dalam labu
erlemeyer, kemudian ditambah 2 tetes metil merah. Larutan kemudian dititrasi dengan
NaOH hingga terjadi perubahan warna dari merah ke kuning.
Langkah selanjutnya setelah standarisasi HCl adalah titrasi larutan sampel dengan
larutan Pb(NO3)2 1 M. Sampel yang berupa endapan yang telah dikeringkan ditimbang
sebanyak 1 gram dan dilarutkan dengan 10 mL larutan HNO 3 6 M. Larutan yang
terbentuk dititrasi dengan larutan Pb(NO3)2 1 M, dan langkah titrasi ini dilakukan
sebanyak 2 kali.
Selain dengan larutan Pb(NO3)2, sampel juga dititrasi dengan larutan HCl yang
telah distandarisasi. Sampel yang telah ditimbang sebanyak 1 gram dilarutkan dalam 10
mL aquades. Larutan sampel ditambah 10 tetes metil merah, lalu dititrasi dengan HCl
hingga menjadi keruh. Titrasi ini dilakukan dua kali.
Setelah melakukan metode titrasi, dilakukan metode spektrofotometri. Langkah
pertama yang dilakukan adalah pembuatan larutan standar. Larutan standar dibuat
sebanyak 6 macam konsentrasi, dan volume setiap larutan sebesar 10 mL. padatan CuSO 4
ditimbang secara berurutan sebanyak 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan 0.6. Setiap padatan yang
telah ditimbang dilarutkan dengan 10 mL larutan HNO 3 1 M dalam labu takar. Endapan
hasil sintesis ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dilarutkan dalam 10 mL larutan HNO 3 1
M. Seluruh larutan standar dan larutan sampel diukur absorbansinya pada = 645 nm.
b) Sintesis Besi-Askorbat
Tablet vitamin C sebanyak 4 buah digerus sampai halus, sembari dilakukan
penimbangan FeSO4. 7H2O sebanyak 1.1 gram. Setelah ditimbang, FeSO4 dilarutkan
dengan 10 mL aquades dalam erlemeyer. Vitamin C yang telah halus di masukkan ke
dalam larutan Fe, kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama 5
menit. Larutan yang telah diaduk, disentrifugasi selama 10 menit dan hasilnya disaring.
Filtrat lalu didinginkan dalam penangas es.
c) Komplekasi Karat Logam
Padatan asam sitrat ditimbang sebanyak 25 gram. Padatan kemudian dilarutkan
dalam 10 mL etanol dan 240 mL aquades. Larutan dipipet ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5 mL dan di masukkan ke dalam botol berkarat sebanyak 245 mL. Larutan
didiamkan selama 5 menit, lalu diukur absorbansinya pada maks. Larutan juga di
masukkan ke dalam botol yang mengandung Cu, dan larutannya diukur absorbansinya
pada maks.
VI. Hasil Pengamatan
a) Sintesis Kompleks Tembaga
1. Prosedur Sintesis
Perlakuan Pengamatan
Sampel CuSO4.5H2O ditimbang sebanyak Kristal berwarna biru
10 gram
Di masukkan ke dalam lumpang dan alu Serbuk berwarna biru muda
untuk digerus.
Dilarutkan dengan larutan NH4OH 6 M Campuran berwarna biru pecan dan
sebanyak 20 mL. terasa panas
Larutan diaduk dengan menggunakan Campuran berwarna biru pekat (+)
magnetic stirrer selama 10 menit.
Ditambahkan 5 mL aquades Campuran berwarna biru pekat (+)
Ditambahkan 20 mL larutan etanol. Campuran berubah warna menjadi ungu
pekat (++)
Didiamkan pada suhu ruang hingga Terbentuk endapan
endapan terbentuk.
Ditambahkan 30 mL campuran etanol+ Campuran berubah warna menjadi ungu
NH3 (1:1), pekat (+++)
Disaring. Endapan berwarna ungu, filtrate
berwarna ungu kebiruan.
Endapan yang diperoleh dicuci sebanyak Endapan berwarna ungu, filtrate
dua kali dengan 10 mL larutan etanol berwarna ungu kebiruan.
dalam tiap pencucian.
Endapan dikeringkan Endapan kering berupa serbuk berwarna
biru tua
Ditimbang setelah endapan kering. Massa= 8 gram
b) Sintesis Besi-Askorbat
Perlakuan Pengamatan
Tablet vitamin C sebanyak 4 buah digerus Serbuk berwarna kuning
sampai halus
Ditimbang FeSO4.7H2O sebanyak 1.1 Kristal berwarna hijau toska
gram.
Setelah ditimbang, FeSO4 dilarutkan larutan berwarna kuning kecoklatan
dengan 10 mL aquades dalam erlemeyer.
Vitamin C di masukkan ke dalam larutan larutan berwarna kuning kecoklatan,
Fe, vitamin C larut sebagian
Diaduk dengan menggunakan magnetic Larutan menjadi lebih kental
stirrer selama 5 menit.
Larutan yang telah diaduk, disentrifugasi Terbentuk 2 fasa: larutan kuning
selama 10 menit kecoklatan (atas), dan bawah endapan
kuning.
