You are on page 1of 45

MAKALAH

TEORI PERUBAHAN PERILAKU

Promosi Kesehatan

DOSEN PEMBIMBING : Bunda Sri Sumiati AB, M.Kes.

Disusun oleh :

DIV KEBIDANAN TK. II

POLITEKNIK KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

DIV KEBIDANAN

1
KATA PENGANTAR

Segala ucap syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya beserta segala kemudahan, sehingga tim penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Perubahan Perilaku dengan sebaik
mungkin dan insya Allah bermanfaat bagi semua pembaca.
Dalam proses penyelesaian makalah ini, tim penulis banyak mendapatkan
dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, karenanya pada kesempatan ini tim
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
1. Bunda Sri Sumiati AB, M.Kes. selaku dosen
2. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu
penyusunan tugas ini
Dengan selesainya makalah sebagai salah satu tugas Promosi kesehatan ini,
tim penulis menyadari bahwa makalah penuh dengan kekurangan,oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk makalah yang
lebih baik kedepannya. Dan akhirnya dengan penuh harapan semoga makalah ini
bermanfaat juga menambah wawasan bagi pembaca.
Bengkulu, Februari 2017

DIV Kebidanan

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... 1

KATA PENGANTAR..................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................. 3

BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................ 4

A. Latar Belakang.................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................... 4
C. Tujuan................................................................................................. 4

BAB 2. PEMBAHASAN ............................................................................. 5

TEORI PERUBAHAN PERILAKU PROMOSI KESEHATAN

A. Teori Bloom........................................................................................ 5
B. Teori Lawrence Green........................................................................ 9
C. Snehandu B Karr................................................................................. 17
D. Teori WHO......................................................................................... 22
E. Teori HBM.......................................................................................... 27
F. Teori Sterss Coping............................................................................ 37

BAB 3. PENUTUP........................................................................................ 47

A. Kesimpulan......................................................................................... 47
B. Saran .................................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

3
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
respon. Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor
dan tindakan (ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orang tua, teman,
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar.
lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku
tersebut. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian
terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri
yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap
perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang
merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah
perilaku yang serupa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori perubahan perilaku Bloom ?
2. Bagaimana teori perubahan perilaku Lawrence Green ?
3. Bagaimana teori perubahan perilaku Snehandu B Karr ?
4. Bagaimana teori perubahan perilaku WHO ?
5. Bagaimana teori perubahan perilaku HBM ?
6. Bagaimana teori perubahan perilaku Stress Coping ?
C. Tujuan
Untuk memberikan wawasan pengetahuan tentang teori perubahan perilaku
Bloom, Lawrence Green, Shehandu B Karr, WHO, HBM, Stress Coping.

TUGAS PROMOSI KESEHATAN


TEORI PERUBAHAN PERILAKU BLOOM

4
DOSEN PEMBIMBING : SRI SUMIATI, S.Pd. M.Kes

KELOMPOK 1

Masdiana
Mutiara Miftahul Jannah
Niken Agustina
Tri Susanti
Unthia Awanda Oktari
Willia Sari
Yolanda Vebyola

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
DIV KEBIDANAN

TEORI BLOOM

Menurut Bloom, 1978, yang termasuk ke dalam determinan kesehatan


meliputi genetic, lingkungan, peleyanan kesehatan, dan perilaku individu.
Determinan kesehatan pada penyakit degenerative berupa : genetic: bakat
penyakit dari seorang individu yang diturunkan oleh orang tuanya; misalnya

5
hipertensi, DM dan sebagaianya. Lingkungan meliputi keterpaparan individu dari
hal yang menyebabkan penyakit degenerative, misalnya terpapar radiasi dll.
Determinan perilaku dalam hal penyakit degenerative misalnya adalah gaya hidup
individu yang menyebabkan munculnya penyakit degenaratif, misanya gemar
mengkonsumsi diet yang tinggi kolesterol, MSG, dll. Determinan pelayanan
kesehatan pada penyakit degenerative meliputi kemmpuan dan ketersediaan
institusi pelayanan kesehatan dalam menangani penyakit degenerative.

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu di


dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga
domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah
affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk


kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

1. Pengetahuan (kognitif)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah


seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :

a. Tahu (Know)
b. Memahami (Comprehension)
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesa
f. Evaluasi

Domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang,


ialah:
a. Proses adopsi perilaku
b. Awareness

6
c. Interest
d. Evaluation
e. Trial
f. Adoption

2. Sikap (afektif)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
d. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan :
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
3) Menghargai (valuing)
4) Bertanggung jawab (responsible)

3. Praktik atau tindakan (piskomotor)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini
mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
b. Respon terpimpin (guide response)
c. Mekanisme (mecanism)
d. Adopsi (adoption)

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soelidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo.2010. Promosi Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta


Notoatmodjo, Soelidjo.2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka
Cipta
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2006. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

7
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta

MAKALAH

TEORI PERUBAHAN PERILAKU LAWRENCE GREEN

Promosi Kesehatan

DOSEN PEMBIMBING : Bunda Sri Sumiati AB, M.Kes.

Kelompok 2 :

1. Dwi Gita Pratiwi


2. Hanifa

8
3. Indah Muthara
4. Lucy Dwi Sari
5. Renda Pramesti
6. Siska Winarti
7. Vita Afriani

POLITEKNIK KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

DIV KEBIDANAN
TEORI LAWRENCE GREEN

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan perilaku


dari analisis factor-faktor yang memengaruhi perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, salah satunya adalah teori Lawrence Green (1980). Green mencoba
menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh dua factor pokok ,yaitu factor perilaku (behavior
causes) dan faktor diluar perilaku (nonbehavior causes) selanjutnya perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yang menentukan prilaku
sehingga menimbulkan perilaku yang positif adalah sebagai berikut:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors)


Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, yang termasuk dalam faktor ini
adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma social, dan
pengalaman. Sebagai contoh: perilaku ibu hamil dalam minum tablet Fe
akan termotivasi apabila ibu hamil tersebu tau manfaat dari tablet Fe.
Kepercayaan ibu hamil terhadap tablet Fe dapat mencegahnya anemia
akan bertambah apabila ibu tersebut sudah punya pengalaman dari
kehamilannya pertama.
b. Faktor pemungkin atau pendukung ( enabling factors)
Faktor pemungkin adalah faktor antecedent terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana yang termasuk
dalam faktor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana, atau pra sarana yang
mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau

9
masyarakat. Sebagai contoh: ibu hamil akan mudah mendapatkan tablet Fe
apabila tersedianya tablet Fe dipuskesmas atau rumah sakit.
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor penguat merupakan faktor penyerta perilaku atau yang dating
sesudah perilaku itu ada. Hal-hal yang termasuk dalam faktor ini adalah
keluarga, teman, petugas kesehatan, dan sebagainya. Sebagai contoh: ibu
hamil akan teratur minum tablet Fe apabila dia didukung atau diingatkan
oleh keluarga, suami, dan sebagainya.
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

B: f (PF,EF,RF)
Dimana: B: Behavior
PF: Predisponding Factors
EF: Enabling Factors
RF: Reinforcing Factors
F: Factors

Adapun skema kategori faktor yang member konstribusi atas perlaku


kesehatan menurut L.Green (1980) adalah sebagai berikut.

