You are on page 1of 30

my worLd..

Rabu, 19 Agustus 2009


Furcation Involvement dan fase pemeliharaan..

NAMA : TITIAN PUTRI

NIM : 061610101024

Perawatan Periodontal

Tujuan utama perawatan periodontal tidak hanya menghentikan penyakit periodontal,


tetapi juga menggantikan bagian jaringan penyangga yang mengalami kerusakan). Keberhasilan
perawatan periodontal sangat bergantung kepada kesempurnaan dalam menghilangkan
keradangan gingiva, perdarahan gingiva, mengurangi kedalaman poket, menghentikan proses
infeksi, menghentikan pembentukan pus, menghentikan kerusakan jaringan lunak dan tulang,
mengurangi kegoyangan gigi, memperbaiki fungsi oklusi, memperbaiki jaringan yang
mengalami kerusakan, mencegah rekurensi penyakit, serta mengurangi hilangnya gigi-geligi.
Serta dapat meramalkan regenerasi jaringan periodontium pada sisi yang mengalami kerusakan.
Regenerasi yang diharapkan antara lain terbentuknya sementum, ligamentum periodontal dan
tulang alveolar. Proses regenerasi jaringan, perbaikan jaringan, pembentukan perlekatan baru,
merupakan aspek yang terdapat pada proses penyembuhan setelah perawatan periodontal.
Regenerasi jaringan periodontium merupakan proses fisiologis yang terus berlanjut.

Rangkaian Perawatan Periodontal

Perawatan periodontal meliputi beberapa fase antara lain , fase I yaitu fase terapi inisial,
merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa
melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik.
Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I adalah Memberi pendidikan
pada pasien tentang kontrol plak, Scaling dan root planning, Perawatan karies dan lesi
endodontic, Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging, Penyesuaian
oklusal (occlusal ajustment), Splinting temporer , Perawatan ortodontik. Yang kemudian
dilakukan evaluasi respon terapi fase I, koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket
periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi

Fase II adalah kelanjutan dari evaluasi respon terapi fase I yang berkembang sebagai
suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit
periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini dilakukan, bedah
periodontal untuk mengeliminasi poket dengan cara kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur
bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal
(bone and tissue graft). Kemudian Penempatan Implant serta perawatan endodontik.

Terapi fase III (fase restoratif) dengan melakukan Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik
yang ideal untuk gigi yang hilang. Dan kemudian dilakukan evaluasi respon terhadap terapi fase
III dengan pemeriksaan periodontal.

Dan terakhir adalah terapi fase IV (fase pemeliharaan) dilakukan untuk mencegah
terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Sehigga perlu dilakukan control periodic.
Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini adalah riwayat medis dan
riwayat gigi pasien, Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak,
ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi, Melekukan radiografi untuk
mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali, Scalling
dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol plak pasien dan pada
kecenderungan pembentukan kalkulus, Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah
karies. Keinginan dan kemampuan pasien dalam memelihara diri sendiri selama fase perawatan
merupakan langkah yang paling penting.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan

Proses penyembuhan pada dasarnya sama untuk setiap jenis perawatan. Proses regenerasi
jaringan, perbaikan jaringan, pembentukan perlekatan baru merupakan aspek yang terdapat pada
penyembuhan setelab perawatan periodontal.

Beberapa istilah perlu dibedakan dalam hubungannya dengan proses penyembuhan dan
regenerasi jaringan periodontium. Istilah reattachment atau perlekatan kembali digunakan untuk
menerangkan proses regenerasi struktur jaringan penyangga gigi setelah suatu perawatan.
Perlekatan kembali lebih ditujukan untuk menerangkan adanya reunion jaringan ikat dengan akar
gigi yang terpisah karena adanya injury atau insisi. Keadaan tersebut misalnya: setelah suatu
tindakan bedah, trauma daerah sementum, fraktur gigi, atau perawatan lesi periapikal. Istilah
new attachment atau perlekatan baru menerangkan proses reunion jaringan ikat dengan
permukaan akar gigi yang terbuka karena proses patologis. Pada keadaan ini terjadi
pembentukan serat ligamentum baru yang tertanam pada sementum baru dan melekatnya epitel
gingiva pada permukaan akar gigi yang terbuka sebelumnya karena proses penyakit. Adaptasi
epitel atau epithelial adaptation berbeda dengan perlekatan baru. Pada keadaan ini epitel gingiva
melekat ke permukaan akar gigi, karena perawatan poket yang tidak sempurna sebelumnya.
Probe tidak dapat masuk ke dalam celah poket. Menurut penelitian sulkus gingiva yang dalam
ini dibatasi oleh epitel yang panjang, tipis, tahan terhadap penyakit dan merupakan perlekatan
jaringan ikat sebenarnya. Tetapi Nyman dan kawan-kawan menyatakan bahwa jaringan ikat
gingiva tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk perlekatan jaringan ikat baru pada
permukaan gigi yang terbuka karena proses penyakit.

Proses penyembuhan dipengaruhi oleh faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal seperti
kontaminasi mikroorganisme, oklusi merupakan faktor yang sering menghambat penyembuhan
jaringan. Menghilangkan plak dan semua factor yang mempermudah retensi plak serta
menghilangkan tekanan yang berlebihan, dapat meningkatkan regenerasi tulang dan
menghasilkan perlekatan jaringan baru. Kelainan sistemik dapat mempengaruhi atau
menghambat penyembuhan jaringan setelah perawatan periodontal; penyembuhan jaringan akan
terhambat pada penderita dengan infeksi menyeluruh, penderita Diabetes Meilitus, pada keadaan
defisiensi nutrisi tertentu, penderita dengan penyakit infeksi yangt melemahkan tubuh.

Faktor hormonal juga berpengaruh; pemberian glukokortikoid seperti kortison dapat


menghalangi proses perbaikan jaringan, menekan reaksi radang atau menghambat pertumbuhan
fibrobias, pembentuk kolagen dan sel endotel. Stres sistemik, pengangkatan kelenjar tiroid,
pemberian hormon testosteron, hormon adenokortikotropik dan estrogen dalam dosis besar, akan
menekan pembentukan jaringan granulasi serta menghambat penyembuhan.

Evaluasi Keberhasilan Perawatan Jaringan Periodonsium


Evaluasi keberhasilan perawatan periodontal kadang-kadang agak sukar diketahui secara
klinik maupun eksperimental. Keberhasilan perawatan dapat dilihat secara klinis, radiografis,
tindakan bedah, atau secara histologis. Metode klinis yang digunakan dengan membandingkan
keadaan sebelum dan sesudah probing. Tiga cara probing yang dilakukan yaitu pengukuran
kedalaman poket, tinggi perlekatan, dan tinggi tulang. Menentukan tinggi perlekatan lebih
penting daripada pengukuran poket. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan tepi gingiva
setelah perawatan. Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap pengaruh penetrasi probing
kedalaman poket. Penetrasi probing ini sangat bervariasi bergantung kepada derajat keradangan
jaringan, yang secara langsung berpengaruh terhadap dasar poket. Probing mungkin tidak
mencatat kedalaman poket yang sebenarnya, tetapi merupakan hasil penetrasi probe ke jaringan
periodontium, sehingga menghasilkan perkiraan yang berlebihan dan kedalaman poket.