Disaring. Filtrat berwarna kuning kecoklatan
Filtrat lalu didinginkan dalam penangas es. Filtrat berwarna kuning kecoklatan
c) Komplekasi Karat Logam
Perlakuan Pengamatan
Padatan asam sitrat ditimbang sebanyak 25 Kristal tak berwarna
gram.
Dilarutkan dalam 10 mL etanol Larut, dan terasa dingin
Dilarutkan 240 mL aquades. Larutan tidak berwarna
Larutan dipipet ke dalam tabung reaksi Larutan tidak berwarna
sebanyak 5 mL
Di masukkan ke dalam botol berkarat Larutan tidak berwarna
sebanyak 245 mL.
Larutan didiamkan selama 5 menit, Larutan tidak berwarna
Diukur absorbansinya pada maks. 0.05 A
Larutan juga di masukkan ke dalam botol Larutan tidak berwarna
yang mengandung Cu,
Diukur absorbansinya pada maks 1.07 A
V1 = 238.6635 mL
8. Campuran etanol+ NH3 (1:1)
1
Vetanol= 2 150 mL= 75 mL
1
Vamoniak= 150 mL= 75 mL
2
=0,53 M 0,02 L
= 0,0106 mol
h. Perbandingan mol (n Cu : n NH3: n SO4) x,y,z
0,002253 : 0,006 : 0,0011
1:4:2
[Cux(NH3)y](SO4)z
Maka rumus molekul kompleks Cu adalah
[Cu(NH3)4](SO4)2
i. Kadar Cu atau persen rendemen
1. Massa teoritis
Mr [ Cu ( NH 3 ) 4 ] ( SO 4 ) 2
Massa teoritis= 10 gram
Mr CuSO 4.5 H 2 O
323.7856 gram/ mol
Massa teoritis= 10 gram
249.70 gram/mol
3. Massa kristal
massa kristal
Rendemen = 100
massa sampel
8 gram
Rendemen = 100 = 80 %
10 gram
4. Kadar Cu
Massa Cu teoritis = 0,002253 mol 323.7856 gram/mol = 0.7295 gram
massa sintesis
Kadar % Cu= massa teoritis 100
8 gram
Kadar % Cu= 100 = 1096.6415%
0.7295 gram
o gram
Kadar besi-askorbat % = 100 = 0%
1.0897 gram
k. Persamaan reaksi
1. Sintesis komppleks tembaga
CuSO4(aq) + 2NH4OH(aq) Cu(OH)2(s) + (NH4)2SO4(aq)
Cu(OH)2(s) + CH3CH2OH(aq) Cu(OH)2(s) + CH3CH2OH(aq)
[Cu(NH3)4](SO4)2(aq) + 2NH4OH(aq) [Cu(NH3)4](SO4)2 .H2O(aq)
2. Titrasi Pb(NO3)2
[Cu(NH3)4](SO4)2(aq) + HNO3(aq) [Cu(NH3)4](NO3)2 (aq) + H2SO4(aq)
H2SO4(aq)+ Pb(NO3)2(aq) PbSO4 (aq) + 2HNO3(aq)
3. Titrasi dengan HCl
[Cu(NH3)4](SO4)2 .H2O(s) + H2O (l) CuSO4(aq) + 4NH3(aq) + H2O (aq)
CuSO4(aq) + HCl (aq) CuCl2(aq) + H2SO4(aq)
4. Sintesis karat logam
C6H8O6(aq) + 3CH3CH2OH(aq) C3H5O(OH)3(aq) + 3CH3CH2 (COOH)(aq)
3C3H5O(OH)3(aq) + Fe3+(aq) [Fe(C3H5O)3](aq) + 9 OH-(aq)
5. Sintesis besi-askorbat
2C6H8O6(aq) + FeSO4(aq) [Fe(C5H8O6)2](s) + H2SO4(aq)
VIII. Pembahasan (Ajeng Siti Rahayu)
Percobaan kali ini berkaitan dengan sintesis senyawa koordinasi atau senyawa kompleks.
Senyawa kompleks adalah suatu senyawa yang mengandung ion kompleks dan ion lawan
(counter ion). Ion kompleks adalah ion yang tersusun dari ion pusat (atom pusat) yang
dikelilingi oleh molekul atau ion yangdisebut ligan. Antara ion pusat dengan ligan terjadi
ikatan koordinasi. Jumlah ikaan koordinasi yang terjadi antara atom pusat dengan ligan
disebut bilangan koordinasi. Atom pusat merupakan atom atau ion yang mempunyai orbital
kosong yang dapat ditempati oleh pasangan elektron dari suatu ligan.
Dalam percobaan kami melakukan 3 sintesis senyawa kompleks yaitu, kompleks
tembaga, kompleks besi askorbat, dan komplekasi karat logam. Dan prekursor yang kami
gunakan adalah CuSO4.5H2O, FeSO4.7H2O, dan karat logam sebagai sumber atom pusatnya.
Sementara untuk suber ligannya digunakan larutan amoniak, asam askorbat, dan asam sitrat.
a. Sintesis tembaga.
