You are on page 1of 12

AAJ 3 (4) (2014)

Accounting Analysis Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj

PENERAPAN BALANCE SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR KINERJA


PADA RSUD KOTA SEMARANG

Hafidz Hening Waskito Indah Anisykurlillah, Henny Murtini

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah mengukur kinerja RSUD Kota Semarang dengan metode Balance
Diterima Oktober 2014 Scorecard. Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang dengan
Disetujui Oktober 2014 menggunakan data primer dan sekunder. Tekhnik pengambilan sampel adalah convenience sampling.
Dipublikasikan Sampel terdiri dari 80 pelanggan dan 90 karyawan. Untuk metode analisis data, peneliti
November 2014 menggunakan metode kualitatif untuk mengukur kinerja rumah sakit. Hasil penelitian yang telah
________________ dilakukan diketahui bahwa untuk perspektif keuangan, kinerja RSUD Kota Semarang secara umum
Keywords: cukup baik. Perspektif pelanggan menghasilkan kinerja cukup baik, karena tingkat kepuasan
Performance Measurement; mencapai 71%, tingkat retensi selalu meningkat namun tingkat akuisisi pasien mengalami
Balanced Scorecard; penurunan selama tiga tahun. Perspektif proses internal bisnis menunjukkan kinerja yang baik
Hospital. karena adanya inovasi dan peningkatan jumlah kunjungan pasien. Perspektif pembelajaran dan
____________________ pertumbuhan menunjukkan hasil yang baik karena selama tiga tahun tingkat produktivitas
meningkat dengan rata-rata peningkatan produktivitas sebesar Rp. 63.450.144. Peningkatan juga
didukung dengan tingkat kepuasan karyawan sebesar 52 % dan retensi 0.39%.

Abstract
___________________________________________________________________
The objective of this research is to measure the performance of Semarang District Hospital by using Balanced
Scorecard method. This research was conducted at Semarang District Hospital using primary and secondary
data. The sampling technique was convenience sampling. The sampling consisted of 80 customers and 90. For
the data analysis, the researcher used qualitative method to measure the hospital performance. The researcher
obtained that for the financial perspective, the performance of Semarang District Hospital was good enough. The
customer perspective generated good performance, in which the satisfaction level reached 71%, the retention rate
always increased but the acquisition rate of patients decreased for three years. The perspective of internal business
process showed a good performance from the innovation and the enhancement number of patient visits. The
learning and growth perspective showed a good result from the level of productivity enhancement in three years
with the average of enhancement Rp63.450.144. The enhancement was also encouraged by the employer
satisfaction level 52% and the retention 0.39%.

2014 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6765


Gedung C6 Lantai 2 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: hafidz.hening@gmail.com

501
Hafidz Hening Waskito / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

PENDAHULUAN dari tujuan yang telah ditetapkan sehingga


pimpinan dapat memperbaiki kinerja pada
Pengukuran kinerja menurut Lohman periode berikutnya. Akan tetapi, informasi
(2003) merupakan suatu aktivitas penilaian kinerja dari nilai indikator mutu layanan
pencapaian target-target tertentu yang diderivasi kesehatan dan kinerja keuangan saja tidak cukup.
dari tujuan strategis organisasi. Pengukuran Mutu pelayanan sudah ditetapkan dalam
kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat peraturan Kemenkes yang diatur dalam Standar
penting bagi perusahaan karena pengukuran Pelayanan Minimal (SPM). Rumah sakit sebagai
kinerja merupakan usaha memetakan strategi BLUD lebih condong dalam pengukuran kinerja
kedalam tindakan pencapaian tertentu (Giri, keuangan saja karena terdapat banyak perbedaan
1998). Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan pengelolaan keuangan antara SKPD dan BLUD.
sebagai alat pengendalian organisasi, karena Pengukuran kinerja keuangan saja tidak cukup
pengukuran kinerja diperkuat dengan karena kinerja sektor publik bersifat
menetapkan reward dan punishment system (Ulum, multidimensional sehingga tidak ada indikator
2009). tunggal yang dapat digunakan untuk
RSUD Kota Semarang merupakan rumah mewujudkan kinerja secara komprehensif.
sakit milik pemerintah Kota Semarang yang Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat
pertama kali menjadi rumah sakit BLUD se output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak
Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Keputusan bersifat tidak berwujud (Mardiasmo, 2004). Oleh
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor karena itu ukuran kinerja non finansial juga
1164/MENKES/SK/X/2007 sebagai satuan diperlukan oleh manajemen seperti tingkat
kerja yang menerapkan pengelolaan keuangan kepuasan pelanggan, tingkat kepuasan sumber
secara penuh. RSUD Kota Semarang daya manusia dan sebagainya. BLUD mengukur
menyelenggarakan berbagai pelayanan kesehatan kinerjanya berdasarkan kinerja keuangan dan
antara lain pelayanan rawat jalan, rawat inap, mutu pelayanan saja, BSc hadir untuk
gawat darurat dan pelayanan pendukung lainnya. melengkapi kinerja sebelumnya yaitu dengan
Sebagai salah satu penyelenggara pelayanan menambahkan pengukuran kinerja melalui
kesehatan, RSUD Kota Semarang tidak lepas perspektif pelanggan, perspektif pembelajaran
dari tuntutan untuk memberikan pelayanan dan pertumbuhan yang nantinya akan
kesehatan yang bermutu sesuai dengan tuntutan berdampak pada waktu jangka panjang.
dan harapan masyarakat sehingga pasien merasa Banyaknya kelemahan dalam mengukur
puas terhadap pelayanan kesehatan yang kinerja non keuangan mendorong Kaplan dan
diberikan. Apalagi dengan ditetapkannya RSUD Norton untuk merancang suatu sistem
Kota Semarang sebagai BLUD penuh maka pengukuran kinerja yang lebih komprehensif
RSUD Kota Semarang memiliki kesempatan yang disebut dengan Balance Scorecard. Balanced
yang lebih luas dalam mengelola keuangan Scorecard merupakan sebuah perencanaan
secara mandiri untuk meningkatkan kinerja dan strategis dan sistem manajemen yang digunakan
mutu pelayanan. Diberikannya status RSUD secara ekstensif dalam bisnis dan industri,
Kota Semarang sebagai BLUD maka RSUD pemerintah, dan organisasi nirlaba di seluruh
Kota Semarang dituntut untuk terus menerus dunia untuk kegiatan usaha untuk
meningkatkan kinerjanya agar dapat menyelaraskan visi dan strategi organisasi,
mempertahankan statusnya sebagai BLUD meningkatkan komunikasi internal dan eksternal,
secara penuh. dan memantau kinerja organisasi terhadap
Informasi kinerja sangat penting bagi strategis tujuan. Balance Scorecard untuk
pihak manajemen RSUD Kota Semarang, melengkapi kekurangan dalam pengukuran
dengan menegtahui informasi tersebut maka kinerja rumah sakit yang sudah diterapkan.
pihak manajemen RSUD Kota Semarang dapat Penelitian yang dilakukan Marisa Lidya
mengetahui masalah-masalah yang menyimpang Rumnintjap (2013), penerapan Balance Scorecard

