You are on page 1of 10

Interferometer Michelson

Hilda Nurul A.1, Lukluk Nurul Q.2, Siti Noviyani3, Umu Raudhotul F.4
Departemen Fisika
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Interferometer michelson yaitu suatu alat yang memanfaatkan gejala interferensi.


Prinsip interferensi adalah suatu kenyataan bahwa beda lintasan optik(d) akan membentuk
suatu frinji yaitu pola gelap terang. Pada percobaan ini bertujuan untuk membuktikan
panjang gelombang cahaya laser He-Ne. Hasil dari percobaan ini didapatkan nilai panjang
gelombang sebesar 6,13x10-7m dengan ralat perambatan sebesar 2,31x10-8m
dan besar panjang gelombang sinar laser rata-rata pada pola keluar
sebesar 6,396x10-7m dengan ralat perambatan sebesar 2,31x10-8m,
besar nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan nilai referensi panjang
gelombang sinar laser yang besarnya 6,33x10-7m.

I. DASAR TEORI pantul berada pada sat bidang


I.1. Cahaya yang sama. Refleksi terdiri dari
II. Cahaya adalah suatu radiasi dua macam yaitu refleksi teratur
elektromagnetik yang memungkinkan dan refleksi baur. Refleksi teratur
untuk bisa melihat benda yang ada di terjadi bila sinar datang jatuh
sekitar dengan memantulkan cahaya pada bidang yang rata sehingga
pada spektrum cahaya tampak. Besarnya menghasilkan sinar pantul yang
kecepatan cahaya pada ruang hampa besar sudut pantulnya sama
yaitu 299792,459 m/s. Cahaya dapat dengan sudut datang pada sinar
bergerak lurus ke seluruh arah, selain itu datang terhadap garis normal.
cahaya juga dapat merambat tanpa Sedangkan sinar baur terjadi jika
adanya media perambatan dan sinar datang jatuh pada
mempunyai panjang gelombang yang permukaan yang tidak rata
berkisar 400 nm sampai 600 nm. Cahaya sehingga sudut datang tidak sama
memiliki beberapa sifat antara lain dengan sudut pantul (Giancoli,
pemantulan (refleksi), pembiasan 2001).
(refraksi), pelenturan(difraksi), III.1.1.Refraksi
penguraian (dispersi), penggabungan IV. Refraksi merupakan pembelokkan
(interferensi), dan penyerapan berkas cahaya karena melalui dua
(polarisasi) (Giancoli, 2001). medium yang berebda
II.1. Sifat-Sifat Cahaya kerapatannya.
II.1.1. Refleksi
III. Refleksi murupakan ketika sinar
datang, garis normal dan sinar
V.
VI. Gambar 1.1. Pembiasan
Cahaya (Giancoli, 2001).
VI.1.1. Difraksi
VII. Difraksi atau pembelokan terjadi
bila muka gelombang bidang tiba
pada suatu celak sempit (lebarnya
lenih kecil ai panjang gelombang)
maka mengalami pelenturan
sehinga terjadi gelombang-
gelombang setengah lingkaran
yang melebar dibelakang celah
tersebut. Hasil dari difraksi
adalah pola gelap terang
(Giancoli, 2001).

VIII.
VIII.1.1. Polarisasi XIII. Interferensi merupakan
IX. Polarisasi yaitu suatu proses perpaduan dari duaa gelombang
pembatasan vektor yang cahaya atau lebih. Interferensi
terbentuk menjadi sebuah menghasilkaan pola garis terang yang
gelombang transversal hingga merupakan hasil interferensi
menjadi satu arah saja. Polarisasi maksimum (konstruktif) dan garis
hanya terjadi pada gelombang gelap merupakan hasil interferensi
transversal. Gelombang minimum(destruktif).
transversal memiliki arah rambat
yang tegak lurus dengan bidang XIV.
rambatnya. Jika gelombang
mempunyai sifat bahwa gerak
medium dalam bidang yaitu tegak
lurus dengan arah rambat pada
garis lurus, maka gelombang
tersebut terpolarisasi linier
(Kenneth, 1992).
IX.1.1. Dispersi
XV. Gambar 1.3. Interferensi Konstruktif
X.
XVI.

