You are on page 1of 10

BAB II

KEADAAN UMUM DAN GEOLOGI DAERAH

2.1 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat


Kesampaian menuju lokasi PT. TEDONG SALEKO BATU MARUPA termasuk
kategori mudah, dari Banjarmasin atau Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru menuju
Patas dapat dicapai melalui jalan darat (Tabel 2.2 dan Gambar 2.2). Timbul masalah pada
ruas antara Simpang Luir (jalan logging PT Tri Setya) menuju camp Senango, yaitu
banyaknya titik-titik genangan lumpur apabila turun hujan, sehingga sulit dilalui. Meskipun
demikian, tetap dapat ditembus dengan dengan kendaraan 4 WD.

Tabel 2.2 Kesampaian Lokasi Menuju Konsesi PT. TEDONG SALEKO BATU
MARUPA dari Banjarmasin
N JALUR JARAK/W KETERANGAN
O AKTU
TEMPUH
1 Banjar baru-Mabuun 5 jam Jalan provinsi, beraspal
2 Mabuun-Tanjung 5 km / Jalan kabupaten, beraspal,
9-10 menit kecepatan 30-40 km/jam (ada
perbaikan jalan)
3 Tanjung-Simpang Kalua 17 km / Jalan aspal, hotmix, baik,
27-30 kecepatan 50-60 km/jam
menit
4 Simpang Kalua-Tamiang 22 km / Jalan provinsi, aspal hotmix,
Layang 30-40 setempat berlubang, kecepatan
menit 60-80 km/jam
5 Tamiang Layang- 44 km / Melalui jalan provinsi,
Simpang Ampah 55-60 beraspal, setempat berlubang,
menit kecepatan 60-90 km/jam
6 Simpang Ampah- 29 km / Melalui jalan provinsi, aspal
Simpang Luir 60-70 hotmix, berlubang, kecepatan
menit 50-80 km/jam
7 Simpang Luir/jalan 41 km / Jalan logging PT. Tri Setya,
logging-camp Senango 135-150 tanah, di daerah Kananai,
menit berlubang dan ada genangan
lumpur
8 Camp Senango-lokasi 0-5-4 km / Dapat dicapai dengan
singkapan 30-180 kendaraan roda empa/dua dan
menit jalan kaki

Gambar 2.2
Kesampaian Menuju Lokasi Daerah Penyelidikan

2.1.1. Iklim
Berdasarkan laporan BPS Provinsi Kalimantan Tengah (2004), diketahui bahwa
kondisi klimatologinya wilayah konsesi, termasuk beriklim tropis basah yang dipengaruhi
oleh musim kemarau dan penghujan, curah hujan 2.863-3.100 mm/tahun, suhu udara 22 0-
330C, kelembaban udara 81-90% dan penyinaran matahari 55-65%/tahun. Musim hujan
yang setiap tahunnya jatuh pada bulan November-April, sedangkan musim kemarau jatuh
pada bulan Mei-Oktober (Tabel 2.5)
Tabel 2.5
Curah Hujan Rata-rata Muara Taweh (Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Muara
Teweh, 1990-1999)
HARI HUJAN
CURAH HUJAN (mm)
N (mm)
BULAN
O Maksimu Rata-
Minimum Min Maks
m rata
1 Januari 206.2 440.4 291.75 9 25
2 Februari 73 429.1 233.76 6 26
3 Maret 197.6 585.1 350.41 9 27
4 April 145.9 547.4 330.85 15 28
5 Mei 178.2 296.1 221.37 12 23
6 Juni 53.4 262.1 165.82 7 21
7 Juli 20 203.2 125.74 3 17
8 Agustus 5.7 328.1 133.55 2 24
9 September 1.1 398.1 139.23 2 20
10 Oktober 110.1 491.1 246.45 12 24
11 November 199.1 521.2 352.18 13 26
12 Desember 157.1 415.8 299.17 15 26
Jumlah 1.856 3330.8 2890.28 105 287

Berdasarkan informasi dari pemangku dan warga daerah Tuang, diketahui bahwa
dalam 5-6 tahun terakhir, jatuhnya musim tidak tetap. Musim hujan mulai bulan September-
April, sedangkan musim kemarau jatuh pada bulan Mei-Agustus dan hari hujan lebih banyak
dari pada hari kering. Kenyataan di lapangan saat kegiatan eksplorasi dilaksanakan pada
bulan April-Juni maupun kajian kelayakan bulan Juni, ternyata hujan masih sering turun di
lokasi.
Demikian pula, kejadian banjir di Sungai Uyah, biasanya Desember-Maret dan setiap
terjadi banjir ketinggian sungai naik mencapai ketinggian 1-3 m dan 2 hari kemudian surut.
Kondisi tidak biasa terjadi pada tanggal 22 Mei 2006, setelah turun hujan semalaman,
paginya ketinggian banjir mencapai 5 m.

