Professional Documents
Culture Documents
NIM : 061610101024
Perawatan Periodontal
Perawatan periodontal meliputi beberapa fase antara lain , fase I yaitu fase terapi inisial,
merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa
melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik.
Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I adalah Memberi pendidikan
pada pasien tentang kontrol plak, Scaling dan root planning, Perawatan karies dan lesi
endodontic, Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging, Penyesuaian
oklusal (occlusal ajustment), Splinting temporer , Perawatan ortodontik. Yang kemudian
dilakukan evaluasi respon terapi fase I, koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket
periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi
Fase II adalah kelanjutan dari evaluasi respon terapi fase I yang berkembang sebagai
suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit
periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini dilakukan, bedah
periodontal untuk mengeliminasi poket dengan cara kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur
bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal
(bone and tissue graft). Kemudian Penempatan Implant serta perawatan endodontik.
Terapi fase III (fase restoratif) dengan melakukan Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik
yang ideal untuk gigi yang hilang. Dan kemudian dilakukan evaluasi respon terhadap terapi fase
III dengan pemeriksaan periodontal.
Dan terakhir adalah terapi fase IV (fase pemeliharaan) dilakukan untuk mencegah
terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Sehigga perlu dilakukan control periodic.
Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini adalah riwayat medis dan
riwayat gigi pasien, Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak,
ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi, Melekukan radiografi untuk
mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali, Scalling
dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol plak pasien dan pada
kecenderungan pembentukan kalkulus, Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah
karies. Keinginan dan kemampuan pasien dalam memelihara diri sendiri selama fase perawatan
merupakan langkah yang paling penting.
Proses penyembuhan pada dasarnya sama untuk setiap jenis perawatan. Proses regenerasi
jaringan, perbaikan jaringan, pembentukan perlekatan baru merupakan aspek yang terdapat pada
penyembuhan setelab perawatan periodontal.
Beberapa istilah perlu dibedakan dalam hubungannya dengan proses penyembuhan dan
regenerasi jaringan periodontium. Istilah reattachment atau perlekatan kembali digunakan untuk
menerangkan proses regenerasi struktur jaringan penyangga gigi setelah suatu perawatan.
Perlekatan kembali lebih ditujukan untuk menerangkan adanya reunion jaringan ikat dengan akar
gigi yang terpisah karena adanya injury atau insisi. Keadaan tersebut misalnya: setelah suatu
tindakan bedah, trauma daerah sementum, fraktur gigi, atau perawatan lesi periapikal. Istilah
new attachment atau perlekatan baru menerangkan proses reunion jaringan ikat dengan
permukaan akar gigi yang terbuka karena proses patologis. Pada keadaan ini terjadi
pembentukan serat ligamentum baru yang tertanam pada sementum baru dan melekatnya epitel
gingiva pada permukaan akar gigi yang terbuka sebelumnya karena proses penyakit. Adaptasi
epitel atau epithelial adaptation berbeda dengan perlekatan baru. Pada keadaan ini epitel gingiva
melekat ke permukaan akar gigi, karena perawatan poket yang tidak sempurna sebelumnya.
Probe tidak dapat masuk ke dalam celah poket. Menurut penelitian sulkus gingiva yang dalam
ini dibatasi oleh epitel yang panjang, tipis, tahan terhadap penyakit dan merupakan perlekatan
jaringan ikat sebenarnya. Tetapi Nyman dan kawan-kawan menyatakan bahwa jaringan ikat
gingiva tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk perlekatan jaringan ikat baru pada
permukaan gigi yang terbuka karena proses penyakit.
Proses penyembuhan dipengaruhi oleh faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal seperti
kontaminasi mikroorganisme, oklusi merupakan faktor yang sering menghambat penyembuhan
jaringan. Menghilangkan plak dan semua factor yang mempermudah retensi plak serta
menghilangkan tekanan yang berlebihan, dapat meningkatkan regenerasi tulang dan
menghasilkan perlekatan jaringan baru. Kelainan sistemik dapat mempengaruhi atau
menghambat penyembuhan jaringan setelah perawatan periodontal; penyembuhan jaringan akan
terhambat pada penderita dengan infeksi menyeluruh, penderita Diabetes Meilitus, pada keadaan
defisiensi nutrisi tertentu, penderita dengan penyakit infeksi yangt melemahkan tubuh.
