Professional Documents
Culture Documents
Promosi Kesehatan
Disusun oleh :
DIV KEBIDANAN
1
KATA PENGANTAR
Segala ucap syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya beserta segala kemudahan, sehingga tim penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Perubahan Perilaku dengan sebaik
mungkin dan insya Allah bermanfaat bagi semua pembaca.
Dalam proses penyelesaian makalah ini, tim penulis banyak mendapatkan
dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, karenanya pada kesempatan ini tim
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
1. Bunda Sri Sumiati AB, M.Kes. selaku dosen
2. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu
penyusunan tugas ini
Dengan selesainya makalah sebagai salah satu tugas Promosi kesehatan ini,
tim penulis menyadari bahwa makalah penuh dengan kekurangan,oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk makalah yang
lebih baik kedepannya. Dan akhirnya dengan penuh harapan semoga makalah ini
bermanfaat juga menambah wawasan bagi pembaca.
Bengkulu, Februari 2017
DIV Kebidanan
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... 1
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................ 4
A. Latar Belakang.................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................... 4
C. Tujuan................................................................................................. 4
A. Teori Bloom........................................................................................ 5
B. Teori Lawrence Green........................................................................ 9
C. Snehandu B Karr................................................................................. 17
D. Teori WHO......................................................................................... 22
E. Teori HBM.......................................................................................... 27
F. Teori Sterss Coping............................................................................ 37
BAB 3. PENUTUP........................................................................................ 47
A. Kesimpulan......................................................................................... 47
B. Saran .................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
respon. Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor
dan tindakan (ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orang tua, teman,
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar.
lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku
tersebut. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian
terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri
yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap
perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang
merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah
perilaku yang serupa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori perubahan perilaku Bloom ?
2. Bagaimana teori perubahan perilaku Lawrence Green ?
3. Bagaimana teori perubahan perilaku Snehandu B Karr ?
4. Bagaimana teori perubahan perilaku WHO ?
5. Bagaimana teori perubahan perilaku HBM ?
6. Bagaimana teori perubahan perilaku Stress Coping ?
C. Tujuan
Untuk memberikan wawasan pengetahuan tentang teori perubahan perilaku
Bloom, Lawrence Green, Shehandu B Karr, WHO, HBM, Stress Coping.
4
DOSEN PEMBIMBING : SRI SUMIATI, S.Pd. M.Kes
KELOMPOK 1
Masdiana
Mutiara Miftahul Jannah
Niken Agustina
Tri Susanti
Unthia Awanda Oktari
Willia Sari
Yolanda Vebyola
TEORI BLOOM
5
hipertensi, DM dan sebagaianya. Lingkungan meliputi keterpaparan individu dari
hal yang menyebabkan penyakit degenerative, misalnya terpapar radiasi dll.
Determinan perilaku dalam hal penyakit degenerative misalnya adalah gaya hidup
individu yang menyebabkan munculnya penyakit degenaratif, misanya gemar
mengkonsumsi diet yang tinggi kolesterol, MSG, dll. Determinan pelayanan
kesehatan pada penyakit degenerative meliputi kemmpuan dan ketersediaan
institusi pelayanan kesehatan dalam menangani penyakit degenerative.
1. Pengetahuan (kognitif)
a. Tahu (Know)
b. Memahami (Comprehension)
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesa
f. Evaluasi
6
c. Interest
d. Evaluation
e. Trial
f. Adoption
2. Sikap (afektif)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
d. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan :
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
4) Bertanggung jawab (responsible)
DAFTAR PUSTAKA
7
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta
MAKALAH
Promosi Kesehatan
Kelompok 2 :
8
3. Indah Muthara
4. Lucy Dwi Sari
5. Renda Pramesti
6. Siska Winarti
7. Vita Afriani
DIV KEBIDANAN
TEORI LAWRENCE GREEN
9
masyarakat. Sebagai contoh: ibu hamil akan mudah mendapatkan tablet Fe
apabila tersedianya tablet Fe dipuskesmas atau rumah sakit.