Tiap-tiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi dari pengaruh


ketiga faktor yang dapat memengaruhi perilaku tersebut (predisposisi, pendukung,
dan penguat). Dengan kata lain, program penyebaran informasi kesehatan tanpa
memperhatikan pengaruh dari faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor
penguat tidak akan berhasil memengaruhi perilaku.

10
Berdasarkan tiga faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan
promosi kegiatan sebagai pendekatan perilaku kehendaknya diarahkan kepada
kepada tiga faktor tersebut.
1. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor predisposisi
adalah dalam bentuk pemberian informasi atau pesan kesehatan dan
penyuluhan kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan pengetahuan dan
sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh seseorang atau masyarakat
sehingga akan mempermudah terjadinya perilaku sehat mereka. Upaya
ini dimaksudkan untuk meluskan tradisi, kepercayaan, milai-nilai, dan
sebagainya yang tidak kondusf bagi perilaku sehat.
2. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan untuk faktor pendukung/
pemungkin adalah memberdayakan masyarakat melalui pengembangan
masyarakat, diharapkan masyarakat mampu memfasilitasi diri mereka
atau masyarakat sendiri untuk berperilaku sehat
3. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan pada faktor penguat adalah
dengan pelatihan-pelatihan kepad keluarga,toko masyarajat untuk
menguatkan perilaku yang sudah terbentuk.

Dari teori Lawrence Green tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku


seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dan sebagainya, dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan
terhadap kesehatan juga mendukung atau memperkuat terbentuknya perilaku.
Dengan demikian, perilaku manusia secara operasional dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam domain, yaitu perilaku dalam bentuk pemgetahuan, sikap dan
tindakan nyata atau perbuatan.

Contoh:

Seorang ibu hamil yang tidak mau memeriksakan kehamilannya di puskesmas


disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat dari
pemeriksaan kehamilan bagi ibu dan janin yang dikandung (predisposing factors).
Tetapi barangkali juga karena rumahnya jauh dari puskesmas tempat
memeriksakan kehamilannya atau peralatan yang tidak lengkap (enabling
factors). Sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh

11
masyarakat lain disekitarnya tidak pernah memberikan contoh / penyuluhan
tentang pentingya pemeriksaan kehamilan (reinforcing factors).

Teori Precede-Proceed (Lawrence W. Green)

Model PRECEDE-PROCEED menyediakan struktur yang komprehensif untuk


menilai kesehatan dan kualitas hidup dan kebutuhan untuk merancang,
melaksanakan, dan mengevaluasi promosi kesehatan dan program kesehatan
publik lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. PRECEDE
(Predisposing,Reinforcing dan Enabling Constructs dalam Educational Diagnosis
dan Evaluation) menguraikan proses perencanaan diagnostik untuk membantu
dalam pengembangan sasaran dan fokus program kesehatan masyarakat.
PROCEED (Policy, Regulatory dan Constructs, Organizational dalam
Educational dan Environment, Development) memandu pelaksanaan dan evaluasi
program yang dirancang menggunakan PRECEDE.

PRECEDE terdiri dari lima langkah atau fase. Tahap pertama, melibatkan
penentuan kualitas hidup atau masalah sosial dan kebutuhan masyarakat tertentu.
Tahap kedua terdiri dari mengidentifasikan factor-faktor penentu kesehatan dari
masalah dan kebutuhan. Tahap ketiga, melibatkan analisis factor-faktor penentu
prilaku dan lingkungan dari ganguan kesehatan. Pada tahap ke empat, faltor-faktor
yang memmengaruhi untuk, memperkuat,dan memungkinkan prilaku dan gaya
hidup di identifikasi.tahap kelima melibatkan dan memastikan promosi
kesehatan,kesehatan pendidikan dan atau kebijakan yang berhubungan dengan
intervensi terbaik akan cocok untuk mendorong perubahan yang di dinginkan
dalam prilaku atau lingkungan dan factor-faktor yang mendukung prilaku dan
lingkungan mereka.

PROCEED terdiri dari 4 tahap tambahan. Pada tahap keenam intervensi di


identifikasi dalam tahap lima di laksanankan. Tahap ketujuh memerlukan evaluasi
proses intervensi. Tahap kedelapan, melibatkan mengevaluasi dampak dari
intervensi pada factor-faktor pendukung prilaku, dan pada prilaku itu sendiri.
Tahap ksembilan dan terakhir terdiri evaluasi hasil adalah menentukan efek akhir
dari intervensi pada kualitas dan hidup penduduk.

12
Qualit
y of
life

Dalam praktik sebenarnya, PRECEDE dan PROCEED merupakan fungsi


dalam suatu siklus yang berkelanjutan. Informasi yang di kumpulkan dalam
PRECED dalah panduan [engembangan tujuan program dan sasaran dalam
pelaksanaan PROCEED. Informasi yang sama juga memberikan kriteria terhadap
keberhsln program diukur dalam evaluasi melanjutkan.pada gilirannya data yang
dikumpulkn dalam tahap pelaksanaan dan evaluasi PROCEED memperjelas
hubungan di periksa dalam PRECED antara kesehatan atau kualitas hidup hasil,
prilaku dan lingkungan perubanhan. Data ini juga menunjukkan bagaimana
program dapat di modifikasi untuk lebih dekat mencapai target dan tujuan mereka.

