You are on page 1of 10

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya.
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas
untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang
berat tidak sejalan dengan kehidupan. Gangguan ansietas merupakan gangguan
psikiatri yang paling sering terjadi.
Sebagian dari kita merasa cemas dan tegang dalam menghadapi situasi yang
mengancam dan menekan. Karena merupakan emosi yang tidak menyenangkan,
kecemasan tidak akan dapat dihadapi dalam waktu yang lama. Kita termotivasi
melakukan sesuatu guna meredakan keadaan yang tidak menyenangkan itu. Asuhan
keperawatan gangguan kecemasan bertujuan untuk membantu setiap orang dalam
mengatasi atau meminimalkan gangguan kecemasan yang dialami mereka. Asuhan
keperawatan yang tepat diyakini dapat mengurangi gangguan kecemasan. Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien memiliki orientasi yang baik.

B. Tujuan
Tujuan umum : klien dapat menghilangkan dan atau meminimalkan kecemasanya.

Tujuan khusus :

- Pasien dapat mengenali penyebab kecemasan yang dialaminya


- Pasien dapat melakukan sesuatu untuk mengubah atau
menhindari situasi yang dapat menimbulkan kecemasan
- Pasien dapat memandang suatu masalah tidak hanya dari satu
sudut pandang saja
- Pasien memiliki lapang persepsi yang luas
- Pasien dapat meningkatkan mekanisme koping pertahanannya

C. Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah :
Penulis mengambil sumber bahan dan literature dari perpustakaan.

D. Ruang lingkup penulisan


Ruang lingkup penulisan laporan ini yaitu berisi garis besar asuhan
keperawatan pada klien gangguan kecemasan.

E. Sistematika penulisan
1
Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah:

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
C. Metode Penulisan
D. Ruang Lingkup Penulisan
E. Sistematika Penulisan

BAB II: TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor predisposisi (pendukung)
2. Faktor presipitasi
3. Rentang respons
C. Data yang Perlu Dikaji
D. Mekanisme Koping Untuk Mengatasi Kecemasan
E. Pohon Masalah
F. Diagnosis Keperawatan
G. Intervensi Keperawatan

BAB II: TINJAUAN TEORITIS


A. Definisi
2
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang.
Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman
dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang
tidak pasti dan tidak berdaya.

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Faktor predisposisi (pendukung)


Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Peristiwa traumatik
b. Konflik emosional
c. Gangguan konsep diri
d. Frustasi
e. Gangguan fisik
f. Pola mekanisme koping keluarga
g. Riwayat gangguan kecemasan
h. Medikasi
2. Faktor presipitasi.
a. ancaman terhadap integritas fisik.
Sumber internal
Sumber eksternal
b. Ancaman terhadap harga diri.
Sumber internal
Sumber eksternal
3. Rentang respons

Rentang respons ansietas

Repons adaptif Respons maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Tingkatan cemas

1. Kecemasan ringan.
a. Individu waspada.
b. Lapang persepsi luas.
c. Menajamkan indera.

3
d. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan
masalah secara efektif.
e. Menghasilkan pertumbuhan dan kreatif.
2. Kecamasan sedang.
a. Individu hanya fokus pada pikiran dan menjadi perhatiannya.
b. Terjadi penyempitan lapang persepsi.
c. Masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
3. Kecemasan berat.
a. Lapangan persepsi individu sangat sempit.
b. Perhatian hanya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir
tentang hal-hal yang lain.
c. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecamasan den perlu
banyak perintah atau arahan untuk fokus pada areal lain.
4. Panik
a. Individu kehilangan kendali diri yang detil.
b. Detil perhatian hilang.
c. Tidak bisa melakukan apapun meskipun dengan perintah.
d. Terjadi peningkatan aktifitas motorik.
e. Berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain.
f. Penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu
berfungsi secara efektif.
g. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian

Kriteria serangan panik adalah palpitasi, berkeringat, gemetar atau goyah,


sasak nafas, merasa tersedak, nyeri dada, mual, dan distres abdomen, pening,
derealisasi, atau depersonalisasi, ketakutan kehilangan kendali diri, ketakutan
mati, dan parestesia.