Pada proses sintesis tembaga, sampel sebanyak 10 gram yang telah digerus, dilarutkan
dengan larutan NH4OH 6 M. Tujuannya untuk membentuk ligan NH 3 yang akan terikat pada
atom pusat Cu, menggantikan ligan H2O. larutan kemudian diaduk untuk memperbesar dan
mempercepat kelarutan sampel dalam amoniak. Larutan yang telah diaduk ditambahkan
aquades dan etanol. Penambahan etanol dilakukan untuk memekatkan larutan, karena etanol
mudah menguap, dan akan membawa serta beberapa molekul air sehingga kelarutan
berkurang dan terbentuk endapan. Maka setelah penambahan etanol larutan terlebih dahlu
didiamkan agar endapan dapat terbentuk. Setelah terbentuk endapan, ditambahkan campuran
amoniak dan etanol untuk menambah jumlah endapan, dan jumlah amoniak yang akan terikat
pada atom pusat Cu. Campuran kemudian disaring untuk memisahkan endapan dari larutan.
Endapan yang diperoleh dicuci dengan etanol agar kandungan air dalam endapan dapat
berkurang karena teruapkan oleh etanol. Endapan yang diperoleh ditimbang, dan diperoleh
massa sebesar 8 gram, dengan persen rendemen sebesar 80%. Reaksi yang tejadi selama
proses sintesis adalah sebagai berikut:
CuSO4(aq) + 2NH4OH(aq) Cu(OH)2(s) + (NH4)2SO4(aq)
Cu(OH)2(s) + CH3CH2OH(aq) Cu(OH)2(s) + CH3CH2OH(aq)
[Cu(NH3)4](SO4)2(aq) + 2NH4OH(aq) [Cu(NH3)4](SO4)2 .H2O(aq)
Setelah diperoleh endapan, dilakukan annalisis untuk menentukan rumus kimia dari
kompleks tembaga yang diperoleh. Analisis tediri dari titrasi 1 gram sampel dengan HCl dan
Pb-nitrat, serta uji dengan metode spektrofotometri. Sebelum dititrasi dengan HCl, larutan
HCl distandarisasi terlebih dahulu dengan NaOH, karena HCl bukan merupakan standar baku
primer sehingga perlu distandarisasi. Dan diperoleh konsentrasi hasil standarisasi sebesar
0.53 M. Titrasi sampel dengan HCl dan Pb-nitrat bertujuan untuk menentukan jumlah ion
sulfat dan amoniak dalam kompleks tembaga. Jumlah ion ini menunjukkan bilangan
koordinasi dari kompleks tembaga. Pengukuran spektrofotometri dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam endapan terbentuk senyawa kompleks. Karena senyawa kompleks
umumnya merupakan senyawa berwarna, dan senyawa berwarna akan menyerap sinar pada
panjang gelombang sinar komplementernya. Pengukuan absorbansi dilakukan pada panjang
gelombang 645 nm, yang merupakan panjang gelombang maksimum berdasarkan literatur.
Pengukuran absorbansi menghasilkan kurva sebagai berikut:
0.6
f(x) = 2.51x + 0.01
0.4 R = 1 Linear (Y-Values)
Absorbansi Y-Values
0.2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Konsentrasi
Daftar Pustaka
Hiskia, Achmad.1990. Penuntun Kimia Anorganik. Bandung: FMIPA ITB.
Saito, Taro.1996.Buku Teks Kimia Anorganik Online.Tokyo: Iwanami-press.
Sukardjo.1989. Kimia Anorganik. Rineka Cipta: Yogyakarta.
Suhendar, Dede. 2015. Buku Panduan Praktikum Kimia Anorganik. Bandung: UIN Sunan
Gunung Djati.
Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatf Bagian I. Jakarta: PT. Kalman
Media Pusaka.
VII. Pembahasan (Emay Maesaroh, 1147040024)
Senyawa kompleks adalah senyawa yang pembentukannya melibatkan pembentukan
ikatan kovalen koordinasi antara ion logam atau atom logam dengan atom non logam. Senyawa
kompleks dapat merupakan senyawa kompleks netral atau senyawa kompleks ionik. Dalam
senyawa kompleks ionik salah satu dari ion tersebut atau keduanya pada suatu ion atau molekul
netral dapat merupakan kompleks. Dalam pembentukan senyawa kompleks netral atau senyawa
kompleks ionik atom logam atau ion logam disebut sebagai sebagai atom pusat sedangkan atom
yang mendonorkan elektronnya ke atom pusat ke atom pusat disebut atom donor. Atom donor
terdapat pada ion dan molekul netral yang memiliki atom atom donor yang dikoordinasikan pada
atom pusat disebut ligan.
Percobaa ini bertujuan untuk mensintesis senyawa kompleks Cu, kompleks besi askorbat,
kompleks Fe sitrat dan menganalisis rumus kimia dari kompleks tersebut serta menghitung
rendemen senyawa kompleks yang dihasilkan.
A. Sintesis kompleks Cu
Sintesis ini dilakukan dengan melarutkan padatan CuSO4.5H2O yang berwarna
biru sebanyak 10 gram dalam larutan amoniak yang tidak berwarna menghasilkan larutan
berwarna biru akibat adanya pendesakan ligan air oleh ligan NH 3 ini karena ligan NH3
lebih kuat dibandingkan dengan ligan air. Larutan ini berbau sangat menyengat karena
adanya gas amoniak. Larutan dipanaskan agar kristal melarut dan reaksi berjalan lebih
cepat karena masih ada padatan yang belum larut maka ditambahkan air untuk membantu
proses pelarutan.