Penilaian klinis jaringan keras memerlukan re-entry surgery atau pembedahan kedua
setelah periode penyembuhan. Tindakan ini biasanya dilakukan 6 sampai 12 bulan setelah
pembedahan pertama. Pembedahan kedua ini biasanya berjalan lebih cepat dan trauma yang
terjadi lebih sedikit. Jika pengukuran ini dikombinasi dengan penilaian klinis jaringan lunak,
dapat memberikan informasi yang bermanfaat sesuai tujuan perawatan yaitu regenerasi jaringan
periodontium. Penilaian dilakukan dengan membuat model cetakan tulang pada waktu
pembedahan pertama dan pembedahan kedua,yang kemudian dibandingkan. Teknik pengukuran
secara linear terhadap perubahan jaringan keras gigi, ditentukan dan beberapa titik yaitu:

Tinggi puncak tulang alveolar, yaitu jarak dan batas semen enamel ke puncak tulang alveolar

Kehilangan tulang, yaitu jarak dari batas semen enamel ke dasar kerusakan tulang

Dalamnya kerusakan, yaitu jarak dan puncak tulang alveolar ke dasar kerusakan Tulang

Kedalaman probing pada kerusakan daerah furkasi horizontal, yaitu jarak dan permukaan bukal
atau lingual daerah furkasi yang mengalami kerusakn, ke permukaan luar dan kedudukan probe
pada lekukan furkasi.

untuk menilai regenerasi tulang alveolar pemeriksaan probing secara klinis. Pemakaian teknik
digital komputer substraction radiography akan menghasilkan gambar yang baik. Hasilnya dapat
memperlihatkan perubahan tinggi puncak tulang dan dasan kerusakan yang berdekatan dengn
permukaan akar, perubahan kepadatan tulang, perubahan persentasi jaringan penyangga gigi
pada setiap akar gigi.

Analisis radiografis dan re-entry operations dilakukan untuk mengukun regenerasi tulang
pada kerusakan tulang angular sebelum dan sesudah perawatan. Analisis ini tidak dapat
memperlihatkan adanya pembentukan sementum baru pada permukaan

akar dan ligamentum periodontal baru. Regenerasi jaringan periodontium dan perlekatan baru
hanya dapat ditentukan secara tepat melalui pemeriksaan mikroskopis. Penilaian regenerasi
jaringan diperlukan bukti adanya sementum baru dan pertumbuhan ligamentum periodontal ke
arah koronal tulang alveolar, serta pembentukan perlekatan baru secara sempurna. Penilaian
histologis perlekatan baru hanya membutuhkan. bukti terbentuknya sementum baru dengan
pertumbuhan serat kolagen di antaranya. (Syafril, 1996:24-27)

Debridemen akar periodontal merupakan salah satu komponen vital dalam terapi
pembedahan dan non-bedah. Karakteristik penting dalam perawatan periodontitis adalah
pembersihan deposit bakteri dan kalkulus subgingival secara mekanis.

Berusaha untuk menghindari trauma pada bagian paling koronal perlekatan jaringan ikat
dengan menginsersikan kuret 1 mm lebih dangkal dibandingkan kedalaman probing poket. Hasil
penelitian tersebut tidak menemukan perbedaan kedalaman probing poket dan rata-rata tinggi
perlekatan probing dinyatakan signifikan antara gigi uji [kuret diletakkan 1 mm lebih dangkal
dari dasar poket] dengan kontrol, pada 1 dan 3 bulan setelah perawatan. Mereka menyatakan
bahwa dibandingkan dengan pembersihan deposit subgingival yang efektif, trauma pada bagian
paling koronal jaringan ikat dan remodelling lesi pada daerah tersebut setelah prosedur skeling
dan root planning, bukanlah faktor yang penting. Jadi, jika digunakan selama debridemen,
penetrasi Ultrasonic Tip yang dalam dapat meningkatkan resiko trauma pada bagian koronal
perlekatan jaringan ikat, dibandingkan dengan kuret Gracey, namun hal ini bukanlah faktor
utama dalam hasil perawatan klinis.(Erha, 2009)

Fase Pemeliharaan Dental Implant


Keadaan oral higine dan kontak oklusal yang baik, merupakan syarat keberhasilan jangka
panjang fungsi implant, karena apabila keadaan oral higine yang buruk dan terdapat traumatik
oklusal akan menyebabkan kerusakan tulang penyangga. Setelah pemasangan implant di dalam
mulut pemeriksaan kontrol plak adalah yang pertama kali dilakukan dan dimonitor secara terus-
menerus. Secara superstruktur implant tampak berbenjol-benjol dan overkontur, di mana hal ini
menyebabkan prosedur homecare menjadi lebih sulit. Biasanya pasien implant kurang di dalam
perawatan homecare. Oleh karena itu pasien diharuskan kontrol dalam interval 3 bulan pada
tahun pertama dan setelah itu kontrol secara berkala. Pasien juga harus diberikan perawan
penunjang lainnya. Pada setiap kunjungan perawatan meliputi evaluasi oral higine, keharmonisan
oklusal, stabilitas implant dan protesa, pemantauan seluruh jaringan lunak dan keras peri-implant
dan pemeriksaan radiografis. (Rintoko, 2009)

Furcation Involvement

Eksposur-pembelahan yang merupakan daerah di mana banyak menyimpang dari akar


gigi. Pencabangan atau keterlibatan eksposur terjadi sekunder untuk penyakit periodontal. Sudut
pencabangan penyakit dapat direkam dalam berbagai grade:

Grade I

furkasi awal, berhubungan dengan poket suprabony, terjadi bone loss awal tetapi tidak
terlihat jelas secara radiographically. depresi pembelahan di area yang lebih luas kurang dari
setengah jalan di bawah mahkota dalam multirooted gigi

furkasi pada bukal molar pertama


saat bedah minimal boneloss pd furkasi

Grade II

Terdapat pasti komponen horisontal ke tulang, dapat mengenai furkasi gigi yang sama,
tetapi tulang tetap melekat pada gigi sehingga banyak bidang furcal kehilangan tulang. jika ada,
tidak berhubungan. bila ada depresi pembelahan di wilayah meluas lebih dari setengah jalan di
bawah mahkota tetapi tidak terus-menerus.

earlygradeII,dengan poket 5mm pada

molar
early gradeII, terdapat boneloss

moderate gradeII, horizontal boneloss

terlihat pada bagian bukal.