2.2 Keadaan Lingkungan Daerah, Penduduk, Mata Pencaharian Penduduk, Keadaan


Flora, Fauna, Iklim, Sosial Ekonomi dan lain-lain
2.3.1. Penduduk
Berdasarkan hasil peninjauan di lapangan maka kondisi kependudukan serta sosial
ekonomi budaya, dan kesehatan masyarakat di sekitar konsesi PT. TEDONG SALEKO
BATU MARUPA dicerminkan oleh kondisi di Rukun Tetangga (RT) Tuang terletak lebih
dekat ke konsesi PT. TEDONG SALEKO BATU MARUPA dari pada RT Kananai terletak
di sebelah barat konsesi. Di dalam konsesi terdapat kegiatan perusahaan kayu (PT Tri Setya
Cita Graha) yang membangun dua camp, yaitu camp Lomo dan Senango.
Kondisi di RT. Tuang dan Kananai:
1. Daerah RT. Tuang, Desa Bipak Kali merupakan perkampungan yang terdekat dengan
konsesi PT. TEDONG SALEKO BATU MARUPA
2. Bermukim Suku Manyan yang menggunakan bahasa Manyan, Bekumpai, dan Banjar
sebagai bahasa komunikasi dan menganut agama Kristen, Hindu Kaharingan, Katolik
dan Islam.
3. Di RT. Tuang terdiri dari 8 KK, untuk warga dari luar Tuang yang memiliki rumah di
Tuang hanya ditempati saat musim tanam/panen padi saja.
4. Tidak ada Puskesmas, namun terdapat satu mantri/petugas kesehatan yang siap melayani
masyarakat berobat.
5. Masyarakat yang berobat pada umumnya ke mantri kesehatan atau ke Puskesmas di
Patas, namun ada juga sebagian yang berobat ke dukun.
6. Usia perkawinan umumnya pada usia 14-20 tahun, jumlah anak untuk masing-masing
keluarga berkisar 2-4 orang.
7. Terdapat satu bangunan Sekolah Dasar di Kananai dan satu bangunan SLTP di Patas.
8. Tingkat pendidikan umumnya sampai tingkat SLTP, namun ada juga yang sudah
melanjutkan sampai ke tingkat SLTA.
9. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani (karet dan padi), ada juga yang
berprofesi sebagai pedagang, dan karyawan di perusahaan kayu. Mata pencaharian
penduduk (yang relatif tetap) adalah berladang pohon karet dan bertani dengan cara
ladang berpindah, sedangkan yang dilakukan secara musiman melakukan penebangan
kayu besar di hutan.
10. Saat musim kemarau terdapat angkutan umum dari Patas-Kananai dengan ongkos
sebesar Rp.10.000,-. Harga angkutan melonjak naik dan mencapai Rp. 50.000,- pada saat
musim hujan. Alat transportasi lokal menggunakan kendaraan Suzuki carry pick up dan
Toyota Land Cruiser.
11. Untuk memenuhi kebutuhan pokok, masyarakat berbelanja ke Patas. Hari pasaran di
Patas setiap hari sabtu.
12. Penerangan menggunakan genset secara pribadi (perseorangan).
2.2.1. Flora dan Fauna
Sebagian besar tumbuhan penutup daerah Senango dan sekitarnya adalah hutan
sekunder, semak belukar (bekas ladang berpindah) dan perkebunan penduduk, sedangkan
sisanya adalah hutan primer.
Jenis hutan yang terdapat di daerah Senango dan sekitarnya adalah Hutan Produksi
Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang dapat dikonversikan
(HPK) (sumber: Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan; Departemen Kehutanan dan
Perkebunan).
Jenis pohon yang dilindungi untuk ditebang adalah Punsi; sedangkan tumbuhan yang
diusahakan oleh penduduk adalah perkebunan karet dan rotan serta ladang padi yang masih
menggunakan cara berpindah.
Keberadaan flora di daerah eksplorasi PT. TEDONG SALEKO BATU MARUPA
termasuk tumbuhan hutan tropis terdiri dari tanaman tahunan, tanaman produktif dan
tanaman lain (Tabel 2.3). Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan langsung di
lapangan dan informasi penduduk setempat.