502
Hafidz Hening Waskito / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

pada RSUD Noongan menunjukkan hasil yang manajemen dapat meningkatkan kinerjanya
jauh berbeda dengan pengukuran kinerja secara dimasa yang akan datang, sedangkan
tradisional. Pengukuran kinerja dengan Balance pengukuran kinerja tradisional hanya
Scorecard manajer dapat mengukur kinerja memfokuskan dalam kinerja keuangan dan
perusahaan dengan lebih komprehensif sehingga kinerja jangka pendek.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Perspektif Keuangan perusahaan dari perspektif pelanggan.


Kinerja keuangan dalam BSc Perusahaan harus memilih proses dan
menggunakan indikator rasio likuiditas (Current kompetensi yang menjadi unggulannya dan
Ratio), solvabilitas (rasio modal sendiri terhadap menentukan ukuran-ukuran untuk menilai
total aset), dan aktivitas (Collection Period, Total kinerja-kinerja proses dan kompetensi tersebut.
Assets Turn Over, Cash Recovery Rate), sedangkan Proses-proses tersebut adalah inovasi dan
pada BLU menggunakan indikator Return On operasi.
Investmen (ROI), Cash Ratio (CAR), Current Ratio
(CR), Collection Period (CP), Perputaran Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Persediaan (PP), TMS terhadap TA, Total Asset Tujuan dimasukkanya kinerja dalam
Turn Over (TATO) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu
untuk mendorong perusahaan menjadi organisasi
Perspektif Pelanggan atau Konsumen belajar (Learning Organization) sekaligus
Kinerja ini mengetahui keinginan mendorong pertumbuhannya. Salah satu yang
konsumen untuk mencapai tingkat kepuasan. berkaitan secara spesifik dengan kemampuan
Perhitungan dalam perspektif pelanggan pegawai dalam pengukuran strategi perusahaan,
menggunakan : tingkat kepuasan konsumen yaitu apakah perusahaan telah mencanangkan
(konsumen satisfaction), tingkat profitabilitas peningkatan kemampuan sumber daya manusia
konsumen (customer profitability), kemampuan yang dimiliki. Ada tiga hal yang ditinjau dari
mempertahankan konsumen (customer retention), sumber daya manusia dalam Balance Scorecard
kemampuan meraih konsumen baru (customer yaitu tingkat kepuasan karyawan, tingkat
acquisition) perputaran paryawan (retensi karyawan),
produktivitas karyawan
Perspektif Proses Internal Bisnis Keempat perspektif tersebut dalam Balance
Perspektif internal bisnis menjadi penentu Scorecard merupakan indikator pengukuran
kepuasan pelanggan untuk mengukur kinerja kinerja yang saling melengkapi dan memiliki

503
Hafidz Hening Waskito / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

hubungan sebab akibat. Balance Scorecard dalam kuesioner yaitu bagian dari seluruh
memberi manajemen organisasi suatu karyawan dan pasien atau keluarga pasien RSUD
pengetahuan, ketrampilan, dan sistem yang Kota Semarang. Sampel dari pasien berjumlah 80
memungkinkan karyawan dan manajemen orang sedangkan karyawan berjumlah 90 orang.
belajar dan berkembamg terus menerus Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
(perspektif pembelajaran dan pertumbuhan) adalah non random sampling, yaitu convenience
dalam berinovasi untuk membangun kapabilitas sampling dimana pemilihan sampel sesuai dengan
strategi yang terpat serta efesiensi (perspektif keinginan peneliti. Rumus penentuan besarnya
proses internal bisnis) agar mampu menyerahkan sampel yaitu dengan rumus Slovin (Umar,
nilai spesifik ke pasar (perspektif pelanggan) dan 2004:106)
selanjutnya akan melanjutkan nilai keuangan
yang meningkat (perspektif keuangan).