Di antara kontribusi dari model PRECEDE-PROCEED adalah bahwa hal itu


telah didorong dan memfasilitasi perencanaan yang lebih sistematis da
komprehensif dari program kesehatan masayarakat. Kadang-kadang praktisi da
peneliti berusaha untuk mengatasi kesehatan tertentu atau kualitas hidup masalah
dalam kelompok orang tertentu tanpa mengetahui apakah orang-orang

13
menganggap masalah ini menjdi penting. Lainkali, mereka memilih intervensi
mereka dan merasa nyaman menggunakannya bukan mecari intervensi yag tepat
untuk populasi tertentu. Namun apa yang telah di laluinya untuk satu kelompok
orang mungkin tidak bekerja lagi bagi orag lain, mengingat betapa orang sangat
berbeda dalam prioritas mereka, nilai dan prilaku. PRECEDE-PROCEED karena
itu di mulai dengan mlibatkan penduduk kepentingn diri mereka dalam proses
identifikasi kesehatan mereka yang paling penting atau kualitas pada masalah
kehidupan. Kemudian panduan model peneliti dan praktisi untuk menentukan
apayang menyebabkan isu sehat mereka adalah, apa yang harus mendahului
mereka, dengan cara ini, intervensi dapat di rancang tidak berdasarkan pada
Spekulasi tapi lebih pada pemahaman yang jelas tentang faktor apa yang
mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup masalah pada populasi itu. Selain itu,
perkembangan dari fase ke fase dalam PRECEDE memungkinkan praktisi untuk
menetapkan prioritas dalam setiap fase yang membantu mempersempit fokus
dalam setiap tahapan berikutnya sehingga sampai pada subset erat didefinisikan
faktor sebagai target untuk intervensi. Hal ini penting, karena tidak ada program
tunggal mampu menangani semua faktor predisposing, enabling, dan reinforcing
untuk semua perilaku, gaya hidup, dan lingkungan yang mempengaruhi semua
masalah kesehatan dan kualitas hidup yang menarik.

Aplikasi dari model PRECEDE-PROCEED di bidang kesehatan


masyarakat banyak sekali dan beragam. Model ini telah digunakan untuk
merencanakan, merancang, mengimplementasikan, dan/atau mengevaluasi
program untuk kesehatan yang beragam dan kualitas-hidup sebagai isu kanker
payudara,serviks, dan skrinning kanker prostat, pemeriksaan payudara sendiri,
pendidikan kanker, kesehatan jantung;kesehatan ibudan anak; pencegahan cedera,
kontrol berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, kontrol tembakau,
penyalahgunaan alkohol dan obat; gizi berbasis sekolah; kebijakan kesehatan
pendidikan, dan pengembangan kurikulum dan pelatihan bagi para profesional
perawatan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

14
Novita Nesi, Franciska Yunetra,2011. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan
Kebidanan,Salemba Medika:Jakarta

Mubarak Wahit Ikbal,2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan,Salemba


Medika:Jakarta

Kholid Ahmad,2014. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku,


Media dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada: Jakarta

MAKALAH

DETERMINAN PERILAKU
MENURUT TEORI SNEHANDU B. KAR
Promosi Kesehatan

15
DOSEN PEMBIMBING : Bunda Sri Sumiati AB, M.Kes.

Disusun oleh:
1. Hamidah Dewi Putri
2. Intan Permata Sari
3. Khariza Fadhila Syahnaz
4. Maya Selvia Puspa
5. Putri Melati Wulandini
6. Verence Rapita Indah

DIV KEBIDANAN TK. II

POLITEKNIK KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

DIV KEBIDANAN
Determinan Perilaku Menurut Teori Snehandu B. Kar

Karr seorang staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu


Perilaku, Universitas Kalifornia di Los Angeles, mengidentifikasi adanya 5
determinan perilaku, yaitu:

16
1. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek
atau stimulus di luar dirinya. Misalnya, orang mau membuat jamban/ WC
keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai niat untuk itu.
2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social support). Di dalam
kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung
memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku tersebut
bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan
merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula, untuk berperilaku
kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya, paling tidak,
tidak menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.
3. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya
informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
Sebuah keluarga mau ikut program keluarga berencana, apabila keluarga ini
memperoleh pejelasan yang lengkap tentang keluarga berencana: tujuan ber
KB, bagaimana cara ber-KB (alat-alat kontrasepsi yang tersedia), akibat-akibat
sampingan ber-KB dan sebagainya.
4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk
mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya
masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri, dalam pengambilan
keputusan masih sangat tergantung kepada suami. Contoh, untuk membawa
anaknya yang sakit ke Puskesmas harus menunggu setelah suaminya pulang
kerja. Demikian pula, untuk periksa hamil, seorang istri harus memperoleh
persetujuan dari suami, dan kalo suami tidak setuju maka tidak akan ada
pemeriksaan kehamilan.
5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk
bertindak apa pun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat.
Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang
tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat
misalnya, jelas sangat bergantug pada kondisi ekonomi dari orang yang
bersangkutan. Meskipun faktor yang lain tidak ada masalah, tetapi apabila
kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan
terjadi.

17
Uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:

B = f(BI, SS, AL, PA,AS)

Di mana:

B = Behaviour

f = fungsi

BI = Behaviour Intention

SS = Social Support

AI = Accessebility of Information

PA = Personal Autonomy

AS = Action Situation

Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat


ditentukan oleh niat orang terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan
dari masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan,
kebebasan dari individu untuk mengambil keputusan/ bertindak, dan situasi yang
memungkinkan ia berprilaku/ bertindak atau tidak berprilaku/ bertindak. Seorang
ibu yang tidak mau ikut KB (behaviour intention), atau barangkali juga karena
tidak ada dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Mungkin juga
karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat mengenai KB
(accessebility of information), atau mungkin ia tidak mempunyai kebebasan untuk
menentukan, misalnya harus tunduk kepada suaminya, mertuanya atau orang lain
yang ia segani (personal autonomy). Faktor lain yang mungkin menyebabkan ibu
ini tidak ikut KB adalah karena karena situasi dan kondisi yang tidak
memungkinkan, misalnya alasan kesehatan (action situation).

18
DAFTAR PUSTAKA

Hikmawati, Isna. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Yogyakarta: Muka


Medika
Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta

Maryam, Siti.2014. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan.


Jakarta:EGC.

Machfoed, Ircham dan Eko Suryani.2008.Pendikan Kesehatan Bagian dari


Promosi Kesehatan.Yogyakarta:Fitramaya.

19
Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta

TUGAS PROMOSI KESEHATAN


TEORI PERUBAHAN PERILAKU WHO

20
DOSEN PEMBIMBING : SRI SUMIATI, S.Pd. M.Kes

KELOMPOK 4

Annisa Yusra A
Ayu Permata Sari
Dwi Risky S
Jesica Mulyadi
Rahma Putri
Rozalia Jumni P

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
DIV KEBIDANAN

A. Bentuk bentuk perubahan perilaku


Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi sesuai dengan konsep yang
digunakan para ahli dalam pemhamannya terhadap perilaku. WHO menganalisa
bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah : Pemikiran dan
perasaannya (thought and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian seorang terhadap obyek kesehatan.