gmbr.radiograpic sebagai bukti boneloss

Grade III
Bone tidak lagi melekat pada furkasi gigi. Pada awal kelas III luka, jaringan lunak yang
masih menutup jalan pencabangan, sehingga sulit untuk dideteksi. bila ada periodontal probe
meluas "terus-menerus" dari satu sisi pencabangan dari yang lain..

pada molar pertama

GradeIII, sisi distal-mesial molar

pertama

Grade IV

Menjelaskan melalui luka yang cukup berkelanjutan, kerusakan tulang interdental,


terlihat secara klinis, furkasi terbuka. (Wikipedia, 2009)
FI grade IV pada gigi rahang atas

early gradeIV pada mesial premolar

pertama

Untuk Furcation involvement diperlukan perawatan antara lain scaling dan root planing ,
furcation plasty, root resection, regenerasi dan ekstraksi

Furcation Plasty

Furcation plasty terdiri dari odontoplasty & osteoplasty, sebatas jalan masuk furkasi serta
dilakukan terutama pada furkasi bukal dan lingual.

Odontoplasty

Merupakan bedah yang mengkontur dari permukaan gigi untuk meningkatkan plak kontrol dan
gingiva . Dengan indikasi, pengasahan selektif grinding dan polishing untuk membuat plak
kurang retentif.
Menggunakan 12 blade flame (atau barel), FG diamond burs atau batu putih FG duri dengan air
coolant, diikuti dengan polishing menggunakan rubber cup dan fluoride untuk mengurangi
sensitivitas.(Veterinary, 2002)

Osteoplasty

Bedah perbaikan atau perubahan dari tulang. Juga disebut tulang okulasi. Dalam kedokteran
gigi, bedah resection dari struktur bertulang untuk membentuk atau memperbaiki kontur dari
Gusi.

Root Resection Therapy

Dalam kasus-kasus gigi dengan akar kedekatan.

Dalam kasus pencabangan kelas III.

Tinggal sedikit di sekitar daerah akan tipis, oleh karena itu terpengaruh root dapat
dihilangkan.

Tujuan dari prosedur Resective

Menghilangkan dan mengurangi poket

Jaringan fisiologis gingival diadaptasi ke tulang alveolar dan apical ke situs pra bedah.

Mempertahankan kondisi klinis.


Persyaratan untuk Resective prosedur

Akses root instrumentasi tepat.

Untuk akses yang alveolar crest

Mempertahankan memadai gingiva band yang terpasang.

Meminimalkan alveolar crest tinggi.

Mempertahankan tingkat klinis lampiran pada basis jangka panjang.

Mengurangi probing. (Fatin, 2009)

Ekstraksi

Px tdk dpt melakukan kontrol plak scr adequat, aktivitas karies tinggi, tdk dpt melakukan
program pemeliharaan yg sesuai atau mempunyai faktor sosial ekonomi yg dpt menghalangi
dilaku-dilakukannya perawatan yg lbh kompleks serta pada attachment loss yang lanjut dan pada
furcation involvement grade III dan IV

DAFTAR PUSTAKA
Erha, dhini. 2009.Dental Minded. http://dhinierha.blogspot.com/2009/08/kedalaman-penetrasi

menggunakan-insert.html

Rintoko, Bimo, 2009.Aspek Klinis Dental


implant.http://hiin.facebook.comtopi
php?uid=32159633485&topic=9563.
Syafril, Yuniarti. 1996.Regenerasi Jaringan Periodontium Setelah Perawatan

Periodontal.Jakarta: UI press.

Fatin. 2009. Surgery Periodontal. http://faculty.ksu.edu.sa/fatin/Pictures%2520Library/


per.sx.ppt&efurcation

Veterinary, Dentistry. 2002.http://www.link.vet.ed.ac.uk/clive/cal/Dentistry/Website/

Periodontal/perSurgery/odontoplasty.html

Wikipedia, 2009. http://en.wikipedia.org/wiki/Furcation_defect


Beranda

Search

DscKu
Dental Study Club FKG Unissula

Home

Kulpak

Pengetahuanku

SGD

Tips-Tipsku

Ujianku

Health

Sponsor

Categories
Kulpak (1)

pengetahuanKU (11)

SGD (8)

tips-tipsKU (3)

ujianKU (1)

My Favorite
Arini Shop

Archives
2012 (1)

2011 (16)

o Oktober (3)

o Mei (7)

Maloklusi 1

Hari Tanpa Tembakau (Merokok)

Diabetes Melitus

Diabetes Melitus

GINGIVEKTOMI DAN BEDAH PERIODONTAL

gigi goyang

Plat Ekspansi,Plat Aktif dan Alat Lepasan

o April (6)

2010 (8)

TAGS
Kulpak pengetahuanKU SGD tips-tipsKU ujianKU

Mengenai Saya

DSCku
Lihat profil lengkapku

gigi goyang

22.00 DSCku No comments

Gigi goyang
1. Etiologi
- Kehilangan jaringan tulang pendukungnya, periodontal poket, pelebaran ligamen periodontal,
kerusakan tulang angular akibat radang atau penyakit periodontal yang lanjut.
- Adanya abses pada ujung saluran akar (karena gigi berlubang). Goyah gigi karena abses
bersifat sementara. Bila abses sembuh, gigi bisa jadi kuat kembali.
- Penyakit Sistemik (DM)
- Trauma
Etiologi gigi goyang dibagi menjadi 3, yaitu :
- primer (trauma ,terjadi secara langsung)
- sekunder ( melalui proses, seperti penyakit periodontal)
hormon)- sementara (ibu hamil

2. Macam kegoyahan gigi (kerusakan jaringan periodontal)


a. Concusion, yaitu trauma yang mengenai j aringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi
lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.
b. Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi akibat trauma pada
jaringan pendukung gigi.
c. Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar dari soketnya.
Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang.
d. Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan gigi ke arah labial,
palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi
tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral menyebabkan mahkota bergerak ke arah
palatal
e. Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana dapat menyebabkan
kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih
pendek.
f. Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari soket.
Pemindahan atau dislokasi gigi dari soketnya, dapat sebagian atau seluruhnya.
Klasifikasi luksasi gigi menurut WHO :
a. Konkusi : sensitif pada perkusi, tidak ada peningkatan mobilitas, gigi tidak berpindah
tempat, pulpa normal terhadap test, radiografi normal.
b. Subluksasi : mobilitas abnormal tapi tidak berpindah tempat, sensitive terhadap perkusi,
keadaan pulpa normal, gambaran radiografi tidak jelas, sering terjadi perdarahan pada sulkus itu
menunjukan kerusakan pada pembuluh darah dan sobeknya ligamen periodontal.
c. Luksasi : gigi goyah dan berpindah
o Ekstrusi : Gigi telah mengalami pergeseran dari soketnya sepanjang sumbu panjangnya atau
dengan kata lain gigi keluar dari soketnya sebagian, gigi ini sangat goyang, pada radiograf
terlihat pergeseran dan pada test pulpa (-)
o Lateral : Trauma dapat bergeser ke lingual, bukal, mesial, atau distal. Dengan demikian gigi
telah keluar dari posisi normalnya bila apeks telah mengalami translokasi selama pergeseran ini,
gigi mungkin cukup cekat, perkusi bisa +/-
o Intrusive : Gigi dipaksa masuk ke dalam soketnya dalam arah apikal, gigi tidak terlalu goyah
dan mirip ankilosis.