Penilaian klinis jaringan keras memerlukan re-entry surgery atau pembedahan kedua
setelah periode penyembuhan. Tindakan ini biasanya dilakukan 6 sampai 12 bulan setelah
pembedahan pertama. Pembedahan kedua ini biasanya berjalan lebih cepat dan trauma yang
terjadi lebih sedikit. Jika pengukuran ini dikombinasi dengan penilaian klinis jaringan lunak,
dapat memberikan informasi yang bermanfaat sesuai tujuan perawatan yaitu regenerasi jaringan
periodontium. Penilaian dilakukan dengan membuat model cetakan tulang pada waktu
pembedahan pertama dan pembedahan kedua,yang kemudian dibandingkan. Teknik pengukuran
secara linear terhadap perubahan jaringan keras gigi, ditentukan dan beberapa titik yaitu:
Tinggi puncak tulang alveolar, yaitu jarak dan batas semen enamel ke puncak tulang alveolar
Kehilangan tulang, yaitu jarak dari batas semen enamel ke dasar kerusakan tulang
Dalamnya kerusakan, yaitu jarak dan puncak tulang alveolar ke dasar kerusakan Tulang
Kedalaman probing pada kerusakan daerah furkasi horizontal, yaitu jarak dan permukaan bukal
atau lingual daerah furkasi yang mengalami kerusakn, ke permukaan luar dan kedudukan probe
pada lekukan furkasi.
untuk menilai regenerasi tulang alveolar pemeriksaan probing secara klinis. Pemakaian teknik
digital komputer substraction radiography akan menghasilkan gambar yang baik. Hasilnya dapat
memperlihatkan perubahan tinggi puncak tulang dan dasan kerusakan yang berdekatan dengn
permukaan akar, perubahan kepadatan tulang, perubahan persentasi jaringan penyangga gigi
pada setiap akar gigi.
Analisis radiografis dan re-entry operations dilakukan untuk mengukun regenerasi tulang
pada kerusakan tulang angular sebelum dan sesudah perawatan. Analisis ini tidak dapat
memperlihatkan adanya pembentukan sementum baru pada permukaan
akar dan ligamentum periodontal baru. Regenerasi jaringan periodontium dan perlekatan baru
hanya dapat ditentukan secara tepat melalui pemeriksaan mikroskopis. Penilaian regenerasi
jaringan diperlukan bukti adanya sementum baru dan pertumbuhan ligamentum periodontal ke
arah koronal tulang alveolar, serta pembentukan perlekatan baru secara sempurna. Penilaian
histologis perlekatan baru hanya membutuhkan. bukti terbentuknya sementum baru dengan
pertumbuhan serat kolagen di antaranya. (Syafril, 1996:24-27)
Debridemen akar periodontal merupakan salah satu komponen vital dalam terapi
pembedahan dan non-bedah. Karakteristik penting dalam perawatan periodontitis adalah
pembersihan deposit bakteri dan kalkulus subgingival secara mekanis.
Berusaha untuk menghindari trauma pada bagian paling koronal perlekatan jaringan ikat
dengan menginsersikan kuret 1 mm lebih dangkal dibandingkan kedalaman probing poket. Hasil
penelitian tersebut tidak menemukan perbedaan kedalaman probing poket dan rata-rata tinggi
perlekatan probing dinyatakan signifikan antara gigi uji [kuret diletakkan 1 mm lebih dangkal
dari dasar poket] dengan kontrol, pada 1 dan 3 bulan setelah perawatan. Mereka menyatakan
bahwa dibandingkan dengan pembersihan deposit subgingival yang efektif, trauma pada bagian
paling koronal jaringan ikat dan remodelling lesi pada daerah tersebut setelah prosedur skeling
dan root planning, bukanlah faktor yang penting. Jadi, jika digunakan selama debridemen,
penetrasi Ultrasonic Tip yang dalam dapat meningkatkan resiko trauma pada bagian koronal
perlekatan jaringan ikat, dibandingkan dengan kuret Gracey, namun hal ini bukanlah faktor
utama dalam hasil perawatan klinis.(Erha, 2009)
Furcation Involvement
Grade I
furkasi awal, berhubungan dengan poket suprabony, terjadi bone loss awal tetapi tidak
terlihat jelas secara radiographically. depresi pembelahan di area yang lebih luas kurang dari
setengah jalan di bawah mahkota dalam multirooted gigi
Grade II
Terdapat pasti komponen horisontal ke tulang, dapat mengenai furkasi gigi yang sama,
tetapi tulang tetap melekat pada gigi sehingga banyak bidang furcal kehilangan tulang. jika ada,
tidak berhubungan. bila ada depresi pembelahan di wilayah meluas lebih dari setengah jalan di
bawah mahkota tetapi tidak terus-menerus.