JENIS FLORA NAMA LOKAL Jenis


Tanaman Budidaya 1. Kelapa 7. Langsat Tanaman yang
2. Rambutan 8. Mata kucing
3. Durian 9. Pisang ada di Konsesi
4. Pepakin 10. Nangka PT. TEDONG
5. Mangga 11. Nenas
6. Cempedak 12. Tomat SALEKO
Tanaman Produktif 1. Karet BATU
Tanaman Lain 1. Kayu meranti 13. Asam tongko
MARUPA
2. Kayu kruing 14. Papuan
3. Kayu sintuk 15. Binjai
4. Kayu ulin 16. Ara
5. Kayu bengkirai 17. Luing
6. Punsi 18. Karamunting
7. Bambu 19. Kayu sengkuang
8. Rotan 20. Kayu mundu
9. Kretungin 21. Kayu tumih
10. Layung 22. Kayu balau
11. Kapul 23. Kayu kangkalak
12. Asam Putaran 24. Kayu kejajing
Tabel 2.3

Fauna yang masih terdapat di daerah sekitarnya PT PT. TEDONG SALEKO BATU MARUPA
berdasarkan berdasarkan pengamatan langsung selama survei dan informasi penduduk adalah
jenis burung, unggas, mamalia dan reptil seperti pada Tabel 2.4.

Jenis Fauna yang terdapat di Konsesi PT. TEDONG SALEKO BATU MARUPA sekitarnya

JENIS FAUNA NAMA LOKAL


Burung 1. Burung Pipit 10. Burung Tiung
2. Burung Tekukur 11. Burung Juwe
3. Burung Elang 12. Burung Sio
4. Burung Gagak 13. Burung Sakan
5. Burung Hantu 14. Burung Belatuk
6. Burung Murai 15. Burung Curiak
7. Burung Bubut 16. Ayam Hutan
8. Burung Juai 17. Burung Murai Batu
9. Burung Wajau
Unggas 1. Ayam 2. Bebek
Amphibia dan Reptil 1. Katak 7. Ular ateran
2. Biawak 8. Ular jelatan
3. Kadal 9. Ular tambulagan
4. Buaya 10. Ular manuwungan
5. Ular sawah 11. Ular hijau
6. Ular tadung 12. Ular paikat
Mamalia 1. Rusa 8. Klasi
2. Babi hutan 9. Bekantan
3. Kijang 10. Bangkoi
4. Kancil (Pelanduk) 11. Hirangan
5. Landuk 12. Kerbau
6. Uwa-uwa 13. Banteng
7. Musang 14. Koli
Ikan 1. Arwan 10. Udang
2. Gabus 11. Salap
3. Papuyu 12. Puyan
4. Saluang 13. Patin
5. Lele 14. Buntal
6. Tapah 15. Bidawang
7. Baung 16. Lais
8. Dungang 17. Telen
9. Upah upik 18. Daramenginang

Tabel 2.4

2.3. Tata Guna Lahan


Penggunaan lahan merupakan faktor yang sangat berkaitan dengan penataan ruang,
dengan adanya tatanan penggunaan lahan maka penataan ruang akan semakin terkendali dan
teratur. Kondisi dimana terjadi ketidaksesuaian lahan dengan kemampuan tanah juga dapat
mempengaruhi penataan ruang. Penggunaan lahan merupakan dasar penentuan
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah yang pada hakekatnya merupakan gabungan
antara aktivitas masyarakat dengan tingkat teknologi, jenis usaha, serta jumlah manusia.
Perkembangan pola penggunaan tanah di Kabupaten Barito Selatan terdiri atas permukiman,
ladang/tegalan, sawah, dan lain-lain.
Luas penggunaan lahan menurut status peruntukan lahan di Kabupaten Barito Selatan
pada tahun 2009 adalah sebesar 431.407 Ha. Jenis penggunaan tanah yang paling banyak
terdapat di Kabupaten Barito Selatan yaitu berupa lahan bukan sawah seluas 416.445 Ha
(96,53%). Jenis penggunaan tanah yang lain di Kabupaten Barito Selatan meliputi lahan
sawah seluas 14.962 Ha (3,47%).Sedangkan luas penggunaan lahan pertanian berdasarkan
jenis pengairannya di Kabupaten Barito Selatan adalah seluruhnya merupakan sawah jenis
pengairan irigasi sederhana dengan luas 8.704 Ha.
Tabel 2.6
Luas Lahan Pertanian Sawah dan Bukan Sawah (Ha)
Menurut Kecamatan di Kabupaten Barito Selatan
Bukan Lahan Sawah
Lahan Jumlah
No Kecamatan Lahan
Sawah Lainnya Total
Kering
1 Jenamas 2.231 680 30.243 33.154
2 Dusun Hilir 4.787 18.088 113.526 136.401
3 Karau Kuala 2.021 5.972 22.534 30.527
4 Dusun Selatan 3.201 10.311 18.520 32.032
5 Dusun Utara 1.056 19.994 42.222 63.272
6 Gunung Bintang Awai 1.666 18.524 115.831 136.021
JumlahTotal 14.962 73.569 342.876 431.407

