Professional Documents
Culture Documents
Dehidrasi
1. Pengertian Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu kondisi tubuh yang abnormal di mana sel-sel tubuh
kekurangan cairan. Otot, organ, dan jaringan di dalam tubuh terdiri dari 70% air, dan
air juga sangat penting untuk berbagai proses tubuh. Dehidrasi akan mengakibatkan
banyak masalah dan gangguan bagi tubuh, seperti gangguan dalam pembuangan
toksin (racun), pengiriman nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh, produksi energi, dan
pelumasan sendi. Dehidrasi berat akan mempengaruhi sistem tubuh, dan juga dapat
mempengaruhi keseimbangan elektrolit. Sementara natrium dan kalium adalah
elektrolit yang berperan besar dalam proses-proses kritis tubuh, seperti untuk
kenormalan fungsi otot dan irama jantung. Dehidrasi berat bisa berkomplikasi serius
dan mengancam jiwa, seperti syok, koma bahkan kematian.
Dehidrasi dikategorikan menjadi tiga; ringan, sedang dan berat. Yang mana
ketiganya dikategorikan berdasarkan jumlah cairan yang hilang di dalam tubuh.
Dehidrasi sedang hingga berat bisa berubah menjadi kondisi darurat yang mengancam
jiwa. Bayi, anak-anak, atlet dan orang yang berusia lanjut sangat rentan terhadap
dehidrasi dan komplikasinya, meskipun dehidrasi dialami semua kelompok usia.
2. Gejala Dehidrasi
Gejala dehidrasi bervariasi pada tiap individu tergantung dari penyebabnya.
Gejala dehidrasi dapat muncul secara tiba-tiba (akut), seperti selama atau setelah sakit
yang disertai muntah atau diare berulang. Dehidrasi juga dapat berubah menjadi
berkelanjutan (kronis), seperti pada orang yang tidak minum cukup cairan karena
khawatir akan inkontinensia (ketidakmampuan dalam mengontrol air kemih). Pada
sebagian orang, terutama orang yang berusia lanjut, seringkali tidak menyadari bahwa
mereka mengalami gejala dehidrasi. Hal ini mungkin karena mereka tidak menyadari
atau merasakan gejalanya. Gejala dehidrasi meliputi:
1) Bibir dan lidah kering
2) Kulit kering
3) Sakit kepala ringan
4) Kurang atau tidak buang air kecil
5) Haus.
Dehidrasi juga bisa merupakan gejala dari kondisi serius lain yang mendasarinya,
seperti diabetes Tipe I atau gagal ginjal. Segeralah minta bantuan medis jika seseorang
mengalami salah satu atau beberapa gejala berikut ini:
1) Tingkat kesadaran atau kewaspadaan menurun
2) Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada dada (palpitasi)
3) Bingung
4) Pusing
5) Bayi tidak bisa atau tidak merespon makanan
6) Sedikit air mata saat menangis, terutama pada bayi
7) Kelemahan atau kram otot
8) Mual dan muntah
9) Tidak buang air kecil, atau air seni berwarna kuning gelap, coklat atau
berwarna teh
10) Mata cekung
11) Ubun-ubun cekung (titik lembut pada kepala bayi)
12) Bayi terlihat lemah.
3. Penyebab Dehidrasi
Dehidrasi dapat disebabkan karena kurangnya minum air atau cairan.
Dehidrasi juga bisa merupakan dampak dari suatu kondisi yang menyebabkan tubuh
kehilangan banyak cairan, seperti diare yang berlebihan, luka bakar serius, demam,
dan berada di elevasi (ketinggian tanah) tinggi. Dehidrasi juga merupakan gejala dari
beberapa penyakit, gangguan atau kondisi yang mendasarinya, seperti defisiensi
aldosteron (hormon yang diproduksi kelenjar adrenal), diabetes Tipe I, dan gagal
ginjal.
Cairan dalam tubuh bisa hilang karena beberapa kondisi berikut:
1) Mengonsumsi alkohol dan intoksikasi (keracunan)
2) Suhu/cuaca yang sangat panas
3) Olahraga yang menyebabkan keringat banyak keluar, seperti maraton dan
sepakbola
4) Perdarahan
5) Berada di elevasi tinggi
6) Tingkat kelembaban rendah.
Dehidrasi juga bisa disebabkan karena suatu kondisi yang menyebabkan hilangnya
banyak cairan karena terlalu sering berkemih, kondisi-kondisi itu antara lain:
1) Diabetes
2) Ketoasidosis diabetik
3) Hyperosmolar hyperglycemic nonketotic syndrome (HHNS)
4) Pengobatan dengan obat diuretik seperti furosemide (Lasix).
Juga banyak kondisi atau gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan dehidrasi
karena muntah atau diare. Beberapa kondisi tersebut antara lain:
1) Infeksi bakteri atau virus pada saluran pencernaan, seperti keracunan makanan
atau gastroenteritis
2) Gangguan makan (bulimia atau anoreksia)
3) Gastroesophageal reflux disease (GERD)
4) Radang usus (termasuk penyakit Crohn dan kolitis ulserativa)
5) Influenza
6) Morning sickness selama kehamilan.
5. Komplikasi Dehidrasi
Komplikasi terkait dehidrasi dapat berbeda-beda dan bersifat progesif, hal ini
tergantung dari penyebab yang mendasarinya. Karena dehidrasi dapat disebabkan oleh
penyakit serius, tidak adanya pengobatan akan mengakibatkan komplikasi menjadi
lebih serius dan menyebabkan kerusakan permanen. Berikut risiko komplikasi
potensial seperti :
1) Kerusakan otak
2) Aritmia jantung (irama jantung abnormal)
3) Koma
4) Ketidakseimbangan elektrolit
5) Gagal ginjal
6) Syok
6. Pengobatan Dehidrasi
Langkah pertama untuk mengatasi dehidrasi adalah dengan mencegahnya.