molar
early gradeII, terdapat boneloss
Grade III
Bone tidak lagi melekat pada furkasi gigi. Pada awal kelas III luka, jaringan lunak yang
masih menutup jalan pencabangan, sehingga sulit untuk dideteksi. bila ada periodontal probe
meluas "terus-menerus" dari satu sisi pencabangan dari yang lain..
pertama
Grade IV
pertama
Untuk Furcation involvement diperlukan perawatan antara lain scaling dan root planing ,
furcation plasty, root resection, regenerasi dan ekstraksi
Furcation Plasty
Furcation plasty terdiri dari odontoplasty & osteoplasty, sebatas jalan masuk furkasi serta
dilakukan terutama pada furkasi bukal dan lingual.
Odontoplasty
Merupakan bedah yang mengkontur dari permukaan gigi untuk meningkatkan plak kontrol dan
gingiva . Dengan indikasi, pengasahan selektif grinding dan polishing untuk membuat plak
kurang retentif.
Menggunakan 12 blade flame (atau barel), FG diamond burs atau batu putih FG duri dengan air
coolant, diikuti dengan polishing menggunakan rubber cup dan fluoride untuk mengurangi
sensitivitas.(Veterinary, 2002)
Osteoplasty
Bedah perbaikan atau perubahan dari tulang. Juga disebut tulang okulasi. Dalam kedokteran
gigi, bedah resection dari struktur bertulang untuk membentuk atau memperbaiki kontur dari
Gusi.
Tinggal sedikit di sekitar daerah akan tipis, oleh karena itu terpengaruh root dapat
dihilangkan.
Jaringan fisiologis gingival diadaptasi ke tulang alveolar dan apical ke situs pra bedah.
Ekstraksi
Px tdk dpt melakukan kontrol plak scr adequat, aktivitas karies tinggi, tdk dpt melakukan
program pemeliharaan yg sesuai atau mempunyai faktor sosial ekonomi yg dpt menghalangi
dilaku-dilakukannya perawatan yg lbh kompleks serta pada attachment loss yang lanjut dan pada
furcation involvement grade III dan IV
DAFTAR PUSTAKA
Erha, dhini. 2009.Dental Minded. http://dhinierha.blogspot.com/2009/08/kedalaman-penetrasi
menggunakan-insert.html
Periodontal.Jakarta: UI press.
Periodontal/perSurgery/odontoplasty.html
Search
DscKu
Dental Study Club FKG Unissula
Home
Kulpak
Pengetahuanku
SGD
Tips-Tipsku
Ujianku
Health
Sponsor
Categories
Kulpak (1)
pengetahuanKU (11)
SGD (8)
tips-tipsKU (3)
ujianKU (1)
My Favorite
Arini Shop
Archives
2012 (1)
2011 (16)
o Oktober (3)
o Mei (7)
Maloklusi 1
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
gigi goyang
o April (6)
2010 (8)
TAGS
Kulpak pengetahuanKU SGD tips-tipsKU ujianKU
Mengenai Saya
DSCku
Lihat profil lengkapku
gigi goyang
Gigi goyang
1. Etiologi
- Kehilangan jaringan tulang pendukungnya, periodontal poket, pelebaran ligamen periodontal,
kerusakan tulang angular akibat radang atau penyakit periodontal yang lanjut.
- Adanya abses pada ujung saluran akar (karena gigi berlubang). Goyah gigi karena abses
bersifat sementara. Bila abses sembuh, gigi bisa jadi kuat kembali.
- Penyakit Sistemik (DM)
- Trauma
Etiologi gigi goyang dibagi menjadi 3, yaitu :
- primer (trauma ,terjadi secara langsung)
- sekunder ( melalui proses, seperti penyakit periodontal)
hormon)- sementara (ibu hamil
- Medical history.
Riwayat alergi terhadap obat-obatan.
Kelaianan seperti gangguan perdarahan, diabetes, epilepsi.
Obat-obatan yang sedang dipakai sekarang.
Status imunisasi tetanus. Untuk luka bersih, tidak diperlukan booster apabila imunisasi
dilakukan sejak 10 tahun yang lalu. Untuk luka kotor, diperlukan booster apabila imunisasi
dilakukan lebih dari 5 tahun.
Pemeriksaan Obyektif
- Pemeriksaan jaringan lunak.
