You are on page 1of 6

Jurnal Kimia Unand (ISSN No.

2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT


YANG BERBAHAN DASAR
KITOSAN, SILIKA DAN KALSIUM FOSFAT

Rido Junaidi, Syukri Arief, Syukri

Laboratorium Kimia Material Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

e-mail: Syukriarief@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract

Synthesis and characterization of chitosan-based composite, silica and calcium phosphate have
been conducted. The purpose of this research was to study of the effect of pH and chitosan on the
composite character. Synthesis of materials have carried out by sol-gel method. The optimum pH
for this process was pH = 5. Composite was synthesized using a variation of chitosan: (0.15, 0.25,
and 0.35 g in 34 mL mixture). From optical microscope photoghraphs can be seen the uniformity
of the composite particle obtained from this research decrease as the chitosan content increase.
FTIR show at the availability functional group -OH and -NH of chitosan, phosphate, and Si-OH
and Si-O-Si of silica. The PSA analysis showed that there was no effect of the amount of chitosan
on to the change of particle size.

Keywords: composites, sol-gel method, chitosan

I. Pendahuluan energi, komposit, membran dan lain


sebagainya.
Pemanfaatan dan pengembangan penelitian Karena permasalahan diatas maka beberapa
terhadap material alam hasil samping yang dekade terakhir kemajuan dalam teknologi
tidak dimanfaatkan atau dikenal juga membran pada bidang industri, biologi,
dengan limbah atau sisa dari hasil kimia dan fisika banyak dikembangkan.
pemanfaatan produk pokoknya terus Karena memiliki prospek yang besar
dikembangkan, seperti: cangkang udang, kedepannya untuk menjawab permasalahan
cangkang telur, tongkol jagung, sekam padi pencemaran lingkungan oleh pabrik -
dan kulit kerang. Adapun tujuan dari pabrik, limbah rumah tangga, dan dapat
pemanfaatan ini adalah untuk mendapatkan dimanfaatkan juga dalam dunia medis.
produk yang lebih berguna, produk yang Adapun membran dapat digunakan, seperti
dapat diperbaharui, peningkatan mutu untuk penyaringan air, penyerapan ion
produk sehingga menambah nilai jual logam dan dalam dunia medis (salah
secara ekonomis dan dapat dimanfaatkan satunya untuk perekatan atau penganti
oleh manusia untuk kesejahteraan manusia tulang).
itu sendiri. Kemudian juga untuk
mengurangi pencemaran lingkungan oleh Membran yang cukup banyak
material-material organik tersebut, sehingga dikembangkan adalah membran yang
terus dilakukan penelitian dan berbahan dasar kitosan karena memiliki
pengembangan. Baik untuk menghasilkan begitu banyak kelebihan yaitu bahan
pembuatan kitosan sangat melimpah,
77
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013

