You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hepatoma (Hepatocellular Carcinoma/HCC ) adalah tumor ganas hati primer yang
berasaldari hepatosit (kanker hati primer). Hepatoma juga dikenali dengan nama lain yaitu
kanker hati primer, hepatokarsinoma dan kanker hati.
Dari seluruh tumor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85 % merupakan HCC, 10 %
Cholangiocarcinoma/CC dan sisanya adalah jenislainnya. HCC meliputi 5,6 % dari seluruh
kasus kanker pada manusia, menempati peringkat kelima pada laki-laki dan peringkat
kesembilan pada perempuan sebagai kanker tersering didunia. Secara epidemiologis tingkat
kekerapannya banyak terjadi di negara berkembang dengan prevalensi tinggi hepatitis
virus.Selain infeksi hepatitis virus, adanya kelompok jamur aflatoksin, obesitas,
diabetesmellitus, alkohol dan penyakit hati metabolik lain diakui sebagai faktor resiko
terjadinya. Ketiadaan ataupun ketidakmampuan penerapan terapi yang bersifat kuratif
menyebabkan HCC berprognosis buruk dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang
tinggi. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mencapai upaya dalam memberikan
asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hepatoma?
2. Bagaimana asuhan keperawatan hepatoma?

C. Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat:
1. Mengetahui hepatoma.
2. Mengetahui asuhan keperawatan hepatoma.

BAB II

1
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hepatoma merupakan penyakit tumor jinak hati, penyakit ini biasanya muncul pada
penderita abses hati karena amuba. Tidak jarang pada penderita Hepatoma terdapat jelas
tanda-tanda dari hipertensi portal serta kegagalan faal hati, sebagaimana tanda-tanda yang
terdapat pada penderita cirrhosis hepatic, oleh karena banyak hepatoma primer mempunyai
dasar cirrhosis hepatic terutama type Macronodulair. Pada penderita hepatoma ketahanan
hidupnya antara 4 bulan sampai 1 tahun sejak ditegakkan diagnosa (Boediwarsono,1979).
Hepatoma adalah masa abnormal pada sel hati,tumor hati dapat berupa bernigna atau
manigna tumor dapat berupa tumor primer atau metastase dari jaringan lain (Timby,1999).
Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer
atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel
hati (Misnadiarly, 2007).
Hepatoma(karsitoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari hepatosit
(karsitoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu(kolangio karsinoma (Corwin,2009).
Hepatoma adalah kanker pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran
empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.

B. Etiologi dan epidemologi


Penyakit pasti dari hepatoma masih belum diketahui tetapi terdapat data penting
predisposisi penyebab utama dari hepatoma ,yaitu serosi hepatis. Kondisi sirosis hepatis
biasanya berhubungan dengan hepatitis B,hepatitis C,hemokromatosis aflatoxin,dan
penyebab lain.
Secara umum,setiap etiologi sirosis merupakan faktor resiko utama untuk hepatocellilar
carcinoma. Sekitar 80% dari pasien denga hepatocellular carcinoma baru didiagnosis sirosis
telah ada sebelumnya. Penyebab utama sirosis diamerika serikat disebabkan infeksi
hepatitis C, alkohol dan infeksi hepatitis B (El-serag 2004).

2
Hepatitis C Virus (HCV) adalah pandemi global yang mempengaruhi 170 juta orang.
Hasil infeksi HCV berada pada tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi
tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi kronis infeksi Hepatitis B virus
(Sekitar 80% dari subjek yang terinfeksi) keadaan ini telah menjadi penyebab paling umum
pada hepatocellular carcinoma di jepang dan eropa,serta juga bertangggung jawab aras
insiden meningkat baru-baru ini di amerika serikat. Sekitar 2,7 juta orang amerika memiliki
HCV kronis. Di amerika serikat hampir 30% dari kasus hepatocellular carcinoma dianggap
berkaitan dengan kaitan dengan infeksi HCV sebesar 5-30% dari sekitar 30% berkembang
menjadi sironis dan dalam presentase tersebut, sekitar 1-2% per tahun berkembang dengan
HCV kira-kira sebesar 5% yang muncul 30 Tahun setelah terinfeksi (ACS,2008).