Lakukan observasi dan palpasi pada jaringan lunak yang cedera. Apabila terjadi terjadi laserasi
jaringan lunak dan fraktur gigi perlu dilakukan pula pemeriksaan radiografi karena tidak jarang
fragmen gigi tertanam ke dalam jaringan lunak.
- Pemeriksaan tulang wajah.
Maksila, mandibula, dan TMJ perlu diperiksa secara visual, palpasi, untuk melihat adanya
distorsi, malalignment, atau adanya indikasi fraktur. Apabila ada indikasi fraktur lakukan pula
pemeriksaan radiografi. Catat juga apabila ada dislokasi dari gigi, sangkutan oklusal, dan
perkembangan dari pathosis apikal.
- Pemeriksaan gigi.
Gigi yang mengalami trauma harus diperiksa apakah gigi tersebut mengalami fraktur,
kegoyangan, perubahan posisi, cedera pada ligamen periodontal dan tulang alveolar, serta trauma
pada jaringan pulpa. Periksa pula adanya kemungkinan keterlibatan gigi yang berada di rahang
lawannya.
Fraktur email atau keretakan pada mahkota dapat diperiksa dengan indirect light atau
transluminasi atau dengan penggunaan dye. Apabila struktur gigi telah hilang, periksa luasnya
kehilangan apakah sampai pada batas email, dentin, atau sudah mencapai jaringan pulpa.
Kegoyangan gigi diperiksa dalam segala arah. Apabila ketika gigi digerakkan gigi sebelahnya
ikut bergerak, perlu dicurigai adanya fraktur pada tulang alveolar.
Perubahan posisi gigi yang terjadi dapat berupa intrusi, ekstrusi, lateral (labial atau lingual), dan
avulsi secara keseluruhan. Tanyakan kepada pasien apakah ada kontak prematur ataupun
sangkutan oklusal. Apabila ada perubahan oklusi, perlu dicurigai adanya kemungkinan fraktur
rahang atau akar gigi ataupun ekstrusi gigi.
Untuk memeriksa adanya cedera pada jaringan periodontal lakukanlah tes perkusi pada gigi.
Pada gigi yang mengalami trauma tanpa adanya fraktur atau perubahan posisi pemeriksaan ini
cukup penting untuk melihat adanya kerusakan pada neurovascular bundle yang masuk ke dalam
gigi melalui apeks. Kerusakan ini akan menimbulkan adanya kemungkinan terjadinya degenerasi
pulpa. Kerusakan ini biasanya ditandai dengan tes perkusi yang positif.
- Pemeriksaan vitalitas atau respon pulpa terhadap trauma harus diperiksa pada awal kunjungan
dan kunjungan-kunjungan kontrol berikutnya, karena adanya kemungkinan kematian pulpa
beberapa bulan setelah trauma. Setelah terjadi trauma, sering pulpa memperlihatkan hasil negatif
ketika dilakukan tes vitalitas. Namun, setelah pulpa mengalami pemulihan, dia dapat kembali
memperlihatkan hasil positif. Hal yang sebaliknya dapat pula terjadi.
- Pemeriksaan penunjang
a. Radiografi dengan panoramic untuk melihat semua gigi
b. radiografi dengan foto periapikal untuk satu gigi.
Konkusi : sensitif pada perkusi, tidak ada peningkatan mobilitas, gigi tidak berpindah tempat,
pulpa normal terhadap test, radiografi normal.
Subluksasi : mobilitas abnormal tapi tidak berpindah tempat, sensitive terhadap perkusi,
keadaan pulpa normal, gambaran radiografi tidak jelas, sering terjadi perdarahan pada sulkus itu
menunjukan kerusakan pada pembuluh darah dan sobeknya ligamen periodontal.
Luksasi : gigi goyah dan berpindah
o Ekstrusi : Gigi telah mengalami pergeseran dari soketnya sepanjang sumbu panjangnya atau
dengan kata lain gigi keluar dari soketnya sebagian, gigi ini sangat goyang, pada radiograf
terlihat pergeseran dan pada test pulpa (-)
o Lateral : Trauma dapat bergeser ke lingual, bukal, mesial, atau distal. Dengan demikian gigi
telah keluar dari posisi normalnya bila apeks telah mengalami translokasi selama pergeseran ini,
gigi mungkin cukup cekat, perkusi bisa +/-
o Intrusive : Gigi dipaksa masuk ke dalam soketnya dalam arah apikal, gigi tidak terlalu goyah
dan mirip ankilosis.