Larutan ditambahkan etanol yang berfungsi untuk mengendapkan kristal
kompleks Cu dan didiamkan dalam suh ruang agar pembentukan kristal lebuh cepat
karena sifat etanol yang mudah menguap maka setelah penambahan labu erlenmeyer
ditutup dengan kaca arloji yang bertujuan agar tidak banyak etanol yang menguap ketka
proses pembentukan kristal. Setelah ditambahkan campuran larutan amoniak dan etanol
terbentuk endapan berwarna biru pekat. Larutan disaring untuk memisahkan endapan dan
filtratnya endapan yang diperoleh adalah kompleks Cu endapan dicuci dengan etanol dan
aseton yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor pengotor yang tidak diinginkan
yang terdapat pada senyawa kompleks tersebut. Pada saat proses penyaringan ada
sebagian kristal yang terbawa bersama filtrat ini karena ukuran kristal yang dihasilkan
kecil. Pada proses pengeringan endapan untuk menghilangkan molekul molekul air
dilakukan dengan menempatkan endapan diudara terbuka, kristal kompleks Cu yang
diperoleh berwarna biru pekat. Reaksi yang terjadi:
CuSO .5H O + 4NH [Cu(NH ) ](SO ) + 5H2O
4 2 (s) 3(aq) 3 4 4 2(aq)
Kristal yang diperoleh digunakanuntuk pengukuran menggunakan spektrofotometer dan
untuk titrasi. Titrasi ini bertujuan untuk menganalisis rumus kimia kompleks Cu yang
diperoleh berdasarkan perbandingan jumlah mol. Titrasi pertama adalah titrasi kompleks
Cu dengan Pb-asetat. Kompleks Cu dilarutkan dengan HNO3 6M menghasilka larutan
biru muda HNO3 berfungsi untuk melarutkan kompleks Cu, berdasarkan titrasi ini akan
diketahui mol. Kristal Cu dilarutkan dengan HNO3 karena ion ion dalam kompleks
tersebut akan terurai sempurna. Setelah dititrasi dengan Pb-asetat pada larutan terdapat
endapan putih ini menunjukan bahwa proses titrasi selesai. Endapan putih ini adalah
CuSO4.
Titrasi yang kedua adalah titrasi kompleks Cu menggunakan larutan HCl kristal
kompleks Cu dilarutkan dengan aquades menghasilkan larutan warna biru pekat. Dari
titrasi ini akan diperoleh mol NH3 pada bagian ini kristal tidak dilarutkan dengan HNO3
karena akan dititrasi dengan HCl jika dilarutkan dengan asam kmudian dititrasi dengan
asam juga tidak akan terjadinya reaksi sehingga mol yang diinginkan tidak akan
diperoleh sedangkan indikator yang digunakan pada titrasi ini ialah indikator metil merah
karena titrasi yang dilakukan adalah titrasi basa lemah dengan asam kuat. Ammoniak
termasuk kedalam basa lemah sehingga larutan kompleks bersifat basa, ketika proses
titrasi terjadi perubahan warna dari biru tua menjadi hijau kemudian jingga dan warna
akhirnya berwarna merah. Warna ini menunjukan bahwa mol asam dan mol basa tepat
habis bereaksi. Volume HCl yang digenukan untuk titrasi sangat banyak ini menunjukan
bahwa dalam larutan kompleks Cu terdapat banyak NH3.
Untuk pengukuran absorbansi 0.5 gram kristal kompleks Cu dilarutkan dalam
HNO3 1 M pengukuran absorbansi ini untuk menentukan mol Cu dan kadar senyawa
kompleks yang dihasilkan. Spektrofotometer adalah analisi suatu senyawa berdasarkan
kemampuan senyawa dalam mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Sebelum semua senyawa kompleks Cu diukur absorbansinya terlebih dahulu dibuat
larutan standar CuSO4.5H2O pada berbagai konsentrasi. Data dari larutan standar dapat
dibuat kurva larutan standar dan kurva tersebut dapat digunakan untuk menetukan
konsentrasi Cu dalam senyawa kompleks. Kurva larutan standar CuSO 4.5H2O dapat
dilihat dari point analisis data. Dari hasil perhitungan data dari grafik dan titrasi diperoleh
mol Cu (2) mol NH3 (15) dan mol SO4 (1). Jadi swnyawa kompleks hasil sintesis
mempunyai rumus kimia [Cu(NH3)4](SO4)2.
B. Sintesis besi askorbat
Sintesis ini dilakukan dengan cara melarutkan Vit C dala larutan FeSO4 . vitamin
C digunakan karena vitamin C tersebut merupakan asam askorbat sehingga bisa dijadikan
sebagai ligan. Setelah dilarutkan dengan larutan Fe diperoleh larutan warna hijau dan
berbau. Larutan di sentrifugasi untuk memisahkan endapan kemudian disaring sehingga
diperoleh larutan coklat kekuningan. Filtrat yang dihasilkan didiamkan dalam air es
untuk memicu terbentuknyakristal. Tetapi ketika ditambahkan aseton kristal tidak
terbentuk.