XI. Gambar 1.2. Pola


XVII. Gambar 1.4. Interferensi
Dispersi
Destruktif
XII. Dispersi cahaya
XVIII. Interferensi adalah
merupakan peristiwa terurainya
penggabuungan secara suoerposisi
cahaya putih menjadi warna-warna
dua gelombang atau lebih yang
spektrum. Isac Newton
bertemu dalam satu titik ruang.
mengemukakan bahwa sesungguhnya
Apabila dua gelombang yang
cahaya putih mengandung semua dari
berfrekuensi dan berpaanjang
tujuh warna yang terdapat pada
gelombang sama tetai berbeda fase
pelangi. Berdasarkan urutan
kemudian bergabung, maka
penurunan panjang gelombang, maka
gelombang yang dihasilkan
warna-warna yang seharusnya dilihat
merupakan gelombang yang
pada pelangi adalah merah, jingga,
amplitudonya tergantung pada
kuning, hijau, biru, nila dan ungu
perbedaan fasenya. Jika perbedaan
(Siswanto, 2009).
XII.1.1. Interferensi fasenya 0 atau bilangan bulat
kelipatan 3600, maka gelombang akan atom-atom bergerak atau berpindah ke
sefase dan berinterferensi maksimum keadaan yang lebih tingg, proses ini
(interferensi konstruktif). Sedangkan dinamakan proses eksitasi. Dalam proses
amplitudonya sama dengan ini atom-atom juga menyerap energi
penjumlahan amplitudo masing- XXII. 2. Emisi Spontan
masing gelombang. Jika perbedaan XXIII. Ketika atom-atom berada
fasenya 1800 atau bilagan ganjil kali pada keadaan yang lebih tinggi,
1800, maka gelombang yang cenderung tidak stabil sehingga atom-
dihasilkan akan berbeda fase dan atom berpindah ke keadaan dasar lagi.
berinterferensi minimum (interferensi Proses ini dinamakan proses deeksitasi.
dekstruktif). Amplitudo yang Pada peristiwa ini atom-atom juga
dihasilkan merupakan amplitudo memancarkan foton.
XXIV. 3. Emisi TTErstimulasi
masing-masing gelombang (Tipler P.
XXV. Foton-foton yang dihasilkan
A., 2001).
dari proses emisi spontan akan
XVIII.1. Laser menumbuk atom-atom yang ada pada
Laser adalah suatu devais yang keadaan dasar. Tumbukan foton itu juga
memancarkan gelombang menyebabkan atom-atom berpindah lagi
elektromagnetik melewati sesuatu yang ke keadaan yang lebih tinggi, kemudian
dinamakan emisi spontan. Istilah laser terusmenerus terjadi eksitasi-deeksitasi,
merupakan singkatan dari Light sehingga foton yang dihasilkan akan
Amplification by Stimuled Emission od lebih banyak.
Radiation. Berkas laser umumnya sangat XXV.1. Interferometer Michelson
XXVI. Interferometer Michelson
koheren yang mengandung arti bahwa
merupakan seperangkat peralatan yang
cahaya yang dipancarkan tidak
memanfaatkan gejala interferensi.
menyebar dan rentang frekuensinya
Prinsip interferensi adalah suatu
sempit. Laser merupakan bagian kasus
kenyataan bahwa beda lintasan optik(d)
dari cahaya. Sebagian sumber cahaya
akan membentuk suatu frinji (Halliday,
emisinya tidak koheren, spektrum
1984).
frekuensinya lebar dan fasenya
XXVI.1. Laser Helium-Neon(He-Ne)
bervariasi terhadap waktu dan posisi. XXVII. Laser helium neon
Daerah kerja devais laser tidak terbatas banyak digunakan dipasaran
pada spektrum cahaya tampak saja tetapi karena salah satu laser gas
dapat bekerja pada daerah frekuensi yang paling ekonomis. Panjang
yang luas. Oleh karena itu, devais itu
gelombang dari laser ini adalah
dapat berupa laser infrared, laser
632,8 nm dengan cahaya
ultraviolet, laser x-ray dan laser visible
berwarna merah. Selain itu juga
(Soedojo, 1985).
ada variasi dari laser He-Ne
XVIII.2. Prinsip Kerja Laser
XIX. Prinsip kerja laser ada yaitu yang berwarna hijau
beberapa langkah, yaitu: dengan panjang gelombang
XX. 1. Absorbsi 243,5 nm, warna kuning dengan
XXI. Elektron dari arus listrik akan panjang gelombang 594,1 nm,
menumbuk atom-atom (He-Ne) yang warna jingga dengan panjang
berada pada keadaan dasar, kemudian
gelombang 611,9 nm dsb. Pada terjadi ketika dua gelombang
umumnya energi yang bergabung bersama pada suatu