C. Manifestasi klinik
Pada tahap awal hepatoma tidak memberi gejala dan tanda klinik. Pada stadium lanjut
mungkin bisa didapatkan gejala dan tanda-tanda seperti:
1. Penurunan berat badan
2. Anoreksia
3. Kehilangan nafsu makan
4. Mual dan muntah
5. Mudah capek dan merasa lelah
6. Hatinya membesar
7. Abdomen (perutnya) membesar
8. Kulit dan matanya kelihatan kuning
9. Kotorannya berwarna putih

D. Stadium
Sistem TNM (tumor,nodul,metastasis) sementara ini yang dijadikan yang diterima
secara luas adalah benar-benar hanya berguna pada pasien yang menjalani bedah reseksi.
Oleh karena sebagian besar pasien unresectable dengan prognosis benar-benar tergantung
pada keberadaan fungsi hatu dari pada ukuran tumor.beberapa sistem stadium telah
dievaluasi klinism yang menggabungkan fitur dari hati dan pasien seperti asites,keterlibatan
vena porta dan status performa.

3
Tabel stadium hepatoma dengan menggunakan sistem TNM
Tumor Primer Kelenjar getah Metastatis
bening KGB jauh
Regional N (M)
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai N Menunjukan MO. Tidak
T1 Tumor soliter tanpa invanasi
O tidak ada ada metastatis
vaskular
keterlibatan jauh
T2 Tumor soliter dengan invasi
KGB
vaskular atau beberapa tumor
tidak lebih dari 5cm
T3 Tumor multiprl lebih dari 5cm N1 Menunjukan M1. Ada
atau tumor yang melinatkan keterlibatan metastatis
cabang utama dari portal atau KGB jauh
vena hepatika.
T4 Tumor multipel dengan invasi
langsung organ yang berdekatan
selain kantong empedu atau
dengan perforasi peritoneum
viseral
( Amerika cancer society,2008)

Tabel pengelompokan stadium


Stadium TNM
Stadium I T1 NO MO
Stadium II T2 NO MO
Stadium III A T3 NO MO
Stadium III B T4 NO MO
Stadium III C Tx N1 NO
Stadium IV a Setiap T Setiap N M1a
Stadium IV b Setiap T Setiap N M1b
( Amerika cancer society,2008)

E. Patofisiologi

4
Hepatocellular carcinoma (HCC) adalah tumor ganas asal hepatoseluler yang
berkembang pada pasaien dengan factor resiko seperti hepatitis virus, penyalahgunaan
alkohol, dan penyakit hati metabolik. Penyakit ini juga dapat terjadi (jarang) pada pasien
dengan parenkim hari normal.
HCC dapat mengalami perdarahan dan nekrosis karena kurangnya stroma fibrosa.
Invasi vascular, terutama dalam system portal. Invasi sistem bilier kurang umum. Agresif
HCC dapat menyebabkan rupture (pecah) dan hemaperitoneum hepatika.
Ada tiga pola pertumbuhan yang ditunjukan oleh HCC:
1. Masa soliter.
2. Multifocal atau pola nodular.
3. Multiple difus dengan pola nodular.
Secara mikroskopis, sel-sel HCC menyerupai hepatosit normal dan dapat
membingungkan dengan adenoma sel hati. Tumor yang lebih berbeda dapat menghasilkan
empedu. HCC dapat menghasilkan alfa-fetoprotein (AFP), serta protein serum lainnya.