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor penguat merupakan faktor penyerta perilaku atau yang dating
sesudah perilaku itu ada. Hal-hal yang termasuk dalam faktor ini adalah
keluarga, teman, petugas kesehatan, dan sebagainya. Sebagai contoh: ibu
hamil akan teratur minum tablet Fe apabila dia didukung atau diingatkan
oleh keluarga, suami, dan sebagainya.
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
B: f (PF,EF,RF)
Dimana: B: Behavior
PF: Predisponding Factors
EF: Enabling Factors
RF: Reinforcing Factors
F: Factors
10
Berdasarkan tiga faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan
promosi kegiatan sebagai pendekatan perilaku kehendaknya diarahkan kepada
kepada tiga faktor tersebut.
1. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor predisposisi
adalah dalam bentuk pemberian informasi atau pesan kesehatan dan
penyuluhan kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan pengetahuan dan
sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh seseorang atau masyarakat
sehingga akan mempermudah terjadinya perilaku sehat mereka. Upaya
ini dimaksudkan untuk meluskan tradisi, kepercayaan, milai-nilai, dan
sebagainya yang tidak kondusf bagi perilaku sehat.
2. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan untuk faktor pendukung/
pemungkin adalah memberdayakan masyarakat melalui pengembangan
masyarakat, diharapkan masyarakat mampu memfasilitasi diri mereka
atau masyarakat sendiri untuk berperilaku sehat
3. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan pada faktor penguat adalah
dengan pelatihan-pelatihan kepad keluarga,toko masyarajat untuk
menguatkan perilaku yang sudah terbentuk.
Contoh:
11
masyarakat lain disekitarnya tidak pernah memberikan contoh / penyuluhan
tentang pentingya pemeriksaan kehamilan (reinforcing factors).
PRECEDE terdiri dari lima langkah atau fase. Tahap pertama, melibatkan
penentuan kualitas hidup atau masalah sosial dan kebutuhan masyarakat tertentu.
Tahap kedua terdiri dari mengidentifasikan factor-faktor penentu kesehatan dari
masalah dan kebutuhan. Tahap ketiga, melibatkan analisis factor-faktor penentu
prilaku dan lingkungan dari ganguan kesehatan. Pada tahap ke empat, faltor-faktor
yang memmengaruhi untuk, memperkuat,dan memungkinkan prilaku dan gaya
hidup di identifikasi.tahap kelima melibatkan dan memastikan promosi
kesehatan,kesehatan pendidikan dan atau kebijakan yang berhubungan dengan
intervensi terbaik akan cocok untuk mendorong perubahan yang di dinginkan
dalam prilaku atau lingkungan dan factor-faktor yang mendukung prilaku dan
lingkungan mereka.
12
Qualit
y of
life
13
menganggap masalah ini menjdi penting. Lainkali, mereka memilih intervensi
mereka dan merasa nyaman menggunakannya bukan mecari intervensi yag tepat
untuk populasi tertentu. Namun apa yang telah di laluinya untuk satu kelompok
orang mungkin tidak bekerja lagi bagi orag lain, mengingat betapa orang sangat
berbeda dalam prioritas mereka, nilai dan prilaku. PRECEDE-PROCEED karena
itu di mulai dengan mlibatkan penduduk kepentingn diri mereka dalam proses
identifikasi kesehatan mereka yang paling penting atau kualitas pada masalah
kehidupan. Kemudian panduan model peneliti dan praktisi untuk menentukan
apayang menyebabkan isu sehat mereka adalah, apa yang harus mendahului
mereka, dengan cara ini, intervensi dapat di rancang tidak berdasarkan pada
Spekulasi tapi lebih pada pemahaman yang jelas tentang faktor apa yang
mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup masalah pada populasi itu. Selain itu,
perkembangan dari fase ke fase dalam PRECEDE memungkinkan praktisi untuk
menetapkan prioritas dalam setiap fase yang membantu mempersempit fokus
dalam setiap tahapan berikutnya sehingga sampai pada subset erat didefinisikan
faktor sebagai target untuk intervensi. Hal ini penting, karena tidak ada program
tunggal mampu menangani semua faktor predisposing, enabling, dan reinforcing
untuk semua perilaku, gaya hidup, dan lingkungan yang mempengaruhi semua
masalah kesehatan dan kualitas hidup yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
14
Novita Nesi, Franciska Yunetra,2011. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan
Kebidanan,Salemba Medika:Jakarta
MAKALAH
DETERMINAN PERILAKU
MENURUT TEORI SNEHANDU B. KAR
Promosi Kesehatan
15
DOSEN PEMBIMBING : Bunda Sri Sumiati AB, M.Kes.
