You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan pada Neonatus dengan Jejas
Persalinan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber buku sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan pada Neonatus
dengan Jejas Persalinan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Tarakan, 6 September 2016

kelompok 5

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4


1.2 Tujuan ......................................................................................................... 5
1.2.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 5
1.2.2 Tujuan khusus ........................................................................................ 5
1.3 Manfaat ...................................................................................................... 5
1.3.1 Bagi pembaca ........................................................................................ 5
1.3.2 Bagi penulis ........................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6

2.1 Caput Succsedaneum ................................................................................ 6


2.1.1 Definisi ..................................................................................................... 6
2.1.2 Etiologi ..................................................................................................... 6
2.1.3 Tanda dan Gejala ...................................................................................... 6
2.1.4 Penanganan Umum ................................................................................... 7
2.2 Cephal Hematoma ..................................................................................... 8
2.2.1 Definisi ..................................................................................................... 8
2.2.2 Etiologi ..................................................................................................... 8
2.2.3 Tanda dan Gejala ...................................................................................... 8
2.2.4 Penanganan Umum .................................................................................. 8
2.3 Trauma Pada Fleksus Brachialis ............................................................. 9
2.3.1 Paralisis Erb............................................................................................... 9
2.3.2 Paralisis klumke ....................................................................................... 11
2.3.3 Paralisis Nervus Frenikus ........................................................................ 12
2.3.4 Kerusakan Medulla Spinalis .................................................................... 13
2.3.5 Paralisis Pita Suara ....................................................................................... 13
2.4 Fraktur Klavikula ......................................................................................... 14
2.4.1 Definisi ......................................................................................................... 14
2.4.2 Etiologi ......................................................................................................... 14
2.4.3 Tanda dan Gejala .......................................................................................... 14
2.4.4 Penanganan Umum ...................................................................................... 15
2.5 Fraktur Humerus .......................................................................................... 15
2.5.1 Definisi ......................................................................................................... 15
2.5.2 Etiologi ......................................................................................................... 15
2.5.3 Tanda dan Gejala .......................................................................................... 15

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan


2.5.4 Penanganan Umum ....................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17


3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 17
3.2 Saran .............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua,
terutama bayi yang sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa
melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan factor lingkungan
keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan
memberi lingkungan yang terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak
menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat.
Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal, pascanatal.
Keadaan ini akan memberi pengaruh bagi tumbuh kembang selanjutnya. Seperti
mengalami salah satunya trauma pada fleksus brachialis dan masi banyak lagi
gangguan yang tidak normal pada bayi.1
Sebelum dan selama pelahiran, faktor-faktor yang berpotensi memengaruhi
kesejahteraan neonatus seperti status kesehatan ibu, komplikasi pranatal dan
persalinan, usia gestasi, durasi persalinan, lama ketuban pecah, jenis jumlah
waktu dan rute pemberian obat, jenis dan durasi anestesia dan adanya kesulitan

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan


dalam pelahiran harus benar-benar diperhatikan. Bayi diinspeksi untuk melihat
ada tidaknya kelainan.4
Asuhan neonatus dengan jejas (trauma) persalinan sangat berpengaruh
terhadap trauma pada kelahiran. Trauma lahir adalah trauma mekanis yang
disebabkan karena persalinan/kelahiran. Pengertian yang lain tentang trauma lahir
adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran.
Istilah trauma digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik
yang dapat dihindarikan maupun yang dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada
masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat keterampilan
atau perhatian medic yang tidak pantas atau tidak memadai sama sekali, atau
dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan
kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang
tua yang acuh tak acuh.1
Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukan trauma mekanik yang dapat
dihindari atau tidak dapat dihindari serta trauma anoksia yang dialami bayi selama
kelahiran dan persalinan.3
Trauma fisik pada bayi dapat berupa trauma ringan seperti laserasi kulit,
trauma sedang seperti pendarahan dibawah kulit (cephalhematoma), serta edema
pada kulit kepala (caput succesdaneum), dan trauma berat seperti pendarahan
intrakranial dan fraktur pada tulang.7
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yaitu memberikan Asuhan Neonatus dengan Jejas
Persalinan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui asuhan neonatus dengan sefalhematoma
2. Untuk mengetahui asuhan neonatus dengan caputsuccedenaum
3. Untuk mengetahui asuhan neonatus trauma fleksus brachialis
4. Untuk mengetahui asuhan neonatus dengan fraktur humerus
5. Untuk mengetahui asuhan neonatus dengan fraktur clavicula