21
Seseorang yang dianggap penting maka yang ia perbuat dan ucapkan cenderung
untuk ditiru. Nilai-nilai, kebiasaan, perilaku normal dan penggunaan sumber di
dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu masyarakat akan menghasilkan
suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Menurut
World Health Organization (WHO), bentuk-bentuk perubahan perilaku dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
1. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan itu disebabkan
karena kejadian alamiah. Perubahan alamiah berarti perubahan tersebut
terjadidengan sendirinya karena seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan
di sekitarnya. Lingkungan di sini adalah lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi,
dan sebagainya, misalnya : orang yang tinggal di pinggir sungai, maka semua
kegiatan sehari-harinya mulai dari mencuci, mandi, masak, minum, buang air
besar, dan sebagainya dilakukan di sungai. Con toh yang lain : ibu mempunyai
bayi usia 3 bulan belum membawa anaknya untuk diimunisasi karena adanya
budaya di daerah tersebut yang menganggap tabu apabila membawa bayinya
tersebut keluar rumah, maka ibu tersebut tidak akan membawa bayinya untuk
diimunisasi dikarenakan menghormati budaya setempat.
2. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku karena sudah direncanakan oleh individu sendiri,
misalnya : seorang perokok berat terdiagnosis kanker paru-paru stadium dini,
maka ia akan memutuskan untuk mengurangi merokok bahkan sampai tidak
merokok lagi (berhenti merokok).

3. Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change)


Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan
didalam masyarakat yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku, maka yang
sering terjadiadalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan
perilaku tersebut, dan sebagian lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau
perubahan perilaku. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk

22
berubah yang berbeda-beda meskipun kondisinya sama, misalnya :pemerintah
menurunkan program imunisasi nasional (PIN) untuk mengeliminasi polio, ada
sebagian masyarakat yang menerima/mendukung program tersebut dengan cara
datang ke tempat pelayanan yang telah disiapkan pemerintah untuk
mengimunisasikan anaknya, sebagian lagi tidak menerima program tersebut
karenamenganggap bahwa imunisasi bisa menyebabkan anak merek demam dan
menganggap kalau sesuatu yang diberi secara gratis biasanya tidak baik.
Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari dalam meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap,
emosi, motivasi, yang berfungsi untuk mengolah rangsang dari luar. Faktor luar
individu meliputi lingkungan sekitar baik fisik seperti iklim, manusia, sosial,
ekonomi, budaya dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit
dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang,
sehingga proses terbentuknya perilaku ini dapat diilustrasikan seperti gambar 1
(satu) (Notoatmodjo, 1997) .
B. Strategi perubahan perilaku
Strategi adalah cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi
promosi kesehatan secara efektif dan efisien, untuk mendapatkan perubahan
perilaku sesuai dengan tujuan promosi kesehatan yaitu perilaku dan lingkuangan
yang kondusikanf bagi kesehatan. Menurut WHO strategi peruahan perilaku
masyarakat dapata dikelompokkan menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan.
Perubahan perilaku seseorang terjadi karena adanya kekuatan yang
mendorong perilaku tersebut, misalnya : adanya undang-undang/peraturan
yang harus dipatuhi oleh masyarakat, dengan cara ini akan menghasilkan
perubahan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan perilaku tersebut belum
tentu berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau
belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Pemberian informasi ke masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat
dapat memberikan kesdaran pada diri mereka yang pada akhirnya dapat

23
mengubah perilaku masyarakat. Strategi perubahan perilaku ini lebihbaik
daripada cara yang pertama, dikarenakan meraka tidak memakai kekerasan.
Hasil atau perubahan perilaku ini memerlukan waktu yang lama, tetapi
perubahan perilakunya akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran
mereka sendiri (bukan karena paksaan). Sebagai contoh: memberikan
informasi tentang pola hidup sehat, cara pemeliharaan penyaki, cara
pencegahan penyakit, tanda-tanda bahaya kehamilan, dan sebagainya.
3. Diskusi partisipasi
Diskusi partisipasi merupakan peningkatan daricara yang kedua yaitu
pemberian informasi. Pada saat diskusi terjadi komunikasi dua arah. Hal ini
berarti bahwa masyarkat tidak pasif menerima informasi, tetapi diharapkan
aktif berpartisipasi pada saat menerima informasi.
Pada saat diskusi tidak ada pemaksaan kepada penduduk,tetapi petugas
kesehatan membantu masyarakat untuk berpikir tentang masalah kesehatan
yang dihadapi dan meminta mereka memikirkan jalan pemecahannya. Hal ini
berarti masyarakat turut berperan serta bertindak untuk meningkatkan
kesehatan meraka.
Dengan demikian, pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilak meraka
diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang
mereka peroleh akan lebih langgeng lagi. Diskusi partisipasi adalah cara yang
baik dalam rangka memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan
kesehatan.

Daftar Pustaka
Depkes RI dan FKM UI. 2009. Promosi Kesehatan Komitmen Global dari
Ottawa
Jakarta Nairobi menuju Rakyat Sehat. Jakarta : Depkes RI

Green, Lawrence. 1980. Health Education: A Diagnosis Approach.The John


Hopkins University. Mayfield Publishinh Co.

Machfoedz dan Suryani. 2007. Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi

24
Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.

Muhana, S. Dan UI Hasanat. 2004. Modul Perilaku dan Perubahan


Perilaku.Yogyakarta: MPPK UGM.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku.


Jakarta : Rineka Cipta.

MAKALAH
TEORI PERUBAHAN PERILAKU HBM

25
Di Susun Oleh :

1. Ayu Fitrianti
2. Dwi Yuli Hartini
3. Elysabeth Sembiring
4. Kholifatul Jannah
5. Mutia Puteri Cahyani
6. Ria Utami

Dosen Pembimbing :
Sri Sumiati, M.Kes

DIV KEBIDANAN TINGKAT II


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
T.A 2016

A Teori Perubahan Perilaku


1. Health Belief Model
Model keyakinan kesehatan (Health Belief Model-HBM) dikembangkan
sejak 1950 oleh kelompok ahli psikologi social dalam pelayanan kesehatan
masyarakat Amerika. Model ini digunakan untuk menjelaskan kegagalan
partisipasi masyarakat secara luas dalam program pencegahan atau deteksi
penyakit . Model ini juga sering dipertimbangkan sebagai kerangka utama
perilaku kesehatan yang dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang
kesehatan .Selain itu, Model Keyakinan Kesehatan digunakan untuk
mengidentifikasi prioritas beberapa factor penting yang berdampak terhadap
pengambilan keputusan secarara sional dalam situasi yang tidak menentu
(Rosenstock, 1990).