Disusun oleh:
1. Hamidah Dewi Putri
2. Intan Permata Sari
3. Khariza Fadhila Syahnaz
4. Maya Selvia Puspa
5. Putri Melati Wulandini
6. Verence Rapita Indah
DIV KEBIDANAN
Determinan Perilaku Menurut Teori Snehandu B. Kar
16
1. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek
atau stimulus di luar dirinya. Misalnya, orang mau membuat jamban/ WC
keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai niat untuk itu.
2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social support). Di dalam
kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung
memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku tersebut
bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan
merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula, untuk berperilaku
kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya, paling tidak,
tidak menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.
3. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya
informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
Sebuah keluarga mau ikut program keluarga berencana, apabila keluarga ini
memperoleh pejelasan yang lengkap tentang keluarga berencana: tujuan ber
KB, bagaimana cara ber-KB (alat-alat kontrasepsi yang tersedia), akibat-akibat
sampingan ber-KB dan sebagainya.
4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk
mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya
masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri, dalam pengambilan
keputusan masih sangat tergantung kepada suami. Contoh, untuk membawa
anaknya yang sakit ke Puskesmas harus menunggu setelah suaminya pulang
kerja. Demikian pula, untuk periksa hamil, seorang istri harus memperoleh
persetujuan dari suami, dan kalo suami tidak setuju maka tidak akan ada
pemeriksaan kehamilan.
5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk
bertindak apa pun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat.
Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang
tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat
misalnya, jelas sangat bergantug pada kondisi ekonomi dari orang yang
bersangkutan. Meskipun faktor yang lain tidak ada masalah, tetapi apabila
kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan
terjadi.
17
Uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Di mana:
B = Behaviour
f = fungsi
BI = Behaviour Intention
SS = Social Support
AI = Accessebility of Information
PA = Personal Autonomy
AS = Action Situation
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta
20
DOSEN PEMBIMBING : SRI SUMIATI, S.Pd. M.Kes
KELOMPOK 4
Annisa Yusra A
Ayu Permata Sari
Dwi Risky S
Jesica Mulyadi
Rahma Putri
Rozalia Jumni P
21
Seseorang yang dianggap penting maka yang ia perbuat dan ucapkan cenderung
untuk ditiru. Nilai-nilai, kebiasaan, perilaku normal dan penggunaan sumber di
dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu masyarakat akan menghasilkan
suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Menurut
World Health Organization (WHO), bentuk-bentuk perubahan perilaku dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
1. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan itu disebabkan
karena kejadian alamiah. Perubahan alamiah berarti perubahan tersebut
terjadidengan sendirinya karena seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan
di sekitarnya. Lingkungan di sini adalah lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi,
dan sebagainya, misalnya : orang yang tinggal di pinggir sungai, maka semua
kegiatan sehari-harinya mulai dari mencuci, mandi, masak, minum, buang air
besar, dan sebagainya dilakukan di sungai. Con toh yang lain : ibu mempunyai
bayi usia 3 bulan belum membawa anaknya untuk diimunisasi karena adanya
budaya di daerah tersebut yang menganggap tabu apabila membawa bayinya
tersebut keluar rumah, maka ibu tersebut tidak akan membawa bayinya untuk
diimunisasi dikarenakan menghormati budaya setempat.
2. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku karena sudah direncanakan oleh individu sendiri,
misalnya : seorang perokok berat terdiagnosis kanker paru-paru stadium dini,
maka ia akan memutuskan untuk mengurangi merokok bahkan sampai tidak
merokok lagi (berhenti merokok).
22
berubah yang berbeda-beda meskipun kondisinya sama, misalnya :pemerintah
menurunkan program imunisasi nasional (PIN) untuk mengeliminasi polio, ada
sebagian masyarakat yang menerima/mendukung program tersebut dengan cara
datang ke tempat pelayanan yang telah disiapkan pemerintah untuk
mengimunisasikan anaknya, sebagian lagi tidak menerima program tersebut
karenamenganggap bahwa imunisasi bisa menyebabkan anak merek demam dan
menganggap kalau sesuatu yang diberi secara gratis biasanya tidak baik.
Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari dalam meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap,
emosi, motivasi, yang berfungsi untuk mengolah rangsang dari luar. Faktor luar
individu meliputi lingkungan sekitar baik fisik seperti iklim, manusia, sosial,
ekonomi, budaya dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit
dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang,
sehingga proses terbentuknya perilaku ini dapat diilustrasikan seperti gambar 1
(satu) (Notoatmodjo, 1997) .
B. Strategi perubahan perilaku
Strategi adalah cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi
promosi kesehatan secara efektif dan efisien, untuk mendapatkan perubahan
perilaku sesuai dengan tujuan promosi kesehatan yaitu perilaku dan lingkuangan
yang kondusikanf bagi kesehatan. Menurut WHO strategi peruahan perilaku
masyarakat dapata dikelompokkan menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan.
Perubahan perilaku seseorang terjadi karena adanya kekuatan yang
mendorong perilaku tersebut, misalnya : adanya undang-undang/peraturan
yang harus dipatuhi oleh masyarakat, dengan cara ini akan menghasilkan
perubahan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan perilaku tersebut belum
tentu berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau
belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Pemberian informasi ke masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat
dapat memberikan kesdaran pada diri mereka yang pada akhirnya dapat
23
mengubah perilaku masyarakat. Strategi perubahan perilaku ini lebihbaik
daripada cara yang pertama, dikarenakan meraka tidak memakai kekerasan.
Hasil atau perubahan perilaku ini memerlukan waktu yang lama, tetapi
perubahan perilakunya akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran
mereka sendiri (bukan karena paksaan). Sebagai contoh: memberikan
informasi tentang pola hidup sehat, cara pemeliharaan penyaki, cara
pencegahan penyakit, tanda-tanda bahaya kehamilan, dan sebagainya.
3. Diskusi partisipasi
Diskusi partisipasi merupakan peningkatan daricara yang kedua yaitu
pemberian informasi. Pada saat diskusi terjadi komunikasi dua arah. Hal ini
berarti bahwa masyarkat tidak pasif menerima informasi, tetapi diharapkan
aktif berpartisipasi pada saat menerima informasi.
Pada saat diskusi tidak ada pemaksaan kepada penduduk,tetapi petugas
kesehatan membantu masyarakat untuk berpikir tentang masalah kesehatan
yang dihadapi dan meminta mereka memikirkan jalan pemecahannya. Hal ini
berarti masyarakat turut berperan serta bertindak untuk meningkatkan
kesehatan meraka.
Dengan demikian, pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilak meraka
diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang
mereka peroleh akan lebih langgeng lagi. Diskusi partisipasi adalah cara yang
baik dalam rangka memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan
kesehatan.
Daftar Pustaka
Depkes RI dan FKM UI. 2009. Promosi Kesehatan Komitmen Global dari
Ottawa
Jakarta Nairobi menuju Rakyat Sehat. Jakarta : Depkes RI
24
Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.
MAKALAH
TEORI PERUBAHAN PERILAKU HBM
25
Di Susun Oleh :
1. Ayu Fitrianti
2. Dwi Yuli Hartini
3. Elysabeth Sembiring
4. Kholifatul Jannah
5. Mutia Puteri Cahyani
6. Ria Utami
Dosen Pembimbing :
Sri Sumiati, M.Kes
26
kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat. Untuk menerima
usaha sama dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit yang
diselenggarakan oleh provider. Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori
yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit atau preventif behavior, yang
oleh Becker tahun 1974 mengembangkan dari teori lapangan (field theory)
oleh Lewin tahun 1954 menjadi model kepercayaan kesehatan/ health belief
model.
Health Belief Model (HBM) menjadi salah satu kerangka konseptual yang
digunakan secara luas di dalam perilaku kesehatan selama 5 dasawarsa.HBM
digunakan untuk menjelaskan perubahan dan pemeliharaan dari perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, serta sebagai sebuah kerangka pedoman dari
intervensi perilaku kesehatan.HBM menggambarkan, membandingkan, dan
menganalisa dengan menggunakan sebuah aturan yang luas dari beraneka ragam
27
teknik analitik. Lebih dari 2 dasawarsa yang lalu, lebih banyak penelitian yang
melakukan penetapan ukuran dari kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap
kondisi kesehatan dan hubungan antara kepercayaan-kepercayaan ini.