bahkan kalau tidak dimanfaatkan dapat menjadikan kalsium fosfat material


menimbulkan pencemaran lingkungan dan biokeramik yang dikenal luas.
bersifat fatal untuk manusia. Kemudian dari
segi pembuatan relatif mudah dan Jadi diharapkan dengan bahan dasar ini
sederhana. Pembuatan membran kitosan ini yaitu kitosan, TEOS dan kalsium fosfat
tidak memerlukan kondisi yang ekstrim dapat menghasilkan suatu komposit yang
seperti tekanan atau temperatur yang tinggi. dapat digunakan untuk bahan pembuatan
membran yang bio-compatible. Dimana
Kitosan adalah material biopolimer yang kitosan dapat dikatakan sebagai material
memiliki potensi yang besar untuk untuk menghasilkan sifat kelenturan, silika
dikembangkan, dengan cara dimodifikasi untuk pori dan kalsium fosfat untuk
secara kimia dan mekanik yang dapat penguat.
menghasilkan sifat baru, fungsi dan aplikasi
yang luas. Kitosan juga berasal dari material
yang secara alami melimpah di alam dan II. Metodologi Penelitian
polimer yang dapat diperbaharui, yang
mempunyai sifat seperti bio-degradability, 2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi
bio-compatibility, non-toxicity, inert, dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adsorpsi, kemudian juga memiliki sifat yang yaitu cangkang telur, kitosan, TEOS,
aktif sebagai anti mikroba.1,2,3 Karena sifat- Ca3(PO4)2, HNO3 2M, asam asetat 1%, HCl
sifat dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki 1N, H3PO4 2M, NaOH 2M, aquadest, CaO
kitosan diatas, maka sangat menarik untuk dan metanol.
dikembangkan, diteliti, dimodifikasi dan
dianalisis. Peralatan yang digunakan adalah Peralatan
gelas kimia, kertas pH universal, kertas
Salah satu kendala yang ditemukan untuk saring, hotplate stirrer, milling gerinder dan
pemanfaatan kitosan adalah kelarutan yang pompa vakum.
terbatas pada kitosan sehingga Instrumen yang digunakan adalah Fourier
menyebabkan keterbatasan dalam Transformation Infra Red (FT-IR) (Jascn FTIR
aplikasinya. Modifikasi dilakukan terhadap 460 plus), Nano Laser Particle Size Analyzer
gugus hidroksil dan amina pada unit (NL-PSA) (Fritszh Analysette 22 Wet
glukosamin pada kitosan. Pengikatsilangan Dispersion Unit, Nano Tech Plus), dan Foto
kitosan adalah solusi yang dapat Optik.
ditawarkan untuk mengatasi permasalahan
sifat mekanik dari kitosan. Penambahan 2.2. Prosedur penelitian
silika ke dalam biomaterial dapat 2.2.1 Pembuatan CaO dari cangkang telur
meningkatkan permeabilitas terhadap sebagai sumber Ca pada pembuatan
oksigen, bio-compatibility, dan bio- kalsium fosfat
degradability serta ketahanan fisik terhadap Siapkan cangkang telur. Bersihkan
suhu tinggi.4,5 Prekusor sumber silika dapat cangkang dari membran dan kotoran makro
dihasilkan dari proses hidrolisis TEOS. dengan air. Keringkan pada temperatur
ruang. Haluskan dengan peralatan milling
Kalsium fosfat merupakan jenis mineral gerinder, setelah halus lakukan sintering
yang sering diaplikasikan dalam bidang selama 5 jam pada suhu 1000oC. Dinginkan,
medis dan kedokteran gigi sebagai material maka didapatkan CaO.
buatan untuk menggantikan mineral
jaringan tulang. Karena mempunyai 2.2.2 Pembuatan kalsium fosfat
komposisi dan kristalisasi yang hampir Kalsium fosfat dibuat dengan mereaksikan
mirip dengan tulang manusia. Selain itu kalsium (Ca) dan fosfat (P). Dimana sumber
juga sifatnya yang tidak beracun, bioaktif, Ca diperoleh dari hasil kalsinasi cangkang
dan terserap dengan baik (resorpsi) telur dan sumber fosfat diperoleh dari asam
fosfat (H3PO4).
78
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013

Sumber Ca dari cangkang telur sebanyak 3 D). Dicampurkan larutan D dengan larutan
gr, kemudian ditambahkan 16 ml asam C dengan perbandingan 1:3 (larutan E),
fosfat 2M dan selanjutnya distirer selama 30 distirer sampai membentuk gumpalan.
menit. Kemudian disaring dengan pompa Kemudian ditambahkan metanol dengan
vakum dan dikeringkan dengan oven pada perbandingan larutan E dengan metanol
suhu 110oC. 20:25 dan diatur pH 5, 7 dan 9 dengan
penambahan NaOH 2M. Distirer selama 30
2.2.3 Pembuatan komposit menit. Kemudian dimasukkan kedalam
2.2.3.1 Pembuatan komposit dengan cetakkan. Dikeringkan dalam desikator.
komposisi hasil komposit yang bagus pada
peneliti sebelumnya, variasi TEOS (11 dan 2.2.4 Karakterisasi sampel
22mL), variasi pelarut yang digunakan Sampel dikarakterisasi dengan beberapa
untuk melarutkan Ca3(PO4)2 dan Kitosan alat karakterisasi diantaranya analisis foto
(asam asetat 1%/HCl), dan variasi pH pada optik, FTIR, dan PSA. Analisis foto optik
pelarutan Ca3(PO4)2 (pH 0, 3, 4, 5, 6, dan 7) untuk melihat bentuk permukaan sampel.
Ca3(PO4)2 sebanyak 0,75 gr, kemudian Analisis FTIR bertujuan untuk mengetahui
ditambahkan HNO3 2M sebanyak 5 mL. serapan pada angka gelombang yang
Distirer selama 30 menit (larutan A). menunjukkan adanya gugus OH dan NH
Disiapkan larutan TEOS. Diukur TEOS dari kitosan, silika dan fosfat. Karakterisasi
sebanyak 11 mL, kemudian dilarutkan PSA dilakukan untuk mengetahui ukuran
dengan aquadest 9 mL. Distirer selama 30 partikel dan persentase sebaran ukuran
menit (larutan B). Kemudian dicampurkan partikel.
larutan A kedalam larutan B, distirer selama
30 menit (larutan C). Disiapkan larutan
kitosan dengan menimbang kitosan III. Hasil dan Pembahasan
sebanyak 0,25 gr, kemudian dilarutkan 3.1. Pembuatan Komposit Kitosan, Silika
dalam 5 mL asam asetat 1%. Distirer selama dan Kalsium Fosfat
30 menit (larutan D). Dicampurkan larutan Komposit kitosan, silika dan kalsium fosfat,
D dengan larutan C dengan perbandingan diperoleh dengan hasil pencampuran
1:3 (larutan E), distirer selama 30 menit. kitosan, silika (TEOS sebagai prekursor) dan
Kemudian ditambahkan metanol dengan kalsium fosfat. Kalsium fosfat terlebih
perbandingan larutan E dengan metanol dahulu dibuat dengan mengunakan Ca
20:25. Distirer selama 30 menit. Kemudian yang diperoleh dari hasil sintering
disaring, endapan dimasukkan kedalam cangkang telur, kemudian dicampurkan
cetakkan. Dikeringkan dalam desikator. dengan asam fosfat (H3PO4).