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan dapat penambah pengetahuan bagi pembaca
dengan Asuhan Neonatus dengan jejas persalinan
1.3.2 Bagi Penulis

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan


Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran selanjutnya
bagi materi yang bersangkutan.

BAB II
PEMBAHASAN

Kelainan pada bayi dapat terjadi karena trauma lehir akibat tindakan atau cara
persalinan atau karena gangguan fisiologi persalinan itu sendiri, misalnya kelainan
letal, kelainan dengan ekstraksi vakum atau luka yang terjadi pada saat melahirkan
amnionsentesis, transfusi, intrauterin, akibat pengambilan darah vena kulit kepala
fetus, dan luka yang terjadi pada waktu melakukan resusitasi aktif tidak termasuk
dalam pengertian.2

2.1 CAPUT SUCCESEDANEUM


2.1.1 Definisi
Kaput succesedaneum adalah benjolan atau pembengkakan karena adanya
timbunan getah bening dikepala (pada presentasi kepala) yang terjadi pada bayi baru
lahir.
Caput succsedaneum merupakan benjolan yang difus dikepala terletak pada
prosentasi kepala pada waktu bayi lahir. Kelainan ini timbul akibat tekanan yang
keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravasa.2
Besar kecilnya caput succesedaneum merupakan petunjuk beratnya tekanan
yang dikenakan pada kepala. Caput yang besar menunjukan adanya tekanan yang
berat dari atas dan tahanan dari bawah.caput yang kecil dijumpai pada his yang lemah
atau tahanan yang ringan.5
2.1.2 Etiologi
Kaput succesedaneum terjadi karena adaanya tekanan yang kuat pada kepala
pada saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulassi perifer dan
limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jarigan ekstravaskular.
Keadaan ini biasa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vakum ekstraksi.1
2.1.3 Tanda dan gejala1

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan


1) Tanda ini biasanya ditemukan pada letak kepala sesuai dengan posisi
bagian yang bersangkutan. (pada bagian tersebut terjadi edema akibat
keluarnya serum dari pembuluh darah).
2) Lunak dan legok pada tekanan
3) Pembengkakan difus/tidak berbatas tegas.
4) Melewati sutura.
5) Tempat dapat berubah
6) Terbesar waktu lahir, kemudian mengecil dan menghilang beberapa jam
kemudian (24-36 jam)
7) Terjadi karena efusi serum
2.1.4 Penanganan secara umum
1) Kelainan tidak memerlukan penanganan khusus.
2) Cukup observasi saja.
3) Biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah lahirr, atau biasanya
hilang sendiri sesudah 2-3 hari.

2.2 SEFALHEMATOMA
2.2.1 Definisi
Sefalhematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan
penumpukan darah akibat perdarahan pada subperiostinum.1

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan


Cephalhematoma merupakan suatu pendarahan subperiostal tulang tengkorak
berbatas tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melewati sutura.
Cephalhematoma timbul pada persalinan dengan tindakan seperti tarikan vacum atau
cunam, bahkan dapat pula terjadi pada kelahiran sungsang yang mengalami
kesukaran melahirkan kepala bayi.2
Sefalohematoma pada umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus
biasanya mengalami resolusi sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya
benjolan. Sefalohematoma jarang menimbulkan pendarahan yang memerlukan
transfusi kecuali pada bayi yang mengalami gangguan pembekuan.3
Cephalhematoma adalah pendarahan yang terjadi dibawah periosteum satu
atau lebih tulang-tulang tengkorak kepala.5

2.2.2 Etiologi
Sefalhematoma dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti:1
1) Adanya tekanan jalan lahir yang terlalu lama.
2) Molase yang teralu kuat
3) Partus dengan tindakan.