Model Kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio


psikologis. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem

26
kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat. Untuk menerima
usaha sama dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit yang
diselenggarakan oleh provider. Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori
yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit atau preventif behavior, yang
oleh Becker tahun 1974 mengembangkan dari teori lapangan (field theory)
oleh Lewin tahun 1954 menjadi model kepercayaan kesehatan/ health belief
model.

Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian terhadap


isu keyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. Isu tersebut
merupakan kesimpulan dari riset keyakinan kesehatan dalam memahami alas
an individu melakukan atau tidak melakukan tindakan kesehatan, berkaitan
dengan berbagai hubungan variasi yang lebih luas.Isu tersebut juga
memberikan dukungan penting bagi Model Keyakinan Kesehatan dalam
menjelaskan perilaku pencegahan dan respons terhadap gejala atau diagnosis
penyakit.

Model ini didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi


dini tuberculosis. Health Belief Model didasarkan atas 3 faktor :

1 Kesiapan Individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari


suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehatan.
2 Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah
perilaku.
3 Perilaku itu sendiri.
Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor seperti persepsi tentang
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman , dan adanya kepercayaan
bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan.

Health Belief Model (HBM) menjadi salah satu kerangka konseptual yang
digunakan secara luas di dalam perilaku kesehatan selama 5 dasawarsa.HBM
digunakan untuk menjelaskan perubahan dan pemeliharaan dari perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, serta sebagai sebuah kerangka pedoman dari
intervensi perilaku kesehatan.HBM menggambarkan, membandingkan, dan
menganalisa dengan menggunakan sebuah aturan yang luas dari beraneka ragam

27
teknik analitik. Lebih dari 2 dasawarsa yang lalu, lebih banyak penelitian yang
melakukan penetapan ukuran dari kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap
kondisi kesehatan dan hubungan antara kepercayaan-kepercayaan ini.

Tinjauan dini dari penelitian HBM menemukan tersedianya konteks


sejarah untuk cabang ini (Becker, 1974 ; Janz & Becker, 1984). HBM baru saja
melanjutkan penelitian untuk menegaskan kepercayaan individu yang
bersangkutan terhadap kondisi kesehatan, lalu menempatkannya di berbagai
ragam analisis & memeriksa kualitas dari prediktifnya.

HBM mulai berkembang pada tahun 1950 oleh sebuah kelompok ahli ilmu
jiwa sosial di US.Pelayanan kesehatan masyarakat menjelaskan kegagalan yang
tersebar luas dari keikutsertaan individu dalam program untuk pencegahan dan
pendeteksian penyakit (Hochbaum, 1958; Rosenstock, 1960, 1974).Kemudian
model ini menyampaikan tentang respon orang untuk berbagai gejala (Kirscht,
1974) dan tingkah laku mereka sebagai respons untuk mendiagnosa penyakit,
dengan factor-faktor yang adheren untuk aturan hidup dalam kedokteran (Becker,
1974).Pada umumnya, sekarang timbul kepercayaan/ keyakinan bahwa orang
lebih memilih tindakan pencegahan, perlindungan atau untuk mengontrol keadaan
sakit dan sehat.

Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan


kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:

1 Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan


dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk
mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan,
sanitasi, dan sebaginya.

2 Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan


yang dilakukan oleh seseorang individu yang merasa sakit, untuk
merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk

28
mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha
mencegah penyakit tersebut.

3 Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan
atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh
terhadap kesehatan/ kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap
orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

B Kelemahan Model Keyakinan Kesehatan (HBM)


1. Model Keyakinan Kesehatan lebih didasarkan pada penelitian terapan
dalam permasalahan pendidikan kesehatan daripada penelitian akademis.
2. Model Keyakinan Kesehatan didasarkan pada beberapa ansumsi yang
dapat diragukan, seperti pemikiran bahwa setiap pilihan perilaku selalu
berdasarkan pertimbangan rasional. Selain rasionalisasinya diragukan,
Model Keyakinan Kesehatan juga tidak memberikan spesifikasi yang tepat
terhadap kondisi ketika individu membuat pertimbangan tertentu.
3. Model Keyakinan Kesehatan hanya memperhatikan keyakinan kesehatan.
Kenyataannya, orang dapat membuat banyak pertimbangan tentang
perilaku yang tidak berhubungan dengan kesehatan, tetapi masih
memengaruhi kesehatan.Sebagai contoh, seseorang dapat bergabung
dengan kelompok olahraga karena kontak social atau ketertarikan pada
seseorang pada kelompok tersebut. Keputusan yang diambil tidak ada
kaitannya dengan kesehatan, tetapi memengaruhi kondisi kesehatan.
4. Berkaitan dengan ukuran dari komponen-komponen model ini, banyak
studi menggunakan konsep operasional dan pengenalan yang berbeda
sehingga sulit dibandingkan dan dapat menyebabkan hasil yang bias dan
prediksi yang tidak konsisten. Analisis model ini menunjukan bahwa
predictor dapa tberubah sewaktu-waktu

PERSEPSI INDIVIDU FAKTOR PEMODIFIKASI KECENDERUNGAN


TINDAKAN

29
Usia, gender, etnis Manfaat yang
Kepribadian dirasakan dikurangi
Pengetahuan Sosial- hambatan untuk
ekonomi mengubah perilaku

Ketidakkebalan/kepar Ancaman penyakit Kecenderungan


ahan penyakit yang yang dirasakan perubahan perilaku
dirasakan

Isyarat untuk
bertindak

Pendidikan
Gejala,
Figur 3.2 Komponen Model Keyakinan Kesehatan dan Hubungan
Antarkomponen

C Aplikasi Model Keyakinan Kesehatan (HBM)


Model keyakinan kesehatanan dalah perilaku pencegahan yang
berkaitann dengan dunia medis dan mmencakup berbagai perilaku, seperti
pemeriksaan, pencegahan, danimunisasi.Contohnya, model keyakinan
kesehatan dalam imunisasi member kesan bahwa orang yang mengikut
program imunisasi percaya akan hal-hal berikut:
a Kemungkinan terkena penyakit tinggi (rentanpenyakit)
b Jika terjangkit, penyakit tersebut membawa akibat serius.
c Imunisasi merupakan cara paling efektif untuk pencegahan
penyakit.
d Tidak ada hambatan serius untuk imunisasi, tetapi hasil beberapa
penelitian model ini menunjukkan kebalikannya.