2.2.3.2 Pembuatan komposit dengan variasi Penelitian dilakukan, pertama TEOS


pH campuran akhir (pH 5, 7 dan 9) dan ditambahkan aquadest, dimana antara
variasi kitosan (0,15, 0,25, dan 0,35 gr) TEOS dengan aquadest membentuk bidang
Sebanyak 0,75 gr Ca3(PO4)2, kemudian batas yang menandakan TEOS tidak larut
ditambahkan aquadest 5 mL. Distirer dalam air. Maka untuk melarutkan TEOS
selama 1 jam (larutan A). Disiapkan juga dalam aquadest ditambahkan setetes asam
larutan TEOS. Diukur TEOS sebanyak 11 nitrat (HNO3) 2M, kemudian distirer selama
mL, kemudian dilarutkan dengan aquadest 1 jam. Perbandingan molar antara TEOS
9 mL dengan penambahan setetes asam dan aquadest adalah 1:10. Larutan TEOS
nitrat 2M. Distirer selama 1 jam (larutan B). dicampurkan dengan kalsium fosfat yang
Kemudian dicampurkan larutan A kedalam telah ditambahkan aguadest dan distirer
larutan B, distirer selama 30 menit (larutan selama 1 jam, sehingga didapatkan
C). Disiapkan larutan kitosan dengan campuran dalam bentuk sol. Campuran ini
menimbang kitosan sebanyak 0,25 gr, ditambahkan ke dalam kitosan yang telah
kemudian dilarutkan dalam 5 mL asam dilarutkan dalam asam asetat 1% yang
asetat 1%. Distirer selama 30 menit (larutan
79
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013

berbentuk gel, dengan perbandingan Pengukuran dilakukan pada perbesaran


campuran berupa sol dengan kitosan 3:1. 40x.
Kemudian distirer sampai menbentuk
gumpalan, hal ini menandakan terjadinya Dari gambar 2 bentuk permukaan dari
reaksi antara kitosan dan campuran yang komposit memperlihatkan ukuran partikel
berupa sol, untuk menghomogenkan yang cukup seragam.
gumpalan yang cukup keras ini dan agar
dapat dicetak, selanjutnya ditambahkan
metanol dengan perbandingan 20:25,
didapatkan campuran kental. Hasil akhir
campuran tidak dilakukan penyaringan,
karena campuran akhir yang diperoleh
campuran kental yang homogen. Metanol
digunakan sebagai pelarut. Kemudian
dimasukkan kedalam cetakkan, dan
dikeringkan dalam desikator. Maka
didapatkan hasil dengan variasi kitosan 0,15
gr pada pH 5 (gambar 1). Dimana memiliki Gambar 2. Bentuk permukaan hasil foto optik
kelebihan yaitu: dapat dibentuk, sampel dengan variasi kitosan 0,15
kehomogenan dan kerapuhan. Maka gr dengan perbesaran 40x.
sampel ini dilakukan uji selanjutnya yaitu
dengan menggunakan alat karakterisasi 4.4.2 Pengukuran dengan FTIR
FTIR, PSA, dan foto optik. Analisis dengan menggunakan FTIR
bertujuan untuk melihat gugus fungsi yang
mengalami absorpsi pada panjang
gelombang tertentu. Pada penelitian ini
dilakukan pengukuran untuk sampel
dengan variasi kitosan 0,15, 0,25 dan 0,35 gr.
Pada jangkauan panjang gelombang 400
4000 cm-1. Pengukuran komposit ini
diharapkan munculnya puncak untuk
mengidentifikasi gugus fungsi kitosan yang
mengandung gugus fungsi amina dan
hidroksi, kemudian mengidentifikasi gugus
fosfat dan silika.

