You are on page 1of 35

LAPORAN

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 1
Modul Praktikum :
Menguji Komponen dan Menggunakan Alat Ukur
Nama : Reyan Qowi Dzakyprasetyo
NPM : 1506741631
Rekan Kerja : Oki Firmansyah
Kelompok : 20
Hari : Kamis
Tanggal : 19 September 2016
Modul Ke :1

LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DEPARTEMEN FISIKA
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
DEPOK
2016
MODUL 1

MENGUJI KOMPONEN DAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menggunakan alat ukur Multimeter dan Osiloskop dengan baik
2. Mahasiswa dapat menguji/mengetes kondisi suatu komponen elektronika
B. TEORI DASAR
Multimeter adalah alat ukur elektronika yang dipakai untuk menguji atau
mengukur suatu komponen , mengetahui kedudukan kaki-kaki komponen, dan besar
nilai komponen yang diukur. Multimeter memiliki bagian-bagian penting, diantaranya
adalah :
1. Papan skala
2. Jarum penunjuk skala
3. Pengatur jarum skala
4. Tombol pengatur nol Ohm
5. Batas ukur ohm meter
6. Batas ukur DC Volt (DCV)
7. Batas ukur AC Volt (ACV)
8. Batas ukur Ampere meter DC (DCmA)
9. Lubang positif (+)
10. Lubang negatif (-)
11. Saklar pemilih

Gambar 1.1 Multimeter


Menggunakan Multimeter

Ketrampilan dan kesesuaian penggunaan alat ukur akan menentukan keberhasilan


dan ketepatan pengukuran.

Berikut ini beberapa ketentuan untuk menggunakan multimeter

1. Voltmeter
a. Penggunaannya dipasang pararel dengan komponen yang akan diukur
tegangannya.
b. Perhatikan jenis tegangannya, AC atau DC !
c. Bila tidak diketahui daerah tegangan yang akan diukur, gunakan batas ukuran
yang terbesar dan gunakan voltmeter yang memiliki impedansi input tinggi.
2. Amperemeter

a. Penggunaannya dipasang secara seri pada jalur yang akan diukur arusnya.

b. Bila tidak diketahui daerah kerja arus yang akan mengalir, gunakan daerah
pengukuran yang terbesar dari amperemeter yang digunakan.

3. Ohmmeter
Untuk mengukur nilai hambatan, nolkan dahulu titik awal pengukuran dengan
cara menghubungkan probe kutub + dan -, lalu atur jarum penunjuk agar tepat di
titik nol.
4. Menguji Transistor
Pada transistor biasanya letek kaki kolektor berada di pinggir dan diberi tanda
titik atau lingkaran kecil. Sedangkan kaki basis biasanya terletak diantara kolektor
dan emitor.
a. Transistor PNP
Saklar pemilih pada multimeter harus menunjuk pada ohmmeter.
Praktikan harus memastikan kaki kolektor, basis, dan emitornya.
Tempelkan probe (pencolok) positif (berwarna merah) pada basis dan
probe negatif (berwarna hitam) pada emitor. Jika jarum bergerak,
pindahkan probe negatif pada kolektor. Jika kedua pengukuran di atas
jarum bergerak, maka transistor dalam keadaan baik. Sedangkan bila pada
salah satu pengukuran jarum tidak bergerak, maka transistor dalam
keadaan rusak.
b. Transistor NPN
Tempelkan probe negatif pada basis dan probe positif pada kolektor. Jika
jarum bergerak, pindahkan probe positif pada emitor. Jika pada kedua
pengukuran di atas jarum bergerak, maka transistor dalam keadaan baik.
Sedangkan bila pada salah satu (kedua) pengukuran jarum tidak bergerak,
maka transistor dalam keadaan rusak.
c. The unbiased Transistor

Sebuah transistor memiliki tiga daerah yang sudah didoping; emitter,


basis dan kolektor. Pn junction muncul diantara basis dan emitter, disebut
sebagai dioda emitter. Sementara Pn junction lainnya berada diantara basis dan
kolektor, disebut dioda kolektor.