Sintesis besi askorbat selanjutnya menggunakan pelarut HNO3 serbuk besi
askorbat dan FeSO4.7H2O dicampurkan kemudian dilarutkan dengan HNO 3 menghasilkan
larutan berwarna kuning, perlakuannya sama seperti yang diatas tetapi setelah di
sentrifugasi tidak terdapat endapan, hanya terdapatnya larutan kental, ni terjadi karena
larutan terlalu jenuh, larutan kemudian disaring, menghasilkan filtrat berwarna kuning.
Setelah suhunya sama dengan suhu es larutan ditambahkan aseton dan terdapat butiran
butiran putih yang melayang. Butiran butiran ini adalah kristal besi askorbat sehingga
didiamkan agar terbentuk lebih banyak. Tetapi setelah didiamkan lama butiran putih
tersebut menjadi hilang, karena tidak terbetuk kristal maka dilakukan pemanasan semabil
diaduk. Pada saat pemanasan terjadi perubahan warnadari kuning menjadi coklat
kemudian hijau dan akhirnya menjadi coklat. Harusnya ketika larutan berubah warna
menjadi hijau pemanasan dihentikan dan langsung dsimpan dalam air es agar kristal
terbentuk.
Pemicu terbentuknya senyawa kompleks adalah dengan pemanasan, komposisi
yang sesuai antara pereaksi pereaksinya dan proses pendinginan. Pereaksi askorbat
biasanya digunakan sebagai obat anemia karena penyakit anemia disebabkan oleh
kekurangan zat besi dalam tubuh. Pemberian suplemen zat besi dan suplemen Vit C
secara bersamaan berpengaruh secara signifikan terhadap kadar hemoglobin, oleh karena
itu sintesis besi askorbat sangat dibutuhkan.
C. Fe-Sitrat
Sintesis ini dilakukan dengan cara mencuci botol bekas yang berwarna kuning
dengan larutan asam sitrat etanol .Botol bekas yang terdapat warna kuning dibagian
dalamnya apabila tidak bisa dibersihkan dengan sabun dan air maka warna kuning tersebt
adanya besi. Setelah dipakai untuk mencuci botol, larutan asam sitrat larutan asam sitrat-
etanol tidak mengalami perubahan warna,tetap larutan tidak berwarna. Pada percobaan
ini yang menjadi ion pusat adlah logam dan asam sitrat adalah ligan, karena asam sitrat
mempunyai kemampuan untuk mengkelat logam. Senyawa kompleks Fe sitrat yang
terbentuk tidak berwarna , kompleks yang dihasilkan tidak berwarna maka kompleks ini
tidak menyerap cahaya pada sinar tampak atau semua cahaya diteruskan. Kompleks yang
tidak berwarna juga disebabkan oleh ligan, bertambahnya kekuatan ligan akan
menghasilkan warna senyawa kompleks semakin pudar.
Penentuan konsentrasi Fe dilakukan dengan mwnggunakan
spektrofotometer UV-VIS larutan kompleks diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 380-800 nm yaitu 645 nm. Absorbansi larutan yang diukur pada
panjang gelombangtersebut sangat rendah. Ini menunjukan bahwa kadar Fe dalam
larutan kompleks tersebut sangat sedikit. Reaksi yang terjadi adalah:
Fe + C H O [Fe(C H O )]
6 8 3 6 8 3
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakn diperoleh:
1. Senyawa kompleks Cu diperoleh dengan mereaksikan CuSO4.5H2O dengan NH3
menghasilkan larutan warna biru yaitu kompleks [Cu(NH 3)2(SO4)2] dan diperoleh %
rendemen sebesar 87.76 %
2. Rumus kimia senyawa kompleks hasil siklus adalah [Cu(NH3)2(SO4)2]
3. Senyawa kompleks besi askorbat diperoleh dengan mereaksikan asam askorbat dengan
FeSO4.5H2O yang dilarutkan dengan air menghasilkan kristal warna putih seberat 0.5
gram dengan % rendemen sebesar 80.02 %
4. Fe yang terdapat pada botol minum dapat dibersihkan dengan asam sitrat karena
kemampuan asam sitrat yang dapat mengkhelat logam sehingga menghasilkan kompleks
Fe sitrat yang tidak berwarna.
Daftar Pustaka
Hiskia.Achmad.1990. Penuntun Kimia Anorganik. FMIPA.ITB Bandung
Nitiadmodio. Maksum. 1983. Kimia Anorganik.Buku 1.FMIPA IKIP Malang.
Suhendar. Dede. 2015. Buku Panduan Praktikum Kimia Anorganik. FSAINTEK. UIN
SGD bandung
Sutrisno. E.T. dan Nurminabari.I.S.2010. penuntun praktikum kimia dasar. Universitas
Pasundan: Bandung
http://anonim.2012/id.shvoong.com/exactsciences/chemistry/2046598senyawakompleks/
diakses pada tanggal 17 oktober 2016 pada pukul 22.00 WIB
Titrasi yang kedua adalah titrasi kompleks Cu menggunakan larutan HCl. Kristal
kompleks Cu dilarutkan dengan akuades menghasilkan larutan warna biru pekat. Dari titrasi ini
akan diperoleh mol NH3. Pada bagian ini kristal tidak dilarutkan dengan HNO 3 karena akan
dititrasi dengan HCl, jika dilarutkan dengan asam kemudian dititrasi dengan asam juga tidak
akan terjadi reaksi sehingga mol yang diinginkan tidak akan diperoleh. Indikator yang digunakan
dalam titrasi ini adalah indikator metil merah karena titrasi yang dilakukan adalah titrasi basa
lemah dengan asam kuat. Ketika proses titrasi terjadi perubahan warna dari biru tua menjadi
hijau kemudian jingga dan warna akhir titrasi merah. Warna ini menunjukan bahwa mol asam
dan mol basa tepat habis bereaksi. Volume HCl yang digunakan untuk titrasi sangat banyak ini
menunjukan bahwa dalam larutan kompleks Cu terdapat banyak NH3. Dari hasil perhitungan
diperoleh mol NH3 sebesar 0,0106 mol.