Perawatan
1. Macam perawatan gigi goyah (teknik)
- Fase terapi inisial (non bedah) : menghilangkan faktor etiologi.
- Fase terapi korektif (bedah)
- Fase terapi pemeliharaan : untuk mencegah kekambuhan pada hasil perawatan.
Perawatan gigi goyah berdasarkan kasus :
Concusion
Gigi yang mengalami concusion sering memberikan respon positif bila dilakukan pekusi. Tidak
diperlukan perawatan yang segera namun pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk
memastikan tidak terjadi jejas pada pulpa. Gigi harus di istirahatkan
Subluksasi
Lakukan splinting dan pasien diminta untuk memakan makanan lunak selama selama 1-2
minggu. Agar plak tidak meningkat maka pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan
klorheksidin. Splintnya yg sementara
Extrusive luxation
Prinsip perawatan yang diberikan adalah reposisi segera dan fiksasi. Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
(1). Lakukan anestesi lokal.
(2). Reposisi gigi dengan menggunakan jari perlahan-lahan dan tekanan ringan sampai batas
insisal sama dengan gigi kontralateral.
(3). Periksa posisi dengan membuat foto rontgen.
(4). Lakukan stabilisasi dengan menggunakan splint.
(5). Pertahanakan splint selama 2-3 minggu.
Lateral luxation
Lateral luxation umumnya terjadi pada arah palatal, bukal, mesial atau distal. Arah bukal
merupakan keadaan yang paling sering terjadi. Pada beberapa kasus sering terjadi bony lock
sehingga reposisi sulit dilakukan.
Langkah-langkah reposisi luksasi palatal:
(1). Lakukan anestesi lokal.
(2). Palpasi daerah lekukan sulkus dan pastikan letak apeks. Lakukan penekanan dengan
perlahan dan tekan daerah insisal agar gigi dapat bergerak ke arah asal melalui fenestrasi di
dalam soket.
(3). Reposisi gigi kembali ke posisi asal melalui arah tekan yang berlawanan.
(4). Lakukan reposisi tulang yang fraktur menggunakan tekanan jari.
(5). Lakukan foto rontgen untuk memastikan posisi yang benar.
(6). Stabilisasi gigi dengan menggunakan splint.
(7). Pertahankan splint minimal 3-4 minggu.
(8). Pembuatan foto rontgen setelah kira-kira 3 minggu bila tidak menunjukkan keretakan pada
tulang marginal maka splint dipertahankan sampai 3-4 minggu berikutnya
Intrusive luxation
Intrusive luxation merupakan kasus luksasi yang sulit dan keberhasilan perawatan masih
diperdebatkan, masih perlu dilihat dari akar giginya dilihat dari apeks giginya. Beberapa
petunjuk dalam merawat intrusive luxation adalah sebagai berikut:
(1). Reposisi segera melalui tindakan pembedahan merupakan tindakan beresiko oleh karena
dapat menyebabkan resorpsi akar eksternal dan hilangnya jaringan pendukung marginal.
Reposisi secara bedah hendaknya dihindari apabila gigi masuk ke dalam dasar hidung atau
keluar dari jaringan lunak vestibulum.
(2). Beberapa kasus gigi intrusi dapat dikembalikan ke posisi semula melalui perawatan
ortodontik dan reerupsi spontan. Pemilihan teknik perawatan bergantung pada tingkat keparahan
intrusi dan kemungkinan terjadinya resorpsi eksternal. Perawatan endodontik dapat mulai
dilakukan setelah 2-3 minggu kemudian. Apabila reerupsi spontan dirasakan cukup memakan
waktu lama maka dipertimbangkan untuk dilakukan dengan menggunakan alat-alat ortodontik.
Avulsi
Cara-cara replantasi gigi avulsi yang dilakukan di tempat terjadinya
trauma:
(1). Tekan gigi yang mengalami avulsi dalam posisi yang benar pada soketnya sesegera mungkin.
(2). Cara lain adalah menempatkan gigi diantara bibir bawah dan gigi atau bila tidak
memungkinkan letakkan gigi pada segelas air susu.
(3). Periksakan ke dokter gigi sesegera mungkin.
Splinting
1. Definisi
- Splin merupakan alat yang dibuat untuk menstabilkan atau mengencangkan gigi-gigi yang
goyang akibat suatu injuri atau penyakit.
- Alat stabilisasi dan immobilisasi gigi yang goyah karena suatu lesi atau trauma atau penyakit
periodontial.
