You are on page 1of 19

Focus Group Discussion (FGD)

Skenario 1
KLB

Oleh kelompok 3 :

No. Nama NPM


1. I Putu Gede Hendra 14700130
2. Putri Ratu Deby 14700138
3. Shandy Wicaksono 14700142
4. Hairul Anwar 14700143
5. Dedy Rustaman 14700152
6. Magustino Tri Hanugrah 14700169
7. I Putu Ady Gunawan 14700172
8. Dewi Sasmita S. 14700174
9. Emy Kusmiati 14700177

Pembimbing: Sugiharto,dr.,M.Kes (MARS)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA


SURABAYA 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas

rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas focus group

discussion (FGD) pada skenario 2 ini. Penulisan makalah ini merupakan salah

satu tugas untuk menjabarkan hasil diskusi yang telah di lakukan sebelumnya.

Dalam penulisan makalah ini. Kami merasa masih banyak kekurangan

baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang

kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan

demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan trima kasih

yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

penulisan laporan ini, khususnya kepada:

1. Pembimbing tutor kelompok 3 FGD Sugiharto,dr.,M.Kes (MARS), yang

telah membimbing kami selama proses diskusi belajar

2. Semua teman sejawat kelompok 3 FGD

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca dan

semua orang yang memanfaatkannya.

Surabaya, 21 September 2016

Penulis

I. SKENARIO

2
Kepala Puskesmas melakukan evaluasi laporan data insidens penyakit

terbanyak di wilayah kerjanya selama 3 bulan pertama di tahun 2014. Didapatkan

data 5 penyakit terbanyak di Puskesmas X tahun 2013 sebagai berikut :

NO NAMA PENYAKIT JAN 2014 FEB 2014 MAR 2014


1. DBD 12 15 10
2. Thyphoid fever 5 8 8
3. Diare 10 11 8
4. Tetanus neonatorum 2 4 9
5. ISPA 8 10 10

Dari data yang ada Kepala Puskesmas melihat adanya peningkatan insidens salah

satu penyakit selama 3 bulan berturut-turut sehingga perlu dilakukan upaya

penanggulangan terhadap kejadian tersebut.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN :


a. Mahasiswa mengetahui definisi/batasan/deskripsi KLB
b. Mahasiswa mengetahui kriteria kerja KLB
c. Mahasiswa menentukan jenis penyakit mana dari data diatas yang

mengetahui kriteria KLB


d. Mahasiswa mampu menentukan keluasan penyelidikan dan kecepatan cara

penanggulangan
e. Mahasiswa mampu memberikan rekomendasi cara penanggulangan KLB

diatas
f. Mengembangkan cara berpikir mahasiswa dalam pemecahan masalah

KLB secara terpadu dari IKM (epidemiologi, kesehatan lingkungan,

biostatistik, manajemen, metodologi riset, kedokteran keluarga, ilmu gizi).

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1501/MENKES/PER/X/2010 bab 1 ketentuan umum pasal 1 nomor 2

menyebutkan bahwa kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB,

adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian

4
yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu

tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya

wabah. Suatu daerah dikatakan Kejadian Luar Biasa jika memenuhi 7 kriteria

berikut:

1. Timbulnya suatu penyakit tertentu yang sebelumnya tidak ada/tidak

dikenal pada suatu daerah.

2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun

waktu dalam jam,hari atau minggu berturut-turut menurut jenis

penyakitnya.

3. Peningkatan kejadian kesakitan 2 kali atau lebih dibandingkan dengan

periode sebelumnya dalam kurun waktu (jam, hari, minggu, bulan, tahun).

4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan

kenaikan dua kali atau lebih, dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah

pebulan dalam tahun sebelumnya.

5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1(satu) tahun

menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan rata-

rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.

6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) CFR dalam 1

(satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh

persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu

penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada suatu

periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan satu

periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

5
Tetanus disebabkan oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium

tetani pada luka anaerob (Kemenkes, 2012). dengan tanda utama kekakuan otot

(spasme), tanpa disertai gangguan kesadaran (Ismoedijanto, 2006). Biasanya

bakteri masuk melalui luka irisan pada umbilicus pada waktu persalinan akibat

masuknya spora Clostridium tetani yang berasal dari alat-alat persalinan yang

kurang bersih dengan masa inkubasi antara 3-10 hari (Soedarto, 1995).