3. Tindakan awal bila di dapat gigi goyang


- Bersihkan luka dengan air bersih
- Hentikan luka dengan menggunakan kassa atau kapas selama 5 menit
- Pergi ke dokter gigi.
- Aplikasi dingin : karena dengan aplikasi dingin bisa mengurangi pembengkakan dan
mengurangi rasa sakit yang dialami pasien.
- Klo ekstrusi harus secepat mungkin di kembalikan ke soketnya diberi anastesi dengan jari
secara berlahan2 atau dengan penahan lidah.

4. Tanda dan gejala


- Ekrtrusi :
a. Gigi goyang
b. Gingival mengalami perdarahan dan pembengkakan
- Intrusi:
a. Gigi tidak begitu goyah
b. Gingival mengalami pembengkakan
- Luksasi sebagian :
a. Jaringan lunak bengkak dan tertutup darah
b. Gigi goyah terutama bila dipaksa
c. Keluar dari soket, Ligamen periodontal sobek pada beberapa tempat.

Berdasarkan derajat kegoyangan gigi :


- Derajat 1 sedikit lebih besar dari normal
- Derajat 2 1mm
- Derajat 3 lebih dari 1mm
Pada lukasasi derajat 2 dan 3 gigi akan terasa ngilu karena ada kerusakan jaringan periodontal
,alveolus dan suplai vaskular.
5. Pemeriksaan (sekalian yg di atas)
Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan terhadap pasien trauma gigi harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadinya
trauma. Proses pemeriksaannya hampir sama seperti pemeriksaan pada kasus perawatan
endodontik.
Anamnesis diperoleh dari keterangan pasien atau orang lain yang mengetahui secara pasti
mengenai kondisi yang dialami oleh pasien, meliputi keluhan utama, riwayat terjadinya trauma,
dan medical history.
- Keluhan utama.
Pasien ditanyakan mengenai keparahan dari rasa sakit dan berbagai gejala signifikan lainnya.
Perdarahan pada jaringan lunak memang terlihat sebagai suatu kondisi yang parah, namun
apabila terjadi fraktur pada tulang maka rasa sakit yang timbul akan lebih besar dan kondisi ini
harus menjadi prioritas utama dalam melakukan perawatan. Selain itu, perlu dicatat juga
mengenai durasi dari tiap gejala
- Riwayat terjadinya trauma.
Tanyakan pasien hal-hal berikut ini:
1. Kapan dan dimana cedera terjadi.
2. Bagaimana terjadinya cedera.
3. Perawatan apa saja yang sudah dilakukan sebelum datang ke dokter gigi (operator).
4. Apakah sebelumnya sudah pernah mengalami trauma yang serupa.
5. Gejala apa saja yang dirasakan pasien sejak terjadinya trauma (pusing, muntah, sakit kepala,
kejang-kejang ataupun konvulsi, pandangan kabur, hilang kesadaran, gangguan pendengaran,
pengecapan, penglihatan dan keseimbangan, serta perdarahan dari hidung atau telinga.
Masalah gigi yang dialami sejak trauma (sakit, kegoyangan, sangkutan oklusal, gejala lain pada
jaringan sekitar gigi).

- Medical history.
Riwayat alergi terhadap obat-obatan.
Kelaianan seperti gangguan perdarahan, diabetes, epilepsi.
Obat-obatan yang sedang dipakai sekarang.
Status imunisasi tetanus. Untuk luka bersih, tidak diperlukan booster apabila imunisasi
dilakukan sejak 10 tahun yang lalu. Untuk luka kotor, diperlukan booster apabila imunisasi
dilakukan lebih dari 5 tahun.

Pemeriksaan Obyektif
- Pemeriksaan jaringan lunak.
Lakukan observasi dan palpasi pada jaringan lunak yang cedera. Apabila terjadi terjadi laserasi
jaringan lunak dan fraktur gigi perlu dilakukan pula pemeriksaan radiografi karena tidak jarang
fragmen gigi tertanam ke dalam jaringan lunak.
- Pemeriksaan tulang wajah.
Maksila, mandibula, dan TMJ perlu diperiksa secara visual, palpasi, untuk melihat adanya
distorsi, malalignment, atau adanya indikasi fraktur. Apabila ada indikasi fraktur lakukan pula
pemeriksaan radiografi. Catat juga apabila ada dislokasi dari gigi, sangkutan oklusal, dan
perkembangan dari pathosis apikal.
- Pemeriksaan gigi.
Gigi yang mengalami trauma harus diperiksa apakah gigi tersebut mengalami fraktur,
kegoyangan, perubahan posisi, cedera pada ligamen periodontal dan tulang alveolar, serta trauma
pada jaringan pulpa. Periksa pula adanya kemungkinan keterlibatan gigi yang berada di rahang
lawannya.
Fraktur email atau keretakan pada mahkota dapat diperiksa dengan indirect light atau
transluminasi atau dengan penggunaan dye. Apabila struktur gigi telah hilang, periksa luasnya
kehilangan apakah sampai pada batas email, dentin, atau sudah mencapai jaringan pulpa.
Kegoyangan gigi diperiksa dalam segala arah. Apabila ketika gigi digerakkan gigi sebelahnya
ikut bergerak, perlu dicurigai adanya fraktur pada tulang alveolar.
Perubahan posisi gigi yang terjadi dapat berupa intrusi, ekstrusi, lateral (labial atau lingual), dan
avulsi secara keseluruhan. Tanyakan kepada pasien apakah ada kontak prematur ataupun
sangkutan oklusal. Apabila ada perubahan oklusi, perlu dicurigai adanya kemungkinan fraktur
rahang atau akar gigi ataupun ekstrusi gigi.
Untuk memeriksa adanya cedera pada jaringan periodontal lakukanlah tes perkusi pada gigi.
Pada gigi yang mengalami trauma tanpa adanya fraktur atau perubahan posisi pemeriksaan ini
cukup penting untuk melihat adanya kerusakan pada neurovascular bundle yang masuk ke dalam
gigi melalui apeks. Kerusakan ini akan menimbulkan adanya kemungkinan terjadinya degenerasi
pulpa. Kerusakan ini biasanya ditandai dengan tes perkusi yang positif.
- Pemeriksaan vitalitas atau respon pulpa terhadap trauma harus diperiksa pada awal kunjungan
dan kunjungan-kunjungan kontrol berikutnya, karena adanya kemungkinan kematian pulpa
beberapa bulan setelah trauma. Setelah terjadi trauma, sering pulpa memperlihatkan hasil negatif
ketika dilakukan tes vitalitas. Namun, setelah pulpa mengalami pemulihan, dia dapat kembali
memperlihatkan hasil positif. Hal yang sebaliknya dapat pula terjadi.
- Pemeriksaan penunjang
a. Radiografi dengan panoramic untuk melihat semua gigi
b. radiografi dengan foto periapikal untuk satu gigi.