Indikasi
3. Kontraindikasi
1) Jika perawatan inflamasi penyakit periodontal belum dilakukan
2) Jika penyesuaian oklusal untuk mengurangi trauma dan/atau gangguan belum pernah
dilakukan.
3) Jika tujuan splinting hanya untuk mengurangi mobilitas gigi setelah splint dilepas
4) Kegoyahan gigi yang tidak mengganggu fungsi pengunyahan
5. Karakteristik splinting
1. Mudah dibuat di dalam mulut tanpa menambah trauma.
2. Bersifat pasif kecuali bila diperlukan gaya-gaya ortodonti
3. Memungkinkan pergerakan fisiologis (kecuali pada fraktur akar)
4. Tidak mengiritasi jaringan lunak
5. Tidak mengganggu oklusi
6. Memungkinkan akses endodonti
7. Mudah dibersihkan dan mudah dibuka
8. Estetika memuaskan
9. Tidak menggangu oklusi
10.Tidak menyebabkan iritasi
11.Mudah dibersihkan
Oklusal adjusment
1. Definisi
- tindakan untuk mengembalikan hubungan fungsional yang menguntungkan bagi
periodonsium
- tindakan untuk menyingkirkan tekanan oklusal yang mencederai dan untuk menciptakan
stimulasi fungsional yang dibutuhkan untuk dapat dipertahankannya kesehatan periodonsium.
- Tindakan untuk menciptakan kontak oklusi harmonis yang disebabkan oleh trauma dan
penyakit periodontal.
2. Indikasi
1)Untuk mengurangi tekanan traumatik gigi-geligi yang menimbulkan:
- Peningkatan mobilitas atau fremitus agar terjadi perbaikan apparatus perlekatan periodontal
- Ketidaknyamanan selama kontak atau fungsi oklusal
2)Untuk memperoleh hubungan fungsional dan efisiensi pengunyahan melalui perawatan
restoratif, ortodontik, bedah ortognatik, ataupun trauma rahang jika diindikasikan.
3)Sebagai terapi tambahan untuk mengurangi kerusakan akibat kebiasaan parafungsional
4)Reshape gigi-geligi yang berperan dalam perlukaan jaringan lunak ini
5)Untuk menyesuaikan relasi marginal ridge dan cusp yang menyebabkan impaksi makanan
3. Kontraindikasi
1)Penyesuaian oklusal tanpa pemeriksaan, dokumentasi, dan penyuluhan pasien pra-perawatan
yang cermat
2)Penyesuaian profilaktik tanpa tanda dan gejala trauma oklusal
3)Sebagai perawatan primer inflamasi penyakit periodontal yang diinduksi oleh mikroba
4)Jika status emosional pasien tidak memberikan hasil yang memuaskan
5)Kasus ekstrusi parah, mobilitas atau malposisi gigi-geligi yang tidak akan memberikan respon
jika hanya dilakukan penyesuaian oklusal saja.
4. Klasifkasi
- Teknik fungsional : Teknik ini didasarkan pada kebiasaan oklusi yang menyimpang dari oklusi
sentrik, termasuk premature kontak gigi. Cara memperbaiki premature kontak gigi :
Groving : Tindakan untuk memperbaiki lekuk-lekuk, fisur-fisur, dan grove yang telah hilang
karena pemakaian.
Spheroiding : Pengurangan premature kontak dan kemudian mengembalikan bentuk atau
kontur gigi sesuai dengan bentuk aslinya (membulatkan).
Pointing : Membentuk tonjol-tonjol gigi.
- Coronoplasti :
Coronoplasti dibagi menjadi 2,yaitu :
a. Komperhensif : dilakukan apabila cedera akibat trauma yang melibatkan banyak gigi
sehingga diperlukan perubahan posisi mandibula.
b. Setempat : dilakukan apabila cedera akibat trauma hanya melibatkan satu atau beberapa gigi
saja.
Prosedur coronoplasti :
Menjelaskan coronoplasti pada pasien
Menyingkirkan premature retrusif
Penyelarasan posisi interkuspal untuk mendapatkan kontak yang simultan dengan banyak titik
kontak
Penyingkiran kotak yang berlebihan pada gigi insisivus dalam posisi interkuspal
Penyingkiran hambatan protusif pada gigi posterior
Penyingkiran / pengurangan hambatan mediotrusif/balancing
Pengurangan hambatan laterotrusif atau working
Penyingkiran disharmonis oklusal yang menyolok
Pengecekan ulang hubungan kontak gigi geligi
Pemolesan permukaan gigi
Pada coronoplasti komprehensif kesepuluh prosedur tersebut dilakukan, tetapi pada coronoplasti
setempat dilakukan tahap 1, 3, 4, dan 10
Skenario
1. Gambaran radiologi periodontal space
- Adanya area radiolusen antara sementum dan alveolar yang lebih besar daripada bentuk
normal. Pada kondisi normal antara gigi dan tulang alveolar ada serat2 ligamen periodontal pada
radiografi tampak sedikit radiopak ,jadi bila ada periodontal space terlihat radiolusennya lebih
jelas.