C. Data yang Perlu Dikaji

a. Perilaku

Produktivitas menurun, Mengamati dan waspada, Kontak mata jelek, Gelisah,


Melihat sekilas sesuatu, Pergerakan berlebihan (seperti; foot shuffling, pergerakan
lengan/ tangan), Ungkapan perhatian berkaitan dengan merubah peristiwa dalam
hidup, Insomnia, Perasaan gelisah.

4
b. Afektif

Menyesal, Iritabel, Kesedihan mendalam, Takut, Gugup, Sukacita berlebihan,


Nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara menetap, Gemeretak, Ketidak
pastian, Kekhawatiran meningkat, Fokus pada diri sendiri, Perasaan tidak adekuat,
Ketakutan, Distressed, Khawatir, prihatin dan Mencemaskan

c. Fisiologis

Suara bergetar, Gemetar/ tremor tangan, Bergoyang-goyang, Respirasi


meningkat (Simpatis), Kesegeraan berkemih (Parasimpatis), Nadi meningkat
(Simpatis), Dilasi Pupil ( Simpatis), Refleks-refleks meningkat ( Simpatis), Nyeri
abdomen (Parasimpatis), Gangguan tidur (Parasimpatis), Perasaan geli pada
ekstremitas (Parasimpatis), Eksitasi kardiovaskuler (Simpatis), Peluh meningkat,
Wajah tegang, Anoreksia (Simpatis), Jantung berdebar-debar (Simpatis), Diarhea
(Parasimpatis), Keragu-raguan berkemih (Parasimpatis), Kelelahan (Parasimpatis),
Mulut Kering (Simpatis), Kelemahan (Simpatis), Nadi berkurang (Parasimpatis),
Wajah bergejolak (Simpatis), Vasokonstriksi superfisial (Simpatis), Berkedutan
(Simpatis), Tekanan Darah Menurun (Parasimpatis), Mual (Parasimpatis),
Keseringan berkemih (Parasimpatis), Pingsan (Parasimpatis), Sukar bernafas
(Simpatis), Tekanan darah meningkat (Parasimpatis)

d. Kognitif

Hambatan berfikir, Bingung, Preokupasi, Pelupa, Perenungan, Perhatian lemah,


Lapang persepsi menurun, Takut akibat yang tidak khas, Cenderung menyalahkan
orang lain., Sukar berkonsentrasi, Kemampuan berkurang terhadap : (Memecahkan
masalah dan belajar), Kewaspadaan terhadap gejala fisiologis.

e. Faktor yang berhubungan

5
Terpapar toksin, Konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai/tujuan hidup,
Hubungan kekeluargaan/keturunan, Kebutuhan yang tidak terpenuhi, Interpersonal
transmisi/penularan, Krisis situasional/maturasi, Ancaman Kematian, Ancaman
terhadap konsep diri, Stress, Penyalahgunaan zat, Ancaman terhadap atau perubahan
dalam.

D. Mekanisme Koping Untuk Mengatasi Kecemasan

Ada sistem koping yang digunakan pada seorang yang mengalami kecemasan
1. Task oriented reaction: individu menilai secara objektif.
2. Ego oriented reaction: melindungi diri sendiri, tidek menggunakan secara realitas.

Sedangkan untuk mekanisme pertahanan ego bila digunakan terus menerus


akibatnya ego bukannya mendapat perlindungan, melainkan lama kelamaan akan
mendapat ancaman atau bencana. Oleh karena mekanisme ini tidak realistik,
mengandung banyak unsur penipuan diri sendiri, dan distorsi realitas meliputi hal-hal
berikut ini:
1. Kompensasi.
Menonjolkan kelebihan untuk menutupi kekurangan.
2. Penyangkalan (denial).
Menyatakan ketidak setujuan terhadap realitas.
3. Pemindahan.
Pangalihan emosi yang ditujukan pada seseorang atau benda yang netral atau tidak
mengancam dirinya.

4. Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitas.
5. Identifikasi.
Ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah sattu ciri atau segi
tertentu dari figur itu ditransfer pada dirinya dengan demikian, ia merasa harga
dirinya bertambah tinggi.
Contoh: Teguh 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan artis idolanya
yang ia kagumi.
6. Intelektualisasi.
Alasan atau logika yang berlebihan.
7. Intropeksi.
Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, diamana nilai-nilai, norma-norma
dari luar diikuti atau ditaati sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari
luar.
8. Proyeksi.
6
Hal ini berlawanan dengan introspeksi, dimana menyalahkan orang lain atas
kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau kekurangan diri sendiri, keinginan-
keinginan serta impuls-impuls sendiri. Contoh: seorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan kerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya.
9. Rasionalisai
Memberi keterangan bahwa sikap atau tingkah lakunya menurut alasan yang
seolah-olah rasional sehingga tidak menjatuhkan harga dirinya. Contoh: munawir
yang menyalahkan cara mengajar dosennya ketika ditanyakan oleh orang tuanya
mengapa nilai smesternya buruk.
10. Reaksi formasi.
Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-
keinginan, perasaan yang sebenarnya. Mudah dikenal karena sifatnya ekstrim dan
sukar diterima. Contoh: seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
11. Regresi.
Kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat primitif).
Contoh: seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika seorang adiknya
dilahirkan.
12. Represi.
Penyingkiran unsur psikis (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik). Sehingga
menjadi hal yang dilupakan atau tidak dapat diingat lagi. Represi membantu
individu mengontrol impuls-impuls berbahaya. Contoh: suatu pengalaman
traumatis menjadi terlupakan.
13. Sublimasi.
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima
oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena
mengganggu individu atau masyarakat. Oleh karena itu, impuls harus diubah
bentuknya sehingga tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan
pemuasan. Contoh: impuls agresif disalurkan ke olahraga, usaha-usaha yang
bermanfaat.
14. Supresi.
Menekan hal atau pikiran yang tidak menyenangkan, dapat mengarah ke represi.
15. Undoing
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu
kesalahan.
Contoh : seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera
memperlakukannya penuh dengan kasih sayang.

Untuk mekanisme koping terhadap kecemasan meliputi hal-hal sebagai berikut :


1. Menyerang.
Pola konstruktif : berupa memecahkan masalah secara efektif
Pola destruktif : marah dan bermusuhan
7
2. Menarik diri.
Menjauhi sumber stress
3. Kompromi.
Mengubah cara bekerja atau cara penyelesaian, menyesuaikan tujuan atau
mengorbankan salah satu kebutuhan pribadi.

E. Pohon Masalah

Panik

Koping individu tidak efektif

Gangguan pola tidur


Cemas (sedang/berat)

Gangguan susunan saraf pusat/ otak

Stressor

F. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien cemas disesuaikan dengan
etiologi pasien tersebut. Dibawah berikut :
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan depresi.
2. Panik berhubungan dengan penolakan keluarga sekunder terhadap gagalnya
mengambil keputusan
3. Kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan
4. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan finansial
8
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara kandung
6. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan anak sakit

G. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan tidur
a. Kolaborasi pemberian obat tidur.
b. Berbicara lembut
c. Libatkan keluarga
d. Temani jelang tidur
e. Buat jadwal tetap untuk bangun dan tidur
f. Hindari tidur diluar jam tidur
g. Hindari minum yang dapat mencegah tidur seperti: kopi dll
h. Lakukan metode relaksasi seperti nafas dalam

2. Kecemasan tingkat sedang


a. Menerima dan mendukung
b. Bersikap tenang terhadap pasien
c. Mengurangi stimulus lingkungan
d. Pengenalan terhadap sumber kecemasan
e. Menyadari adanya cemas
f. Membantu memiliki koping terhadap ancaman
g. Meningkatkan respon relaksasi

3. Kecemasan tingkat berat dan panik


a. Menjalin bina hubungan saling percaya
b. Meningkatkan kesadaran diri
c. Melindungi klien
d. Modifikasi lingkungan
e. Motivasi untuk melakukan aktifitas
f. Pengobatan

9
Daftar pustaka

Kusumawati Farida & Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Stuart, G.W. 2006. Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
www.trinoval.web.id/.../asuhan-keperawatan-pada-klien-ansietas.html

10

You might also like