Konkusi : sensitif pada perkusi, tidak ada peningkatan mobilitas, gigi tidak berpindah tempat,
pulpa normal terhadap test, radiografi normal.
Subluksasi : mobilitas abnormal tapi tidak berpindah tempat, sensitive terhadap perkusi,
keadaan pulpa normal, gambaran radiografi tidak jelas, sering terjadi perdarahan pada sulkus itu
menunjukan kerusakan pada pembuluh darah dan sobeknya ligamen periodontal.
Luksasi : gigi goyah dan berpindah
o Ekstrusi : Gigi telah mengalami pergeseran dari soketnya sepanjang sumbu panjangnya atau
dengan kata lain gigi keluar dari soketnya sebagian, gigi ini sangat goyang, pada radiograf
terlihat pergeseran dan pada test pulpa (-)
o Lateral : Trauma dapat bergeser ke lingual, bukal, mesial, atau distal. Dengan demikian gigi
telah keluar dari posisi normalnya bila apeks telah mengalami translokasi selama pergeseran ini,
gigi mungkin cukup cekat, perkusi bisa +/-
o Intrusive : Gigi dipaksa masuk ke dalam soketnya dalam arah apikal, gigi tidak terlalu goyah
dan mirip ankilosis.

6. Mengapa gigi goyang(mekanisme)


Trauma :
bisa luksasi bisa gigi lepas dari soketnya kerusakan ligamen periodontal - Langsung :
trauma
ada celah antara ligamen periodontal - Tidak langsung : trauma luksasi atau gigi lepas dari
soketnya. inflamasi bakteri
Respon Patologis :
gigi goyah inflamasi - Infeksi bakteri lewat plak
kegoyahan gigi mendesak ligamen periodontal karang gigi - Plak

Perawatan
1. Macam perawatan gigi goyah (teknik)
- Fase terapi inisial (non bedah) : menghilangkan faktor etiologi.
- Fase terapi korektif (bedah)
- Fase terapi pemeliharaan : untuk mencegah kekambuhan pada hasil perawatan.
Perawatan gigi goyah berdasarkan kasus :
Concusion
Gigi yang mengalami concusion sering memberikan respon positif bila dilakukan pekusi. Tidak
diperlukan perawatan yang segera namun pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk
memastikan tidak terjadi jejas pada pulpa. Gigi harus di istirahatkan
Subluksasi
Lakukan splinting dan pasien diminta untuk memakan makanan lunak selama selama 1-2
minggu. Agar plak tidak meningkat maka pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan
klorheksidin. Splintnya yg sementara
Extrusive luxation
Prinsip perawatan yang diberikan adalah reposisi segera dan fiksasi. Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
(1). Lakukan anestesi lokal.
(2). Reposisi gigi dengan menggunakan jari perlahan-lahan dan tekanan ringan sampai batas
insisal sama dengan gigi kontralateral.
(3). Periksa posisi dengan membuat foto rontgen.
(4). Lakukan stabilisasi dengan menggunakan splint.
(5). Pertahanakan splint selama 2-3 minggu.
Lateral luxation
Lateral luxation umumnya terjadi pada arah palatal, bukal, mesial atau distal. Arah bukal
merupakan keadaan yang paling sering terjadi. Pada beberapa kasus sering terjadi bony lock
sehingga reposisi sulit dilakukan.
Langkah-langkah reposisi luksasi palatal:
(1). Lakukan anestesi lokal.
(2). Palpasi daerah lekukan sulkus dan pastikan letak apeks. Lakukan penekanan dengan
perlahan dan tekan daerah insisal agar gigi dapat bergerak ke arah asal melalui fenestrasi di
dalam soket.
(3). Reposisi gigi kembali ke posisi asal melalui arah tekan yang berlawanan.
(4). Lakukan reposisi tulang yang fraktur menggunakan tekanan jari.
(5). Lakukan foto rontgen untuk memastikan posisi yang benar.
(6). Stabilisasi gigi dengan menggunakan splint.
(7). Pertahankan splint minimal 3-4 minggu.
(8). Pembuatan foto rontgen setelah kira-kira 3 minggu bila tidak menunjukkan keretakan pada
tulang marginal maka splint dipertahankan sampai 3-4 minggu berikutnya
Intrusive luxation
Intrusive luxation merupakan kasus luksasi yang sulit dan keberhasilan perawatan masih
diperdebatkan, masih perlu dilihat dari akar giginya dilihat dari apeks giginya. Beberapa
petunjuk dalam merawat intrusive luxation adalah sebagai berikut:
(1). Reposisi segera melalui tindakan pembedahan merupakan tindakan beresiko oleh karena
dapat menyebabkan resorpsi akar eksternal dan hilangnya jaringan pendukung marginal.
Reposisi secara bedah hendaknya dihindari apabila gigi masuk ke dalam dasar hidung atau
keluar dari jaringan lunak vestibulum.
(2). Beberapa kasus gigi intrusi dapat dikembalikan ke posisi semula melalui perawatan
ortodontik dan reerupsi spontan. Pemilihan teknik perawatan bergantung pada tingkat keparahan
intrusi dan kemungkinan terjadinya resorpsi eksternal. Perawatan endodontik dapat mulai
dilakukan setelah 2-3 minggu kemudian. Apabila reerupsi spontan dirasakan cukup memakan
waktu lama maka dipertimbangkan untuk dilakukan dengan menggunakan alat-alat ortodontik.
Avulsi
Cara-cara replantasi gigi avulsi yang dilakukan di tempat terjadinya
trauma:
(1). Tekan gigi yang mengalami avulsi dalam posisi yang benar pada soketnya sesegera mungkin.
(2). Cara lain adalah menempatkan gigi diantara bibir bawah dan gigi atau bila tidak
memungkinkan letakkan gigi pada segelas air susu.
(3). Periksakan ke dokter gigi sesegera mungkin.

2. Macam perawatan periodontal non bedah


Penyelarasan oklusal (occlusal adjustment),
Prosedur restoratif, prostetik dan ortodonti,
Pensplinan (splinting),
Koreksi kebiasaan bruksim (bruxism), klemping (clamping) dan klensing
(clenching).