Hasil analisis FTIR sampel dengan variasi


Gambar 1. Hasil pembuatan komposit dengan kitosan 0,15, 0,25 dan 0,35 gr adalah sama
variasi kitosan 0,15 gr
untuk daerah serapan (gambar 3). Pita
absorpsi pada panjang gelombang 3456 cm-1
(no 1 pada gambar 3) menunjukkan ada
4.2 Karakterisasi sampel
gugus -OH dan -NH stretching. Pita serapan
4.2.1 Visualisasi hasil partikel komposit
pada daerah panjang gelombang 1642 cm-1
Analisa foto optik dilakukan untuk melihat
(no 3 pada gambar 3) menunjukkan adanya
bentuk permukaan sampel padat yang
gugus -C=O, hal ini berdasarkan referensi
berupa komposit kitosan, silika (TEOS
yang menunjukkan gugus -OH dan -NH
sebagai prekursor silika), dan kalsium
memiliki pita absorpsi pada panjang
fosfat, kemudian melihat sebaran partikel
gelombang berkisar antara 3250 3500 cm-1,
pada komponen penyusun komposit.
dan -C=O memiliki pita serapan 1600 1800
Sampel yang dianalisis yaitu sampel dengan
cm-1.7 Pita absorpsi fosfat ditunjukkan oleh
variasi kitosan 0,15 gr. Hasil analisa dengan
no 5 dan 8 yaitu pada panjang gelombang
foto optik dapat dilihat pada gambar 2.
80
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013

1087 dan 557 cm-1. Hal ini merujuk pada Karakterisasi PSA dilakukan untuk
referensi bahwa absorpsi gugus fosfat mengetahui ukuran partikel dan sebaran
adalah berkisar 900 1200 cm-1 dan 550 ukuran partikel pada komposit. Prinsip dari
650 cm-1.8 Pita absorpsi pada panjang alat ini, mengukur ukuran partikel dari
gelombang 1544 cm-1 (no 4 pada gambar 3) material yang tidak larut dalam air. Analisis
menunjukkan adanya gugus NH2. Pita PSA dilakukan terhadap sampel dengan
absorpsi pada panjang gelombang 965 cm-1 variasi kitosan 0,15, 0,25 dan 0,35 gr (hasil
(no 6 pada gambar 3) menunjukkan adanya karakterisasi PSA pada Gambar 4).
gugus Si-OH. Kemudian pita absorpsi pada
daerah panjang gelombang 795 cm-1 dan 457
cm-1 (berturut-turut no 7 dan 9 pada
gambar 3) menyatakan ada gugus Si-O-Si.
Hal ini berdasarkan pada referensi yang
menunjukkan gugus NH2 memilki pita
absorpsi pada panjang gelombang berkisar
antara 1500 - 1650 cm-1, gugus Si-OH
mengalami absorpsi pada panjang
gelombang 900 1050 cm-1, gugus Si-O-Si
pada panjang gelombang 750 800 cm-1 dan
400 500 cm-1.7 Gambar 4. Grafik sebaran ukuran partikel
sampel membran komposit
variasi kitosan 0,15; 0,25 dan
0,35 gr