Emitter didoping sangat padat/banyak sekali, sedangkan basis hanya


didoping sedikit. Kolektor didoping tidak terlalu banyak dan tidak juga terlalu
sedikit.

d. The biased Transistor

Pada operasi biasa, kita memberi tegangan maju pada dioda emitter dan
tegangan balik pada dioda kolektor.

Emitter yang telah didoping banyak, memiliki tugas untuk mendorong


electron bebas masuk ke basis. Sedangkan basis bertugas melewatkan sebagian
besar electron ke kolektor. Kolektor sesuai dengan namanya mengoleksi
elektron-elektron tersebut.

Karena itu arus pada kolektor, besarnya hamper sama dengan besarnya
arus emitter. Arus basis biasanya kurang dari 5% arus emitter.

5. Menguji Resistor
Resistor atau tahanan dapat putus akibat pemakaian ataupun umur. Bila resistor
putus maka rangkaian elektronika yang kita buat tidak akan bisa bekerja atau
mengalami cacat.
Putar saklar pemilih pada posisi ohmmeter.
Tempelkan masing-masing probe pada ujung-ujung resistor. Tangan praktikan
jangan sampai menyentuh kedua ujung kawat resistor (salah satu ujung resistor
boleh tersentuh asal tidak keduanya).
Jika jarum bergerak maka resistor baik, jika jarum penunjuk tidak bergerak
berarti resistor rusak.
6. Menguji Kondensator Elco
Sebelum dipasan pada rangkaian kapasitor harus diuji dahulu keadaannya atau
ketika membeli di toko anda harus memastikan bahwa elco tersebut dalam keadaan
baik. Cara mengujinya adalah sebagai berikut :
Putar saklar pemilih pada posisi ohmmeter.
Perhatikan tanda negatif atau positif yang ada pada badan elco dan lurus pada
salah satu kaki.
Tempelkan probe negatif pada kaki positif (+) dan probe positif pada kaki
negatif (-). Perhatikan gerakan jarum penunjuk.
Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri berarti kondensator
elco baik.
Jika jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke kiri namun tidak penuh
berarti kondensator elco agak rusak.
Jika jarum bergerak ke kanan kemudian tidak kembali ke kiri (berhenti) berarti
kondensator bocor.
Jika jarum tak bergerak sama sekali berarti kondensator elco putus.
7. Menguji Dioda
Putar saklar pemilih pada posisi ohmmeter.
Tempelkan probe positif pada kutub katoda dan tempelkan probe negatif pada
kutub anoda. Perhatikan jarum penunjuk, jika bergerak berarti dioda baik
sedangkan jika diam berarti putus.
Selanjutnya dibalik, tempelkan probe negatif pada kutub katoda dan tempelkan
probe positif pada kutub anoda. Perhatikan jarum penunjuk, jika jarum diam
berarti dioda baik sedangkan jika bergerak berarti putus.
Menggunakan Osiloskop

Osiloskop dapat mengukur tegangan AC dan DC serta memperlihatkan bentuk


gelombangnya. Sebelum menggunakan osiloskop adalah penting untuk mengkalibrasi
osiloskop.

Gambar 1.2 Osiloskop

Cara mengkalibrasi osiloskop adalah sebagai berikut :

Hidupkan osiloskop.
Atur fokus dan tingkat kecerahan gambar pada osiloskop.
Pasang kabel pengukur pada osiloskop (bisa pada chanel X atau Y).
Atur COUPLING pada posisi AC.
Tempelkan kabel pengukur negatif/ground (berwarna hitam) pada ground yang
terdapat di osiloskop.
Tempelkan kabel pengukur positif (biasanya berwarna merah) pada tempat untuk
mengkalibrasi yang ada pada osiloskop.
Putar saklar pemilih Variabel VOLT/DIV pada 0,5 V.
Putar saklar pemilih Variabel SWEEP TIME/DIV pada 0,5 ms.
Aturlah agar gelombang kotak yang muncul di monitor sama dengan garis-garis
kotak yang ada pada layer monitor osiloskop denga menggerak-gerakkan tombol
merah atau kuning yang ada pada saklar pemilih variabel VOLT/DIV dan SWEEP
TIME/DIV sehingga gelombang kotak yang ada sebesar 0,5 Vp-p.
Menggunakan Sinyal Generator

Sinyal generator da[at menghasilkan sinyal yang berupa tegangan DC ataupun


tegangan AC yang frekuensi dan amplitudonya dapat kita atur.