Splinting
1. Definisi
- Splin merupakan alat yang dibuat untuk menstabilkan atau mengencangkan gigi-gigi yang
goyang akibat suatu injuri atau penyakit.
- Alat stabilisasi dan immobilisasi gigi yang goyah karena suatu lesi atau trauma atau penyakit
periodontial.
Indikasi

- Berkuarangnya tinggi tulang alveolar sehingga mengganggu fungsi pengunyahan


- Membantu penyembuhan pasca perawatan periodontal pada gigi yang goyang,apabila di
biarkan maka ankan menghambat penyembuhan
- Trauma karna oklusi
- jaringan pendukung gigi sekurang-kurangnya 1/3 akar masih sehat
- jumlah gigi yang di splint harus sesuai dengan standartnya ,harus terdapat gigi yang sehat sbg
abutment
- adanya kegoyangan gigi yang mengakibatkan gangguan kenyamanan pasien
- migrasi gigi dan nyeri ketika berfungsi
- untuk gigi yang terlalu goyang yang bila didiamkan akan memperlambat proses penyembuhan
- mengurangi ketidaknyamanan pada pasien.

3. Kontraindikasi
1) Jika perawatan inflamasi penyakit periodontal belum dilakukan
2) Jika penyesuaian oklusal untuk mengurangi trauma dan/atau gangguan belum pernah
dilakukan.
3) Jika tujuan splinting hanya untuk mengurangi mobilitas gigi setelah splint dilepas
4) Kegoyahan gigi yang tidak mengganggu fungsi pengunyahan

- Hal2 yang pelu dipertimbangkan:


a. Besarnya kehilangan jaringan pendukung
b. Perubahan kualitas jaringan pendukung yang disebabkan oleh trauma oklusi
c. Trauma jangka panjang karna perawatan periodontitis
d. Kombinasi ketiganya.
4. Klasifkasi
Temporer: splint yang hanya dipasang pada waktu tertentu, bila gigi tidak goyah lagi splint
dilepas. Macamnya=> silk ligature,wire ligature,wire dan acrylic ligature, composite resin, dental
night guard
Temporary splint digunakan untuk :
- Mengurangi kegoyahan gigi dan memperceoat proses penyembuhan gigi goyah.
tulang dan jaringan ikat sempurna. pengisian - Perawatan kerusakan tulang alveolar atau
soket akibat kuretase
- Penyembuhan acute periodontitis gigi extruden
- Pengobatan gigi goyah yang kronis
- Sebagai gigi pegangan splint permanen
Permanen: splint yang digunakan terus menerus dan permanen selamanya dengan tujuan
mengimobilisasi gigi. Macamnya => acrylic continous spring.
Permanen splint hanya digunakan bila benar-benar dipergunakan untuk menambah stabilisasi
tekanan oklusal dan menggantikan gigi yang hilang. Penggunaan splint permanen pada
umumnya dikaitkan dengan protesa periodontal.
Profesional / diagnostik splint : splint yang digunakan dlm kondisi ragu-ragu merupakan
diagnostik apakah dirawat dengan splint atau tindakan perawatan lain. Digunakan untuk
beberapa bulan sampai beberapa tahun dengan tujuan diagnostik.
menurut bentuk splint : cekat dan lepasan

5. Karakteristik splinting
1. Mudah dibuat di dalam mulut tanpa menambah trauma.
2. Bersifat pasif kecuali bila diperlukan gaya-gaya ortodonti
3. Memungkinkan pergerakan fisiologis (kecuali pada fraktur akar)
4. Tidak mengiritasi jaringan lunak
5. Tidak mengganggu oklusi
6. Memungkinkan akses endodonti
7. Mudah dibersihkan dan mudah dibuka
8. Estetika memuaskan
9. Tidak menggangu oklusi
10.Tidak menyebabkan iritasi
11.Mudah dibersihkan

Oklusal adjusment
1. Definisi
- tindakan untuk mengembalikan hubungan fungsional yang menguntungkan bagi
periodonsium
- tindakan untuk menyingkirkan tekanan oklusal yang mencederai dan untuk menciptakan
stimulasi fungsional yang dibutuhkan untuk dapat dipertahankannya kesehatan periodonsium.
- Tindakan untuk menciptakan kontak oklusi harmonis yang disebabkan oleh trauma dan
penyakit periodontal.

2. Indikasi
1)Untuk mengurangi tekanan traumatik gigi-geligi yang menimbulkan:
- Peningkatan mobilitas atau fremitus agar terjadi perbaikan apparatus perlekatan periodontal
- Ketidaknyamanan selama kontak atau fungsi oklusal
2)Untuk memperoleh hubungan fungsional dan efisiensi pengunyahan melalui perawatan
restoratif, ortodontik, bedah ortognatik, ataupun trauma rahang jika diindikasikan.
3)Sebagai terapi tambahan untuk mengurangi kerusakan akibat kebiasaan parafungsional
4)Reshape gigi-geligi yang berperan dalam perlukaan jaringan lunak ini
5)Untuk menyesuaikan relasi marginal ridge dan cusp yang menyebabkan impaksi makanan

Indikasi prosedur koronoplastik (prosedur pengasahan gigi) adalah:


1. Untuk menyelaraskan oklusi pada pasien dengan ciri-ciri klinis trauma karena
oklusi.
2. Untuk memperbaiki hubungan kontak gigi yang bersifat traumatik terhadap
mahkota gigi.
3. Sebagai bagian perawatan disfungsi mandibula.

3. Kontraindikasi
1)Penyesuaian oklusal tanpa pemeriksaan, dokumentasi, dan penyuluhan pasien pra-perawatan
yang cermat
2)Penyesuaian profilaktik tanpa tanda dan gejala trauma oklusal
3)Sebagai perawatan primer inflamasi penyakit periodontal yang diinduksi oleh mikroba
4)Jika status emosional pasien tidak memberikan hasil yang memuaskan
5)Kasus ekstrusi parah, mobilitas atau malposisi gigi-geligi yang tidak akan memberikan respon
jika hanya dilakukan penyesuaian oklusal saja.

