The chloroplast genomes present in different evolutionary lines all contain

largely the same genes, but genes are present in different arrangements on
the cpDNA molecules on inverse repeats within the cpDNAs of most
species. However, in Euglena gracilis, the 16s and 23s rRNA genes are
present on the three direct tandem repeats, with a separate fourth copy of
the 16s rRNA gene locate nearby in the genome. By comparing the location
of genes on different chloroplast genomes , palmer has been able to show
that many of the changes in cpDNA organization have resulted from
inversions of segments of DNA. In other case, deletions and insertions of
DNA were found to have occured in intergenic regions and within introns of
genes. However, the major documented changes in cpDNA structure seem
to have resulted from large inversions.

photosynthetis occuring within chloroplasts provides the life-sustaining

energy sources for all living organism on planet earth. since chloroplast
genomes encode many key components of photosystems I and II and the
electron transport chains , knowledge of the structure and function of
cpDNAs is very important and has received much attention . the complete
nucleotide -pair sequences of the cpDNAs of the liverwort Marchantia
polymorpina and tobacco (nicotiana tobacum) have been determined . the
cpDNAs of Marchantia and tobacco are 121,024 and 155,844 nucleotide-
pairs in length , respectivelv . the organization of the single -copy genes in
the chloroplast genomes of these two plants is remarkably similar
considering that they are evolutionarily very distant from each other. the
major difference between these two cpDNAs is that the inverse repeat
regions containing the rRNA genes are considerably lerger in tobacco. the
best estimates of cpDNA gene number are ,136 in marchantia and 150 in
tobacco. the locations of known genes and open reading frames are shown
for the chloropalst genome of marchantia in fig 20.7

perhaps a complete understanding of the chloropalst genes and the products

taht they encode will have important practical applications in the future.
information of the exact mechanisms by which photosystems I and II
function might someday permit scientists and engineers to "build" a totally
synthetic system capable of duplicating the capacity of green plants to
capture light energy and convert it to chemical forms useful to living
organism.
Symbiont Bacteria in Paramecium Cytoplasm

paramecia are favored organism for genetic investigation. they are large ,
unicellular protozoans that reproduce by both asexual and sexual processes.
asexual reproduction occurs through cell fission to produce clones of
genetically identical cells. in the sexual phase, paramecia conjugate
periodically and transfer genetic meterial from one cell to another.
paramecia and other ciliates have two kinds nuclei: a large vegetative
macronucleus and small micronucleus, which goes through the meiotic
sequence and procducea haploid gametes . A micronucleus also gives rise
to the macronucleus that devides in a asexual cell division. it is possible in
the laboratory to make sexual crosses through which nuclear DNA is
transferred from a donor to a recipient, resulting in heterozygous progeny ,
that is, AA x aa -> Aa. a process of self fertilization, called autogamy ,
result in the complete homozygosis of the resulting progeny (fig. 20 8).
folowing meiosis , the cells are haploid, but through autogamy they become
homozygous diploids. this provides a basis for comparing extranuclear and
nuclear inheritance , and thus for demonstrating that progeny can differ
from wild type in traits controlled by both nuclear and extranuclear genes.

G.H . Beale discovered that erythromycin resistance in paramecium. like that

in yeast result from non-mendelian inheritance. A number of audditional
cytoplasmic and nuclear mutations affecting antibiotic resistance have been
studied by both Beale and J. Beisson . Those and other investigatiors made
transfers of cytoplasm and also transfers of isolated mitochondria between
strains of paramecia and showed that mitochondria (presumably
mitochondrial DNA ) control the resistance. Studies have also shown that
although some mitochondrial straits are determined by the mitochondria
themeselves , others are dependent on the elements in protoplasm.

T.M Sonnebon and others have invesfigated a persistent extranuclear effect

in paramecium. some strains of p.aurelia produce a subtance that has a
lethal effect on members of other strains of the same species. paramecia
from starins capable of producing the toxic subtance are called "killers" .
when killers are subject to low temperatures , their kiling capacity gradually
disappears . the toxic effect also decreases after repeated cell divisions.
separate elements in the cytoplasm were postulated for production of a
toxic subtance. from mathematical calculation, it was estimated that about
400 particles are required to make a killer effective . killers were then
ovserved microscopically and "particles" called "kappa" were observed in
the expected numbers . these "particles" shown to be symbiotic bacteria,
have been named Caedobacter taeniospiralis (the killer bacterium with the
spiral ribbon).

a "toxic subtance " (paramecin) , produced bybthe killer bacteria , is

diffusible in fluid medium (fig. 20.9) when killers are allowed to remain in a
medium for a time aand are the replaced by sensitives. the sensitives are
killed . paramecin, which has no effect on killers, is associated with a
perticular kind of kappa that occur in about 20 percent of kappa population.

Genom kloroplas hadir dalam garis evolusi yang berbeda semuanya

mengandung sebagian besar gen yang sama, tetapi gen hadir dalam
pengaturan yang berbeda pada molekul cpDNA pada mengulangi terbalik
dalam cpDNAs dari sebagian besar spesies. Namun, di Euglena gracilis, yang
16 dan gen 23S rRNA yang hadir pada tiga mengulangi tandem langsung,
dengan salinan keempat terpisah dari 16s gen rRNA menemukan terdekat
dalam genom. Dengan membandingkan lokasi gen pada genom kloroplas
yang berbeda, palmer telah mampu menunjukkan bahwa banyak perubahan
dalam organisasi cpDNA dihasilkan dari inversi dari segmen DNA. Dalam
kasus lain, penghapusan dan sisipan dari DNA yang ditemukan telah terjadi
di daerah intergenic dan dalam intron gen. Namun, perubahan
didokumentasikan besar dalam struktur cpDNA tampaknya telah dihasilkan
dari inversi besar.