dihasilkan oleh laser He-Ne tempat, agar hasil interferensi
berkisar 1mW untuk tabung dapat diamati maka syarat harus
dipenuhi adalah dua sumber
laser He-Ne yang kecil dan
cahaya harus koheren, keduanya
100mW untuk tabung laser He-
memiliki beda fase yanng selalu
Ne yang besar. Laser He-Ne ini tetap (David Halliday and Resnick,
adalah campuran dari helium 1996).
dan neon murni dalam XXIX.1. Jenis-jenis Interferometer
perkiraan rasio 10:1. Laser He- XXX. Interferometer dibagi
Ne banyak digunakan pada menjai dua macam, yaitu:
bidang kesehatan, holografi, XXXI. 1. Interferometer pembagi
muka gelombang
dan lain sebagainya (Csele,
2004). XXXII. Muka gelombang pada
XXVIII. berkas cahaya dibagi menjadi dua,
XXVIII.1. Sejarah Interferometer sehingga menghasilkan dua buah
XXIX. Michelson Morley, berkas sinar baru yang koheren dan
melakukan percobaan yang ketika jatuh di layar akan
merupakan percobaan yang paling membentuk pola interferensi yan
terkenal dan penting dalam sejarah berwujud cincin gelap terang
fisika. Percobaan ini dianggap berselang-seling. Polang terjadi
sebagai petunjuk pertama terkuat apabila gelombang-gelombang dari
untuk menyangkal keberadaan kedua berkas sinar sefase sewaktu
ether sebagai medium gelombang tiba dilayar. Sebaliknya pola gelap
cahaya. Pada percobaan ini, ether terjadi apabila gelombang-
diasumsikan memenuhi alam gelimbangdari kedua berkas sinar
semesta dan berperan sebagai berlawanan fase sewaktu tiba di
sebuah kerangka gerak. Jika layar. Agar pola interferensi
seorang pengamat bergerak menyatu, tempat garis-garis gelap
terhadap ether dengan kecepatan terang itu harus tetap sepanjang
v, maka ia akan mengukur waktu yang berarti beda fase
kecepatan cahaya sebesar c antara gelombang-gelombang dari
dengan c=c+v. Kedua ilmuan kedua celah harus tidak berubah-
itupun akan mengamati ether ubah dan hal ini hanya mungkin
wind yang memiliki kecepatan apabila kedua gelombang tersebut
bumi mengorbit matahari yaitu koheren, yaitu bentukknya identik
sebesar 30 km/s, maka michelson (Soedojo, 1985).
merancang sebuah interfero optik
dengan sensiifitas yang tinggi XXXIII. 2. Interferometer Pembagi
untuk mendeteksi keberadaan Amplitudo
ether. Michelson dan Morley
melakukan percobaan dengan XXXIV. Dapat diibaratkan sebuah
menggunakan sebuah gelombang cahaya jatuh pada
interferometer yang diharapkan suatu lempeng kaca yang tipis.
dapat menghasilkan pola Sebagian dari gelombang akan
interferensi. Interferensi dapat diteruskan dan sebagian lagi akan
dipantulkan. Kedua gelombang XLVII.1. Gambar Alat dan Bahan
tersebut tentu saja mempunyai
amplitudo yang lebih kecil dari
gelombang sebelumnya. Ini dapat
dikatakan bahwa amplitudo telah
terbagi. Jika ada gelombang
tersebut bisa disatukan kembali XLVIII.
pada sebuah layar maka akan XLIX. Gambar 3.1 Laser He-Ne
dihasilkan pola interferensi L.
(eugene, 1992). L.1. Skema Alat
LI.
XXXIV.1. Cahaya Menurut Ahli
XXXV. 1. Cahaya Menurut Newton
XXXVI. Issac Newton menyatakan
bahwa cahaya adalah partikel-partikel
kecil yang disebut korpatikel. Bila suatu
sumber cahaya memancarkan cahaya
maka partikel-partikel tersebut akan
mengenai mata dan menimbulkan kesan
akan benda tersebut.
XXXVII. 2. Cahaya Menurut Huygens
XXXVIII.Huygens menyatakan bahwa
cahaya merupakan gelombang, karena LII. Gambar Skema Alat
LII.1. Diagram Alir
sifat-sifat cahay mirip dengan sifat-sifat
gelombang bunyi.
XXXIX. 3. Cahaya Menurut Maxwell
XL. Maxwell menyatakan bahwa
cahay merupakan gelombang
elektromagnetik karena kecepatan
gelombang cahaya sama dengan
gelombang elektromagnetik dengan
kecepatan sebesar 3 x 108 m/s (Paul,
2001).
XLI. METODOLOGI PENELITIAN
XLI.1. Alat dan Bahan
XLII. 2.1.1 Laser He-Ne
XLIII. Fungsi:
sebagai sumber cahay
XLIV. 2.1.2 Landasan dasar
Interferometer
XLV. Fungsi: sebagai
penampang interferometer