Bagian yang menghasilkan tegangan DC dinamakan DC POWER. Keluarannay


terdiri dari +5 V, -5 V, 0 +15 V dan 0 -15 V

Pada bagian yang menghasilkan sinyal AC dinamakan FUNCTION


GENERATOR. Pada bagian ini tombol frequency berguna untuk mengatur frekuensi
sinyal keluaran. Sedangkan tombol amplitude berguna untuk mengatur amplitudo sinyal
keluaran. Sinyal keluaran dapat diatur apakah sinyal kotak, segi tiga atau sinyal yang
berbentuk sinusoidal melalui tombol function.

Sebuah sumber tegangan DC yang ideal dapat menghasilkan tegangan beban yang
tetap/konstan. Contohnya adalah batere ideal, dimana hambatan dalamnya nol. Namun,
sumber tegangan ideal adalah sebatas teori, tidak dapat diwujudkan. Karena bila
hambatan beban mendekati nol, arus beban akan mendekati tak hingga. Tak ada sumber
tegangan riil yang dapat menghasilkan arus tak hingga, karena sumber tegangan riil
masih memiliki hambatan dalam. Pendekatan kedua terhadap sumber tegangan,
memperhitungkan hambatan dalam ini.

V V
I jika R = 0 maka I I = tak berhingga
R 0

Belum ada sumber tegangan riil yang dapat menghasilkan arus tak berhingga,
karena sumber tegangan riil pasti memiliki hambatan dalam.

Teorema Thevenin dan Norton

Teori Thevenin mengatakan bahwa sebuah rangkaian yang mengandung beberapa


sumber tegangan dan hambatan dapat diganti dengan sebuah sumber tegangan yang
dipasang seri dengan sebuah hambatan (resistor). Dengan kata lain rangkaian
elektronika yang rumit dapat disederhanakan menjadi sebuah rangkaian hambatan linier
yang terdiri dari 1 sumber arus dengan 1 resistor. Penyederhanaan rangkaian komplek
menjadi sederhana dengan mengikuti teori Thevenin. RTh disebut hambatan Thevenin.
Hambatan Thevenin adalah hambatan yang diukur atau dihitung pada terminal beban
ketika beban dilepas dari rangkaian dan sumber arus dibuat menjadi nol atau dihubung
singkatkan. Untuk mengukur tahanan Thevenin kita harus mengurangi tegangan sumber
arus hingga nol. Untuk sumber tegangan dapat di-nol-kan dengan menghubung-
singkatkan terminal tegangan atau melepas sumber tegangan dan menggantikannya
dengan sebuah penghantar. Rangkaian hambatan linier adalah rangkaian yang
hambatannya tidak berubah ketika tegangan dinaikkan atau diturunkan. Thevenin dapat
membuktikan bahwa tidak peduli seperti apa bentuk rangkaian linier tersebut, tetapi
semua rangkaian hambatan linier akan menghasilkan arus beban yang sama yang
mengikuti persamaan :

Dimana : IL = arus beban ; VTh = tegangan Thevenin ; RTh = hambatan Thevenin dan
RL = hambatan beban.
C. PERALATAN
1. Multimeter
2. Osiloskop
3. Signal Generator
4. Protoboard
5. Transistor
6. Kapasitor Elektrolit
7. Resistor
8. Dioda
9. Kawat Penghubung
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengukur arus dan tegangan pada rangkaian
a. Menyusun rangkaian pada Gambar 1.2 di bawah ini.

Gambar 1.3

b. Sebelumnya menguji dahulu komponen yang digunakan dan mencatat nilai


dari hasil pengukuran tersebut.
c. Memberi tegangan batere E (DC) sebesar 4 V, 6 V, 10 V dan 12 V.
d. Mengukur VA, VB, VC, VAB, VBC, IAB, IBC-R1 dan IBC-R2 dengan menggunakan
multimeter.
e. Mengganti sumber tegangan dengan sumber gelombang (generator fungsi),
bentuk gelombang sinus dengan tegangan 6 Vpp dan 12 Vpp.
f. Mengukur VA, VB, VC, VAB dan VBC dengan menggunakan osiloskop dan
gambarkan hasilnya.