2. Perawatn untuk gigi yang luksasi derajat 3
- Reposisi gigi
- Splinting
3. Perawatan untuk gigi 32 ,31 yang ekstrusi
reposisi dan pemasangan spint ,orthodonsi
4. Mengapa pada pemeriksaaan radiografik tidak terdapat fraktur rahang namun gigi
goyah(mekanisme gigi goyah karena periodontal space)
bentuk benturan yang mengenai gigi sejajar dengantrauma mendadak trauma jaringansumbu
panjang gigi daripada sumbu tegak sudut gigi makin besar drajat menggangu saraf dan darah
ke pulpa penyangga gigi luksasi.
5. Perawatan untuk ekstraoral
- Suturing
6. Kenapa ada rasa sakit dan mengganjal bila rahang di tutup
Karena ada gigi yang ekstrusi
7. Mekanisme remodelling
reattachment atau perlekatan kembali digunakan untuk menerangkan proses regenerasi struktur
jaringan penyangga gigi setelah suatu perawatan. Perlekatan kembali lebih ditujukan untuk
menerangkan adanya reunion jaringan ikat dengan akar gigi yang terpisah karena adanya injury
atau insisi. Keadaan tersebut misalnya: setelah suatu tindakan bedah, trauma daerah sementum,
fraktur gigi, atau perawatan lesi periapikal. Istilah new attachment atau perlekatan baru
menerangkan proses reunion jaringan ikat dengan permukaan akar gigi yang terbuka karena
proses patologis. Pada keadaan ini terjadi pembentukan serat ligamentum baru yang tertanam
pada sementum baru dan melekatnya epitel gingiva pada permukaan akar gigi yang terbuka
sebelumnya karena proses penyakit. Adaptasi epitel atau epithelial adaptation berbeda dengan
perlekatan baru. Pada keadaan ini epitel gingiva melekat ke permukaan akar gigi, karena
perawatan poket yang tidak sempurna sebelumnya.
klik disini
Posted in: SGD Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke
Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
0 komentar:
Poskan Komentar
RSS Subscribe!
Follow me!
Popular Posts
gigi goyang
HIPERKES Definisi : cabang dari IKM, yang mempelajari cara-cara pengawasan serta
pemeliharaan keseh...
crossbite
Maloklusi 1
Maloklusi merupakan keadaan yang menyimpang dari oklusi normal,hal ini dapat terjadi
karena tidak sesuainya antara lengkung gigi dan lengkun...
Plat ekspansi dipakai untuk melebarkan lengkung gigi sehingga mendapatkan ruang
yang cukup untuk pengaturan letak gigi yang tidak teratur a...
Beberapa pendekatan psikologis yang biasa digunakan dokter gigi dalam penetalaksanaan
tingkah laku pasien anak sebagai berikut: a. Tell sh...
Diastema
Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi yang berdekatan.
Diastema ini merupakan suatu ketidaksesuaian antara lengku...
Blogroll
Jika tekanan yang biasa dikenakan pada gigi sewaktu beroklusi dihentikan, gigi akan kembali ke
posisi semula dalam dua stadium : stadium pertama adalah elastic recoil yang cepat seperti per,
stadium kedua adalah gerak pemulihan (recovery) yang lambat dan asimtomatis. Gerak
pemulihan adalah berupa denyutan yang tampaknya berhubungan dengan denyut normal
pembuluh darah jaringan periodontal, yang sinkron dengan denyut jantung.
Mobility Patologis
Mobility di luar batas fisiologis dinyatakan sebagai mobility yang abnormal atau patologis.
Dikatakan patologis karena melampaui batas mobility normal, dan bukan dari adanya proses
penyakit periodontal pada waktu pemeriksaan.Mobility patologis disebabkan oleh beberapa
faktor :
1. Kehilangan dukungan gigi (kehilangan tulang). Tingkat mobility tergantung pada keparahan
dan distribusi kehilangan jaringan pada setiap permukaan akar gigi, panjang dan bentuk akar, dan
ukuran akar gigi dibandingkan dengan mahkota. Dalam hal jumlah kehilangan tulang yang sama,
gigi dengan akar yang pendek dan lancip lebih cenderung menjadi goyang dibandingkan gigi
dengan ukuran akar yang normal atau bulat. Karena kehilangan tulang bukanlah satu-satunya
penyebab terjadinya mobility gigi dan mobility biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, maka
keparahan mobility gigi tidak selalu berkaitan dengan kehilangan tulang.