Reaksi yang terjadi adalah:
Cu(NH4)2(SO4)2 (s) + H2O (l) CuSO4 (aq) +4NH3 (aq) + H2O (aq)
[Cu(NH3)4](SO4)2 (s) + 4 HCl (aq) CuSO4 (aq) + 4 NH4Cl (aq)
0.6
f(x) = 2.51x + 0.01
0.4 R = 1 Y-Values
Absorbansi
Linear (Y-Values)
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3
Konsentrasi
Untuk pengukuran
absorbansi, kristal kompleks CuSO4.5H2O dilarutkan dalam HNO3 1M, pengukuran absorbansi
ini untuk menentukan mol Cu dan kadar senyawa kompleks yang dihasilkan. Sebelum setiap
larutan kompleks Cu diukur absorbansinya terlebih dahulu dibuat larutan standar CuSO4.5H2O
berbagai variasi massa yaitu 0,1 gram, 0,2 gram, 0,3 gram, 0,4 gram, 0,5 gram dan 0,6 gram pada
panjang gelombang 645nm. Data dari larutan standar dapat dibuat kurva larutan standar dan
kurva tersebut dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi Cu dalam senywa kompleks.
Kurva larutan standar CuSO4.H2O dapat dilihat pada point analisis data.
Pada percobaan ini yang menjadi ion pusat adalah logam dan asam sitrat merupakan ligan
karena asam sitrat mempunyai kemampuan untuk mengkelat logam. Asam sitrat yang
mempunyai 4 pasang elektron bebas pada molekulnya yaitu pada gugus karboksilat yang dapat
diberikan pada ion logam sehingga menyebabkan terbentuknya ion kompleks yang dengan
mudah larut dalam air. Asam sitrat secara simultan mengkoordinasi keempat tempat pada sebuah
atom logam (Fe) dengan empat bilangan koordinasi yang merupakan kompleks yang mantap
(Rivai, 1995).
Senyawa kompleks Fe-sitrat yang terbentuk tidak berwarna, kompleks yang dihasilkan
tidak berwarna berarti kompleks ini tidak menyerap cahaya pada sinar tampak atau semua
cahaya diteruskan. Kompleks yang tidak berwarna juga disebabkan oleh ligan, bertambahnya
kekuatan ligan akan menghasilkan warna senyawa kompleks semakin pudar.
Penentuan konsentrasi Fe dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis.
Larutan kompleks diukur absorbansinya pada panjang gelombang 645 nm untuk mendeteksi
adanya logam Fe dalam sampel. Dan diperoleh hasil absorbansi sebesar 1,07 . Absorbansi
larutan yang diukur pada panjang gelombang tersebut sangat rendah, ini menunjukan bahwa
kadar Fe dalam larutan kompleks tersebut sangat sedikit. Reaksi yang terjadi adalah:
Fe + C6H8O7 (aq) [Fe(C6H8O7)] (aq)
Sintesis Fe-sitrat juga dilakukan tanpa menggunakan etanol tetapi pada saat pengukuran
absorbansinya diperoleh nilai absorbansi larutan tersebut min (-) sehingga sintesis nya gagal. Ini
karena adanya campuran etanol dengan air sehingga mengganggu kompleks tersebut, bisa
tercampurnya etanol dengan air karena tempat yang awalnya digunakan larutan etanol tidak
dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan untuk sintesis tanpa etanol. Reaksi yang terjadi :
H5O(COOH)3(l) + C2H5OH(l) (C6H5O)2Fe(aq) + C2H5COOH(aq)
C2H5O(OH)3(aq) + Fe2+(s) (C3H5O)2Fe(aq) + OH-(aq)
C2H5O(COOH)3(aq) + Fe2+(s) (C3H5O)2Fe(aq) + HCOO-(aq)
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Senyawa kompleks tembaga yang didapat adalah kristal berwarna biru, dengan massa
kristal Cu sebesar 8 gram.
2. Hasil analisis rumus kimia kompleks Cu diperoleh berdasarkan perbandingan jumlah
mol, yaitu mol Cu (0,0026), mol NH3 (0,001) dan mol SO4 (0,0053). Jadi garam
kompleks Cu yang didapat adalah Cu(NH3)4 (SO4)2.
3. Didapatkan kurva absorbansi sintesis Cu dengan nilai y = 2,5129x + 0,0054. Persen
rendemen yang didapat dari perbandingan massa kristal dan massa sampel Cu adalah
sebesar 80 %.
4. Hasil sintesis kompleks besi askorbat didapatkan larutan berwarna kuning kecoklatan
tanpa terbentuk kristal.
