You are on page 1of 5

A POST PARTUM GROUP

Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu post partum di komunitas salah satunya
adalah dalam bentuk kelompok. Ibu post partum dikelompokkan dengan
mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu post partum dengan ibu post partum
lainnya (http://makalah.blogspot.com/ 2011/05/asuhan-pada-ibu-post-partum-di-
rumah.html).
Kegiatan dapat dilaksanakan di salah satu rumah ibu post partum/ posyandu dan
polindes. Kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan konseling.tentang :
1 Kebersihan diri
2 Istirahat
3 Gizi
a Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b Lauk 1 potong sedang
c Tahu/tempe 1 potong sedang
d Sayuran 1 mangkuk sedang
e Buah1 potong sedang
f Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
h Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
i Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j Minum kapsul vitamin A
4 Menyusui
a Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b Lauk 1 potong sedang
c Tahu/tempe 1 potong sedang
d Sayuran 1 mangkuk sedang
e Buah1 potong sedang
f Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
h Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
i Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j Minum kapsul vitamin A
5 Lochea
Pembagian lochea antara lain:
a Lochea rubra (1-3 hari postpartum) : warna merah segar dan berisi gumpalan
darah, sisa selaput ketuban, sisa vernik, lanugo.
b Lochea sanguolenta (3-7 hari postpartum) : berwarna merah kekuningan, berisi
darah dan vernik kaseosa.
c Lochea serosa (7-14 hari postpartum) : Berwarna kekuning-kuningan, berisi
serum
d Lochea alba ( 14-40 hari post partum) : berwarna putih.
6 Involusi uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi
dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat
dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil
sehingga akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
7 Senggama
Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti,
ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Memulai hubungan suami istri tergantung pada pasangannya.
8 Keluarga berencana (http://insanimj.blogspot.com/2011/04/asuhan-pada -ibu-post-
partum-di-rumah.html)

Kadang-kadang ibu yang baru menjalani masa menjadi seorang ibu ingin
mencari kelompok khusus dari orang-orang yang sudah berpengalaman. Kadangkala
ibu postpartum yang sudah pernah bertemu dalam kelas prenatal mulai bergabung
untuk membentuk kelompok pendukung yang saling membantu. Melihat hal tersebut,
ternyata kelompok pendukung merupakan kelompok yang sangat penting dalam
membantu seorang wanita yang mengalami transisinya dalam siklus kehidupan
(http://daffmoxe.blogspot.com/2010/04/asuhan-postnatal-di-ko munitas.html)
Kelompok pendukung post partum atau yang disebut dengan postpartum group
adalah kumpulan pribadi yang sedang menjalani masa post partum yang mencoba
untuk memuaskan kebutuhan personal, berinteraksi dengan menghargai tujuan
bersama serta untuk mengalami kenikmatan suatu hubungan yang interdipenden. Para
ibu yang mengalami post partum membutuhkan pengalaman yang sesungguhnya,
salah satunya yaitu diberikan dukungan dari kelompok pendukung seperti dukungan
psikologis dan juga dukungan fisik yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan
kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang
menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan atau istirahat, atau
seringkali merasa gembira mendapatkan pertolongan yang praktis dan dukungan dari
kelompok dukungan postpartum. Dengan bantuan dan dukungan teman ataupun
keluarga, mereka mungkin perlu mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-
hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan disesuaikan dengan konsep
mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan dapat
diperlukan dorongan dan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikologi
atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Para ahli obstetrik
memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita kemungkinann
terjadinya gangguan mental post partum dan segera memberikan penanganan yang
tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi atau
konseling bila memang diperlukan. Kelompok pendukung yang memadai dari para
petugas obstetrik yaitu dokter dan bidan atau perawat sangat diperlukan, misalnya
dengan cara memberikan informasi yang memadai atau adekuat tentang proses
persalinan dan kehamilan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam
masa-masa tersebut serta penanganannya. Dibutuhkan penanganan menyeluruh atau
holistik dan dukungan dari kelompok pendukung dari penanganan para ibu yang
mengalami post partum. Pengobatan medis, konseling, emosional, dan bantuan-
bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dann harapan-
harapan pada saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dapat
dibutuhkan penanganan ditingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan
psikologis serta bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu suami,
keluarga, dan juga teman dekatnya (http://daffmoxe.blogspot.com/2010/04/asuhan-
postnatal-di-ko munitas. html).
Cara dukungan untuk mengatasi postpartum dari kelompok pendukung
postpartum :
1 Cara pendekatan komunikasi terapeutik yang tujuannya untuk menciptakan
hubungan baik antara bidan dan juga pasien dalam rangka kesembuhannya
dengan cara :
a Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b Dapat memahami dirinya
c Dapat mendukung tindakan konstruktif.
2 Cara peningkatan support mental post partum dapat dilakukan keluarga
misalnya :
a Sekali-kali ibu meminta suami untuk ikut membantu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah seperti membantu mengurus bayinya, memasak,
menyiapkan susu, dll
b Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi
kesibukan merawat bayinya.
c Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih
perhatian terhadap istrinya.
d Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir.
e Memperbanyak dukungan dari suami.
f Suami menggantikan peran istri saat istri kelelahan.
g Ibu dianjurkan untuk sering sharing dengan teman-temannya yang baru
saja melahirkan.
h Bayi memakai pampers untuk meringankan kerja ibu.
i Mengganti suasana dengan bersosialisasi.
j Suami sering menemani istri dalam mengurus bayinya.
Selain hal diatas dukungan post partum dari dirinya sendiri diantaranya dengan
cara :
a Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.
b Tidurlah ketika bayi tidur.
c Berolahraga ringan.
d Ikhlas dan tulus dengan peran baru ssebagai ibu.
e Tidak perfectsionis dalam hal mengurus bayi,
f Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.
g Bersikap fleksibel.
h Kesempatan merawat bayinya hanya datang satu kali.
i Bergabung dengan kelompok ibu (http://www.scribd.com/
doc/40735271/Makalah-Asuhan-Ibu-Postpartum-Di-Rumah).