2. Percobaan Thevenin
a. Menyusun rangkaian pada Gambar 1.3.
Gambar 1.4

b. Sebeluimnya menguji dahulu komponen yang digunakan.


c. Memberi tegangan batere E (DC) sebesar 4 V, 6 V, 10 V dan 12 V.
d. Mengukur VR1 sampai dengan VR11 dengan menggunakan multimeter.
e. Mengukur arus yang mengalir melalui R2, R4, R6, R8, R10, R11 DAN R12
dengan menggunakan multimeter.

E. TUGAS PENDAHULUAN
1. Perhatikan Gambar 1.2. Dengan menggunakan analisis teori rangkaian, lengkapi
tabel berikut ini! Sertakan pula penurunannya!
VA = EBatere Tegangan Lutut (VKnee) =
0,7 V VB = VA - VKnee
VC = 0 (ground)
VAB = VA - VB = VA (VA - VKnee)
VAB= VKnee
VBC = VB - VC = VA - VKnee
VAC = VA - VC = VA
VB VB
R R
IR1 = 1 , I R2 = 2 IAB = IR1 + IR2

Vpeak Vpp
VRMS = = O,707 Vpeak Vpeak =
2 2

TEGANGAN (V) KUAT ARUS (A)


Ebatere
VA VB VC VAB VBC VAC IAB IR1 IR2

0.48 0,387
4 VDC 4 3,514 0 3,514 4 0,351 m 0,035 m
6 m

0,50 0,604
6 VDC 6 5,491 0 5,491 6 0,549 m 0.055 m
9 m

0,53 1,043
10 VDC 10 9,462 0 9,462 10 0,946 m 0,095 m
8 m

0,54 1,259
12 VDC 12 11,453 0 11,453 12 1,145 m 0.115 m
7 m

4.2 2.50 0,231


6 Vpp AC 2.103 0 2.103 4.24 0,21 m 0,021 m
4 5 m

12 Vpp 8.4 4.83 0,485


4.402 0 4.402 8.48 0,44 m 0,044 m
AC 8 4 m

2. Perhatikan Gambar 1.3. Dengan menggunakan analisis teori rangkaian, lengkapi


tabel berikut ini! Sertakan pula penurunannya!

RP1 = VS1 =
RS1 = R1 + R2 + R3 VRp1 = IT

VR 4
RS = Hambatan seri ,VRp = Tegangan pada
hambatan pararel , Vs = Tegangan seri RP1 =

VS 1 VR 4 VRp1
VS1 VR 4 I1 = I2 = I3 = RS1
I1 R1
RS2 = R7 + R8 + R9 V1 =

VS 2 VR10
I 2 R2
RP2 = VS 2 VR10 V2 =

I 3 R3
RS3 = R5 + R6 + RP2 V3 =

VS 3 VR11
RP3 = VS 3 VR11 V4 = VRp1

RP 3
RT = RP1 + RP3 + R12 V11 = VS3 = IT

V VRp 3

IT = RT IRp2 = I5 = I6 = RS 3

R12 I 5 R5 I 6 R6
V12 = IT V5 = , V6 =

VRp2 = IRp2
RP 2 V10 = VRp2

V1
I7 = I8 = I9 = R1

V7 =
I 7 R7 , V8 =
I 8 R8 ,V = I 9 R9
9

V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7
I1 = R1 , I2 = R2 , I3 = R3 , I4 = R4 , I5 = R5 , I6 = R6 , I7 = R7

V8 V9 V10 V11 V12


I8 = R8 , I9 = R9 , I10 = R10 , I11 = R11 , I12 = R12

Tegangan (V)