5. Hasil absorbansi yang diperoleh dari sintesis Fe-sitrat sebesar 1,07 .
DAFTAR PUSTAKA
Budiansyah, Kun Sri, dkk. 2011. Besi (Ii) Dan Besi (Iii) Askorbat: Sintesis Dan Prospek
Biofungsi Sebagai Suplemen Anti Anemia. (http://staff.uny .ac.id /sites/default/ files/Kun20arti
kel%20semnas%20Kimia%202011%20.pdf). diakses tanggal 16 Oktober 2016, pukul 13:00.
Rivai. 1995. Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press.
Suhendar, Dede. 2015. Buku Panduan Praktikum Kimia Anorganik. Bandung: UIN SGD
Bandung.
Svehla, G. 1990. Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Bagian I. Jakarta : PT
Kalman Media Pusaka
Swastika dan Fahimah. 2012. Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion Logam Cu(II) dengan
Ligan 2-Feniletilamin. (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25615-1408100082-Paper.pdf).
Diakses tanggal 16 Oktober 2016, pukul 13:00.
VIII. Pembahasan ( Hidayah 1147040033 )
Senyawa koordinasi adalah senyawa yang pembentukannya melibatkan ikatan kovalen
koordinasi antara ion logam atau atom logam dengan non logam. Senyawa kompleks merupakan
senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang
menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron
ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa
kompleks juga disebut senyawa koordinasi.
Dalam percobaan yang berkaitan dengan senyawa kompleks, dilakukan 3 percobaan.
Pertama sintesis kompleks tembaga, kedua sintesis kompleks besi-askorbat yang digunakan
sebagai obat anemia. Dan yang ketiga adalah pengomplekan logam besi.
1. Sintesis Kompleks Cu
Sintesis ini dilakukan dengan melarutkan padatan CuSO4 .5H2O yang berwarna
biru dalam larutan NH4OH yang tidak berwarna menghasilkan larutan berwarna biru
pekat. Pada percobaan ini menggunakan padatan CuSO4 .5H2O yaitu sebagai penyedia
atom pusat Cu2+. Pada perlakuan ini terjadi pendesakan ligan H 2O dari CuSO4 .5H2O
oleh ligan NH4OH, karena ligan NH4OH merupakan ligan monodentat yang lebih kuat
dibandingkan dengan ligan H2O. Penambahan ligan NH4OH pada larutan berhidrat
menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks akibat terjadinya pertukaran molekul air
dengan secara erurutan.Larutan yang berwarna biru tua ini menandakan bahwa di dalam
larutan tersebut mengandung kompleks dari Cu, dimana pancaran warna dari larutan yang
mengandung kompleks Cu akan menyerap warna lain dan memancarkan warna biru tua.
Larutan dipanaskan dan dimasukkan magnet stirer agar kristal melarut dan reaksi berjalan
cepat.
Kemudian perlakuan selanjutnya yaitu penambahan etanol yang bertujuan untuk
memicu terbentuknya endapan kompleks Cu.Setelah itu larutan didinginkan untuk
menurunkan suhu sehingga kelarutan berkurang dan terbentuk endapan. Endapan yang
dihasilkan adalah kompleks Cu. Endapan tersebut dicuci dengan larutan etanol dan aseton
yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor pengotor yang tidak diinginkan yang
terdapat pada senyawa kompleks tersebut.Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
CuSO4.5H2O(aq) + 2NH4OH(aq) Cu(OH)2(s) + (NH4)2 SO4(aq)
Cu(OH)2(s) + CH3CH2OH(aq) Cu(OH)2(s) + CH3CH2OH(aq)
Cu(NH4)2 (SO4)3(aq) + 2NH4OH(aq) Cu(NH4)3(SO4)2(aq) . H2O(l)
Perlakuan selanjutnya adalah analisis rumus kimia dengan cara titrasi kristal Cu
dengan Pb-asetat dan HCl. Titrasi pertama adalah kompleks Cu dengan Pb- asetat.
Padatan Cu yang telah terbentuk dilarutkan dalam HNO 3, ketika Cu ditambahkan HNO3
pekat kompleks Cu larut dan timbul gas berbau dan larutannya berwarna biru. Hal ini
karena terbentuknya Cu(NO3)2 dimana ion nitrat merupakan oksidator kuat dari H+ yang
menyebabkan logam larut karena HNO3 mengoksidasi Cu menjadi Cu2+ sehingga Cu
mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2. Warna biru pada larutan
menunjukkan terbentukknya Cu2+. Setelah larut, kemudian larutan di titrasi dengan Pb
asetat. Pb asetat bersifat basa sehingga larutan digunakan untuk menetralkan larutan yang
bersifat asam. Reaksi yang terbentuk adalah
Cu(NH4)3(SO4)2(aq) . H2O(l) + HNO3(aq) Cu(NH3)2(NO3)2(aq) + H2SO4(aq)
H2SO4(aq) + Pb(NO3)2(aq) PbSO4(s) + HNO3(aq)
Titrasi kedua yaitu menggunakan kompleks cu dengan HCl, kristal kompleks Cu
dilarutkan dengan aquadest menghasilkan larutan berwarna biru. Indikator yang
digunakan pada percobaan ini adalah indikator metil merah,karena titrasi yang dilakukan
adalah titrasi basa lemah dengan asam kuat. Persamaan reaksi yang terjadi adalah
Cu(NH4)3(SO4)2(aq) . H2O(l) + H2O(l) CuSO4(aq) + 4 NH3(aq) + H2O(l)
CuSO4(aq) + 2 HCl(aq) CuCl2(aq) + H2SO4(aq)
Selanjutnya yaitu pengukuran absorbansi pada kompleks Cu ini yang bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi Cu dari larutan standar dan kadar Cu yang diperoleh.