Kelompok postpartum merupakan salah satu bentuk kelompok atau organisasi


kecil dari ibu nifas. Bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengatasi
permasalahan-permasalahan yang timbul masa nifas (http://
daffmoxe.blogspot.com/2010/04/asuhan-postnatal-di-komunitas.html)
Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang sangat
membahagiakan, tapi kadang harus menemui kenyataan bahwa tak semua menganggap
seperti itu karena ada juga wanita yang mengalami depresi setelah melahirkan.
Ibu nifas sering mnegalami gangguan psikologi yang dikenal dengan postpartum
blues. Dikomunitas sebaiknya dibentuk postpartum group yaitu kelompok ibu-ibu nifas.
Dalam postpartum group para ibu nifas bisa saling berkeluh kesah dan mendiskusikan
pengalaman melahirkannya, perasaannya saat ini dan bagaimana cara menghadapi masa
nifas. Lewat postpartum group ini maka gangguan-gangguan psikologis saat nifas
diharapkan bisa diatasi (Niken Meilani, 2009: 56).
Depresi sesudah melahirkan ini adalah gangguan psikologis yang dalam bahasa
kedokterannya adalah depresi postpartum atau baby blues atau Postpartum Blues.
Postpartum blues merupakan masa transisi mood setelah melahirkan yang sering terjadi
pada 50-70% wanita (Suherni, 2009).
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu postpartum di komunitas, salah
satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu-ibu postpartum dikelompokkan dengan
mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu postpartum dengan ibu postpartum
lainnya (http://insanimj.blogspot.com/ 2011/04/asuhan-pada-ibu-post-partum-di-
rumah.html)

1 Program Ibu Nifas


Kunjungan pada ibu nifas dan neonatus, ASI eksklusif, tablet tambah
darah dan vitamin A
2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan kunjungan pada ibu nifas
dan neonates. Data yang dibutuhkan antara lain : jumlah ibu nifas; kebiasaan
atau tradisi setempat; permasalahan pada masa nifas; sumber daya masyarakat;
dan penentu kebijakan.
3 Mengatur Strategi
Pendekatan dengan keluarga ibu, tomas, togam, kepala desa dan kader
sebagai pengambil keputusan dan penentu kebijakan sangat diperlukan untuk
mewujudkan suatu kelompok ibu nifas.
4 Perencanaan
Buat usulan atau proposal yang didalamnya memuat tentang latar
belakang dan tujuan dari pembentukan kelompok. Perencanaan meliputi
kegiatan yang kan dilakukan, tempat dan waktu, anggaran, serta peserta.
5 Pelaksanaan
Jadikan contoh (Role Model) orang sebagai penentu kebijakan dan
lakukan diskusi untuk membentuk susunan organisasi. Bidan bisa sebagai
narasumber, kemudian buat rencana tindak lanjut.
6 Evaluasi
Dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4. Pastikan bahwa
tujuan akhir dari pembentukan kelompok benar-benar tercapai, ibu dan bayi
sehat, serta nifas berjalan normal
(http://daffmoxe.blogspot.com/2010/04/asuhan-postnatal-dikomuni tas.html).

You might also like