5
Sumber: Mutaqin, A., Sari, K. (2011)

6
F. Penatalaksanaan Medis
1. Kemoterapi
Kemoterapi regional meliputi penginfusan agens yang sangat dimetabolisasi oleh hari
melalui arteri hepatik. Ini sangat meningkatkan dosis obat yang diberikan ke tumor, tetapi
meminimalkan efek samping sisterik. Kemoterapi intra arterial dapat diberikan melalui
kateter sementara yang dipasang ke dalam arteri aksila atau femoralis. Komplikasi metode
ini meliputi trombosis hepatik dan arteri intra abdomenlain, perubahan posisi kateter, sepsis
dan hemoragi. Obat juga dapat diberikan melalui pompa yang dapat ditanam, yang
memberikan keuntungan dengan membuat pasien tetap dapat berjalan dan menurunkan
komplikasi terkait kateter. Agens yang digunakan paling sering untuk kemoterapi
intraarterial adalah flokuridin (FUDR) dan 5-FU. Obat lain yang digunakan meliputi
sisplatin, doksorubisin, mitomisin-C, dan diklorometotrekstat.
2. Terapi Radiasi
Meskipun kanker hati diyakini sebagai tumor tumor radiosensitive, penggunaan terapi
radiasi dibatasi oleh intoleransi relative parenkim normal. Semua hati akan metoleransi
3000cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5% sampai 10%. Pengobatan atau
remisi jangka panjang kanker hati memerlukan dosis lebih tinggi secara signifikan.
3. Terapi Bedah
Pembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk pasien kanker hati.
Sayangnya hanya 25% pasien memenuhi kriteria untuk reseksi hati. Terdapat tiga macam
terapi bedah, yaitu:
a. Hepatektomi Parsial.
Di Amerika Serikat, resksi mungkin hanya 5% dari pasien. Secara umum,
Hepatocellular carcinoma memiliki lesi soliter pada sebagian lobus hati sehingga
dengan intervensi hepaktomi parsial pada sebagian lobus hati memberikan hasil terbaik
untuk optimalisasi fungsi hati yang tersisa ( Poon, 2001 ).
b. Transplantasi.
Banyak pasien tidak dicalonkan pada hepaktetomi parsial karena luasnya penyakit hati.
Beberapa pasien ini baik kandidat untuk transplantasi hati karena memiliki potensi

7
untuk menghilangkan kanker, menyembuhkan penyakit hati yang mendasari ( Bruix,
2005 ).
c. Ablasi tumor local
Suntikan etanol Intratumoral atau asam asetat, terapi panas ( melalui radioterapi atau
laser ablation ), atau dingin ( cryoablation dengan nitrogen cair ) dapat digunakan untuk
mengontrol tumor secara local lebih kecil dari 4-5 cm. Teknik-teknik ini sering
dilakukan secara perkutaneus sebagai prosedur rawat jalan ( Bruix, 2005 )

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan bilirubin total, aspartate aminotransferase (AST), fosfatase alkali, albumin,
dan waktu prothrombin menunjukan hasil yang konsisten dengan sirosis.
2. Alpha-fetoprotein (AFP) meningkat pada 75% kasus.
3. Radiografi.
a. Foto toraks, dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis paru.
b. CT Scan. Dilakukan untuk pasien Hepatocelullar carcinoma karena meningkatnya
AFP. Setiap tes memiliki 70-80% kesempatan untuk menemukan lesi soliter.
c. MRI dapat mendeteksi lesi lebih dan juga dapat digunakan untuk menetukan aliran
dalam vena vortal.
d. USG untuk mencari tanda-tanda sirosis dalam atau pada permukaan hati.
e. Biopsi. Biopsi sering diperlukan untuk membuat diagnosis. Secara umum, core
biopsi lebih disukai dari biopsi jarum halus. Biopsi umumnya diperoleh melalui
perkutaneus dibawah bimbingan ultrasonographic atau CT. sebelum mendapatkan
biopsy, paracentesis volume besar mungkin berguna pada pasien dengan asites
massif; selain itu, transfuse trombosit mungkin diperlukan pada pasien dengan
sirosis dengan trombositopenia berat (<50.000). Resiko pendarahan tidak
berkolerasi dengan peningkatan dalam waktu prothombin (Collier, 1998).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HEPATOMA