METODE
N = ukuran populasi
n = ukuran sampel
Dasar Penelitian
e = batas toleransi kesalahan ( error tolerance )
Penelitian ini adalah penelitian yang
mengukur kinerja organisasi dengan empat
Besarnya sampel untuk pengukuran
perspektif (perspektif keuangan, perspetif
kepuasan pelanggan dalam hal ini jumlah
pelanggan, perspektif proses internal bisnis,
pelanggan Mei 2014 sebanyak 301 orang.
perpektif pembelajaran dan pertumbuhan).
n = 301
Sebelumnya sudah ada pengukuran kinerja yang
1+301(10%)2
diterapkan dalam objek penelitian yang diteliti
= 75,01
yaitu menggunakan indikator BLU (Badan
= 75 orang (dibulatkan)
layanan Umum). Pada penelitian ini peneliti
Besarnya sampel untuk pengukuran
mencoba menggunakan pengukuran kinerja
kepuasan karyawan pada aspek pembelajaran
dengan metode BSc yang diharapkan bisa
dan pertumbuhan, dalam hal ini jumlah
melengkapi pengukuran kinerja yang sudah ada.
karyawan per 31 Desember 2013 sebanyak 750
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif
orang.
yang bertujuan untuk menjelaskan suatu
n = 750
fenomena empiris yang disertai data statistik,
1+750(10%)2
karakteristik dan pola hubungan antar variabel.
= 88,23
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
= 88 orang (dibulatkan)
adalah para pasien dan karyawan RSUD Kota
Semarang. Pasien rawat inap berjumlah 301 pada
Teknik Pengumpulan data
bulan Mei 2014 orang dan karyawan berjumlah
Teknik pengumpulan data yang digunakan
750 orang pada 31 Desember 2013.
dalam penelitian ini adalah teknik teknik
dokumentasi, penyebaran kuesioner dan teknik
Variabel
wawancara.
Variabel dalam penelitian ini ada empat
eprspektif dalam Balance Scorecrad yaitu perspektif
Metode Analisis Data
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif
1. Mengukur kinerja perspektif keuangan
internal bisnis dan perspektif pertumbuhan
Kinerja perspektif keuangan menggunakan
pembelajaran.
indikator BSc, dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan asio likuditas, solvabilitas
Teknik Sampling
dan aktivitas. Ukuran ideal berdasarkan
Sampel dalam penelitian ini adalah
pengukuran perumahsakitan (Syaaf. A.C., dalam
responden yang akan menjawab pertanyaan
khadijah, 2002).

504
Hafidz Hening Waskito / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

NO INDIKATOR PERSAMAAN Ukuran Ideal


Rasio Likuiditas
1. Current Ratio (CR) Aset Lancar 1,75 2,75
Kewajiban Jk. Pendek
Rasio Solvabilitas
2. Rasio Modal Sendiri Modal Sendiri 0,4-0,5
Terhadap Total Aset Total Asset
Rasio Aktivitas
3. Collection Period (CP) Piutang Usaha 50-70hari
X365
Pendapatan Usaha Hari
4. Total Assets Turn Over Total Pendapatan 0,9-1,1 kali
Total Asset
5. Cash Recovery Rate Total Pendapatan >1
Biaya Operasional

Pengukuran kinerja keuangan menggunakan Indikator BLU


NO INDIKATOR PERSAMAAN NILAI
1. Return On Investmen (ROI) EBIT + Penyusutan 3
X 100%
Capital Employed
2. Cash Ratio (CAR) Kas 3
X 100%
Hutang Lancar
3. Current Ratio (CR) Current Assets 3
X 100%
Current Liabilities
4. Collection Period (CP) Total Piutang Usaha 3
X 365 Hari
Total Pendapatan Usaha
5. Perputaran Persediaan (PP) Total Persediaan 2
X 365 Hari
Total Pendapatan Usaha
6. Total Asset Turn Over (TATO) Total Pendapatan 2
X 100%
Capital Employed
7. TMS terhadap TA Total Modal Sendri 4
X 100%
Total Asset
TOTAL 20