XLVI. 2.

XLVII.
LIII. LVI.

Mulai

Menyiapkan Alat dan Bahan

Menghidupkan Laser He-Ne

Mengatur laser agar tetap melewati lensa sehingga berfokus pada beam splitte

Mengatur cermin sehingga cahaya dari cermin berhimpit cermin 1

Apalah cahaya dapat dilihat di layar dan berbentuk sama

Memutar skrup dengan jumlah yang telah ditentukan

Menghitung jumlah frinji yang masuk dan keluar

Selesai

LIV.
LV. G
LVI.1. Diagram Fisis LXVII. Percobaan interferometer
LVII. Michelson bertujuan untuk
membuktikan panjang gelombang
cahaya laser Helium-Neon(He-Ne).
Pada percobaan ini digunakan alat
dan bahan yaitu sebuah laser He-Ne
Laser diberi tegangan yang men
dan seperangkat alat interferometer.
Dalam interferometer terdapat dua
buah cermin dan dua buah lensa,
sebuah beam Splitter dan sebuah
Elektron-elektron tersebut kemudian menabrak atom atom pada laser, sehingga elek
layar.Interferometer Michelson
adalah sebuah percobaan yang
dilakukan Michelson-Morley
dimana dengan bantuan beam
splitter
Ketika berada pada tingkat membuat
energi paling sebuah
tinggi, alektron sinar
menjadi tidak stabil. Untuk memper
laser menjadi dua buah sinar laser
baru akibat pemantulan sinar dari
dua buah cermin yang dirangkai
sedemikian rupa, apabila kedua
sinarterabsorsi
Emisi spontan menyebabkan elektron pada pita valensi digabungkan maka (emisi
kembali secara tersimulasi akanterstimulasi). Terjad
membentuk pola gelap terang
berbentuk cincin yang biasa
disebut dengan pola frinji.
LXVIII. Berdasarkan hasil
yang didapat yaitu besar panjang
Pancaran foton tersebut memancarkan cahaya ke arah lensa agar difo
gelombang sinar laser rata-rata
pada pola masuk sebesar 6,13x10 -
7
m dengan ralat perambatan
LVIII. sebesar 2,31x10-8m dan besar
panjang gelombang sinar laser
Pantulan cahaya dari cermin 1 dan 2 akan
LIX.bersatu kembali di beam splitter dan rata-rata pada pola keluar sebesar
diteruskan ke layar. Sehingga dihasilkan
LX.pola interferensi akibat penggabungan 6,396x10-7m dengan ralat
dua gelombang cahaya. perambatan sebesar 2,31x10-8m,
Pola interferensi berupa frinji .
LXI. besar nilai tersebut tidak jauh
Apabila panjang lintasan
berbeda dengan nilai referensi
berkas gelombang cahaya
LXII.
diperpanjang maka pola cincin
panjang gelombang sinar laser
LXIII.
akan masuk ke pusat pola, yang besarnya 6,33x10-7m.
sedangkan diperpendek maka LXIX. Faktor yang
LXIV.
akan keluar dari pusat pola. mempengaruhi dalam percobaan
ini diantaranya adalah cahaya dari
LXV.
luar, posisi cermin kedua(cermin
LXVI. III. HASIL DAN gerak) yang kurang tepat serta
PEMBAHASAN kerja alat yang menurun.
LXX.
LXXI.KESIMPULAN kurang tepat serta kerja alat
yang menurun.