Cephalhematoma disebabkan oleh trauma kepala, antara lain:5


1) Tekanan pada kepala yang lama terhadap cervix, perineum atau os pubis
2) Kerusakan yang disebabkan oleh daun-daun forceps
3) Rotasi kepala secara manual yang sulit

2.2.3 Tanda dan Gejala


1) Pada tulan tengkorak (sering pada bagian temporal dan parietal) terjadi
perdarahan subperiostal yang berbatas tegas dan tidak melewati sutura.
2) Adakalanya perdarahaan ini dsertai dengan fraktur tulang tengkorak
dibawahnya atau perdarahan intra cranial.
3) Kelainan ini sering terjadi pada partus lama ayau persalinan dengan cunam
atau vakum ekstraktor.
4) Baru tampak 6-8 jam setelah lahir, bertambah besar dan menghilang
beberapa minggu kemudian .
5) Lunak, tetapi tidak legok pada tekanan dan berfluktuasi.
6) Pembengkakan terbatas.
7) Gejala lanjut yang mungkin timbul antara lain : anemia dan
hiperbilirubinemia.

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan


2.2.4 Penanganan secara Umum

1) Bila tidak ada gejala lanjut, kelainan ini tidak memerlukan tindakan
khusus, karena benjolan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa
minggu atau bulan.
2) Observasi terhadap adanya hiperbiliribinemia dan tambositopenia.
3) Dapat diberikan itamin K untuk mengurani pedarahan.

2.3 TRAUMA PADA FLEKSUS BRACHIALIS

2.3.1 Paralis Erb (paralis pleksus brakialis C5-C6)


1) Definisi
Parralis Erb merupakan kerusakan cabang-cabang C5-CC6 dari pleksus
biokialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi,
abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya reflex biseps dan moro.1
Kerusakan cabang-cabang C5-C6 dari pleksus biokialis menyebabkan
kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan
keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisis
abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam pranasi, dan telapak tangan
ke dorsal.2
2) Etiologi
(1) Riwayat: terjadi pada persalinan letak sungsang, presentasi vertex
dengan kerusakan mengeluarkan bahu/pundak.
(2) Terjadi akibat tarikan kuat didaerah leher sat bayi lahir sehingga
terjadi kerusakan pada pleksus brakhialis.
3) Tanda dan gejala
(1) Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran kedalam, lengan bawah
dalam pranasi, dan telapak tangan ke dorsal.
(2) Terjadinya kelemahan pada lengan untuk fleksi, abduksi serta memutar
keluar disertai hilangnya reflex biseps dan moro, lengan pada posisi
aduksi dan memutar kedalam dengan lengan bawah pronasi dan
telapak tanggan kea rah belakang.
(3) Dengan kata lain, pada reflex moro tangan yang sakit diam (reflex
moro yang asimetrik), lengan lumpuh dalam posisi aduksi, rotasi