photosynthetis yang terjadi dalam kloroplas menyediakan sumber energi

mempertahankan hidup untuk semua organisme hidup di planet bumi. sejak
genom kloroplas menyandi banyak komponen kunci dari fotosistem I dan II
dan rantai transpor elektron, pengetahuan tentang struktur dan fungsi
cpDNAs sangat penting dan telah menerima banyak perhatian. nukleotida
lengkap urutan -pair dari cpDNAs dari polymorpina liverwort Marchantia dan
tembakau (Nicotiana tobacum) telah ditentukan. yang cpDNAs dari
Marchantia dan tembakau adalah 121.024 dan 155.844 nukleotida-pasang
panjang, respectivelv. organisasi gen -menyalin tunggal dalam genom
kloroplas dari dua tanaman ini sangat mirip mengingat bahwa mereka
evolusi sangat jauh dari satu sama lain. perbedaan utama antara dua
cpDNAs ini adalah bahwa daerah terbalik ulangi mengandung gen rRNA yang
jauh lerger dalam tembakau. perkiraan terbaik dari sejumlah gen cpDNA
adalah, 136 di marchantia dan 150 dalam tembakau. lokasi gen yang dikenal
dan frame baca terbuka ditampilkan untuk genom chloropalst dari
marchantia di ara 20,7

mungkin pemahaman lengkap tentang gen chloropalst dan produk taht

mereka mengkodekan akan memiliki aplikasi praktis yang penting di masa
depan. informasi dari mekanisme yang tepat dimana fotosistem I dan fungsi
II mungkin suatu hari nanti memungkinkan para ilmuwan dan insinyur untuk
"membangun" sistem benar-benar sintetis mampu menduplikasi kapasitas
tanaman hijau untuk menangkap energi cahaya dan mengubahnya menjadi
bentuk kimia yang berguna untuk organisme hidup.

Bakteri simbion di Paramecium Sitoplasma

paramecia disukai organisme untuk penyelidikan genetik. mereka besar,

protozoa uniseluler yang berkembang biak dengan baik proses aseksual dan
seksual. reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan sel untuk
menghasilkan klon dari sel identik secara genetik. dalam fase seksual,
paramecia konjugat berkala dan mentransfer meterial genetik dari satu sel
yang lain. paramecia dan ciliates lainnya memiliki dua jenis inti: a
macronucleus vegetatif besar dan mikronukleus kecil, yang berjalan melalui
urutan meiosis dan procducea gamet haploid. Sebuah mikronukleus juga
menimbulkan ke macronucleus yang devides dalam pembelahan sel
aseksual. adalah mungkin di laboratorium untuk membuat salib seksual
melalui DNA nuklir ditransfer dari donor ke penerima, sehingga keturunan
heterozigot, yaitu, AA x aa -> Aa. proses pembuahan diri, disebut autogamy,
mengakibatkan homozygosis lengkap dihasilkan keturunan (gbr. 20 8).
folowing meiosis, sel-sel yang haploid, tetapi melalui autogamy mereka
menjadi diploid homozigot. ini memberikan dasar untuk membandingkan
extranuclear dan warisan nuklir, dan dengan demikian untuk menunjukkan
keturunan yang dapat berbeda dari tipe liar di sifat-sifat yang dikendalikan
oleh gen nuklir dan extranuclear.
G.H. Beale menemukan bahwa resistensi eritromisin di paramecium. seperti
itu di ragi hasil dari warisan non-Mendel. Sejumlah mutasi sitoplasma dan
nuklir audditional mempengaruhi resistensi antibiotik telah dipelajari oleh
Beale dan J. Beisson. Mereka dan investigatiors lainnya membuat transfer
dari sitoplasma dan juga transfer dari mitokondria terisolasi antara strain
paramecia dan menunjukkan bahwa mitokondria (mungkin mitokondria DNA)
mengontrol perlawanan. Studi juga menunjukkan bahwa meskipun beberapa
selat mitokondria ditentukan oleh themeselves mitokondria, yang lain
tergantung pada unsur-unsur dalam protoplasma.

T.M Sonnebon dan lain-lain telah invesfigated efek extranuclear terus-

menerus dalam paramecium. beberapa strain p.aurelia menghasilkan
subtance yang memiliki efek mematikan pada anggota strain lain dari
spesies yang sama. paramecia dari starins mampu menghasilkan subtance
beracun disebut "pembunuh". ketika pembunuh tunduk pada suhu rendah,
kapasitas Kiling mereka secara bertahap menghilang. efek toksik juga
menurun setelah pembelahan sel berulang. elemen yang terpisah dalam
sitoplasma yang didalilkan untuk produksi dari subtance beracun. dari
perhitungan matematis, diperkirakan bahwa sekitar 400 partikel yang
diperlukan untuk membuat pembunuh yang efektif. pembunuh kemudian
ovserved mikroskopis dan "partikel" yang disebut "kappa" yang diamati pada
nomor yang diharapkan. ini "partikel" terbukti bakteri simbiosis, telah diberi
nama Caedobacter taeniospiralis (pembunuh bakteri dengan pita spiral).

a "beracun subtance" (paramecin), diproduksi bybthe bakteri pembunuh,

adalah diffusible dalam medium cairan (gbr. 20.9) ketika pembunuh
diperbolehkan untuk tetap berada di media untuk waktu aand yang diganti
oleh sensitives. yang sensitives dibunuh. paramecin, yang tidak berpengaruh
pada pembunuh, terkait dengan jenis perticular dari kappa yang terjadi pada
sekitar 20 persen dari populasi kappa.