A. Pengkajian

8
Pengkajian hepatoma terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik dan evaluasi
diagnostik. Pada pengkajian anamnesis didapatkan sesuai dengan kondisi klinik
perkembangan penyakit. Keluhan pasien yang lazim didapatkan biasanya sirosis hepatis,
meliputi icterus, pruritus, perdarahan gastrointestinal, kaheksia, asites, keluhan yang
berhubungan dengan hepatik ensefalopati dan nyeri abdomen kanan atas (jarang).
Pada pengkajian riwayat sekarang, pengkajian anamnesis akan didapatkan hampir sama
dengan pasien sirosis hepatis, keluhan gangguan gastrointestinal didapatkan pada hampir
semua pasien hepatoma, seperti: mual, muntah, dan anoreksia. Keluhan ini akan bertambah
parah apabila pasien mendapat intervensi kemoterapi dan radiasi.
Pengkajian riwayat penyakit dahulu didapatkan adanya riwayat menderita sirosis
hepatis yang berhubungan dengan hepatitis virus, khususnya hepatitis B dan C, riwayat
penggunaan alcohol, dan riwayat penyakit kuning yang penyebabnya belum jelas.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan
informasi intervensi keperawatan dan pengobatan. Pada pasien dalam kondisi terminal,
pasien dan keluarga membutuhkan dukungan perawat atau ahli spiritual sesuai dengan
keyakinan pasien.
Pemeriksaan fisik, survey umum bisa terlihat sakit ringan, gelisah sampai sangat lemah.
TTV biasa normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardia dan peningkatan
pernapasan.
Pada pemerikasaan fisik fokus akan didapatkan:
1. Inspeksi : ikterus merupakan tanda khas, terutama pada sclera. Pasien terlihat
kelelahan (fatigue), asites, edema perifer, dan didapatkan perdarahan dari muntah
(hematemesis) dan melena.
2. Auskultasi : biasanya bising usus normal.
3. Perkusi : nyeri ketuk pada kuadran kanan atas.
4. Palpasi : hepatosplenomegali. Nyeri palpasi kuadran kanan atas mungkin ada.

B. Diagnosa Keperawatan

9
1. Aktual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan terapi
deuratik, muntah, hypokalemia, penurunan intake cairan oral.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik umum
sekunder dari perubahan metabolism sistemik.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang adekuat.

C. Rencana Keperawatan

Diagnosa 1
Aktual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan terapi
deuratik, muntah, hypokalemia, penurunan intake cairan oral.
NOC NIC
Fluid balance Fluid management
Hydration Timbang popok/pembalut jika
Nutritional Status : Food and Fluid
diperlukan.
Intake Pertahankan catatan intake dan output
Kriteria hasil: yang akurat.
1. Mempertahankan urine output sesuai Monitor status hidrasi (kelembapan
dengan usia dan BB, BJ urine normal, membrane mukosa, nadi adekuat,
HT normal. tekanan darah ortostatik), jika
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
diperlukan.
dalam batas normal. Monitor vital sign.
3. Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas Monitor masukan makanan / cairan
turgor kulit baik, membrane mukosa dan hitung intake kalori harian.
lembab, tidak ada rasa haus yang Kolaborasikan pemberian cairan IV.
Monitor status nutrisi.
berlebihan.
Berikan IV pada suhu ruangan.
Dorong masukan oral.
Berikan penggantian nasogatrik
sesuai output.
Dorong keluarga untuk membantu

10
pasien makan.
Tawarkan snack (jus buah, buah
segar).
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk.
Atur kemungkinan tranfusi.
Persiapan untuk transfuse.
Hypovolemia Management
Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan.
Monitor tanda vital.
Monitor responpasien terhadap
penambahan cairan.
Monitor berat badan.
Dorong pasien untuk menambah
intake oral.
Pemberian cairan IV monitor adanya
tanda dan gejala kelebihan volume
cairan.
Monitor adanya tanda gagal ginjal.