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan


kedalam, lengan bawah pronasi, ekstensi pergelangan siku, telapak
tanggan menghadap kebelakang.
(4) Secara klinis disamping gejala kelumpuhan Erb akan terlhat pula
adanya sindrom gangguan napas.
4) Penanganan secara umum
(1) Pada keadaan ringan, umumnya sembuh sendiri.
(2) Observasi pernafasan, kemungkinan adanya paralis nervvus,frenikus
dan nervus diagfragmatikus.
(3) Bila diklinik/puskesmas rujuk kerumah sakit untuk fisioterapi.
(4) Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk
mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah
kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot.
(5) Pada trauma yang ringa yang hanya berupa edema atau perdarahan
ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau
1-2 mingggu untuk memeberi kesempatan penyembuhan yang
kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan.
(6) Penanganan yang umum pada keadaan lebih berat, antara lain: tangan
difiksasi dalam posisia duksi ke samping 90 derajat, siku fleksi 90
derajat, supinasi lengan bawah, ekstensi pergelangan tangan, telapak
tangan menghadap ke depan, penyembuhan dapat bberapa minggu
sampai beberapa bulan
2.3.2 Paralis Klumle
1) Definisi
Kerusakan cabang-cabang C8-Ih1 pleksus brakialis menyebabkan kelemahan
otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal.1
2) Etiologi
(1) Riwayat : terjadi pada persalinan letak sungsang, presentasi vertex
dengan kesukaran mengeluarkan bahu/pundak ( letak kepala bila
terjadi distosia bahu )
(2) Penyebab : terjai akibat tarikan kuat di daerah leher saat bayi lahir
sehingga terjadi kerusakan pada pleksus brakhialis.
3) Tanda dan Gejala
(1) Timbulnya kelemahan pada otot fleksor pergelangan sehingga bayi
kehilangan reflex mengepal, paralisis ini jarang sekali terjadi.

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan


(2) Dengan kata lain, pergelangan tangan lumpuh/telapak tangan terkulai
lemah, paresis lemah otot tangan, refleks memegang berkurang,
biasanya disertai kehilangan rasa sensoriknya.
(3) Adakalahnya disertai dengan sindroma Horner yang ditandai anatara
lain oleh adanya gejala prosis, miosis, enoftalmus, dan hilangnya
keringat di daerah kepala dan muk homolateral dari trauma lahir
tesebut.
4) Penanganan secara umum
(1) Pergelangan tangan diletakkan dalam posisi netral
(2) Pada keadaan ringan, sembuh sendiri dalam 3-6 minggu
(3) Kalau dalam 6 minggu tidak sembuh perlu pemerksaan mendalam
oleh dokter bedah ortopedi.
(4) Pemeriksaan mendaam system saraf.
(5) Foto Rontgen: mencari komplikasi lain.
(6) Bila diklinik/puskesmas rujuk ke rumah sakit untuk fisioterapi.

2.3.3 Paralisis Nervus Frenikus ( Paresis )


1) Definisi Paralisis Nervus Frenikus
Paralisis Nervus Frenikus merupakan trauma lahir saraf frenikus yang terjadi
akibat kerusakan serabut saraf C3,4,5 yang merupakan salah satu gugusan
saraf dalam pleksus brakhialis. Serabut saraf frenikus berfungsi menginervasi
otot diafragma, sehigga pada gangguan radiologic, yan menunjukkn adanya
elevas diafragma yan sakit serta pergeseran mediastinum dan jantung kea rah
yang berlawanan.1
2) Etiologi
(1) Terjadi pada persalinan letk sungsang, presentasi verteks dengan
kesukaran meneluarkan bahu/pundak.
(2) Dalam hal ini, terjadi regangan pada pleksus brakhialis yang
menyebabkan regangan pada nervus frenikus karena jalannya
bersamaan.
3) Tanda dan Gejala
(1) Biasanya bersama dengan trauma pleksus brakhialis lainnya, bayi
terlihat sesak, pergerakan pernapasan sebelah dada berkurang, suara
pernapasa sebelah dada berkuranng.