Pada tahun 1988, WHO memperkirakan bahwa sebanyak 787,000 bayi

baru lahir meninggal akibat tetatus neonatorum (TN). Sehingga pada akhir tahun

1980-an perkiraan angka kematian tahunan global TN adalah sekitar 6,7 kematian

per 1000 kelahiran hidup, jelas ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting. WHO memperkirakan pada 2008 (angka estimasi tahun terakhir yang

ada), 59.000 bayi baru lahir meninggal akibat TN, terdapat penurunan 92% dari

situasi pada akhir 1980-an. Pada 2008 terdapat 46 negara yang masih belum

eliminasi TMN di seluruh kabupaten, salah satunya adalah Indonesia (Gerding et

al , 1997).

Kasus tetanus Neonatorum di Indonesia masih tinggi, data tahun 2007

sebesar 12,5 per 1000 kelahiran hidup (Supas, 2008). Sedangkan pada tahun 1988,

WHO mencatat bahwa 787.000 bayi meninggal karena tetanus neonatorum atau

sekitar 6,7 kematian per 1000 kelahiran hidup.

Saat ini kematian akibat tetanus pada maternal dan neonatal dapat dengan

mudah dicegah dengan persalinan dan penanganan tali pusat yang higienis, dan

dengan imunisasi ibu dengan vaksin tetanus. Upaya mengeliminasi Tetanus

Maternal dan Neonatal (TMN) bertujuan untuk mengurangi jumlah kasus tetanus

6
pada maternal dan neonatal hingga ke tingkat dimana Tetanus Maternal dan

Neonatal tidak lagi menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. (Soepardi,

2012).

Penderita atau yang berisiko penyakit dapat menimbulkan KLB dapat

diketahui jika dilakukan pengamatan yang merupakan semua kegiatan yang

dilakukan secara teratur, teliti dan terus-menerus, meliputi pengumpulan,

pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan pelaporan. Apabila hasil

pengamatan menunjukkan adanya penderita KLB, maka perlu dilakukan

penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengenal

sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dan

penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan seperlunya.

Hasil penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam upaya penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini

meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan

tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang

direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait

secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB

sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Efendy, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah faktor-faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya KLB Tetanus

Neonatorum di Puskesmas X?
2. Bagaimana cara penanggulangan dan pencegahan agar KLB Tetanus

Neonatorum tidak terjadi kembali ?

C. Tujuan

7
1. Tujuan Umum :
a. Untuk mengetahui cara pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada

Tetanus Neonatorum agar angka prevalensinya menurun atupun tidak

terulang kembali.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui faktor faktor resiko yang mempengaruhi

timbulnya KLB Tetanus Neonatorum di Puskesmas X.


b. Untuk mengetahui cara penanggulangan dan pencegahan KLB

Tetanus Neonatorum di Puskesmas X.

BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis

Tetanus neonatorum secara khas berkembang dalam minggu pertama atau

minggu kedua kehidupan bayi dan sering disebut sebagai penyakit hari ke tujuh

atau ke delapan (Force, 1997), serta dapat membawa kematian pada 70 90 %

kasus. Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan oleh WHO di 15 negara di

Asia, Timur Tengah, dan Afrika pada tahun 1978 1982 menekankan bahwa

penyakit tetanus neonatorum banyak dijumpai di daerah pedesaan negara

berkembang termasuk Indonesia yang memiliki angka proporsi kematian neonatal

akibat penyakit tetanus neonatorum mencapai 51%. Pada kasus tetanus

neonatorum yang tidak dirawat, hampir dapat dipastikan CFR akan mendekati

8
100%, terutama pada kasus yang mempunyai masa inkubasi kurang dari 7 hari

(Depkes, 1993).

B. Pembahasan
1. Identifikasi masalah

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan tetanus neonatorum antara

lain :

1. Faktor internal
a. Man (manusia)

1). Pengetahuan masyarakat kurang

Karena penyakit tetanus neonatorum tergolong penyakit

yang masih terdengar asing di masyarakat maka masyarakat

kebanyakan kurang mengetahui tentang resiko dan akibatnya bila

terkena penyakit tersebut.

2). Frekuensi kunjungan antenatal kurang

Dikarenakan pendapatan masyarakat yang kurang maka

mereka lebih memilih untuk berobat ke dukun dibandingkan

dengan pergi ke puskesmas untuk memeriksakan kandungan

mereka, karena dinilai lebih murah dan uangnya bisa digunakan

untuk kebutuhan lain yang lebih penting.