Diagnosa 2
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik umum
sekunder dari perubahan metabolism sistemik.
NOC NIC
Energi conservation Activity therapy

Activity tolerance Kolaborasikan dengan tenaga

Self Care ADLs rehabilitasi medik dalam merencanakan


program terapi yang tepat.
Kriteria hasil :
Bantu klien untuk mengidentifikasikan
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
aktivitas yang mampu dilakukan.
tanpa di sertai peningkatan tekanan Bantu untuk memilih aktivitas

11
darah, nadi, RR konsisten yang sesuai dengan
Mampu melakukan aktivitas sehari hari kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
( ADLs ) secara mandiri Bantu untuk mengidentifikasi dan
Tanda tanda vital normal mendapatkan sumber yang di perlukan
Energy psikomotor
Level kelemahan untuk aktivitas yang diinginkan.
Mampu berpindah : dengan atau Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
bantuan alat aktivitas seperti kursi roda, krek
Status kardiopulmonari adekuat Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas
Sirkulasi status baik yang disukai
Status respirasi : pertukaran gas dan Bantu klien untuk membuat jadwal
ventilasi adekuat latihan di waktu luang.
Bantu pasien/ keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.
Sediakan penguat positif bagi yang
aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan
spiritual

Diagnosa 3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang adekuat.
NOC NIC

12
- Nutrional Status : Nutrition Management
- Nutrional Status : Food and fluid - Kaji adanya elergi makanan
intake - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Nutrional status : Nutrien intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi
- Weigh control yang dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
- Adanya peningkatan berat badan intake Fe
sesuai dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi protein dan vitamin C
badan - Berikan subtansi gula
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan - Yakinkan diet yang dimakan
nutrisi mengandung tinggi serat untuk
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi mencegah konstipasi
- Menunjukkan peningkatan nutrisi - Berikan makanan yang terpilih ( sudah
pengecapan dari menelan dikonsulkan ahli gizi )
- Tidak terjadi penurunan berat badan - Anjurkan pasien bagaimana membuat
yang bearti catatan makanan harian
- Monitor jumlah nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring :
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
bisa dilakukan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan

13
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik, papilla lidah dan cavitas
oral
- Catat jika lidah berwarna mengenta,
scarlet

D. Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Aktifitas pasien dapat optimal sesuai dengan tingkatan toleransi.
3. Intake nutrisi adekuat.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hepatoma (Hepatocellular Carcinoma/HCC ) adalah tumor ganas hati primer yang
berasaldari hepatosit (kanker hati primer). Penyebab utama dari hepatoma ,yaitu serosi
hepatis.kondisi sirosis hepatis biasanya berhubungan dengan hepatitis B,hepatitis C,
hemokromatosis aflatoxin.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini semua pihak yang tidak menutup kemungkinan
masyarakat, mahasiswa pada khususnya mahasiswa keperawatan, dan seluruh jajaran

15
terkait, dapat memandang positif serta memahami adanya informasi ini, sesuai apa yang
dibahas didalamnya dengan menerapkan sesuai peraturan yang berlaku.

Daftar Pustaka

Alrosa, N. (2014). Makalah hepatoma, diakses Oktober, 20, 2014 dari


http://www.academia.edu/
Mutaqin, A., Sari, K. (2011). Gangguan gastro intestinal : aplikasi keperawatan medikal
bedah. Salemba Medika : Jakarta.
Nurarif, A.H., Kusuma, H. (2013). Panduan penyusunan asuhan keperawatan professional.
Media Action Publishing : Yogyakarta.
Suratun., Lusianah. (2010). asuhan keperawatan klien gangguan system gastrointestinal.
Trans Info Media : Jakarta.

16

You might also like