HBM mulai berkembang pada tahun 1950 oleh sebuah kelompok ahli ilmu
jiwa sosial di US.Pelayanan kesehatan masyarakat menjelaskan kegagalan yang
tersebar luas dari keikutsertaan individu dalam program untuk pencegahan dan
pendeteksian penyakit (Hochbaum, 1958; Rosenstock, 1960, 1974).Kemudian
model ini menyampaikan tentang respon orang untuk berbagai gejala (Kirscht,
1974) dan tingkah laku mereka sebagai respons untuk mendiagnosa penyakit,
dengan factor-faktor yang adheren untuk aturan hidup dalam kedokteran (Becker,
1974).Pada umumnya, sekarang timbul kepercayaan/ keyakinan bahwa orang
lebih memilih tindakan pencegahan, perlindungan atau untuk mengontrol keadaan
sakit dan sehat.
28
mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha
mencegah penyakit tersebut.
3 Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan
atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh
terhadap kesehatan/ kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap
orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.
29
Usia, gender, etnis Manfaat yang
Kepribadian dirasakan dikurangi
Pengetahuan Sosial- hambatan untuk
ekonomi mengubah perilaku
Isyarat untuk
bertindak
Pendidikan
Gejala,
Figur 3.2 Komponen Model Keyakinan Kesehatan dan Hubungan
Antarkomponen
30
pencegahan, namun juga meliputi keadaan kesakitan dan perilaku peran
sakit.Penelitian terjadinya gejala dan respon terhadap gejala
menggambarkan secara lengkap bagaimana individu menginterpretasikan
keadaan tubuh dan bagaimana berperilaku selektif. Gambaran tentang
kesakitan diterjemahkan ke dalam variabel-variabel HBM. Selanjutnya
variabel-variabel ini digunakan untuk meramalkan perilaku berikutnya.
31
belakang budaya), variable sosiopsikologis (kepribadian, kelas sosial,
tekanan sosial), dan variabel structural (pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya).Sebagai contoh, orang tua dan remaja akan memandang
penyakit jantung atau kanker secara berbeda. Sikap orang sudah memiliki
pengalaman dengan penyakit tertentu akan berbeda dibandingkan dengan
orang yang tidak memiliki pengalaman ini.
Contoh : ibu hamil yang tahu bahwa senam hamil akan mempermudah ibu
dalam proses persalinan nanti, maka ia akan rutin mengikuti kelas senam
hamil; orang tua yang pernah mempunyai anak yang terkena polio karena
tidak mendapat imunisasi polio, maka untuk anak yang selanjutnya ia akan
berusaha untuk mendapatkan imunisasi polio dengan harapan agar
anaknya yang sekarang tidak lagi mengalami polio. Adapun model
kepercayaan kesehatan dapat digambarkan dalam skema 1.
32
Skema Health Belief Model
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta:EGC
34
PROMOSI KESEHATAN
STRESS COPING
35
Disusun Oleh Kelompok 6:
1. Alyxia Gita Stellata
2. Hikmarika Apriyani
3. Jumetri Anggraini
4. Meri Septiani Hamidi
5. Mutiatul Azizah
6. Pelita Seriwahyuni Sitepu
D4 KEBIDANAN
A. Perubahan Perilaku
36
internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga
merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat
dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme
tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini
merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku
manusia.
37
1. Variabel dalam kondisi individu : umur,tahap
kehidupan,jenis
kelamin,temperamen,genetic,intelejensi,pendidikan,suku,keb
udayaan,status ekonomi, dan kondisi fisik.
2. Karakteristik kepribadian : introvert-ekstrovert,stabilitas
emosi secara umum,kepribadian,kekebalan, dan sebagiannya.
3. Variable social-kognitif:dukungan social yang
dirasakan,jaringan social,control pribadi yang dirasakan.