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan Page


(2) Dalam hal ini, terjadi paralisis pada nervus frenikus yang bersifat
unilateral atau bilateral, sehingga menyebabkan terjadinya paralisis
diafragma.
(3) Paralisis nervus frenikus biasanya menyertai paralisis Duchene-Erb
dan diafragama yang terkena biasanya diafragma kanan, sehingga
bila ada paralisis Duchene-Erb, perhatikan pernapasan bayi.
(4) Pada paralisi berat, bayi dapat memperlihatkan sindrom gangguan
pernapasan dengan dispnea dan sianosi.
(5) Pada pemeriksaan fluoroskopi:
a) Pada pemeriksaan fluoroskopi, terlihat diafragma yang sakit lebih
tinggi dari yang sehat, terlihat pula gerakan paradoksimal atau
seesawmovements pada kedua hemidiafragma.
b) Gambaran yang akan tampak adalah waktu inspirsi diafragma
yang sehat akan bergerak kebawah, sedang diafragma yang sakit
bergerak ke atas, gambaran sebaliknya tampak pada waktu
ekspirasi.
4) Penanganan secara umum
(1) Bila diklink/puskesmas rujuk ke rumah sakit untuk fisiotrapi
(2) Foto terapi Rongsent atau Fluroskopi
(3) Pengobatan ditunjukkan untuk memperbaiki keadaan umum bayi
a) Penenganan umum sindroma gangguan pernapasan. (bayi diletak
miring dibagian yang sakit, disamping diberikan terapi O2).
b) Pemberian cairan intervena pada hari pertama dapat
dipertimbangkan bila keadaan bayi kurang baik atau di kwatirkan
terjadinya asidosis.
c) jika keadaan umum membaik, pemberian minum oral dapat
dipertimbangkan.
d) Pada kasus demikian perlu

2.3.4 Kerusakan Medulla Spinalis


Gejala tergantung bagian mana dari spinalis yang rusak, dijumpai gangguan
pernafasan, kelumpuhan kedua tungkai dan retensio urin. Hal ini dapat terjadi letak
sungsang, persentasi muka dan dahi atau pada distosisa persalinan.2

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan Page


Penyebab cedera medulla spinalis akibat trauma langsung yang mengenai
tulang belakang dan melampaui batas kemampuan tulang belakang dalam melindungi
saraf-saraf yang berada didalamnya.8

2.3.5 Paralisis pita suara


Terjadi kerusakan pada cabang lain n. Vagus menyebabkan gangguan suara
(afonia), stridor insprirasi, atau sindroma gangguan pernafasan. Kelainan ini dapat
menghilang sendiri setelah 4-6 minggu tetapi pada yang berat memerlukan
penanganan khusus seperti trakeostomi.2

2.4 FRAKTUR KLAFIKULA


2.4.1 Definisi Fraktur Klavikula
Fraktur Klavikula merupakan trauma lahir pada tulang yang sering ditemukan
dibandingkan dengan trauma tulang lainnya.1
Umumnya terjasi setelah distosia bahu. Patah komplit sangat menyakitkan dan
membatasi pergerakan tangan bayi. Fraktur klavikula dapat sembuh dengan
sempurna, namun seringkali dengan pembentukan kalus yang cukup besar.6
2.4.2 Etiologi
1) Kelainan ini dapat terjadi pada persalnan letak kepala pada bayi besar atau
pun persalinan letak sungsang dengan lengan menumnbung ke atas oleh
karena sering kali timbul kesulitan dalam melahirkan bahu.
2) Dalam hal ini, trauma ini di temukan pada kelahiran letak kepala yang
mengalami kesukaran pada waktu melahirkan bahu, atau sering pula di
temukan pada waktu melahirkan bahu atau sering juga terjadi pada lahir
letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas.
2.4.3 Jenis fraktur tulang klavikula
1) Jenis fraktur pada trauma lahir ini umumnya jenis fraktur freenstick,
walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi suatu fraktur total.
2) Fraktur ini di temukan 1-2 minggu kemudian setelah teraba adanya
pembentukan kalus.
2.4.4 Tanda dan Gejala
1) Timbul kelemahan pada lengan sisi yang terkena, di sertai menghilangnya
refleks Moro pada sisi tersebut.
2) Diagnosis pasti di buat dengan palpasi dan jika perlu dengan foto rontgen.