Klasifiaksi Kinerja Keuangan : pada jawaban kuesioner sesuai dengan tingkat


- Sangat Sehat : Bila kinerja keuangan > 16,5 kepuasan yang dirasakan. Nilai yang diberikan
- Sehat : Bila Kinerja keuangan adalah : 1. Sangat tidak puas, 2. Tidak puas, 3.
= 10,5 16,49 Ragu-ragu. 4. Puas, 5.sangat puas.
- Kurang Sehat : Bila kinerja keuangan b.) Customer acquisition dengan melihat jumlah
= 5 10,5 pelanggan (pasien) baru yang berhasil rumah
- Tidak Sehat : Bila Kinerja keuangan < 4,9 sakit peroleh Jumlah
pelanggan baru
customer acquisition = X 100%
Jumlah total
2. Kinerja Perspektif Pelanggan
pelanggan
a.) Kepuasan pelanggan
Pengukuran kepuasan pelanggan ini 3. Kinerja Perspektif internal Bisnis menurut
dilakukan dengan survey melalui kuisioner. BLU dan BSc. Jumlah jasa baru
Kepuasan pelanggan mengukur ratarata a.) Presentase inovasi = ditawarkan X 100%
kepuasan pelanggan dengan memberikan nilai Jumlah total jasa
yang ada

505
Hafidz Hening Waskito / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

b.) Tolak ukur dalam tahap operasinya : 4. Kinerja Perspektif Pembelajaran dan
1.) Jumlah kunjungan rawat jalan Pertumbuhan
Jumlah kunjungan rawat Pengukuran kepuasan karyawan ini
jalan (Baru+Lama)
RK= X 100% dilakukan dengan survey melalui kuisioner.
Jumlah hari kerja pada
Kepuasan karyawan mengukur rata rata
periode waktu yang sama
kepuasan karyawan dengan memberikan nilai
2.) Jumlah Kunjungan rawat inap pada jawaban kuesioner sesuai dengan tingkat
a.) ALOS ( Average Lenght of Stay ) kepuasan yang dirasakan. Nilai yang diberikan
Jumlah Hari Perawatan adalah : 1. Sangat tidak puas, 2. Tidak puas, 3.
ALOS = Pasien Keluar
X 100% Ragu-ragu. 4. Puas, 5.sangat puas.
Jumlah Pasien keluar Skala likert berisi lima tingkat jawaban
(hidup+mati )
dengan pilihan sebagai berikut.
b.) BOR ( Bed Occupancy Ratio ) 1. Sangat puas ( Skor 5 )
Jumlah Hari Perawatan 2. Puas ( Skor 4 )
Rumah Sakit
BOR = X 100% 3. Cukup puas ( Skor 3 )
Jumlah Tempat Tidur X Jumlah 4. Tidak Puas ( Skor 2)
Hari dalam Satuan Waktu
5. Sangat Tidak Puas ( Skor 1 )
c.) TOI ( Turn Over Interval )
(Jumlah Tempat Tidur X Pengujian Instrumen Penelitian
Jumlah hari)Hari Uji Validitas
Perawatan RS
TOI = X 100%
Jumlah Pasien Keluar
(Hidup+Mati)
d.) BTO ( Bed Turn Over Rate )
Jumlah Pasien Keluar Keterangan :
(hidup+mati) r : Koefisien korelasi
BTO = X 100%
Jumlah Tempat Tidur n:jumlah sampel
y : variabel dependen
e.) GDR ( Gross Death Ratio ) x : variabel independen
Jumlah Pasien Mati taraf signifikan 5%
GDR = Seluruhnya
X 100%
Jumlah Pasien keluar Uji Reliabilitas
( Hidup+Mati)

f. NDR (Net Death Rate)


Jumlah Pasien mati
NDR = > 48 jam X 100%
Jumlah Pasien Keluar Keterangan :
r 11 : reliabilitas instrumen
: varians total
k : banyaknya item
: jumlah variabel item

506
Hafidz Hening Waskito / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Perspektif Keuangan
Tabel 1Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan RSUD Kota Semarang menggunakan indikator Bsc
NO Indikator 2011 2012 2013 Ukuran Ideal
1. Current Ratio 3,43 4,02 2,78 1,75-2,75