Ebatere R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12

4 0,24 0,24 0,2 0,7 0,6 0,6 0,3 0,3 0,3 0,9 1,0 0,98
VDC 5 5 45 35 53 53 27 27 27 8 61

6 0,36 0,36 0,3 1,1 0,9 0.9 0,4 0,4 0,4 1,4 1,5 1,49
VDC 7 7 67 02 8 8 9 9 9 69 92 6

10 0,61 0,61 0,6 1,8 1,6 1,6 0,8 0,8 0,8 2,4 2,6 2,44
VDC 2 2 12 37 33 33 16 16 16 49 53 9

12 0,73 0,73 0,7 2,2 1,9 1,9 0,9 0,9 0,9 2,9 3,1 2,93
VDC 5 5 35 04 59 59 8 8 8 39 83 9

Arus (A)

Ebatere R2 R4 R6 R8 R10 R11 R12

4 VDC 0,403m 1,209m 0,43m 0,107m 0,322m 1,81m 1.61m

6 VDC 0,605m 1,813m 0,644m 0,161m 0,483m 1,771m 2,416m

10 VDC 1,006m 3,022m 1,073m 0,268m 0,805m 2.953m 4.026m

12 VDC 1.21m 3,626m 1,288m 0,322m 0,965m 3,543m 4.831m

F. SIMULASI RANGKAIAN
1. Mengukur arus dan tegangan pada rangkaian
a. E sebesar 4 VDC
Tegangan
Kuat Arus

b. E sebesar 6 VDC
Tegangan
Kuat Arus

c. E sebesar 10 VDC
Tegangan
Kuat Arus

d. E sebesar 12 VDC
Tegangan
Kuat Arus

e. E sebesar 6 Vpp AC
Tegangan
KuatA
rus

f. E sebesar 12 Vpp AC
Tegangan
Kuat Arus

2. Percobaan Thevenin
a. Tegangan
E sebesar 4 VDC
E sebesar 6 VDC

E sebesar 10 VDC

E sebesar 12 VDC
Kuat Arus
E sebesar 4 VDC

E sebesar 6 VDC
E sebesar 10 VDC

E sebesar 12 VDC
G. Tugas Akhir
1. Bandingkan hasil yang diperoleh dari eksperimen dengan yang telah diperoleh
sebelumnya di tugas pendahuluan?
a. Mengukur arus dan tegangan pada rankaian 1.2
Pada Multisim
TEGANGAN (V) KUAT ARUS (A)
Ebatere
VA VB VC VAB VBC VAC IAB IR1 IR2

0.48 0,387
4 VDC 4 3,514 0 3,514 4 0,351 m 0,035 m
6 m

0,50 0,604
6 VDC 6 5,491 0 5,491 6 0,549 m 0.055 m
9 m

0,53 1,043
10 VDC 10 9,462 0 9,462 10 0,946 m 0,095 m
8 m

0,54 1,259
12 VDC 12 11,453 0 11,453 12 1,145 m 0.115 m
7 m

4.2 2.50 0,231


6 Vpp AC 2.103 0 2.103 4.24 0,21 m 0,021 m
4 5 m

12 Vpp 8.4 4.83 0,485


4.402 0 4.402 8.48 0,44 m 0,044 m
AC 8 4 m

Pada eksperimen
TEGANGAN (V) KUAT ARUS (A)
Ebatere
VA VB VC VAB VBC VAC IAB IR1 IR2

0.275
4 VDC 4 3,39 0 0.9 3.399 4 0.025 m 0.255 m
m

6 VDC 6 5,004 0 2 4.8 6 0.5 m 0.05 m 0.5 m

10 VDC 10 9 0 4 8 10 1m 0.125 m 0.475 m

12 VDC 12 10 0 2.4 11 12 1.25 m 0.15 m 1.2 m

6 Vpp AC 2.0 0,96 0 2.00 0.720 2.08


0

12 Vpp 4.2
2 0 3.68 1,76 4,08
AC 4
b. Mengukur arus dan tegangan pada rangkaian 1.3
Hasil pada Multisim
Tegangan (V)

Ebatere R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12

4 0,24 0,24 0,2 0,7 0,6 0,6 0,3 0,3 0,3 0,9 1,0 0,98
VDC 5 5 45 35 53 53 27 27 27 8 61

6 0,36 0,36 0,3 1,1 0,9 0.9 0,4 0,4 0,4 1,4 1,5 1,49
VDC 7 7 67 02 8 8 9 9 9 69 92 6

10 0,61 0,61 0,6 1,8 1,6 1,6 0,8 0,8 0,8 2,4 2,6 2,44
VDC 2 2 12 37 33 33 16 16 16 49 53 9

12 0,73 0,73 0,7 2,2 1,9 1,9 0,9 0,9 0,9 2,9 3,1 2,93
VDC 5 5 35 04 59 59 8 8 8 39 83 9

Arus (A)