Model keyakinan kesehatan melingkupi kebiasaan seseorang dan sifat-


sifat yang dikaitkan dengan perkembangan, termasuk gaya hidup tertentu
seperti merokok, diet, olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan
alcohol, penggunaan kondom untuk pencegahan AIDS, dan gosok gigi.
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit telah lebih ditekankan pada
control resiko. Model keyakinan kesehatan juga telah meluas melebihi

30
pencegahan, namun juga meliputi keadaan kesakitan dan perilaku peran
sakit.Penelitian terjadinya gejala dan respon terhadap gejala
menggambarkan secara lengkap bagaimana individu menginterpretasikan
keadaan tubuh dan bagaimana berperilaku selektif. Gambaran tentang
kesakitan diterjemahkan ke dalam variabel-variabel HBM. Selanjutnya
variabel-variabel ini digunakan untuk meramalkan perilaku berikutnya.

Dalam perkembangannya HBM telah menggunakan ketertarikan dalam


kebiasaan seseorang dan sifat-sifat yang dikaitkan dengan perkembangan
dari kondisi kronis, termasuk gaya hidup tertentu seperti merokok, diet,
olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan alcohol, penggunaan kondom
untuk pencegahan AIDS, dan gosok gigi. Penekanan promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit telah diganti control terhadap resiko serta HBM
telah diterapkan pada perilaku itu sendiri dan lebih penting untuk
mencegah perubahan dalam perilaku.

Perluasan HBM melebihi pencegahan, terjadi untuk keadaan kesakitan


dan perilaku peran sakit.Penelitian terjadinya gejala dan respon terhadap
gejala, menggambarkan secara lengkap bagaimana individu
menginterpretasikan keadaan tubuh dan bagaimana berperilaku
selektif.Hal ini berarti gambaran tentang kesakitan diterjemahkan kedalam
variable-variabel HBM, selanjutnya variable ini digunakan untuk
meramalkan perilaku berikutnya.

Pertimbangan antara keuntungan dan kerugian perilaku mempengaruhi


seseorang untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak .
Petunjuk berperilaku yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang
menonjol (salient position) diduga tepat memulai proses perilaku. Hal ini
berupa berbagai informasi dari luar atau nasiha tmengenai permasalahan
kesehatan (misalnya media massa, kampanye, nsihat orang lain,
pengalaman penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman).

Ancaman dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi


oleh berbagai variabel, yaitu variable demografi (umur, jenis kelamin, latar

31
belakang budaya), variable sosiopsikologis (kepribadian, kelas sosial,
tekanan sosial), dan variabel structural (pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya).Sebagai contoh, orang tua dan remaja akan memandang
penyakit jantung atau kanker secara berbeda. Sikap orang sudah memiliki
pengalaman dengan penyakit tertentu akan berbeda dibandingkan dengan
orang yang tidak memiliki pengalaman ini.

1 Variabel demografi (umur, jeniskelamin, latar belakang budaya).

Contoh : seorang wanita yang telah berumur akan memandang secara


berbeda resiko kanker serviks bila dibandingkan dengan remaja wanita.

2 Variabel psiko sosiologis (kepribadian, kelassosial, tekanansosial).

Contoh : seorang wanita hamil yang mengalami tekanan dari


lingkungannya akan berbeda pandangannya terhadap pemeriksaan rutin
kehamilan dengan wanita hamil yang tidak mengalami tekanan sosial.

3 Variabel struktural (pengetahuan dan pengalaman sebelumnya).

Contoh : ibu hamil yang tahu bahwa senam hamil akan mempermudah ibu
dalam proses persalinan nanti, maka ia akan rutin mengikuti kelas senam
hamil; orang tua yang pernah mempunyai anak yang terkena polio karena
tidak mendapat imunisasi polio, maka untuk anak yang selanjutnya ia akan
berusaha untuk mendapatkan imunisasi polio dengan harapan agar
anaknya yang sekarang tidak lagi mengalami polio. Adapun model
kepercayaan kesehatan dapat digambarkan dalam skema 1.

32
Skema Health Belief Model

Variabel demografis (umur,


jeniskelamin, bangsa,
kelompoketnis)

Variabel social psikologis (peer dan


reference groups, kepribadian,
pengalaman sebelumnya)

Variabel struktur (kelas sosial, akses


ke pelayanan kesehatan,

Kecenderungan yang Ancaman Manfaat yang dilihat


dilihat (perceived) yang dilihat dari pengambila
mengenai gejala atau mengenai ntindakan dikurangi
penyakit. gejala dan biaya (rintangan) yang
penyakit. dilihat dari
Syaratnya yang dilihat
pengambilan tindakan.
mengenai gejala dan
penyakit. 33
Pendorong (cues) Kemungkinanmen
untukbertindak gambiltindakantep
(kampanye, media massa, atuntukperilakuse
peringatandaridokterataud hat/sakit
oktergigi,
tulisandalamsuratkabar,
majalah )

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2006. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan

Masyarakat.Cet. ke-2, Mei.Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jakarta : Rineka Cipta

Machfoedz, Ircham. Suryani, Eko.2008.Pendidikan Kesehatan dan Promosi

Kesehatan.Yogyakarta :Fitramaya. Maulana. 2009. Promosi Kesehatan.

Jakarta:EGC

34
PROMOSI KESEHATAN

TEORI PERUBAHAN PERILAKU

STRESS COPING

DOSEN PEMBIMBING Sri Sumiati, S.Pd, M.Kes

35
Disusun Oleh Kelompok 6:
1. Alyxia Gita Stellata
2. Hikmarika Apriyani
3. Jumetri Anggraini
4. Meri Septiani Hamidi
5. Mutiatul Azizah
6. Pelita Seriwahyuni Sitepu

POLITEKNIK KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


TAHUN AKADEMIK 2015/2016

D4 KEBIDANAN

TEORI STRESS COPING

A. Perubahan Perilaku

Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan


respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam
3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari
pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).

Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses


belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari
oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang
saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output)
(Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya
bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya
dan berubahnya perilaku tersebut.

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan


atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada
hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,
perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup
berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan

36
internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga
merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat
dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme
tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini
merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku
manusia.