2. TMS Terhadap TA 0,12 0,33 0,24 0,4-0,5


3. Collection Period 81,84 39,40 62,07 50-70 hari
4. Total Asset Turn Over 0,55 0,70 0,86 0,9-1,1 kali
5. Cost Recovery Rate 0,73 1,01 0,95 >1
Sumber : Data RSUD Kota Semarang yang diolah
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa curret Kota Semarang ditanamkan dalam piutang atau
ratio menunjukkan angka ideal dalam tiga tahun berapa lama penagihan piutang. Pada tabel
terakhir. Current ratio digunakan untuk menunjukkan tahun 2012 belum bisa mencapai
mengetahui kemampuan RSUD dalam angka ideal yang ditetapkan rumah sakit.
membiayai operasional dan memenuhi Perputaran aset digunakan untuk mengukur
kewajiban keuangan saat ditagih. Rasio modal berapa kali dana yang ditanamkan dalam aset
sendiri terhadap total aset mengukur sampai berputar dalam satu tahun. Pada tabel 4.2 hanya
seberapa jauh aset RSUD Kota Semarang tahun 2013 yang mampu mencapai angka ideal.
dibiayai dari modal sendiri, pada rasio ini RSUD CRR (cost Recovery) merupakan nilai yag
Kota Semarang belum bisa mencapai angka menunjukkan seberapa besar kemampuan RSUD
ideal. Kota Semarang menutup biayanya (tidak
Rasio aktivitas terdiri dari Collection termasuk gaji dan tunjangan PNS) dari total
period (periode perputaran piutang) dan Total pendapatan rumah sakit (tidak termasuk subsidi
Asset Turn Over (perputaran aset). Collection pemerintah). Pada tabel 4.2 CRR yang mencapai
period mengukur barapa lamanya dana RSUD angka ideal hanya pada tahun 2012.
Tabel 2. Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan RSUD Kota Semarang menggunakan indikator
BLU
NO Indikator 2011 Skor 2012 Skor 2013 Skor
1. ROI 1,55% 0,6 1,76% 0,6 1,52% 0,6
2. CAR 12,6% 1,8 19,6% 1,8 19,6% 1,8
3. CR 3,43% 0,6 4,02% 0,6 2,78% 0,6
4. CP 81,84% 2,7 39,40% 2,4 62,07% 2,7
5. PP 22,84% 1,6 17,89% 1,2 15,67% 1,4
6. TATO 0,55% 1,2 0,70% 1,2 0,86% 1,2
7. TMS Terhadap TA 12% 2,4 3% 1,3 24% 2,9
Total Skor 10,9 9,1 11,2
Sumber : Data RSUD Kota Semarang yang diolah
Pada tabel 4.1 menunjukkan kienerja 2. Perspektif Pelanggan
keuangan kurang sehat pada tahun 2012, hal ini a) Tingkat Akuisisi Pelanggan
dapat dilihat dalam pembobotan skor yang telah Tabel 3. Tingkat Akuisisi Pasien
ditentukan. Kurang sehatnya keuangan karena Tahun Pasien Total Akuisisi Rata-
perputaran persediaan dan rasio modal terhadap Baru Pasien Pasien Rata
aset menurun. Sedangkan pada tahun 2011 dan 2011 27.689 113.696 24,35%
2013 menunjukkan kinerja keuangan yang cukup 2012 31.038 137.297 22,61% 22,9%
sehat. 2013 34.679 159.509 21,74%
Sumber : Data RSUD Kota Semarang yang diolah

507
Hafidz Hening Waskito / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

Tabel 3. menunjukkan bahwa tingkat sebagian besar pasien merasa puas dengan
akuisisi RSUD Kota Semarang pada tahun 2011 pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah
sebesar 24,35%, mengalami penurunan pada sakit.
tahun 2012 sebesar 1,74%, dan pada tahun 2013
sebesar 0,87%. Hal ini menunjukkan bahwa 3. Perspektif Proses Internal Bisnis
kinerja RSUD Kota Semarang mengalami Tabel 5. Pengukuran Kinerja Perspektif Proses
penurunan secara berturut-turut karena Intenal Bisnis
sedikitnya pasien baru yang diperoleh. Oleh Pengukuran 2011 2012 2013 Rata-rata
karena itu, RSUD Kota Semarang harus Inovasi - - - -
memperbaiki kualitas lingkungan rumah sakit Kunjungan
94.374 115.773 132.419 114.188,67
untuk meningkatkan kembali kemampuannya Rawat jalan
dalam memperoleh pasien baru. ALOS 4,15 3,99 5,36 4,5
BOR 71% 72,49% 83,04% 75,51
b) Tingkat Retensi Pasien TOI 1,72 1,52 0,80 1,35
Tabel 4. Tingkat Retensi Pasien BTO 62,32 66,44 77,71 68,82
Tahun Pasien Total Akuisisi Rata- GDR 24,91 18,96 16,79 20,22
Lama Pasien Pasien Rata NDR 7,40 5,34 5,02 5,92
2011 86.007 113.696 75,65% Sumber : Data RSUD Kota Semarang yang diolah
2012 106.259 137.297 77,39% 77,1% Pada tahun 2013 RSUD Kota Semarang
2013 124.830 159.509 78,26% menambah fasilitas rawat inap kelas tiga, dari
Sumber : Data RSUD Kota Semarang yang diolah yang semula 80 menjadi 128 tempat tidur.
Tabel 4 menunjukkan tingkat retensi Langkah ini dilakukan agar pasien yang
RSUD Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar pengguna Jaminan Kesehatan Masyarakat
75,65%, pada tahun 2012 mengalami (Jamkesmas) dapat tertampung di kelas tiga.
peningkatan dari tahun ke tahun sebesar 1,74% Selama ini mereka kerap terpaksa menempati
dan pada tahun 2013 sebesar 0,87%. Hal ini ruang kelas dua bahkan kelas satu karena tidak
menunjukkan bahwa kinerja RSUD Kota kebagian tempat di kelas tiga. Karena ruang
Semarang mengalami peningkatan selama tiga rawat inap kelas tiga baru beroperasi pada tahun
tahun berturut-turut karena kepercayaan pasien 2014 maka belum ada pendapatan yang masuk
meningkat dan pasien RSUD Kota Semarang selama tahun 2013.
memilih tidak berpindah terhadap rumah sakit kunjungan pada tahun 2013. Dari tabel 4.
lain. Kinerja yang sudah bagus ini harus tetap tersebut dapat diketahui bahwa kunjungan dari
dipertahankan dengan cara terus memperbaiki tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan
kualitas lingkungan dan kepercayaan terhadap hal ini tentunya menjadi motivasi tersendiri bagi
RSUD Kota Semarang sehingga pada tahun RSUD Kota Semarang untuk dapat
berikutnya tingkat retensi dapat mengalami mempertahankan atau bahkan meningkatkan
peningkatan kembali. kualitas pelayanan.
Kunjungan rawat inap masing-masing
c) Tingkat Kepuasan Pasien aspek yaitu :
Survei mengenai kepuasan pasien 1. ALOS
dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada Average Leght of Stay (ALOS) adalah rata-
pasien/keluarga pasien sebanyak 80 responden. rata lamanya seorang pasien dirawat inap di
Dari hasil survei tersebut dapat dilihat bahwa rumah sakit. Tujuan dari ALOS adalah
nilai rata-rata tingkat kepuasan pasien terhadap mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit.
pelayanan yang diberikan oleh RSUD Kota Perhitungan yang digunakan adalah dengan
Semarang adalah memuaskan. Rata-rata membagi jumlah dari perawatan pasien keluar
kepuasan pasien terhadap pelayanan RSUD dengan jumlah pasien yang keluar baik hidup
Kota Semarang sebesar 70,84%, ini berarti bahwa maupun mati. Angka ideal ALOS adalah 6-9