LXXII. Berdasarkan dari
percobaan interferometer LXXIII.
michelson dapat
disimpulkan bahwa :
LXXIV. DAFTAR PUSTAKA
1. Interferometer Michelson LXXV. Giancoli, D. C., 2001. Fisika
adalah sebuah percobaan Dasar II. Jakarta: Erlangga.
yang dilakukan Michelson- LXXVI.Halliday, R., 1984. Fisika
Morley dimana dengan Dasar Jilid 1. Jakarta:
bantuan beam splitter Erlangga.
membuat sebuah sinar laser
LXXVII. Siswanto, 2009.
menjadi dua buah sinar laser
Kompetensi Fisika. Jakarta:
baru akibat pemantulan sinar
Pusat Perbukuan dan
dari dua buah cermin yang Pendidikan Nasional.
dirangkai sedemikian rupa,
apabila kedua sinar LXXVIII. Soedojo, 1985. Asas-asas
digabungkan maka akan Ilmu Fisika Jilid 2 Listrik
membentuk pola gelap Magnet. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
terang berbentuk cincin yang
biasa disebut dengan pola LXXIX.Streeter, W., 1988. Mekanika
frinji. Fluida (Terjemahan). Jakarta:
2. Berdasarkan hasil yang Erlangga.
didapat yaitu besar panjang
LXXX. Sutrisno, 2001. FISIKA
gelombang sinar laser rata-
MODERN. Bandung: ITB.
rata pada pola masuk sebesar
6,13x10-7m dengan ralat LXXXI.
perambatan sebesar 2,31x10-
8
m dan besar panjang LXXXII.
gelombang sinar laser rata-
LXXXIII.
rata pada pola keluar sebesar
6,396x10-7m dengan ralat
perambatan sebesar 2,31x10- LXXXIV. DAFTAR PUSTAKA
8
m, besar nilai tersebut tidak LXXXV. Csele, M. (2004).
jauh berbeda dengan nilai Fundamental Of Light Source
And Lasr . Copyright: john
referensi panjang gelombang
wiley and sons.
sinar laser yang besarnya
6,33x10-7m. LXXXVI. David Halliday and
3. Faktor yang mempengaruhi Resnick. (1996). FISIKA.
dalam percobaan ini Jakarta: Erlangga.
diantaranya adalah cahaya
LXXXVII. eugene, h. (1992). fisika
dari luar, posisi cermin
universitas. jakarta:
kedua(cermin gerak) yang
erlangga.
LXXXVIII. Giancoli, D. C. (2001). XCIV. Soedojo. (1985). Asas-asas
Fisika Dasar II. Jakarta: Ilmu Fisika Jilid 2 Listrik
Erlangga. Magnet. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
LXXXIX. Halliday, R. (1984). Fisika
Dasar Jilid 1. Jakarta: XCV. Streeter, W. (1988).
Erlangga. Mekanika Fluida
(Terjemahan). Jakarta:
XC. Kenneth, K. (1992). Fisika Erlangga.
Modern. Jakarta: Indonesia
University Press. XCVI. Sutrisno. (2001). FISIKA
MODERN. Bandung: ITB.
XCI. Paul, T. (2001). Fisika untuk
sains dan teknik. jakarta: XCVII. Tipler, P. A. (2001). FISIKA.
erlangga. Jakarta: Erlangga.

XCII. Roger A Freedman. (2000). XCVIII.Tipler, P. A. (2001). Fisika


FISIKA. Jakarta: Erlangga. untuk Sains dan Teknik.
Jakarta: Erlangga.
XCIII. Siswanto. (2009).
Kompetensi Fisika. Jakarta: XCIX.
Pusat Perbukuan dan
Pendidikan Nasional. C.

You might also like