4. Hubungan dengan lingkungan social,dukungan social yang
diterima,integrasi dalam jaringan social.
5. Strategi coping
Menurut Diana faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang atau
penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau
mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, reaksi
terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu
mempersepsi suatu peristiwa. Hal ini sependapat dengan Sellye bahwa
stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat menjadi
peristiwa positif dan tidak berbahaya atau menjadi peristiwa yang
berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif individu sangat
berpengaruh terhadap respon yang akan muncul (Umam, 2010).
38
atau cedera, keuangan, kematian seseorang yang dicintai);pengaruh-
pengaruh kimia dan lingkungan (cuaca, kebisingan,makanan);kejadian-
kejadian positif (pernikahan, liburan); gaya hidup atau faktor-faktor
emosional (gelisah, takut, keyakinan-keyakinan yang kaku, jadwal-jadwal
yang padat);relasi (konflik dalam komunikasi, masalah-masalah dalam
hubungan pribadi);hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan (kehilangan,
berhenti, tanggung jawab pekerjaan yang membingungkan). Satu sumber
stress lain yang besar namun sering tidak diperhatikan adalah logika
pribadi seseorang.
Tuntutan-tuntutan stres hidup mempunyai potensi menambah
stress.Lalu lintas yang padat, orang yang agresif, dan tuntutan-tuntutan dah
harapan-harapan yang berlebihan dalam pekerjaan dapat merangsang
stress. Tuntutan-tuntutan yang muncul dalam berelasi pasangan hidup,
anak-anak, dan kawan-kawan dekat juga dapat menjadi sumber stress.
Satu pandangan yang sangat menarik dari sumber-sumber peristiwa
kehidupan umum dari stress dikembangkan pada tahun 1970 oleh psikiater
Universitas Washington, Thomas H. Holmes dan Richard Rahe. Holmes
dan Rahe mengidentifikasi 43 sumber-sumber umum stress dari
pengalaman setiap hari. Di sini ada 10 peristiwa yang paling menyebabkan
stress:
1. Meninggalanya pasangan hidup
2. Perceraian
3. Pemisahan yang berhubungan dengan perkawinan
4. Masa tahanan
5. Kematian anggota keluarga dekat
6. Luka pribadi atau sakit
7. Pernikahan
8. Dipecat dari pekerjaan
9. Rekonsiliasi yang berhubungan dengan perkawinan
10. Pensiun
C. Stress Koping
39
dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi
situasi stress.
Fungsi dan jenis coping adalah sebagai berikut:
1. Emotion-focused coping
a. Digunakan untuk mengatur respons emosional terhadap sres.
b. Pengaturan ini melalui perilaku individu,seperti penggunaan
alcohol,bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak
menyenangkan ,melalui strategi kognitif.
c. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi stress,individu akan
cenderung mengatur emosinya.
2. Problem-focused coping
a. Untuk mengurangi stressor,individu akan mengatasi dengan
mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru,
individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila dirinya
yakin akan dapat mengubah situasi.
b. Metode atau fungsi massalah ini lebih sering digunakan oleh orang
dewasa.
40
mengendalikan masalah (masalah yang terkait dengan pekerjaan). Cara kedua
adalah respons berfokus pada emosi (emotion focus), yaitu respons diarahkan
pada reaksi emosional individu/internal. Stress dihilangkan dengan cara
mengatur konsekuensi stress emosional dari peristiwa dan cenderung
digunakan untuk menangani masalah-masalah yang tidak terkandali (beberapa
jenis masalah kesehatan).
Model transaksional dari stress dan koping adalah suatu kerangka kerja untuk
mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stress. Pengalaman stress ditafsirkan
sebagai transaksi orang dengan lingkungannya. Transaksi ini tergantung pada
dampak dari stressor eksternal. Hal ini demediasi oleh penilaian pertama orang
tentang stressor dan penilaian kedua pada sumber daya social atau budaya
sekitarnya. Ketika berhadapan dengan stresot, seseorang engavaluasi potensi
ancaman atau disebut dengan penilaian primer, yaitu penilaian seseorang
tentang makna dari suatu peristiwa sebagai stress, positif, terkendali,
menantang, atau tidak relevan. Penilain kedua menghadapi stressor adalah
evaluasi pengendalian stressor dan sumber daya yang dimiliki untuk
menghadapinya. Sebagai contoh, penilaian sumber daya masyarakat dalam
mengatasi dan membuat sebuah pilihan seperti apa yang dapat dilakukan
tentang situasi yang terjadi (cohen, 1984). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada table 3.4
Table 3.1 kunci konstruksi model transaksi stres dan koping (glanz.dkk.2002)
Konsep Definisi
Penilaian primer (primary Evaluasi makna dari suatu stressor atau peritiwa
appraisal) mengancam.