508
Hafidz Hening Waskito / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

hari, dan ALOS dikatakan baik jika tidak tempat tidur rumah sakit yang diukur dengan
melebihi angka ideal. Pada tabel ALOS dalam menbandingkan antara jumlah pasien yang
tiga tahun berturut-turut masih dalam angka ideal keluar dengan tempat tidur siap pakai. Semakin
yang ditentukan oleh Menkes RI.. tinggi tibgkat BTO maka semakin baik performa
2. BOR (Bed Occupancy Rate) komponen ini. Idealnya dalam waktu satu tahun,
Bed Occupancy Rate (BOR) menunjukkan satu tempat tidur rata-rata terpakai 40-50 kali.
prosentase tempat tidur yang dihuni terhadap Pada tabel dalam tiga tahun berturut-turut BTO
tempat tidur yang tersedia. Indikator ini masih dalam angka ideal yang ditentukan oleh
menggambarkan tinggi rendahnya pemanfaatan Menkes RI.
tempat tidur rumah sakit. Angka ideal pada BOR 5. GDR (Gross Death Rate)
sebesar 60% - 85%, semakin kecil tingkat BOR Gross Death Rate (GDR) menunjukkan
maka performa pada komponen ini semakin baik. penurunan jumlah pasien yang meninggal dunia
Pada tabel dalam tiga tahun berturut-turut BTO di rumah sakit. GDR diukur dengan cara
masih dalam angka ideal yang ditentukan oleh membandingkan antara jumlah pasien meninggal
Menkes RI. dunia dengan tiap-tiap 1000 pasien keluar.
3. TOI (Turn Over Internal) Semakin rendah tingkat GDR maka semakin
Turn Over Internal (TOI) menunjukkan baik performa dari komponen ini. Angka ideal
lama tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi GDR adalah kurang dari 45 orang. Pada tabel
sampai pada saat terisi berikutnya (rata-rata dalam tiga tahun berturut-turut GDR masih
tempat tidur terisi). Indikator ini dalam angka ideal yang ditentukan oleh Menkes
menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan RI.
tempat tidur. Ideal tempat tidur yang kosong 1-3 6. NDR (Net Death Rate)
hari. Perhitungannya dengan mengalikan jumlah Net Death Rate (NDR) menunjukkan
tempat tidur kosong dengan jumlah hari dan penurunan jumlah pasien yang meninggal setelah
dibagi dengan jumlah pasien keluar. Semakin dirawat di rumah sakit. NDR diukur dengan cara
kecil TOI maka performa pada komponen ini membandingkan antara jumlah pasien mati lenih
semakin baik. Pada tabel dalam tiga tahun dari 48 jam atau setelah dua hari dirawat untuk
berturut-turut TOI masih dalam angka ideal yang tiap-tiap 1000 pasien keluar. Indikator ini dapat
ditentukan oleh Menkes RI. memberikan gambaran terhadap mutu pelayanan
4. BTO (Bed Turnover Rate) RSUD Kota Semarang. Semakin rendah tingkat
Bed Turnover Rate (BTO) menunjukkan NDR maka semakin bagus performa komponen
frekuensi pemakaian tempat tidur, yaitu berapa ini. Angka ideal NDR adalah kurang dari 25
kali dalam satuan waktu tertentu (biasanya satu orang. Pada tabel dalam tiga tahun berturut-turut
tahun) tempat tidur harus terpakai. Indikator ini masih NDR dalam angka ideal yang ditentukan
menggambarkan tingkat efisiensi dari pemakaian oleh Menkes RI.