3). Tenaga penolong persalinan kurang kompeten

9
Tenaga penolong persalinan kurang melakukan pelatihan

sehingga penanganannya kurang tepat dan masih banyak

ditemukan persalinan yang tiba-tiba mengalami komplikasi dan

memerlukan penanganan yang profesional tetapi tidak ditangani

secara memadai dan tepat waktu sehingga mengakibatkan

kematian.

4). Kurangnya tenaga kesehatan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia

masih rendah sehingga banyak persalinan yang ditolong oleh

dukun bayi yang tidak terlatih.

2. Faktor eksternal
b. Method
1) Alat pemotong tali pusat kurang steril
Masyarakat yang sering berobat ke dukun kadang tidak

memperhatikan kebersihan dan prosedur pelaksanaan, dapat

menyebabkan meningkatnya kejadian tetanus neonatorum karena

alat yang digunakan tidak di sterilkan terlebih dahulu.


2) Akses layanan kesehatan sulit

Hambatan dalam penyediaan vaksin terbatas. Mengingat

jarak yang jauh serta fasilitas didaerah tersebut kadang-kadang

tidak ada listrik, sehingga distribusi vaksin agak terganggu, karena

vaksin harus disimpan ditempat dengan suhu tertentu (cooler).

3) Ketersediaan obat yang terbatas

10
Karena keterbatasan akses layanan kesehatan akibat jarak

yang jauh serta pengiriman obat yang terlambat menyebabkan

persediaan obat menjadi terbatas. Sehingga masyarakat tidak

mendapatkan pelayanan obat secara maksimal.

c. Material
1) Pendapatan masyarakat rendah

Tingkat pendapatan mempengaruhi kepedulian masyarakat

pada kesehatan, karena dengan pendapatan yang minim masyarakat

memilih untuk mencari pengobatan yang murah asalkan mereka

bisa sembuh tanpa mempedulikan kehigenisan metode pengobatan

yang dilakukan.

1) Fasilitas puskesmas kurang memadai

Karena keterbatasan fasilitas di puskesmas serta pelayanan

antenatal care yang kurang memadai sehingga membuat

masyarakat menjadi enggan untuk melakukan persalinan di

puskesmas padahal jika masyarakat lebih mengerti tentang

pentingnya melakukan kontrol rutin ke puskesmas secara tidak

langsung akan menurunkan resiko komplikasi saat melakukan

persalinan.

d. Environment
1. Kepercayaan masyarakat terhadap dukun

Masyarakat beranggapan ramuan tradisional dari

dukun lebih manjur dan cocok untuk perawatan tali pusat

11
dibandingkan dengan alat perawatan tali pusat dari puskesmas,

dan sudah merupakan kebiasaan keluarga untuk melakukan

persalinan di dukun bayi karena selain murah dan mudah

didapat, mereka lebih yakin dan percaya terhadap khasiat

ramuan tradisional tersebut.

2. Kurangnya kebersihan tempat pelayanan persalinan

Tempat pelayanan persalinan di puskesmas yang

kurang steril karena bakteri Clostridium tetani mengalami

penyebaran sehingga penyakit tetanus noenatorum ini semakin

luas sebagai akibat dari lingkungan dengan sanitasi yang buruk

menyebabkan Clostridium tetani lebih mudah berkembang

biak.

3. Keadaaan geografi terpencil

Keadaan geografi pada puskesmas X yang terpencil

menjadikan hambatan dalam penyediaan vaksin sehingga

vaksin yang harusnya tersedia cukup dapat menjadi terbatas

penyediaannya. Mengingat jarak yang jauh serta fasilitas di

daerah tersebut kadang-kadang tidak ada listrik, sehingga

distribusi vaksin agak terganggu, karena vaksin harus

disimpan ditempat dengan suhu tertentu (cooler).

12
2. Langkah-langkah pemecahan masalah

Proses Input

Ketersediaan obat vaksinasi yang ter


Alat pemotong tali pusat kurang steril
Akses layanan kesehatan sulit

Fasilitas puskesmas kurang memadai

Imunisasi kurang lengkap

Cara Peningkatan angka kejadian tetanus neon


perawatan tali
pusat

rangnya kebersihan tempat pelayanan persalinan


Keadaan geografi terpencil

Kepercayaan masyarakat terhadap dukun


Pencemaran
lingkungan fisik
dab biologik

Environment 13
No Kegiatan Efektifitas Efisiensi

M I V C P= M.I.V
C
1. Penyuluhan 4 3 3 2 18

2 Vaksinasi 3 3 3 2 13,5
3 Kaderisasi 3 3 2 3 6
3. Menentukan prioritas kegiatan

P : Prioritas
M : Maknitude
I : Implementasi
V : Valiability
C : Cost

14
BAB III

Rencana Kegiatan (POA)

No Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan

Kegiatan Kegiatan Pelaksanaa Pelaksana pelaksanaan

n
1. Inventarisasi Wanita PUS Meningkatkan Wanita PUS Memberikan Balai desa Tenaga Sep-okt Daftar wanita

sasaran Ibu hamil pengetahuan Ibu hamil pengetahuan kesehatan PUS, ibu hamil,

Ibu setelah masyarakat Ibu pasca tentang pada ibu pasca

melahirkan, mengenai melahirkan, pentingnya puskesmas melahirkan

Dukun bayi, tetanus Dukun bayi, imunisasi X

Bidan di neonatorum. Bidan di tetanus

Puskesmas X Puskesmas X

2. Menyiapkan Dokter ,bidan, Meningkatkan Dokter ,bidan, Memilih tenaga Puskesmas X Petugas september Alat tulis,

tenaga dan kader pengetahuan kader yang siap yang perlengkapan

perlengkapa kesehatan, masyarakat kesehatan, menjalankan ditunjuk penyuluhan dan

n dukun mengenai dukun tugas kepala dana

tetanus puskesmas

neonatorum.
3 Pelaksanaan Sama dengan Sama dengan Sama dengan Mendata Balai desa Dokter November PPT, LCD,

penyuluhan kegiatan 1 kegiatan 1 kegiatan 1 peserta dan Poster,

dipersilahkan Spanduk,

menempati leaflet

ruangan tempat

15
penyuluhan
4 Evaluasi Sama dengan Peserta mengerti Sama dengan Menghitung Balai desa Dokter, dan november Instrument

kegiatan 1 dan faham kegiatan 1 jumlah hadir x tenaga evaluasi yang

tentang penyakit 100%, Tanya kesehatan sudah

tetanus serta jawab disediakan

pencegahannya

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian

kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu

daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang menjurus

terjadinya wabah. Berdasarkan data diatas tetanus neonatorum dianggap sebagai

KLB karena memenuhi salah satu kriteria yaitu peningkatan kejadian penyakit /

kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari,

minggu, bulan, tahun).

Tetanus neonatorum adalah penyakit infeksi yang terjadi pada bayi usia

hari ke 3 dan 28 setelah lahir . Tetanus disebabkan oleh neurotoxin yang

dihasilkan oleh Clostridium tetani yang terjadi melalui luka irisan pada umbilicus

pada waktu persalinan akibat masuknya spora Clostridium tetani yang berasal dari

alat-alat persalinan yang kurang bersih.

B. SARAN

16
1. Untuk tenaga medis

a. Memberikan arahan kepada tenaga medis agar memiliki pengetahuan

tentang pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit Tetanus

Neonatorum agar tidak terjadi peningkatan angka prevalensinya 2 kali

lipat seperti bulan sebelumnya.

b. Meningkatkan pelayanan antenatal care melalui kader kader dengan

memberikan penyuluhan kepada tenaga kesahatan seperti dokter, perawat,

bidan agar mereka dapat menjelaskan tentang pentingnya imunisasi

terhadap maternal maupun neonatal.

c. Meningkatkan pelaksanaan program imunisasi untuk menghindari

terjadinya tetanus neonatorum.

2. Untuk ibu hamil

a. Mengikuti penyuluhan terkait kehamilan agar maternal lebih paham

mengenai kesehatan diri dan janin.

b. Rutin melakukan pemeriksaan selama masa kehamilan untuk mengontrol

kesehatan janin sekaligus mencegah agar janin tidak terkena tetanus

neonatorum

c. Memercayakan persalinan pada tenaga kesehatan, dan dukuin yang terlatih

agar proses persalinan berjalan sesuai standar operasional dengan

menggunakan alat alat yang disterilkan. Karena kebanyakan kasus

tetanus neonatorum disebabkan karena tidak sterilnya alat yang digunakan

untuk memotong tali pusat.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2004. Pedoman penyelenggaraan sistem kewaspadaan dini kejadian luar

biasa (KLB)

Kementrian Kesehatan RI. 2012. Buletin Jendela dan Informasi. Eliminasi

Tetanus Maternal dan Neonatal di Indonesia. Volume.1. Jakarta.

Effendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba

Medika.

Soepardi, Jane. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi. Eliminasi Tetanus

Maternal dan Neonatal. Volume I. Jakarta

Soedarto. 1995. Helmintologi Kedokteran Edisi ke 2. Jakarta : EGC

19

You might also like