4. Klasifkasi
- Teknik fungsional : Teknik ini didasarkan pada kebiasaan oklusi yang menyimpang dari oklusi
sentrik, termasuk premature kontak gigi. Cara memperbaiki premature kontak gigi :
Groving : Tindakan untuk memperbaiki lekuk-lekuk, fisur-fisur, dan grove yang telah hilang
karena pemakaian.
Spheroiding : Pengurangan premature kontak dan kemudian mengembalikan bentuk atau
kontur gigi sesuai dengan bentuk aslinya (membulatkan).
Pointing : Membentuk tonjol-tonjol gigi.
- Coronoplasti :
Coronoplasti dibagi menjadi 2,yaitu :
a. Komperhensif : dilakukan apabila cedera akibat trauma yang melibatkan banyak gigi
sehingga diperlukan perubahan posisi mandibula.
b. Setempat : dilakukan apabila cedera akibat trauma hanya melibatkan satu atau beberapa gigi
saja.
Prosedur coronoplasti :
Menjelaskan coronoplasti pada pasien
Menyingkirkan premature retrusif
Penyelarasan posisi interkuspal untuk mendapatkan kontak yang simultan dengan banyak titik
kontak
Penyingkiran kotak yang berlebihan pada gigi insisivus dalam posisi interkuspal
Penyingkiran hambatan protusif pada gigi posterior
Penyingkiran / pengurangan hambatan mediotrusif/balancing
Pengurangan hambatan laterotrusif atau working
Penyingkiran disharmonis oklusal yang menyolok
Pengecekan ulang hubungan kontak gigi geligi
Pemolesan permukaan gigi
Pada coronoplasti komprehensif kesepuluh prosedur tersebut dilakukan, tetapi pada coronoplasti
setempat dilakukan tahap 1, 3, 4, dan 10

- Mengubah bentuk gigi dengan jalan pembuatan restorasi.


- Pencabutan gigi yang menimbulkan hambatan oklusal.
- Mengubah posisi gigi dengan jalan menggerakkan gigi secara ortodonsi.
- Mengubah relasi gigi geligi dan rahang dengan jalan bedah ortognasi.

Skenario
1. Gambaran radiologi periodontal space
- Adanya area radiolusen antara sementum dan alveolar yang lebih besar daripada bentuk
normal. Pada kondisi normal antara gigi dan tulang alveolar ada serat2 ligamen periodontal pada
radiografi tampak sedikit radiopak ,jadi bila ada periodontal space terlihat radiolusennya lebih
jelas.
2. Perawatn untuk gigi yang luksasi derajat 3
- Reposisi gigi
- Splinting
3. Perawatan untuk gigi 32 ,31 yang ekstrusi
reposisi dan pemasangan spint ,orthodonsi
4. Mengapa pada pemeriksaaan radiografik tidak terdapat fraktur rahang namun gigi
goyah(mekanisme gigi goyah karena periodontal space)
bentuk benturan yang mengenai gigi sejajar dengantrauma mendadak trauma jaringansumbu
panjang gigi daripada sumbu tegak sudut gigi makin besar drajat menggangu saraf dan darah
ke pulpa penyangga gigi luksasi.
5. Perawatan untuk ekstraoral
- Suturing
6. Kenapa ada rasa sakit dan mengganjal bila rahang di tutup
Karena ada gigi yang ekstrusi
7. Mekanisme remodelling
reattachment atau perlekatan kembali digunakan untuk menerangkan proses regenerasi struktur
jaringan penyangga gigi setelah suatu perawatan. Perlekatan kembali lebih ditujukan untuk
menerangkan adanya reunion jaringan ikat dengan akar gigi yang terpisah karena adanya injury
atau insisi. Keadaan tersebut misalnya: setelah suatu tindakan bedah, trauma daerah sementum,
fraktur gigi, atau perawatan lesi periapikal. Istilah new attachment atau perlekatan baru
menerangkan proses reunion jaringan ikat dengan permukaan akar gigi yang terbuka karena
proses patologis. Pada keadaan ini terjadi pembentukan serat ligamentum baru yang tertanam
pada sementum baru dan melekatnya epitel gingiva pada permukaan akar gigi yang terbuka
sebelumnya karena proses penyakit. Adaptasi epitel atau epithelial adaptation berbeda dengan
perlekatan baru. Pada keadaan ini epitel gingiva melekat ke permukaan akar gigi, karena
perawatan poket yang tidak sempurna sebelumnya.

klik disini
Posted in: SGD Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke

Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

RSS Subscribe!

Follow me!

Popular Posts

gigi goyang

Gigi goyang 1. Etiologi - Kehilangan jaringan tulang pendukungnya, periodontal poket,


pelebaran ligamen periodontal, kerusakan tulang ang...

GINGIVEKTOMI DAN BEDAH PERIODONTAL

Perawatan Bedah Periodontal. 1 .Definisi Suatu tindakan perawatan periodontal


untuk mengontrol dan menghilangkan penyakit periodon...

hiperkes,ergonomi dan K3 (kesehatan dan keselamatan kerja)

HIPERKES Definisi : cabang dari IKM, yang mempelajari cara-cara pengawasan serta
pemeliharaan keseh...

unit cost dan penentuan tarif


PENGHITUNGAN UNIT COST DAN PENENTUAN TARIF Definisi Biaya Akuntasi
biaya adalah proses pencatatan, pengg...

crossbite

Pendahuluan Latar Belakang Maloklusi adalah bentuk oklusi gigi yang


menyimpang dari normal.oklusi menurut dewanto (1993) ad...

Pulpa dan Pulpotomi

Pulpa 1. Factor yang mengiritasi pulpa: Sumbernya grossman a. Fisis


Yang termasuk...

Maloklusi 1

Maloklusi merupakan keadaan yang menyimpang dari oklusi normal,hal ini dapat terjadi
karena tidak sesuainya antara lengkung gigi dan lengkun...

Plat Ekspansi,Plat Aktif dan Alat Lepasan

Plat ekspansi dipakai untuk melebarkan lengkung gigi sehingga mendapatkan ruang
yang cukup untuk pengaturan letak gigi yang tidak teratur a...

pendekatan psikologi anak FKG

Beberapa pendekatan psikologis yang biasa digunakan dokter gigi dalam penetalaksanaan
tingkah laku pasien anak sebagai berikut: a. Tell sh...

Diastema

Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi yang berdekatan.
Diastema ini merupakan suatu ketidaksesuaian antara lengku...

Blogroll

Mobilitas Gigi atau Gigi Goyang


Gigi mempunyai rentangan mobility yang normal. Gigi yang berakar tunggal lebih tinggi derajat
mobilitynya dibandingkan gigi berakar banyak, dan mobility incisivus adalah paling tinggi.
Mobility terutama terjadi dalam arah horizontal, juga terjadi dalam arah aksial, tapi lebih sedikit.
Rentangan mobility gigi yang fisiologis bervariasi antar individu dan antar waktu pada setiap
gigi seseorang. Derajat mobility fisiologis paling tinggi sewaktu bangun tidur, hal mana mungkin
disebabkan karena gigi sedikit ekstrusi akibat tidak berfungsi selama tidur di malam hari.
Mobility berkurang di siang hari, yang kemungkinan karena intrusi disebabkan tekanan sewaktu
mengunyah dan menelan. Variasi mobility gigi selama 24 jam lebih sedikit pada individu yang
jaringan periodontium yang sehat, dibandingkan dengan individu dengan penyakit periodontal
atau yang mempunyai kebiasaan seperti bruxism dan clenching.