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran


Tabel 6. Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Kepuasan Karyawan 51,33%
2011 2012 2013
Produktivitas Karyawan Rp. 51.966.762 Rp. 67.717.003 Rp. 70.666.667
Retensi Karyawan 0,26% 0,53%
0.40%
Sumber : Data RSUD Kota Semarang yang diolah
Berdasarkan hasil pengukuran perspektif kenaikan yang bagus. Hal ini didukung oleh
pembelajran dan pertumbuhan, dapat diketahui adanya kepuasan karyawan terhadap atribut-
bahwa angka produktivitas sangat baik karena atribut yang ditunjukkan oleh RSUD Kota
selama tiga tahun berturut-turut mengalami Semarang sebagai instansi tempat karyawan

509
Hafidz Hening Waskito / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

melaksanakan berbagai tugas dan tanggung perspektif dalam BSc. Pengukuran kinerja
jawabnya. dengan indikator BLU menunjukkan hasil
kurang memuaskan pada tahun 2012, akan tetapi
Hubungan antara keempat perspektif dalam mampu diperbaiki pada tahun berikutnya.
penerapan Balance Scorecard pada RSUD Kota Sedangkan pengukuran dengan BSc rasio
Semarang. likuiditas menunjukkan hasil yang baik dilihat
Hubungan antara empat perspektif dalam dari current ratio yang mencapai angka ideal,
balance Scorecard merupakan hubungan sebab sedangkan rasio solvabilitas untuk modal sendiri
akibat, dimana hasil dari perspektif pembelajaran menunjukkan hasil yang kurang baik karena
dan pertumbuhan menunjukkan angka rata-rata belum mencapai angka ideal selama tiga tahun
kepuasan karyawan sebesar 52% hal ini berturut-turut. Rasio aktivitas menunjukkan hasil
menunjukkan rata-rata kepuasan menunjukkan yang cukup baik untuk collection period, akan
angka diatas 50%, rata-rata retensi karyawan tetapi untuk Total Asset Turn Over dan Cost
sebesar 0,39% dan rata-rata produktivitas Recover Rate secara keseluruhan belum
karyawan sebesar Rp. 63.450.144. Kondisi mencapai angka ideal. Indikator BLU mengukur
karyawan tersebut akan mendukung kapabilitas kinerja secara keseluruhan menurut pembobotan
strategi yang tepat dan efisien melalui perspektif nilai yang ditentukan sedangkan BSc mengukur
proses internal bisnis dalam memberikan layanan berdasarkan rasio-rasio yang ditetapkan.
terhadap pasien, seperti menciptakan produk jasa Kinerja perspektif pelanggan RSUD Kota
baru yang ditawarkan yaitu penambahan Semarang menunjukkan hasil yang baik. Hal ini
bangunan rawat inap empat rantai, yang terlihat pada tingkat kepuasan pelanggan yang
kemudian akan mempengaruhi besarnya tingkat menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
kunjungan pasien RSUD Kota Semarang. merasa puas, dengan angka kepuasan mencapai
Dimana rata-rata tingkat kunjungan rawat jalan 70,84%. Hal ini juga terlihat pada tingkat retensi
84,47% dan tingkat kunjungan rawat jalan yang meningkat. Meskipun demikian, RSUD
meliputi ALOS sebesar 4,5 hari, BOR sebesar Kota Semarang harus semakin memperbaiki
75,51%, TOI sebesar 1,35 hari, BTO sebesar kualitas lingkungan dan pelayanan rumah sakit,
68,82 kali, GDR sebesar 20,22% dan NDR karena tingkat akuisisi pasien pada tiga tahun
sebesar 5,92. terakhir mengalami penurunan, yang berarti
Selanjutnya proses internal bisnis yang kemampuan memperoleh pelanggan baru sangat
efektif mampu menyerahkan nilai spesifik ke kurang. Pada Instrumen BLU tidak ada
pasien melalui perspektif pelanggan, yaitu rata- spesifikasi khusus dalam mengukur kinerja
rata tingkat akuisisi pasien sebesar 22,9%, rata- pelanggan.
rata retensi pasien sebesar 84,47%, rata-rata Perspektif proses internal bisnis RSUD
kepuasan pasien sebesar 72%. Kinerja Kota Semarang menunjukkan hasil yang sudah
keseluruhan dari ketiga perspektif tersebut akan baik. Meskipun inovasi yang dilakukan RSUD
tercemin dalam besarnya pendapatan yang Kota Semarang hanya mengeluarkan satu jenis
diperoleh RSUD Kota Semarang untuk produk baru, namun pencapaian pada proses
mmenuhi target PEMDA. operasi sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya perbaikan-perbaikan yang telah
SIMPULAN dilakukan. Pihak RSUD Kota Semarang
menunjukkan adanya usaha untuk memperbaiki
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan proses internalnya semakin baik, terlihat pada
pada bab-bab sebelumnya, maka hasil penelitian pencapaian angka yang memenuhi angka ideal
disimpulkan sebagai berikut: pada tiap indikatornya. Pada proses internal
Kinerja perspektif keuangan dalam bisnis BLU dan BSc sama-sama menggunakan
penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator Standar Pelayanan Umum (SPM) dari
instrumen yang telah ditentukan oleh BLU dan Kemnenkes.