B. Pengertian Stress dan Penyebabnya

Stress adalah kemampuan diri dan penyesuian diri yang memerlukan


respons. Selain itu, stress disebut juga ketegangan dalam perilaku dan
bentuk perasaan yang bergejolak dan menekan berupa ketegangan.
Proses terjadinya stress adalah sebagai berikut :
Stimulus reseptor indra otak, pusat saraf
Reaksi terhadap stress bervariasi antara antara orang satu dengan
yang lain dan dari waktu ke waktu pada orang yang sama. Perbedaan ini
sering disebabkan factor psikologis dan social yang kelihatannya dapat
mengubah dampak stressor bagi individu.
Teori tentang stress antara lain adalah merupakan reaksi individual,
dapat mengagumkan tetapi juga fatal. Sumber stress dapat berasal dari
dalam maupun luar individu. Adapun gejala stress adalah gangguan
perhatian dan konsentrasi,perubahan emosi,menurunnya rasa percaya
diri,timbul obsesi,dan tidak ada motivasi.
Jenis stress antara lain yaitu eustrress dan stress yang dipacu dalam
bentuk ketegangan berupa ancaman yang melumpuhkan cara berprilaku
dan berpikir, serta stress yang akan mempengharui perilaku social dan
individual.
Factor-faktor yang mempengharui terjadinya stress adalah sebagai
berikut:

37
1. Variabel dalam kondisi individu : umur,tahap
kehidupan,jenis
kelamin,temperamen,genetic,intelejensi,pendidikan,suku,keb
udayaan,status ekonomi, dan kondisi fisik.
2. Karakteristik kepribadian : introvert-ekstrovert,stabilitas
emosi secara umum,kepribadian,kekebalan, dan sebagiannya.
3. Variable social-kognitif:dukungan social yang
dirasakan,jaringan social,control pribadi yang dirasakan.
4. Hubungan dengan lingkungan social,dukungan social yang
diterima,integrasi dalam jaringan social.
5. Strategi coping

Manajemen mengatasi stress antara lain adalah sebagai berikut:


1. Hasil belajar otomatis (menyanyi,berkumpul,tertawa,dan
sebagainya)
2. Membicarakan,diskusi,memikirkan bersama orang lain.
3. Berolahraga dengan teratur.
4. Mengembangkan teori toleransi.
5. Belajar mengenaldan membahas stress dengan menarik
diri,kompromi.
6. Coping strategi atau meningkatkan toleransi.
7. Kaitanya dengan kesehatan mental:mengenal sumber
meningkatkan toleransi dan sebagainya.

Menurut Diana faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang atau
penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau
mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, reaksi
terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu
mempersepsi suatu peristiwa. Hal ini sependapat dengan Sellye bahwa
stressor yang sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat menjadi
peristiwa positif dan tidak berbahaya atau menjadi peristiwa yang
berbahaya dan mengancam. Penilaian kognitif individu sangat
berpengaruh terhadap respon yang akan muncul (Umam, 2010).

Stres disebabkan oleh banyak sumber: peristiwa-peristiwa


kehidupan (perubahan dalam masalah orang tua, berelasi, penyakit fisik

38
atau cedera, keuangan, kematian seseorang yang dicintai);pengaruh-
pengaruh kimia dan lingkungan (cuaca, kebisingan,makanan);kejadian-
kejadian positif (pernikahan, liburan); gaya hidup atau faktor-faktor
emosional (gelisah, takut, keyakinan-keyakinan yang kaku, jadwal-jadwal
yang padat);relasi (konflik dalam komunikasi, masalah-masalah dalam
hubungan pribadi);hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan (kehilangan,
berhenti, tanggung jawab pekerjaan yang membingungkan). Satu sumber
stress lain yang besar namun sering tidak diperhatikan adalah logika
pribadi seseorang.
Tuntutan-tuntutan stres hidup mempunyai potensi menambah
stress.Lalu lintas yang padat, orang yang agresif, dan tuntutan-tuntutan dah
harapan-harapan yang berlebihan dalam pekerjaan dapat merangsang
stress. Tuntutan-tuntutan yang muncul dalam berelasi pasangan hidup,
anak-anak, dan kawan-kawan dekat juga dapat menjadi sumber stress.
Satu pandangan yang sangat menarik dari sumber-sumber peristiwa
kehidupan umum dari stress dikembangkan pada tahun 1970 oleh psikiater
Universitas Washington, Thomas H. Holmes dan Richard Rahe. Holmes
dan Rahe mengidentifikasi 43 sumber-sumber umum stress dari
pengalaman setiap hari. Di sini ada 10 peristiwa yang paling menyebabkan
stress:
1. Meninggalanya pasangan hidup
2. Perceraian
3. Pemisahan yang berhubungan dengan perkawinan
4. Masa tahanan
5. Kematian anggota keluarga dekat
6. Luka pribadi atau sakit
7. Pernikahan
8. Dipecat dari pekerjaan
9. Rekonsiliasi yang berhubungan dengan perkawinan
10. Pensiun

C. Stress Koping

Pengelolaan stress merupakan suatu proses dimana individu mencoba


untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik tuntutan
yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan )

39
dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi
situasi stress.
Fungsi dan jenis coping adalah sebagai berikut:
1. Emotion-focused coping
a. Digunakan untuk mengatur respons emosional terhadap sres.
b. Pengaturan ini melalui perilaku individu,seperti penggunaan
alcohol,bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak
menyenangkan ,melalui strategi kognitif.
c. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi stress,individu akan
cenderung mengatur emosinya.
2. Problem-focused coping
a. Untuk mengurangi stressor,individu akan mengatasi dengan
mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru,
individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila dirinya
yakin akan dapat mengubah situasi.
b. Metode atau fungsi massalah ini lebih sering digunakan oleh orang
dewasa.

Delapan strategi coping menurut taylor (1991) adalah sebagai berikut:


1. Konfrontasi.
2. Mencari dukungan social.
3. Merencanakan pemecahan masalah dikaitkan dengan problem
focused coping.
4. Control diri.
5. Membuat jarak.
6. Penilaian kembali secara positif.
7. Menerima tanggung jawab.
8. Lari/menghindar (escapel/avoidance).

D. Model Transaksional stress dan coping

Koping (kemahiran bertahan) adalah menstabilkan factor yang dapat


membantu individu mempertahankan adaptasi psikososial selama periode
menegangkan. Koping meliputi perilaku kognitif dan upaya memngurangi
atau menghilangkan stress terkait kondisi dan tekanan emosional (lazarus dan
folkman 1984, moons san Schaefer 1993). Ada dua cara atau strategi
menghadapi stress. Cara pertama adalah respons berfokus pada masalah
(problem focus responses), yaitu respons diarahkan pada peristiwa eksternal.
Stress dihilangkan atau dikurangi dengan cara memcahkan atau

40
mengendalikan masalah (masalah yang terkait dengan pekerjaan). Cara kedua
adalah respons berfokus pada emosi (emotion focus), yaitu respons diarahkan
pada reaksi emosional individu/internal. Stress dihilangkan dengan cara
mengatur konsekuensi stress emosional dari peristiwa dan cenderung
digunakan untuk menangani masalah-masalah yang tidak terkandali (beberapa
jenis masalah kesehatan).

