Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BALAKANG
terdapat bukti bahwa prevalensi asma meningkat dalam 20 tahun terakhir. Prevalensi
penyakit asma terus mengalami peningkatan, baik di negara maju maupun di negara
sedang berkembang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering
dijumpai, dengan estimasi 300 juta orang penderita di seluruh dunia, terutama pada
Saat ini, jumlah pasien asma diperkirakan mencapai 300 juta orang, dan
jumlah pasien yang meninggal karena serangan asma mencapai 255.000 orang
dunia, dengan urutan sebagai berikut: infeksi paru (7,2%), Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) (4,8%), tuberkulosis (TB) (3%), kanker paru (2,1%) dan asma
Indonesia, prevalensi asma belum didukung oleh data yang pasti (PDPI, 2004;
Chilhood/ISAAC pada tahun 2001 dan 2008 dengan prevalensi kumulatif 11.5%
tahun 2001 dan 12.2% tahun 2008. Selain itu, hasil riset kesehatan dasar
2.9%.
manifestasi klinik penyakit pada periode yang lebih lama. Terapi asma di bagi
harus digunakan setiap hari untuk mengurangi gejala, meningkatkan fungsi paru dan
lama (LABA) inhalasi, agonis beta-2 kerja lama, leukotrien modifiers, kortikosteroid
oral. Kelompok obat pelega digunakan ketika terjadi serangan akut seperti mengi
(wheezing), sesak dada dan batuk. Kelompok obat pelega adalah agonis beta2 kerja
2014b)
efek samping yang minimum. Terapi asma pada dewasa dapat diberikan dalam
berbagai rute, seperti inhalasi, oral dan secara parental (subkutan, intramuscular, dan
injeksi intravena.). Keuntungan utama dalam terapi inhalasi adalah obat langsung ke
2
saluran pernapasan, menghasilkan konsentrasi local dengan risiko sitemik yang
dengan adanya informasi mengenai penyakitnya, obat dan modifikasi gaya hidup.
meningkatkan kepatuhan luaran terapi dan kualitas hidup. Farmasis dalam konseling
bentuk sediaan khusus,seperti Metered Dose Inhalers (MDI), Dry Powder Inhalers
(DPI) dan spacer. Pelatihan penggunaan MDI merupakan peranan penting dalam
penyebab utama ketidakpatuhan pada pasien. Banyak pasien yang tidak tepat dalam
diharapkan dengan cepat.Untuk itu sangat diperlukan konseling oleh farmasis agar
kontrol asma dan kualitas hidup. Keberhasilan dalam peningkatan kontrol asma
kualitas hidup pasien asma baik yang dewasa maupun anak anak tidak terlepas dari
kembali indikasi yang diberikan oleh dokter dan kemungkinan efek samping
3
Peran farmasis dalam edukasi pasien dan evaluasi terapi semakin hari semakin
mengenai penggunaan teknik inhaler yang tepat. Pada pasien asma, intervensi
kontrol asma dan skor kuesioner kualitas hidup terkait asma, klasifikasi keparahan
asma dan fungsi paru seperti Peak Expiratory Flow (PEF) (ODea dkk., 2010).
kesehatan, dan dapat juga digunakan sebagai data dalam penelitian klinik. Secara
umum kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, latar belakang
Penelitian yang telah dilakukan (Imelda dkk., 2007) terhadap pasien asma
dewasa dalam menghubungkan derajat asma dan kualitas hidup menunjukkan bahwa
derajat asma mempengaruhi kualitas hidup pada kelompok asma derajat ringan.
4
kualitas hidup penderita asma dewasa adalah usia lanjut, tingkat pendidikan yang
rendah, dan kontrol asma yang buruk. Sedangkan, dampak buruk asma meliputi
peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit, dan bahkan kematian.
dengan asma memang agak banyak. Namun, pada penelitian sebelumnya belum ada
yang mengukur outcome yang diteliti kontrol asma yang diukur dengan Asthma
Control Test (ACT) dan kualitas hidup yang diukur dengan Asthma Quality of Life
Questionnaire (AQLQ). Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian agar mengetahui
pengaruh terapi inhalasi padapasien asma persisten terhadap kontrol asma dan
kualitas hidup pada di rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantu, sehingga bisa
menjadi sumber literatur dokter dalam terapi asma pada pasien asma.
B. RUMUSAN MASALAH
persisten terhadap kontrol asma dan kualitas hidup pasien asma di Yogyakarta?
5
C. KEASLIAN PENELITIAN
6
Pengaruh Konseling Oleh Eksperimental Mutiara Konseling farmasis mempunyai
Farmasis Terhadap Tingkat pretest-postest Herawati pengaruh yang bermakna terhadap
Kontrol Asma dan group with tingkat kontrol asma pasien
Kepuasan Terapi Inhalasi Control Group persisten sedang (p=0,000) dan
Pasien Asma Rawat Jalan persisten berat (p=0,001), serta
berpengaruh terhadap tingkat
kepuasan pasien menggunakan
inhalasi (p=0,000) di poli klinik
penyakit dalam rawat jalan.
bentuk penggunaan terapi inhalasi yang tepat kepada pasien asma dengan menilai
kontrol asma dan kualitas hidup pasien asma menggunakan kuesioner. Kuesioner
kontrol asma yang digunakan adalah Asthma Control Test (ACT) sedangkan
kuesioner kualitas hidup anak dengan asma digunakan Asthma Quality of Life
Yusrina (2013), parameter outcome adalah kualitas hidup asma pada dewasa dengan
penelitian ini tidak menghubungkan dengan kontrol asma dan hanya dihubungkan
farmasi terhadap kepatuhan dan hasil terapi pada pasien asma dewasa. Sedangkan
penelitian Aliya (2012), fokus penelitian adalah pengaruh konseling farmasi terhadap
7
hasil terapi pada pasien anak dengan asma. Dan, penelitian Herawati (2013),
terapi inhalasi pasien asma dewasa. Dengan demikian, penelitian yang akan
dilakukan ini belum pernah sebelumnya dilakukan. Sehingga penelitian ini layak
D. MANFAAT PENELITIAN
2. Bagi tenaga kesehatan para dokter dan praktisi kesehatan lain, pembuat
kebijakan, serta masyarakat kesehatan dan para peneliti lain sebagai referensi
E. TUJUAN PENELITIAN
asma persisten, terhadap kontrol asma dan kualitas hidup pasien asma di Yogyakarta.