510
Hafidz Hening Waskito / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan analisis dan simpulan yang diperoleh terdapat
RSUD Kota Semarang menunjukkan hasil yang beberapa keterbatasan yang dapat dipergunakan
sudah baik. Hal ini dapat dilihat pada tingkat bagi penelitian penelitian yang akan datang.
produktivitas karyawan yang selama tiga tahun
mengalami peningkatan. Pada survey kepuasan DAFTAR PUSTAKA
karyawan juga menunjukkan hasil yang baik
karena angka kepuasan rata rata 52% sehingga Aurora, Novella. 2010. Penerapan Balance Scorecard
tingkat retensi pada tiap tahunnya relatif kecil. sebagai Tolok Ukur Pengukuran kinerja (Studi
Pada Instrumen BLU tidak ada spesifikasi khusus kasus pada RSUD Tugurejo Semarang).
Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas
dalam mengukur kinerja karyawannya.
Diponegoro.
Gaspersz, Vincent. 2002. Sistem Pengukuran Kinerja
SARAN Terintegrasi Balanced Scorecard dengan six
sigma untuk organisasi pemerintah. Jakarta :
Sesuai dengan kesimpulan yang telah Gramedia Pustaka Utama.
disebutkan di atas, ada beberapa hal yang dapat Giri, Efraim Ferdinan. Januari-April 1998. Balance
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Scorecard: Suatu Sistem Pengukuran Kinerja
manajemen RSUD Kota Semarang. Strategik.Kajian Bisnis, No 13, 35-46
Pihak manajemen harus mempertahankan Hartati.2012. Pengukuran Kinerja RSUD Dr.
Moewardi Surakarta Dengan Menggunakan
pencapaian yang sudah ada baik pada tiga tahun
Metode Balance Scorecard. Tesis, Fakultas
terakhir dan bahkan bisa ditingkatkan untuk
Ekonomi, Universitas Indonesia.
tahun-tahun mendatang, dengan tetap Husein Umar, 2005. Metode Penelitian. Jakarta :
menyeimbangkan perhatiannya pada kinerja Salemba Empat.
keuangan dan non keuangan. Kinerja keuangan Husein Umar, 2004. Metode Penelitian untuk Skrupsi
dapat difokuskan pada bagaiman cara dan Tesis Bisnis.
pengembalian (return) yang baik, kesimbangan Kaplan Robert S. Dan David P. Norotn. 2000.
antara output dan input. Pencapaian kinerja Balanced Scorecard Menerapkan Strategi
keuangan dapat didorong dengan Menjadi Aksi, Terjemahan, Jakarta : Erlangga.
Kaplan Robert S. Dan david P Norton. 2001. The
memperhatikan aspek non keuangan yang ada
Strategy Focused Organization : How Balance
pada perspektif pelanggan, perpektif proses
Scorecard Companies Thrive in The Bussines
internal bisnis dan perspektif pembelajaran dan Enviroment, Boston : Harvard Business Scholl
pertumbuhan. Apabila kinerja non keuangan Press.
dapat berjalan selaras maka akan mendorong Keputusan Menteri kesehatan RI nomor
keberhasilan dalam mewujudkan visi dan 828/menkes/sk/IX/2008 tentang petunjuk
misinya. teknis sstandar pelayanan minimal dibidang
RSUD Kota Semarang diharapkan dapat kesehatan dikabupaten/kota.2008.
meningkatkan profesionalisme dan koordiansi Lohman,2003. Tersedia Online
mohmahsun.blogspot.com/2011/04/
antar karyawan sehingga dapat memaksimalkan
indikator kinerja
pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
Mahmudi, 2011. Akuntansi Sektor Publik. UII Press
kemudian akan berdampak pada peningkatan Anggota IKAPI. Yogyakarta.
jumlah pelanggan. Mahsun, Mohammad, 2006. Pengukuran Kinerja
RSUD Kota Semarang harus lebih Sektor Publik. Edisi Pertama. BPSE.
meningkatkan kualitas pelayanan dan Yogyakarta.
profesionalisme dengan memberikan pelatihan Mulyadi, 2005. Alternatif Pemacuan Kinerja
dan pendidikan kepada karyawan secara intensif. Personel dengan Pengelolaan Kinerja Terpadu
Masih diperlukan konsep penelitian yang Berbasis Balance Scorecard. Jurnal ekonomi
dan Bisnis Indonesia. Vol.20, No.3.
sama untuk meneliti konsistensi dari penelitian
Mulyadi, 2007, Sistem Perencanaan dan Pengendalian
ini karena ini baru pertama dilakukan di RSUD
Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.
Kota Semarang. Begitu juga berdasarkan hasil

511
Hafidz Hening Waskito / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Ulum, Ihyaul M.D. 2006. Audit Sektor Publik Suatu
Yogyakarta : ANDI. Pengantar. Jakarta, Bumi Aksara.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun Yuwono, Sony, 2003. Petunjuk Praktis Penyusunan
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Balance Score Card : Menuju Organisasi Yang
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Berfokus Pada Strategi, Jakarta, PT Gramedia
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pustaka Utama.
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan http://jsofian.wordpress.com/2007/04/07/mengapa-
Umum. penerapan-balanced-scorecard-gagal/
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisni. Bandung : Menagapa penerapan Balance Scorecard gagal,
CV Alfabeta. pernyataan konsultan Arthur M
Soeroso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia di Schneiderman, senior examiner di Malcom
Rumah Sakit Jakarta, ECG. Baldrige National Quality Award
Soetjipto, Budi W. 1997. Mengukur Kinerja Bisnis
dengan Balance Scorecard Usahawan no.6

512

You might also like