Ebatere R2 R4 R6 R8 R10 R11 R12

4 VDC 0,403m 1,209m 0,43m 0,107m 0,322m 1,81m 1.61m

6 VDC 0,605m 1,813m 0,644m 0,161m 0,483m 1,771m 2,416m

10 VDC 1,006m 3,022m 1,073m 0,268m 0,805m 2.953m 4.026m


12 VDC 1.21m 3,626m 1,288m 0,322m 0,965m 3,543m 4.831m

Pada Eksperimen
Tegangan (V)

Ebatere R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12

4 0,2 0.2 0.2 0.7 0.2 0.2 0 0 0 0.1` 0.7 1.06


VDC 7 33 33 33 7

6 0,33 0.33 0.3 1.1 0.3 0.3 0.3 0.0 0.0 0.2 1.1 1.6
VDC 3 67 67 67 3 33 33 67 67

10 0.63 0.63 0.6 2.8 0.6 0.6 0.1 0.1 0.1 0.5 2.8 3.8
VDC 3 3 33 67 67

12 0,73 0.73 0.7 2.4 0.8 0.8 0.1 0.5 0.1 0.6 2.3 4.5
VDC 3 33 5 5

Arus (A)

Ebatere R2 R4 R6 R8 R10 R11 R12

4 VDC 0,5m 2.3 m 0.55 m 0.05 m 0.475 m 1,5 m 2.75 m

6 VDC 0,75m 2,5m 0.8m 0.125 m 0.725m 2,05m 3,23m

10 VDC 1.25m 5m 1.05m 0.25m 1.25m 5m 3.4m

12 VDC 1m 6.25m 1.7m 0.325m 1.5m 6.5m 7.5m


2. Apa kesimpulan yang bias di peroleh dari percobaan 1?
a. Percobaan 1
Perbedaan sangat terlihat pada Vab,Vbc,IR2
Data arus yang diperoleh dengan cara analisis teori
rangkaian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari
eksperimen tidak didapati perbedaan terlalu jauh kecuali
pada perhitungan Vpp AC tidak dapat dilakukan dengan 6
Vpp AC dan 12 Vpp AC.Perhitungan VPP AC tidak
akurat dikarenakan noise yang di timbulkan oleh
osiloskop.

Data arus yang diperoleh dengan cara analisis teori


rangkaian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari
eksperimen tidak didapati perbedaan terlalu jauh kecuali
pada perhitungan Vpp AC tidak dapat dilakukan dengan 6
Vpp AC dan 12 Vpp AC.

b. Percobaan ke 2
Dengan membandingkan hasil percobaan di laboratorium dan multisim, pada
percobaan ini praktikan cukup banyak menemui data yang berbeda dengan
multisim. Hal ini bias terjadi oleh beberapa factor diantaranya kurang
tepatnya praktikan mengukur arus maupun tegangan pada rangkaian
percobaan ke dua (saat mengukur probe negative maupun positif menyentuh
kaki resistor lain), kurang cermatnya praktikan dalam membaca hasil
multimeter, serta kemungkinan beda toleransi resistor yang berbeda antara
multisim dan laboratorium.
c. Kesimpulan Akhir
Hasil Praktikum dengan hasil simulasi multisim tidak
begitu berbeda, perbedaan data terjadi karena pada
multisim semua factor di anggap ideal
Apabila dioda dipasang bias mundur, maka tidak ada arus
yang mengalir
Tegangan dioda pada eksperimen hanya mendekati 0.7 V