Konsentrasi Cu yang dihasilkan pada grafik yaitu sebesar 0,1986 M dan kadar Cu yang
dihasilkan sebesar 87,76 %. Rumus kimia yang diperoleh dari sintesis yaitu
[Cu(NH3)4]SO4.
2. Sintesis kompleks asam askorbat ( vitamin C )
Pada perlakuan ini digunakanVitamin C karena vitamin C merupakan asam
askorbat yang bisa dijadikan sebagai ligan. Setelah dilarutkan dengan larutan Fe
diperoleh larutan warna hijau dan berbau. Kemudian larutan di sentrifugarasi
yang bertujuan untuk memisahakan endapan, filtrat yang diperoleh adalah larutan coklat
kekuningan. Filtrat yang dihasilkan didiamkan dalam air es untuk memicu terbentukya
kristal,tetapi ketika ditambahkan aseton kristal tidak terbentuk sehingga sintesis ini
dikatakan gagal karena komposisi pereaksi yang tidak sesuai atau karna kurang ketelitian
nya praktikan dalam percobaan. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut :
C2H8O6(aq) + 3 FeSO4(aq) (C6H7O6)2Fe3(aq) + 3H2SO4(aq)
Besi askorbat biasanya digunakan sebagai obat anemia, karena penyakit anemia
disebabkan oleh kekurangan zat besi dalam tubuh. Pemberian suplemen tablet besi dan
suplemen vitamin C secara bersamaan berpengaruh secara signifikan terhadap kadar
hemoglobin. Oleh karena itu sintesis besi askorbat sangat dibutuhkan.
3. Kompleksasi karat logam dalam aplikasi sederhana
Pada percobaan ini yang menjadi ion pusat adalah logam dan asam sitrat
merupakan ligan karena asam sitrat mempunyai kemampuan untuk mengkelat logam.
Asam sitrat yang mempunyai 4 pasang elektron bebas pada molekulnya yaitu pada gugus
karboksilat yang dapat diberikan pada ion logam sehingga menyebabkan terbentuknya
ion kompleks yang dengan mudah larut dalam air.
Pada percobaan ini senyawa kompleks Fe-sitrat yang terbentuk tidak berwarna,
kompleks yang dihasilkan tidak berwarna. Penyebab kompleks yang dihasilkan tidak
berwarna karena kompleks ini tidak menyerap cahaya pada sinar tampak atau semua
cahaya diteruskan. Kompleks yang tidak berwarna juga disebabkan oleh ligan,
bertambahnya kekuatan ligan akan menghasilkan warna senyawa kompleks semakin
pudar.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah
C5H3O(COOH)3(aq) + C2H5OH(aq) C2H5O(OH)3(aq) + C2H5COOH(aq)
C3H5O(OH)3(aq) + Fe3+ (C3H5O)3Fe(aq) + OH- (aq)
Banyak kompleks logam transisi memiliki warna yang khas. Hal ini berarti ada absorpsi
di daerah sinar tampak dari elektron yang dieksitasi oleh cahaya tampak dari tingkat energi
orbital molekul kompleks yang diisi elektron ke tingkat energi yang kosong. Jadi warna itu
muncul akibat interaksi optis (pemompaan optis/cahaya) ligan dengan atom pusat setelah dalam
bentuk senyawa kompleksnya.kompleks yang tidak berwarna dapat diakibatkan oleh tidak
adanya elektron yang tidak berpasangan yang dapat mengalami eksitasi. Sehingga tidak semua
senyawa kompleks itu berwarna.
Kesimpulan ( Hidayah, 1147040033)
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah mol ion sulfat pada kristal kompleks dengan titrasi Pb-asetat diperoleh sebesar
0,0011 mol.
2. Jumlah mol NH3 pada kristal kompleks dengan titrasi HCl diperoleh 0,0106 mol.
3. Faktor faktor terjadinya pembentukan kristal pada sintesis kompleks tembaga adalah adanya
perbedaan kelarutan dari kedua larutan dalam pembentukan kristal kompleks tembaga.
4. Rumus kimia senyawa kompleks dari sintesis kompleks tembaga dihasilkan
[Cu(NH3)4]SO4.
5. Rendemen yang dihasilkan dari sintesis kompleks Cu sebesar 87,76 %.
6. Konsentrasi Cu yang diperoleh dari grafik yaitu sebesar 0,1986 M.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Kendari: Laboratorium
Pengembangan Unit Kimia FKIP. Universitas Haluoleo.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Saito, Tarro. 1990. Kimia Anorganik. Tokyo: Permission Of Iwanami Shorter Publisheis.
Suhendar, Dede. 2013. kimia anorganik III. Bandung: UIN SGD.
Svehla, G. 1979. Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Media Kalman Pustaka