Model transaksional dari stress dan koping adalah suatu kerangka kerja untuk
mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stress. Pengalaman stress ditafsirkan
sebagai transaksi orang dengan lingkungannya. Transaksi ini tergantung pada
dampak dari stressor eksternal. Hal ini demediasi oleh penilaian pertama orang
tentang stressor dan penilaian kedua pada sumber daya social atau budaya
sekitarnya. Ketika berhadapan dengan stresot, seseorang engavaluasi potensi
ancaman atau disebut dengan penilaian primer, yaitu penilaian seseorang
tentang makna dari suatu peristiwa sebagai stress, positif, terkendali,
menantang, atau tidak relevan. Penilain kedua menghadapi stressor adalah
evaluasi pengendalian stressor dan sumber daya yang dimiliki untuk
menghadapinya. Sebagai contoh, penilaian sumber daya masyarakat dalam
mengatasi dan membuat sebuah pilihan seperti apa yang dapat dilakukan
tentang situasi yang terjadi (cohen, 1984). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada table 3.4

Table 3.1 kunci konstruksi model transaksi stres dan koping (glanz.dkk.2002)

Konsep Definisi
Penilaian primer (primary Evaluasi makna dari suatu stressor atau peritiwa
appraisal) mengancam.
Penilaian sekunder Evaluasi pengendalian dari stressor dan sumber daya
(secondary appraisal) untuk menghadapinya.
Upaya koping Strategi realisasi digunakan untuk menengahi
penilaian primer dan sekunder
Manajemen masalah Masalah diarahkan untuk mengubah situasi stress.
Regulasi emosi peraturan bertujuan mengubah cara berpikir dalam
menghadapi situasi stress.
Meaning-based koping Koping mendorong emosi positif yang pada
gilirannya menopang protes koping dengan

41
memungkinkan pemeragaan masalah atau emosi
terfokus koping.
Outcomes of koping Emosional kesejahteraan, status fungsional, perilaku
kesehatan.
Penempatan tipe koping Menggeneralisasi cara berperilaku yang dapat
yang sesuai (dispositional mempengaruhi reaksi seseorang secara emosional
koping styles) atau menghadapi stressor, relative stabil sepanjang
waktu dan situasi.
Optimism Kecenderungan untuk memiliki harapan umum
positif bagi hasil.
Information seking Mencari gaya waspada (pemantauan) diandingkan
dengan mereka yang melibatkan penghindaran
(menumpulkan)

Glanz, dkk (2002) melakukan survey, eksperimen, dan kuasieksperimen


terhadap teknik terapi biofeedback, relaksasi, dan citra visual untuk
memperkuat teorinya yang mengembangkan kesadaran dan control tanggapan
pada stress, biofeedback adalah salah satu teknik mengurangi stress dan
ketegangan dalam menanggapi situasi sehari-hari. Teknik relaksasi
menggunakan stimulus mental yang konstan, sikap pasif, dan lingkungan yang
tenang. Teknik relaksasi yang umum digunakan adalah relaksasi pelatihan,
hypnosis dan yoga. Visual citra adalah teknik yang digunakan untuk
meningkatkan suasana hati seseorang dan meningkatkan keterampilan koping,
misalnya dengan memvisualisasikan pertahanan antibody menghancurkan sel
tumor.

E. Aplikasi model transaksional dari stress dan koping

Aplikasi model ini berguna untuk promosi kesehatan dan pencegahan


penyakit. Pengaruh stress pada orang tidak semua sama. Stress dapat
menyebabkan penyakit dan pengalaman negatif.

42
Factor penting dalam mengatasi stress adalah apakah hal itu
mempengaruhi dan bagaimana orang mencari perawatan medis atau dukungan
social pada orang professional. Contoh pemahaman gaya hidup pasian kanker
yang mencari berbagai perawatan. Perawatan yang dicari pasien
kankertersebut harus berisi penilaian primer,penilaian sekunder, dan strategi
penanggulangan spesifik. Penilaian primer berupa persepsi terhadap risiko
kekambuhan, sedangkan penilaian sekunder dapat berupa keberhasilan diri
dalam pengadopsi perilaku kesehatan yang direkomendasikan.

Untuk mengatasi stress, strategi masalah berfokus koping, emosi yang


berfokus koping, dan makna berbasis koping dapat digunakan sebab penilaian
ini bias memberikan informasi berguna tetang berguna tentang penilaian yang
memfasilitasi atau menghambat praktik-praktik gaya hidup (glanz,dkk, 2002).
Informasi tersebut akan berguna bagi intervensi seperti pesan motivsi dan
keterampilan mengatasi dengan teknik pelatihan.

DAFTAR PUSTAKA

Bakran, Hamdani Adz-Dzaky. 2002. Konseling & Psikoterapi Islam. Yogyakarta:


Fajar Pustaka Baru

Gross, R. 2012. Psychology: The Science Of Mind and Behavior (Edisi Keenam).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hawari, D. 1997.Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:
PT.Dana Bhakti Prima Yasa

McKay, G & Don, D. 2002. How You Feel Is Up To You The Power of Emotional
Choice.Jakarta: PT Grasindo.

43
Mubarak,Wahit Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan.
Jakarta:Salemba Medika

Novita, Nesi dan Yunetra Franciska.2011. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan


Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Bloom, 1978, yang termasuk ke dalam determinan kesehatan
meliputi genetic, lingkungan, peleyanan kesehatan, dan perilaku individu. teori
Lawrence Green (1980) Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh
dua factor pokok ,yaitu factor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar
perilaku (nonbehavior causes). Teori Snehandu B. Karr Adanya niat (intention)
Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social support) Terjangkaunya
informasi (accessibility of information) Adanya otonomi atau kebebasan
pribadi (personal autonomy) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan
(action situation). Menurut World Health Organization (WHO), bentuk-bentuk

44
perubahan perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu Perubahan
Alamiah (Natural Change) Perubahan Terencana (Planned Change) dan
Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change). Model keyakinan kesehatan
(Health Belief Model-HBM) dikembangkan sejak 1950 yang digunakan untuk
menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara luas dalam program
pencegahan atau deteksi . Stres adalah tanggapan atau reaksi tubuh terhadap
berbagai tuntutan atau beban atasnya yang bersifat non spesifik. Namun, di
samping itu stres dapat juga merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus
akibat dari suatu gangguan atau penyakit. Dibutuhkan strategi copingyang tepat
dalam mengatasi segala macam kondisi stres dan yang tidak kalah penting
faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang atau penilaian terhadap situasi
dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi
yang dihadapi.

B. Saran
Bidan diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat menjadi perilaku
hidup bersih dan sehat melalui promosi kesehatan, maka makalah ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa bidan
bagaimana teori perubahan perilaku.

45

You might also like