Professional Documents
Culture Documents
ELEKTRONIKA I
Modul praktikum :
Karakteristik, Rangkaian dan Aplikasi Transistor
Depok
2016
Modul 3
Karakteristik,Rangkaian dan Aplikasi Transistor
A. Tujuan
1. Menentukan nilai , membuat garis beban dan menentukan titik Q
2. Menganalisa rangkaian AC dan DC
3. Mengetahui cara kerja rangkaian darlington
4. Mempelajari aplikasi transistor.
5. Mampu menerapkan rangkaian dasar transistor
B. Teori Dasar
Transistor adalah komponen yang bekerja sebagai sakelar (switch on/off) dan
juga sebagai penguat (amplifier). Transistor bipolar adalah inovasi yang mengantikan
transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor bipolar yang relatif lebih
kecil, disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat bekerja pada suhu yang lebih
dingin.
Transistor merupakan suatu piranti semikonduktor yang memiliki sifat khusus.
Secara ekuivalensi transistor dapat dibandingkan dengan dua dioda yang dihubungkan
dengan suatu konfigurasi. Walaupun sifat-sifat transistor tersebut tidak sama dengan
dioda tersebut. Transistor ada yang UNIPOLAR (misal : FET), ada yang BIPOLAR
(PNP dan NPN). Pada dasarnya transistor bekerja berdasarkan prinsip pengendalian
arus kolektor dengan menggunakan arus basis.
Dengan kata lain arus basis mengalami penguatan hingga menjadi sebesar arus
kolektor. Penguatan ini bergantung dari faktor penguatan dari masing-masing
transistor ( dan ). Konfigurasi dasar dari rangkaian. Transistor sebagai penguat
adalah Common Base, Common Emitor dan Common Collector. Sifat dari transistor
yang akan saturasi pada nilai tegangan tertentu antara basis dan emitor menjadikan
transistor dapat berfungsi sebagai saklar elektronik. Nilai penguatan arus dari
Transistor dapat dinaikkan dengan menggunakan konfigurasi Darlington.
Daerah Aktif
Gambar 1.
Transistor
Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus I C
konstans terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini diperlihatkan bahwa arus I C
hanya tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linear
(linear region). Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada
loop kolektor (rangkaian CE), maka dapat diperoleh hubungan :
Daerah Saturasi
Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 volt sampai kira-kira 0.7 volt
(transistor silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-basis yang mana tegangan VCE
belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron.
Daerah Cut-Off
Daerah Breakdown
Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE lebih dari 40V, arus IC menanjak
naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini disebut berada pada daerah breakdown.
Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada daerah ini, karena akan dapat merusak
transistor tersebut. Untuk berbagai jenis transistor nilai tegangan VCEmax yang
diperbolehkan sebelum breakdown bervariasi. VCEmax pada data sheet transistor selalu
dicantumkan juga.
Darlington
Transistor Darlington adalah rangkaian elektronika yang terdiri dari sepasang
transistor bipolar (dwi kutub) yang tersambung secara tandem (seri). Sambungan seri
seperti ini dipakai untuk mendapatkan penguatan (gain) yang tinggi, karena hasil
penguatan pada transistor yang pertama akan dikuatkan lebih lanjut oleh transistor
kedua. Keuntungan dari rangkaian Darlington adalah penggunaan ruang yang lebih
kecil dari pada rangkaian dua buah transistor biasa dengan bentuk konfigurasi yang
sama. Penguatan arus listrik atau gain dari rangkaian transistor Darlington ini sering
dituliskan dengan notasi atau hFE .
Penguatan total dari transistor Darlington bisa mencapai 1000 kali atau lebih.
Dari luar transistor Darlington nampak seperti transistor biasa dengan 3 buah kutub: B
(basis), C (Kolektor), dan E (Emitter). Dari segi tegangan listriknya, voltase base-
emitter rangkaian ini juga lebih besar, dan secara umum merupakan jumlah dari kedua
tegangan masing-masing transistornya, seperti nampak dalam rumus berikut:
D. Prosedur Percobaan
1. Menetukan nilai
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 4.1.
b. Mengatur R var agar Vi bervariasi dari 0 12 volt dengan interval kenaikan
sebesar 1 volt.
c. Mencatat Vi,VBE, dan VCE.