Mobility gigi terjadi dalam dua tingkatan/stadium :


(1) Stadium initial atau stadium intra-socket. Pada stadium ini gigi bergerak dalam batas ruang
ligamen periodontal. Hal ini berkaitan dengan perubahan visko-elastik dari ligamen dan
redistribusi cairan periodontal, kandungan interbundel dan serat-serat.
(2) Stadium sekunder, stadium ini terjadi secara bertahap dan mencakup deformasi elastis pada
tulang alveolar sebagai respon terhadap gaya horozontal yang meningkat. Gigi juga mengalami
perubahan letak oleh pengaruh tekanan yang mengenai mahkota, tapi tidak sampai pada keadaan
yang berarti secara klinis.

Jika tekanan yang biasa dikenakan pada gigi sewaktu beroklusi dihentikan, gigi akan kembali ke
posisi semula dalam dua stadium : stadium pertama adalah elastic recoil yang cepat seperti per,
stadium kedua adalah gerak pemulihan (recovery) yang lambat dan asimtomatis. Gerak
pemulihan adalah berupa denyutan yang tampaknya berhubungan dengan denyut normal
pembuluh darah jaringan periodontal, yang sinkron dengan denyut jantung.

Mobility Patologis
Mobility di luar batas fisiologis dinyatakan sebagai mobility yang abnormal atau patologis.
Dikatakan patologis karena melampaui batas mobility normal, dan bukan dari adanya proses
penyakit periodontal pada waktu pemeriksaan.Mobility patologis disebabkan oleh beberapa
faktor :
1. Kehilangan dukungan gigi (kehilangan tulang). Tingkat mobility tergantung pada keparahan
dan distribusi kehilangan jaringan pada setiap permukaan akar gigi, panjang dan bentuk akar, dan
ukuran akar gigi dibandingkan dengan mahkota. Dalam hal jumlah kehilangan tulang yang sama,
gigi dengan akar yang pendek dan lancip lebih cenderung menjadi goyang dibandingkan gigi
dengan ukuran akar yang normal atau bulat. Karena kehilangan tulang bukanlah satu-satunya
penyebab terjadinya mobility gigi dan mobility biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, maka
keparahan mobility gigi tidak selalu berkaitan dengan kehilangan tulang.
2. Trauma dari oklusi. Kerusakan yang disebabkan oleh tekanan oklusal yang berlebihan atau
yang terjadi karena kebiasaan oklusal seperti bruxism dan clenching, yang diperhebat oleh stres
emosional sering merupakan penyebab mobility gigi. Mobility juga meningkat karena
hipofungsi. Mobility yang disebabkan oleh trauma dari oklusi pada awalnya terjadi akibat
resorpsi lapisan cortical tulang, dan belakangan sebagai fenomena adaptasi yang disertai
pelebaran ruang ligamen periodontal.
3. Penjalaran inflamasi dari gingiva ke ligamen periodontal menyebabkan perubahan degeneratif
yang meningkatkan mobility. Perubahan biasanya terjadi pada penyakit periodontal yang telah
mulai melanjut, tetapi kadang-kadang mobility dijumpai juga pada gingivitis yang parah.
Penyebaran inflamasi dari abses periapikal akut menyebabkan mobility gigi yang temporer tanpa
dijumpainya penyakit periodontal. Mobility juga meningkat secara temporer beberapa waktu
setelah bedah periodontal.
4. Mobility gigi meningkat pada waktu kehamilan, dan kadang-kadang berkaitan dengan siklus
menstruasi atau penggunaan kontrasepsi hormonal. Peningkatan mobility ini terjadi pada pasien
dengan atau tanpa penyakit periodontal, yang diduga disebabkan oleh perubahan fisikokhemikal
pada jaringan periodonsium. Mobility bisa juga disebabkan oleh proses penyakit pada rahang
yang merusak tulang alveolar dan/atau akar gigi, seperti osteomielitis dan tumor rahang.

Migrasi Patologis
Migrasi patologis adalah pergeseran gigi yang terjadi jika kesimbangan di antara faktor-faktor
yang mempertahankan posisi gigi terganggu oleh penyakit periodontal. Migrasi patologis relatif
sering terjadi dan bisa merupakan tanda dini dari penyakit, atau bisa terjadi menyertai inflamasi
gingiva dan pembentukan saku dengan berkembangnya penyakit.
Migrasi patologis terjadi paling sering pada regio anterior, tetapi bisa juga terjadi pada gigi
posterior. Gigi bisa bergerak ke segala arah, dan migrasi biasanya disertai mobility dan rotasi.
Migrasi patologis ke arah oklusal atau incisal disebut dengan elongasi atau ekstrusi (istilah
pertama dianggap lebih tepat). Migrasi patologis bisa dijumpai dalam beberapa derajat
keparahan, dan bisa melibatkan satu atau lebih gigi. Migrasi patologis perlu dideteksi pada
stadium dini, dan mencegah akibat yang lebih serius dengan jalan menyingkirkan faktor-faktor
penyebab. Walaupun migrasi patologis masih pada stadium dini, telah terjadi kehilangan tulang
meskipun sedikit.

Patogenesa
Dua faktor utama yang berperan dalam mempertahankan posisi gigi yang normal adalah :
(1) kesehatan dan tinggi jaringan periodontium yang normal.
(2) Tekanan yang mengenai gigi. Tekanan yang mengenai gigi bisa merupakan tekanan dari
oklusi atau tekanan dari bibir, pipi dan lidah.

Dalam hubungannya dengan tekanan dari oklusi, faktor berikut adalah penting : morfologi gigi
dan inklinasi tonjol; adanya komplemen gigi yang lengkap; kecenderungan bermigrasi ke mesial
secara fisiologis; keadaan dan lokasi hubungan titik kontak; atrisi proksimal, insisal dan oklusal;
inklinasi aksial dari gigi.

Perubahan pada salah satu atau beberapa faktor-faktor tersebut akan memulai serangkaian
perubahan yang saling berkaitan pada lingkungan dari satu atau sekelompok gigi yang akan
menyebabkan migrasi patologis. Migrasi patologis terjadi pada kondisi-kondisi yang
melemahkan dukungan periodontal dan/atau meningkat atau dimodifikasinya tekanan yang
mengenai gigi.

Melemahnya Dukungan Periodontal


Kerusakan periodontium akibat inflamasi pada periodontitis menimbulkan ketidakseimbangan
antara gigi dengan tekanan oklusal dan tekanan otot-otot yang biasa dideritanya. Gigi yang telah
lemah tidak mampu untuk mempertahankan posisi normalnya pada lengkung gigi dan bergerak
menghindari tekanan, kecuali jika dipertahankan oleh kontak proksimal. Tekanan yang
menggerakkan gigi yang telah lemah dapat ditimbullkan oleh faktor-faktor seperti kontak oklusal
atau tekanan dari lidah.

You might also like