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan Page


3) Dalam hal ini, reflek Moro asimetrik, teraba diskontinuitas pada tulang
klavikula, gerakan tangan yang sakit berkurang.
4) Gerakan tangan kanan-kiri tidak sama
5) Bayi menangis pada perabaan tulang klavikula
6) Gerakan pasif tangan yang sakit di sertai riwayat persalinan yang sukar.
2.4.5 Penanganan secara umum
1) Foto rontgen
2) Lengan difiksasi pada tubuh atau in mobilisasi dengan menggunakan
ransel verband.
3) Imobilisasi lengan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat
pembentukan kalus.
4) Legan difiksasi pada tubuh anak dalam posisi abduksi 600dan fleksi
pergelangan siu 900.
5) Umumnya dalam waktu 7-10 hari rasa sakit telah berkurang dan
pembentukan kalus telah terjadi.

2.5 FRAKTUR HUMERUS


2.5.1 Definisi
Fraktur Tulang Hemurus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan
tangan menjungkit ke atas.2
2.5.2 Etiologi
1) Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur.
2) Dengan kata lain, terjadi pada persalinan letak sungsang, presentasi verteks
dengan kesukaran menggeluarkan bahu/pundak.
3) Pada kelahiran presentasi kepala ditemukan fraktur ini jika ada tekanan
keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis.
2.5.3 Tanda dan Gejala
1) Lengan pada sisi terkena tidak dapat digerakkan atau berkurangnya
gerakan tangan yang sakit
2) Menghilangnya refleks Moro atau refleks Moro asimetris
3) Terabanya diformitas dan keropatsi didaerah fraktur disertai rasa sakit
4) Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
5) Letak fraktur umumnya didaerah diafisi
2.5.4 Penenganan secara umum
1) Imobilisasi lengan yang sakit
2) Foto rontgen atau diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi
3) Pemeriksaan dokter ortopedi

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan Page


4) Mungkin perlu spalk/gips selama 2-4 minggu atau imobilisasi selama 2-4
minggu dengan fiksasi bidai
5) Bila diklinik/puskesmas rujuk ke rumah sakit
6) Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang
tindi ringan dengan deformitas umumnya akan baik
7) Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, aka tulangg
fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang
yang normal.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Kaput succesedaneum adalah benjolan atau pembengkakan karena adanya
timbunan getah bening dikepala (pada presentasi kepala) yang terjadi pada
bayi baru lahir.
2) Sefalhematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan
penumpukan darah akibat perdarahan pada subperiostinum.

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan Page


3) Trauma pada fleksus Brachialis dibagi menjadi tiga yaitu paralisis Erb,
paralisis klumpke, paralisis nervus frenikus, kerusakan medulla spinalis dan
paralisis pita suara.
4) Fraktur Klavikula merupakan trauma lahir pada tulang yang sering ditemukan
dibandingkan dengan trauma tulang lainnya.
5) Fraktur Tulang Hemurus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang
dengan tangan menjungkit ke atas.
3.2 Saran
1) Bagi Pembaca
Bagi pembaca diharapkan untuk lebih meningkatkan kemauan untuk
membaca dan belajar tentang Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan.Bagi
Penulis
2) Bagi penulis
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maryunani Anik, Asuhan Neonatus Bayi Balita dan anak Pra-Sekolah, IN


MEDIA,2014. 245-266.
2. Marmi, Raharjo Kukuh, Asuhan Neonatus Bayi Balita dan anak Pra-
sekolah, Pustaka Belajar, 2012. 254.
3. Octa, Dwienda, dkk, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak
Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta, Deepublish: 2012. 242.
4. Leveno, Kenneth J. Obstetri William Panduan Ringkas Ed 21. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2009. 282
5. Oxorn, Harry. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta, Andi: 2010. 46.
6. Meadow, Roy. Lecture Notes Pediatrika Ed 7. Jakarta, Erlangga: 2005.
Halaman 67.

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan Page


7. Darmadi. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta,
Salemba Medika: 2008. Halaman 112.
8. Muttaqin, Arif. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta. Salemba Medika. Halaman 166.

Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan Page

You might also like