3. Rangkaian Darlington
a. Menyusun rangkaian seperti gambar 5.1
b. Mengatur potensio hingga VA 0 Volt dan mencatat nilai VB , VC , VD , VE dan VF
c. Menaikan nilai VA dengan interval 0,5 volt hingga 5 volt dan mencatat setiap
perubahan nilai VB , VC , VD , VE dan VF
E. Tugas Pendahuluan
1. Perhatikan gambar 4.1. Dengan mengacu BC108 dari datasheet, lengkapilah tabel
berikut ini! Sertakan pula penurunannya!
IB =
IC = dc.IB
VCE = VCC IC.RC
Vi (V) VBE (V) IB (A) IC (mA) VC (V)
0 0 0 0 12
1 0.65 6.551 1.187 0.137
2 0.65 18 1.194 0.061
3 0.65 24 1.196 0.051
4 0.65 36 1.196 0.039
5 0.65 47 1.197 0.031
6 0.65 53 1.197 0.028
7 0.65 65 1.198 0.024
8 0.65 77 1.198 0.021
9 0.65 83 1.198 0.019
10 0.65 96 1.198 0.017
11 0.65 107 1.198 0.015
12 0.65 113 1.199 0.014
2. Buat kurva hubungan antara Ic dan Vce dari data pada soal No. 1. Tentukan terlebih
dahulu Titik Saturasi dan Cut off!
Saat VCE = 0
IC SAT = = = 1,2 mA
Saat IC = 0
VCE cut off = VCC = 12
1.4
1.2
f(x) = - 0.1x + 1.2
1
R = 1
0.8
Ic 0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Vce
3. Perhatikan gambar 4.2 tentukan titik Q dari rangkaian tersebut. Plot dalam kurva pada
soal No.2!
Q point ideal
IB =
= 112,5 A
IC = 1,199 mA
Karena arus saturasi sama dengan 1,2 mA maka IC = 1,2 mA
VCE = 12V (1,2mA x 10k)
= 0V
4. Perhatikan gambar 5.1 dengan menggunakan teori rangkaian penguat Darlington (
harga untuk BC 108 dapat dilihat di datasheet), turunkan persamaan yang
menghubungkan antara input dan output! Kemudian lengkapilah table dibawah ini!
Transistor 1 dengan 1:
Transistor 2 dengan 2:
Simulasi di bawah
6. Perhatikan gambar 6.3. Desainlah suatu rangkaian sensor cahaya: ada cahaya LED
mati, tidak ada cahaya LED menyala, dengan mengatur nilai R1, R2, dan R3. Jelaskan
cara kerja rangkaian! Kemudian tentukan tegangan dan arus pada rangkaian tersebut!
Simulasi
Modul 4.1
Pada tegangan 0 V
Pada tegangan 1 V
Pada tegangan 2 V
Pada tegangan 3 V
Pada tegangan 4 V
Pada tegangan 5 V
Pada tegangan 6 V
Pada tegangan 7 V
Pada tegangan 8 V
Pada tegangan 9 V
Pada tegangan 10 V
Pada tegangan 11 V
Pada tegangan 12 V
Modul 4.2
Modul 5.1
Pada tegangan 0 V
Pada tegangan 1 V
Pada tegangan 1,5 V
Pada tegangan 2 V
Pada tegangan 2,5 V
Pada tegangan 3 V
Pada tegangan 5 V
Modul 6.2
Pada tegangan 0 V
Pada tegangan 1 V
Pada tegangan 2 V
Pada tegangan 3 V
Pada tegangan 4 V
Pada tegangan 5 V
Pada tegangan 6 V
Pada tegangan 7 V
Pada tegangan 8 V
Pada tegangan 9 V
Pada tegangan 10 V
Pada tegangan 11 V
Pada tegangan 12 V