Professional Documents
Culture Documents
Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV.
Perdarahan berulang dan anemia yang tidaksembuh dengan terapi lain yang lebih
sederhana.
Penyakit Chrons
Wanita hamil
Hipertensi portal
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Mansjoer (2008), etiologi dari hemoroid adalah
Faktor Predisposisi Factor Presipitasi
Herediter atau keturunan Faktor mekanis (kelainan sirkulasi
Dalam hal ini yang menurun dalah parsial dan peningkatan tekanan
kelemahan dinding pembuluh intraabdominal) misalnya, mengedan
darah, dan bukan hemoroidnya. pada waktu defekasi.
Fisiologis
Anatomi
Radang
Vena di daerah masentrorium tidak Konstipasi menahun
mempunyai katup. Sehingga darah mudah Kehamilan
Usia tua
kembali menyebabkan bertambahnya Diare kronik
tekanan dipleksus hemoroidalis. Pembesaran prostat
Fibroid uteri
Makanan misalnya, kurang makan- Penyakit hati kronis yang disertai
makanan berserat. hipertensi portal
Pekerjaan seperti mengangkat beban
terlalu berat.
Psikis.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya
sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap),
minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu
kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet
rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau
akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang
memproduksi urease. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn
dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Kuman penyebab infeksi ini adalah
golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease
dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak,
seperti pada reaksi: CO(NH2)2+H2O2NH3+CO2.Sekitar 75% kasus batu staghorn,
didapatkan komposisi batunya adalah matriks struvit-karbonat-apatit atau disebut juga
batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat, batu infeksi, atau batu urease,
walaupun dapat pula terbentuk dari campuran antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat.
Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium amoniun fosfat (MAP) atau (Mg NH4PO4.H2O)
dan karbonat apatit (Ca10[PO4]6CO3. Karena terdiri atas 3 kation Ca++Mg++ dan
NH4+) batu jenis ini dikenal dengan nama batu triple-phosphate. Kuman-kuman yang
termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus. Meskipun E.coli banyak menyebabkan
infeksi saluran kemih, namun kuman ini bukan termasuk bakteri pemecah uretra.
1. TURP (trans uretra resection of the prostat/ reseksi prostat trans uretra) merupakan
pilihan pada pasien dengan volume prostat kurag 80-100 cc
2. Open prostatektomi dindikasikan pada pasien dengan volume prostat leih dari 80-100 cc
3. Komplikasi TURP lebih sedikit disbanding open prostaktektomi
4. Medikasmentosa BPH
Indikasi dari terapi medikamentosa adalah BPH dengan keluhan ringan, sedang,
berat tanpa disertai penyulit dan BPH dengan indikasi terapi pembedahan tetapi masih
terdapat indikasi kontra atau belum well motivied. Macam obat yang digunakan
adalah :
a.Supresi Androgen
Asumsi yang mendasari terapi dengan supresi androgen pada BPH adalah kontrasi atau
supresi androgen menurunkan volume dan gejala prostat pada penderita BPH, dan pria
dengan kelainan bawaan berupa defisiensi enzim 5 reduktase, ternyata kelenjar prostat
tidak berkembang. Supresi androgen dapat terjadi dengan memberikan :
1) Penghambat enzim 5 reduktase
2) Anti androgen
3) Analog Luteinizing hormone relasting hormone (LHRH).
Anti androgen dan analog LHRH tidak dipakai untuk pengobatan BPH karena efek
sampingnya sangat merugikan. Efek samping tersebut ialah hilangnya libido, impotensi,
hilangnya habitus pria, ginekomastia dan rasa panas di wajah. Keuntungan dari inhibitor
5 reduktase adalah tidak menurunkan kadar testoteron di dalam darah, sehingga efek
samping seperti disebutkan diatas jarang terjadi. Prinsip kerja dari obat ini menghambat
metabolisme testoteron menjadi dehidrotestoteron (DHT) yang mrupakan zat aktif
perangsang terjadinya hiperplasi prostat. Obat 5 reduktase yng tersedia di pasar adalah
golongan Finasterida dengan nama dagang di Indonesia PROSCAR. Obat ini diberikan
per oral, sekali sehari/ tablet. Secara berkala penderita diperiksa lagi dan dievaluasi
parameter pra terapi. Bila menunjukkan perbaikan terapi diteruskan dan bila tidak,
dipertimbangkan terapi pembedahan.
5. Diet BPH
1) Mengkonsumsi sayur dan buah-buahan
2) Mengurangi konsumsi daging merah
3) Mengkonsumsi lemak baik seperti olive oil, kacang-kacangan ( walnut, almond),lemak
dari buah avokad
4) Mengurangi gula dan garam
5) Perbanyak aktivitas fisik
1. Pemeriksaan fisis
Inspeksi buli-buli:
ada/tidak penonjolan perut di daerah suprapubik (buli-buli penuh/kosong)
Palpasi Buli-buli:
tekanan di daerah suprapubik menimbulkan rangsangan ingin kencing
bila buli-buli berisi/penuh
Perkusi:
buli-buli penuh berisi urine memberi suara redup
2. Colok dubur
3. Laboratorium
darah lengkap, urine lengkap, biakan urine, serum kreatinin, BUN, PSA (prostate spesific
antigen)
4. Radiologi
USG
IVP atas indikasi
5. Uroflowmetri
TUGAS PERITONITIS
1. Patofisiologi nyeri pada peritoneum
Luka terkontaminasi, yaitu: luka yang lebih dari 6 jam tidak ditangani, atau luka kurang
dari 6 jam namun terpapar banyak kontaminasi, atau luka kurang dari 6 jam namun
timbul karena kekuatan yang cukup besar (misalnya luka tembak atau terjepit mesin)
Penderita tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus yang jelas atau tidak mendapat
booster selama 5tahun atau lebih
o Antibiotik biasanya tidak diperlukan jika luka dibersihkan dengan hati-hati. Namun
demikian, beberapa luka tetap harus diobati dengan antibiotik, yaitu:
Luka yang lebih dari 12 jam (luka ini biasanya telah terinfeksi).
Profilaksis tetanus
o Jika belum divaksinasi tetanus, beri ATS dan TT. Pemberian ATS efektif bila
diberikan sebelum 24 jam luka
o Jika telah mendapatkan vaksinasi tetanus, beri ulangan TT jika sudah waktunya.
Berikut ini adalah antibiotik yang sering digunakan sebagai profilaksis pada operasi:
(Munckhof W. 2005)
IV gentamicin
IV atau Rektal metronidazole (jika disebabkan oleh baktri anaerobik)
3.