Berdasarkan analisis PSA dari sampel


komposit kitosan, silika dan kalsium fosfat
c diperoleh rentang ukuran partikel untuk
kitosan 0,15 gr yaitu 0,5 180 m, kitosan
0,25 gr dengan kisaran 10 - 500 m dan
kitosan 0,35 gr dengan kisaran 0,5 180 m.
Grafik pada gambar 4 terlihat bahwa
sebaran ukuran partikel yang dominan pada
kitosan 0,15 gr adalah 50 m dengan
persentase penyebaran dalam sampel
b sekitar 43,9%. Kitosan 0,25 gr ukuran
partikel yang dominan adalah 100 m
dengan sebaran partikel sekitar 38,6 %, dan
penyebaran ukuran partikel 50 m hampir
sama dengan penyebaran partikel 100 m
yaitu penyebarannya 38,5 %. Kitosan 0,35 gr
ukuran partikel yang dominan yaitu 57,2
a
m dengan persentase sebaran partikel
46,5%. Dengan membandingkan ukuran
partikel dan persentase sebaran ukuran
partikel pada sampel kitosan 0,15 : 0,25 :
0,35 gr diperoleh perbandingan ukuran
partikel secara berturut-turut yaitu 50 : 100 :
Gambar 3. Pola FTIR sampel dengan variasi 57,2 m dan perbandingan persentase
kitosan a.0,15; b.0,25 dan c.0,35 gr sebaran partikel secara berturut turut 43,9
: 38,6 : 46,5 %. Pada gambar terlihat untuk
4.3.3 Particle Size Analyze (PSA) variasi kitosan 0,25 gr terjadi pelebaran

81
Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 1, Maret 2013

puncak yang cukup besar dibandingkan 3 Krajewska, B., and Olech, A., 1995, Pore
dengan variasi kitosan 0,15 dan 0,35 gr, Structure of Gel Chitosan Membranes. I.
yang menandakan variasi kitosan 0,25 Solute Diff. Measurements, Elsevier, 1.
memiliki ukuran partikel yang lebih besar 4 Handayani, E., 2009, Sintesa Membran
dari yang lain. Dapat disimpulkan bahwa Nanokomposit Berbasis Nanopartikel
peningkatan jumlah kitosan dalam Biosilika dari Sekam Padi dan Kitosan
komposit tidak berpengaruh terhadap sebagai matrik Biopolimer, Sekolah
perubahan ukuran partikel. Kemudian Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 4.
ukuran partikel yang dominan untuk 5 Mourya, V. K., Inamdarand, N. N., and
masing masing sampel, dapat dikatakan Tiwari, A., 2010, Carboxymethyl
cukup besar. Chitosan and its Applications,
IV. Kesimpulan ADVANCED MATERIALS Letters, 2.
6 Nabilah, S. R., Arief, S., dan Zulhadjri,
pH yang optimum untuk membuat 2012, Sintesis dan Karakterisasi
komposit adalah pH = 5. Komposit dengan Membran Komposit yang Berbahan
variasi kitosan 0,15, 0,25, dan 0,35 gr Dasar Kitosan, Silika, dan CaCO3, J.
dikarakterisasi dengan mengunakan foto Kimia Unand, Vol. 1 No. 1, 4.
optik, FTIR dan PSA. Analisis foto optik 7 Lee, E., Shin, D., Kim, H., Koh, Y., and
menunjukkan dengan bertambahnya Jang, J., 2008, Membrane of Hybrid
kitosan tingkat keseragaman partikel ChitosanSilica Xerogel for Guided
komposit menurun. Karakterisasi FTIR Bone Regeneration, Elsevier, 3.
menunjukkan adanya gugus fungsi -OH 8 Soejoko, D. S., dan Wahyuni, S., 2002,
dan -NH dari kitosan, fosfat, dan Si-OH dan Spektroskopi Inframerah Senyawa
Si-O-Si dari silika. Dan analisis PSA Kalsium Fospat Hasil Presifitasi,
menunjukkan dengan peningkatan jumlah MAKARA, SAINS, VOL. 6, NO. 3, 3.
kitosan dalam komposit tidak berpengaruh
terhadap perubahan ukuran partikel.

V. Ucapan terima kasih

Ucapan terima kasih ditujukan kepada


analis laboratorium Kimia Material
Universitas Andalas.

Referensi

1 Shirosaki, Y., Tsuru, K., Hayakawa, S.,


Nakamura, Y., Gibson, I. R., and
Osaka, A., 2010, Effects of Si(IV)
Released from Chitosan-Silicate Hybrids
on Proliferation and Differentiation of
MG63 Osteoblast Cells, Bioceramics
Development and Applications, Vol. 1, 1.
2 Pillai, C. K. S., Paul, W., and Sharma, C.
P., 2009, Chitin and Chitosan Polymers:
Chemistry, Solubility and Fiber
Formation, Elsevier, 2.

82

You might also like