Penilaian sekunder Evaluasi pengendalian dari stressor dan sumber daya
(secondary appraisal) untuk menghadapinya.
Upaya koping Strategi realisasi digunakan untuk menengahi
penilaian primer dan sekunder
Manajemen masalah Masalah diarahkan untuk mengubah situasi stress.
Regulasi emosi peraturan bertujuan mengubah cara berpikir dalam
menghadapi situasi stress.
Meaning-based koping Koping mendorong emosi positif yang pada
gilirannya menopang protes koping dengan
41
memungkinkan pemeragaan masalah atau emosi
terfokus koping.
Outcomes of koping Emosional kesejahteraan, status fungsional, perilaku
kesehatan.
Penempatan tipe koping Menggeneralisasi cara berperilaku yang dapat
yang sesuai (dispositional mempengaruhi reaksi seseorang secara emosional
koping styles) atau menghadapi stressor, relative stabil sepanjang
waktu dan situasi.
Optimism Kecenderungan untuk memiliki harapan umum
positif bagi hasil.
Information seking Mencari gaya waspada (pemantauan) diandingkan
dengan mereka yang melibatkan penghindaran
(menumpulkan)
42
Factor penting dalam mengatasi stress adalah apakah hal itu
mempengaruhi dan bagaimana orang mencari perawatan medis atau dukungan
social pada orang professional. Contoh pemahaman gaya hidup pasian kanker
yang mencari berbagai perawatan. Perawatan yang dicari pasien
kankertersebut harus berisi penilaian primer,penilaian sekunder, dan strategi
penanggulangan spesifik. Penilaian primer berupa persepsi terhadap risiko
kekambuhan, sedangkan penilaian sekunder dapat berupa keberhasilan diri
dalam pengadopsi perilaku kesehatan yang direkomendasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Gross, R. 2012. Psychology: The Science Of Mind and Behavior (Edisi Keenam).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hawari, D. 1997.Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:
PT.Dana Bhakti Prima Yasa
McKay, G & Don, D. 2002. How You Feel Is Up To You The Power of Emotional
Choice.Jakarta: PT Grasindo.
43
Mubarak,Wahit Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan.
Jakarta:Salemba Medika
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Bloom, 1978, yang termasuk ke dalam determinan kesehatan
meliputi genetic, lingkungan, peleyanan kesehatan, dan perilaku individu. teori
Lawrence Green (1980) Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh
dua factor pokok ,yaitu factor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar
perilaku (nonbehavior causes). Teori Snehandu B. Karr Adanya niat (intention)
Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social support) Terjangkaunya
informasi (accessibility of information) Adanya otonomi atau kebebasan
pribadi (personal autonomy) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan
(action situation). Menurut World Health Organization (WHO), bentuk-bentuk
44
perubahan perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu Perubahan
Alamiah (Natural Change) Perubahan Terencana (Planned Change) dan
Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change). Model keyakinan kesehatan
(Health Belief Model-HBM) dikembangkan sejak 1950 yang digunakan untuk
menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara luas dalam program
pencegahan atau deteksi . Stres adalah tanggapan atau reaksi tubuh terhadap
berbagai tuntutan atau beban atasnya yang bersifat non spesifik. Namun, di
samping itu stres dapat juga merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus
akibat dari suatu gangguan atau penyakit. Dibutuhkan strategi copingyang tepat
dalam mengatasi segala macam kondisi stres dan yang tidak kalah penting
faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang atau penilaian terhadap situasi
dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi
yang dihadapi.
B. Saran
Bidan diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat menjadi perilaku
hidup bersih dan sehat melalui promosi kesehatan, maka makalah ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa bidan
bagaimana teori perubahan perilaku.
45