Hasil osiliscope saat praktikum dapat berbeda


karena terdapatnya noise pada osiliscope pada
kondisi real.
3. Tentukan toleransi dari komponen yang digunakan !
Toleransi yang digunakan pada percobaan adalah 5% untuk 10K dan 100K.
lalu menggunakan hambatan 1K dengan toleransi 5%
4. Bagaimana cara kerja voltmeter AC dan DC ?
a. Cara Kerja Voltmeter AC

Menambahkan bridge rectifier, coupling capacitor untuk mengubah tegangan


AC menjadi DC, yang terhitung oleh multimeter adalah voltase efektif yang
bekerja pada rangkaian.

b. Cara Kerja Voltmeter DC


Menyambung voltmeter ke rangkaian yang akan dihitung tegangannya yang
berupa tegangan DC, dan yang terhitung voltmeter adalah voltase maksimal
yang bekerja pada rangkaian tersebut.
5. Apa yang dimaksud dengan kalibrasi ohm meter?
Yang dimaksud kalibrasi ohmmeter adalah menyesuaikan jarum penunjuk
ohmmeter pada posisi nol sebelum digunakan dengan cara menghubungkan
kutub + dan -, lalu mengatur titik nol pada jarum penunjuk dari ohm meter. Hal
ini dilakukan agar menghindari kesalahan pembacaan hambatan, Sehingga bila
kita belum mengkalibrasinya ada kemungkinan kita mengukur nilai hambatan
yang lebih kecil atau besar dari yang seharusnya.

Analisis Percobaan
Pada eksperimen ini kita melakukan dua percobaan, yaitu mengukur arus dan
tegangan pada percobaan pertama dan rangkaian Thevenin pada percobaan kedua.
Komponen yang diuji yaitu komponen resistor dan dioda Tujuan dari eksperimen ini
adalah untuk pengenalan alat ukur elektronika, yaitu multimeter dan osiloskop dan juga
untuk menguji kondisi komponen elektronik.
Pada percobaan pertama, praktikan mengambil nilai tegangan dan arus pada titik-titik
yang telah ditentukan dengan menggunakan multimeter. Pada tugas pendahuluan yang
menggunakan teori analisis rangkaian dengan hasil eksperimen untuk percobaan 1
terdapat adanya perbedaan pada hasilnya yaitu pada tegangan yang terdapat pada dioda.
Dari hasil eksperimen diketahui bahwa pada dioda terdapat hambatan yang disebut
hambatan bulk dan akibatnya perhitungan menurut analisis teori rangkaian pada tugas
pendahuluan dengan hasil pada eksperimen sangat berbeda yaitu pada tugas
pendahuluan 0,7 V sedangkan dari hasil eksperimen mendapatkan voltase < 0,7 V.
Perbedaan hasil ini disebabkan oleh adanya hambatan bulk tersebut. Jika hambatan bulk
juga diperhitungkan pada dalam teori analsis rangkaian maka hasilnya akan berbeda dan
berarti menggunakan pendekatan ketiga sedangkan seharusnya pada rangkaian ini
menggunakan pendekatan kedua. Penyebab perbedaan data juga disebabkan oleh jenis
dioda yang digunakan pada rangkaian. Dioda yang digunakan dalam teori analisis
rangkaian dianggap sebagai dioda ideal sehingga menggunakan tegangan lutut / V knee
(0,7 V) sementara yang digunakan pada eksperimen adalah dioda jenis 1N4001 yang
mempunyai hambatan bulk sebesar 0,23 V. Dan pada data eksperimen ditemukan
persamaan data pada arus yang melalui dioda yang seharusnya jika dihitung dengan
teori analisis rangkaian teganangan melalui dioda berbeda beda disetiap penggantian
tegangan sumber. Ini dapat disebabkan oleh kesalahan pembacaan multimeter karena
arus yang melalui dioda memang sangat kecil.
Pada percobaan kedua, yaitu rangkaian thevenin praktikan mengambil nilai voltase
pada tiap-tiap resistor dan nilai arus pada R2, R4, R6, R8, R10, R11, dan R12. Pada
pengukuran tegangan di setiap titik dengan variasi besar sumber tegangan terlihat
bahwa data hasil pengukuran dengan teori analisis rangkaian berbeda cukup jauh
dengan hasil pengukuran dengan eksperimen. Terdapat sedikit perbedaan pada nilai
voltase disebabkan karena skala multimeter yang tidak dapat dibaca dengan baik. Arus
yang melewati resistor akan dipengaruhi oleh toleransi yang dipunyai oleh resistor yang
dipakai sehingga hasil dari eksperimen agak berbeda dengan hasil dari analisis teori
rangkaian.