Tabel 2.7
Luas Lahan (Ha) Pertanian Sawah Menurut Jenis Pengairannya
di Kabupaten Barito Selatan

No Kecamatan Pengairan Sederhana


1 Jenamas 3.157
2 Dusun Hilir 1.280
3 Karau Kuala 1.441
4 Dusun Selatan 1.534
5 Dusun Utara 534
6 Gunung Bintang Awai 758
JumlahTotal 8.704
Untuk penggunaan lahan bukan sawah di Kabupaten Barito Selatan yang terbesar adalah
untuk hutan negara yaitu seluas 332.165 Ha (74 %). Untuk lebih jelasnya mengenai
penggunaan lahan bukan sawah menurut kecamatan di Kabupaten Barito Selatan dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8
Luas Lahan Bukan Sawah (Ha) Menurut Kecamatan dan Penggunaannya di Kabupaten Barito
Selatan
No Kecamatan Bangunan Hutan Rawa-rawa Jumlah
Negara
1 Jenamas 404 30.780 6.462 37.646
2 Dusun Hilir 6.661 38.887 24.551 70.099
3 Karau Kuala 467 66.964 11.942 79.373
4 Dusun Selatan 32.400 100.012 18.456 150.868
5 Dusun Utara 109 44.782 11.437 56.328
6 Gunung Bintang Awai 6.274 50.740 265 57.279
JumlahTotal 46.315 332.165 73.113 451.593

Kabupaten Barito Selatan berdasarkan fungsi dan peruntukan hutannya, mempunyai


luas 883.000 Ha yang terbagi dalam beberapa fungsi, yaitu hutan produksi terbatas, kawasan
pengembangan produksi, kawasan pengembangan permukiman dan penggunaan lainnya,
kawasan konservasi flora dan fauna serta kawasan konservasi ekosistem air hitam. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.9
Banyaknya Fungsi dan Peruntukan Lahan Hutan
Di Kabupaten Barito Selatan

N Fungsi/Peruntukan Luas (Ha)


o
1 Hutan Lindung 2.905
2 Hutan Produksi 231.395
3 Hutan Produksi Terbatas 124.898
4 Kawasan Pengembangan Produksi 232.368
5 Kawasan Pengembangan Permukiman dan Peggunaan 213.973
Lainnya
6 Kawasan Konservasi Flora dan Fauna 72.615
7 Kawasan Konservasi Ekosistem Air Hitam 4.836

Hutan alam Barito Selatan memiliki berbagai macam ragam jenis pohon dan hasil
hutan ikutan lainnya yang memiliki potensi ekonomi cukup tinggi khususnya kayu,
sedangkan hasil hutan ikutan seperti berbagai jenis rotan, damar, gaharu dan lain-lain.
Adapun perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang usaha perkayuan ini terdiri dari
tiga (3) pemegang HPH dengan luas areal 144.325 ha. Produksi hutan dan hasil hutan ikutan
tahun 2009, yaitu sebagai berikut:
1. Kayu bulat menghasilkan 27.813,08 m3
2. Kayu olahan menghasilkan 7.381,85 m3
3. Rotan irit / taman menghasilkan 3.592,5 ton
4. Damar menghasilkan 20 Kg
5. Kulit Gemor menghasilkan 27 Ton

2.3.1 keadaan endapan

Genesa Endapan Bauksit

You might also like