2. Trauma dari oklusi. Kerusakan yang disebabkan oleh tekanan oklusal yang berlebihan atau
yang terjadi karena kebiasaan oklusal seperti bruxism dan clenching, yang diperhebat oleh stres
emosional sering merupakan penyebab mobility gigi. Mobility juga meningkat karena
hipofungsi. Mobility yang disebabkan oleh trauma dari oklusi pada awalnya terjadi akibat
resorpsi lapisan cortical tulang, dan belakangan sebagai fenomena adaptasi yang disertai
pelebaran ruang ligamen periodontal.
3. Penjalaran inflamasi dari gingiva ke ligamen periodontal menyebabkan perubahan degeneratif
yang meningkatkan mobility. Perubahan biasanya terjadi pada penyakit periodontal yang telah
mulai melanjut, tetapi kadang-kadang mobility dijumpai juga pada gingivitis yang parah.
Penyebaran inflamasi dari abses periapikal akut menyebabkan mobility gigi yang temporer tanpa
dijumpainya penyakit periodontal. Mobility juga meningkat secara temporer beberapa waktu
setelah bedah periodontal.
4. Mobility gigi meningkat pada waktu kehamilan, dan kadang-kadang berkaitan dengan siklus
menstruasi atau penggunaan kontrasepsi hormonal. Peningkatan mobility ini terjadi pada pasien
dengan atau tanpa penyakit periodontal, yang diduga disebabkan oleh perubahan fisikokhemikal
pada jaringan periodonsium. Mobility bisa juga disebabkan oleh proses penyakit pada rahang
yang merusak tulang alveolar dan/atau akar gigi, seperti osteomielitis dan tumor rahang.
Migrasi Patologis
Migrasi patologis adalah pergeseran gigi yang terjadi jika kesimbangan di antara faktor-faktor
yang mempertahankan posisi gigi terganggu oleh penyakit periodontal. Migrasi patologis relatif
sering terjadi dan bisa merupakan tanda dini dari penyakit, atau bisa terjadi menyertai inflamasi
gingiva dan pembentukan saku dengan berkembangnya penyakit.
Migrasi patologis terjadi paling sering pada regio anterior, tetapi bisa juga terjadi pada gigi
posterior. Gigi bisa bergerak ke segala arah, dan migrasi biasanya disertai mobility dan rotasi.
Migrasi patologis ke arah oklusal atau incisal disebut dengan elongasi atau ekstrusi (istilah
pertama dianggap lebih tepat). Migrasi patologis bisa dijumpai dalam beberapa derajat
keparahan, dan bisa melibatkan satu atau lebih gigi. Migrasi patologis perlu dideteksi pada
stadium dini, dan mencegah akibat yang lebih serius dengan jalan menyingkirkan faktor-faktor
penyebab. Walaupun migrasi patologis masih pada stadium dini, telah terjadi kehilangan tulang
meskipun sedikit.
Patogenesa
Dua faktor utama yang berperan dalam mempertahankan posisi gigi yang normal adalah :
(1) kesehatan dan tinggi jaringan periodontium yang normal.
(2) Tekanan yang mengenai gigi. Tekanan yang mengenai gigi bisa merupakan tekanan dari
oklusi atau tekanan dari bibir, pipi dan lidah.
Dalam hubungannya dengan tekanan dari oklusi, faktor berikut adalah penting : morfologi gigi
dan inklinasi tonjol; adanya komplemen gigi yang lengkap; kecenderungan bermigrasi ke mesial
secara fisiologis; keadaan dan lokasi hubungan titik kontak; atrisi proksimal, insisal dan oklusal;
inklinasi aksial dari gigi.
Perubahan pada salah satu atau beberapa faktor-faktor tersebut akan memulai serangkaian
perubahan yang saling berkaitan pada lingkungan dari satu atau sekelompok gigi yang akan
menyebabkan migrasi patologis. Migrasi patologis terjadi pada kondisi-kondisi yang
melemahkan dukungan periodontal dan/atau meningkat atau dimodifikasinya tekanan yang
mengenai gigi.