Analisis Data dan Percobaan


Data yang diperoleh pada pengukuran tegangan di titik A baik dengan
menggunakan sumber tegangan AC maupun sumber tegangan DC sama besarnya
dengan sumber tegangan itu sendiri. Hal ini terjadi karena di titik A belum terdapat
hambatan atau gangguan dari komponen apapun yang bisa mempengaruhi
tegangan, sehingga nilai tegangan masih sama dengan nilai sumber tegangan.
Pengukuran pada titik A ini juga sama besarnya dengan pengukuran yang dilakukan
pada multisim. Pada titik B, tegangan yang terukur berkurang dibandingkan dengan
sumber tegangan, hal ini terjadi karena terdapat dioda pada rangkaian. Pada titik B
ini data yang didapatkan tidak sama dengan apa yang praktikan dapatkan pada
multisim di karenakan kondisi diode yang sudah kurang baik membuat perbedaan
yang cukup signifikan.. Tegangan pada titik C menunjukkan nilai nol baik saat
diberi sumber tegangan dari sumber DC maupun tegangan dari sumber AC. Hal ini
bisa terjadi karena titik C merupakan titik pada rangkaian yang terhubung langsung
dengan ground, sehingga tegangan yang ada pada titik itu nilainya nol. Data hasil
pengukuran pada percobaan pada titik C ini nilainya juga tetap sama dengan hasil
yang praktikan dapat di multisim.
Pada titik AC, AB, dan BC tegangan yang terukur berbeda dengan nilai
yang didapatkan saat simulasi. Hal ini mungkin disebabkan nilai tahanan pada alat
ukur yang berbeda serta ketelitian praktikan. Pada titik AB, tegangan yang terukur
nilainya bervariasi, mungkin saja hal ini disebabkan karena adanya dioda yang
digunakan pada rangkaian. Pada titik BC, tegangan yang terukur besarnya hamper
sama dengan tegangan yang terukur di titik B, sedangkan pada titik AC, besar
tegangan yang terukur sama dengan tegangan pada titik A. pengukuran arus yang
dilakukan pada percobaan menghasilkan data yang berbeda dengan hasil
pengukuran menggunakan software simulasi. Hal ini mungkin disebabkan karena
perbedaan tahanan pada alat ukur (amperemeter) dan juga multisim menganggap
keadaannya ideal sedangkan dalam percobaan tidak ada keadaan yang ideal.
Pada percobaan kedua, data didapatkan dari pengukuran tegangan pada
masing-masing resistor yang ada pada rangkaian. Data yang didapatkan pada
pengukuran menggunakan variasi tegangan DC pada titik yang berbeda seperti
yang telah ditentukan. Namun pada saat mengukur arus yang megalir pada resistor,
hasil yang didapatkan berbeda dengan yang didapatkan pada tugas pendahuluan.Hal
ini disebabkan oleh hal hal yang tidak ideal saat percobaan seperti ketelitian alat
keadaan resistor dan ketelitian praktikan.
Kesimpulan
Tegangan dioda pada eksperimen tidak pernah mencapai 0,7 V ( < 0.7 V )
Toleransi pada resistor berpengaruh pada perhitungan
Multimeter dipasang secara paralel untuk mengukur tegangan pada rangkaian
dan dipasang secara seri untuk mengukur arus yang mengalir pada rangkaian.
Osiloskop digunakan untuk mengukur tegangan yang mengalir pada rangkaian,
dimana sumber tegangannya adalah sumber AC.
Percobaan dan eksperimen pada multisim hasilnya akan berbeda karena
multisim melakukan percobaan pada kondisi yang ideal
Data Sheet Dioda 1N4001

Referensi
Malvino, Albert. 1999. Electronics Principle 7th edition. Tata Mc Graw-Hill Publishing
Company Limited.

You might also like