Untuk orang dewasa, minumlah minimal 8 gelas air setiap hari. Pada sebagian orang,
kebutuhan minum air akan lebih besar, seperti pada atlet atau orang-orang yang
tinggal di dataran tinggi atau di tempat yang bersuhu tinggi dan beriklim kering.
Untuk para atlet, sangat disarankan untk mengonsumsi minuman elektrolit.
Pengobatan dehidrasi akan tergantung dari penyebab, adanya penyakit lain, usia dan
beberapa faktor lainnya.
Dehidrasi ringan dapat diatasi dengan minum cairan sedikit-sedikit namun
dengan interval yang pendek (sering). Untuk bayi dan anak-anak yang muntah atau
diare, berikan rehidrasi oral seperti oralit, yang mana oralit juga sangat dianjurkan
ketika terjadi muntah dan diare. Semua minuman yang mengandung kafein, seperti
kopi dan minuman soda harus dihindari. Kafein akan memperburuk dehidrasi karena
menyebabkan peningkatan potensi buang air kecil.
Dehidrasi sedang hingga berat biasanya membutuhkan rawat inap dan
perawatan intensif di rumah sakit. Cairan intravena diberikan berikut penggantian
cairan elektrolit. Elektrolit dan parameter penting lainnya, seperti tanda-tanda vital
harus dipantau secara kontinue. Untuk kasus dehidrasi yang komplikasinya sampai
mengancam jiwa seperti gagal ginjal dan syok hipovolemik, maka diperlukan
tindakan-tindakan penunjang kehidupan.
Syok
1. Defenisi Syok
Syok adalah suatu keadaan yang gawat, dimana sistem peredaran darah
(sirkulasi) gagal menyalurkan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ
vital (otak, jantung dan paru-paru).
2. Klasifikasi Syok
Berdasarkan etiologinya, syok dibagi menjadi :
1) Syok hipovolemik.
Syok hipovolemik adalah syok yang diakibatkan oleh kehilangan volume
intravaskuler secara akut dan massif. Hal ini bisa diakibatkan oleh kehilangan
darah, plasma, cairan tubuh ataupun elektrolit. Keadaan ini biasa terjadi pada
luka bakar, perdarahan dalam ataupun luar, diare berat dan lain-lain.
2) Syok Kardiogenik.
Syok kardiogenik adalah syok yang diakibatkan oleh kelainan pada jantung,
misalnya pada aritmia, infark miokardium, kelainan katup ataupun akibat
obat-obat myocardial depressant.
3) Syok Obstruktif.
Syok obstruktif adalah syok yang diakibatkan oleh gangguan pengisian pada
ventrikel kanan maupun kiri yang dalam keadaan berat bisa menyebabkan
penurunan Cardiaac Output. Hal ini biasa terjadi pada obstruksi vena cava,
emboli pulmonal, pneumotoraks, gangguan pada pericardium (misalnya :
tamponade jantung) ataupun berupa atrial myxoma.
4) Syok Distributif.
Syok distributive adalah syok yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada
distribusi volume sirkulasi, baik karena perubahan resistensi pembuluh darah
ataupun akibat perubahan permeabilitasnya. Hal ini biasa terjadi pada keadaan
sepsis, anafilaktik ataupun neurogenik.
3. Diagnosis Syok
Berikut ini ada empat tanda syok yang paling penting :
1) Hipotensi terjadi akibat dari berkurangnnya curah jantung. Dikatakan
hipotensi jika tekanan darah systole dibawah 80 mmHg atau tekanan nadi
dibawah 20 mmHg.
2) Takikardi terjadi akibat dari refleks simpatis terhadap keadaan hipotensi. Pada
orang dewasa frekuensi nadi 60-100 kali/menit, jadi dikatakan takikardi jika
frekuensi nadi diatas 100 kali/menit. Pada anak-anak dikatakan takikardi jika
di atas 120 kali/menit.
3) Tacipneu terjadi akibat usaha tubuh untuk mengkompensasi hipoksia pada
keadaan syok. Pernapasan di katakan tacipneu, jika frekuensinya di atas 24
kali/menit.
4) Penurunan kesadaran terjadi akibat aliran darah ke saraf pusat tidak memadai.
Penurunan kesadaran ini bisa berupa kebingungan, letargia, agitasi dan koma.
4. Gejala Syok
Berikut ini beberapa gejala-gejala syok, baik yang bersifat subyektif ataupun objektif :
1) Gejala Obyektif
a. Pernapasan cepat & dangkal
b. Nadi capat dan lemah
c. Akral pucat, dingin & lembab
d. Sianosis : bibir, kuku, lidah & cuping hidung
e. Pandangan hampa & pupil melebar
2) Gejala Subyektif
a. Mual dan mungkin muntah
b. Rasa haus
c. Badan lemah
d. Kepala terasa pusing
3) Gejala khusus syok sesuai penyebabnya, antara lain :
a. Syok Hipovolemik : pasien menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, tanda
dan gejala perdarahan internal ataupun eksternal.
b. Syok Kardiogenik : biasanya ada keluhan nyeri dada, tanda-tanda
edema paru ataupun kematian mendadak.
c. Syok Obstruktif : gejalanya sulit dibedakan dengan syok kardiogenik,
namun dari riwayat penyakit pasien, syok ini bisa didiagnosa.
d. Syok Distributive : pada awalnya pasien ada demam, riwayat penyakit
infeksi sebelumnya, riwayat alergi makanan, obat-obatan, dll. Bisa
juga didapatkan urtikaria dan angioedema serta bronkospasme
(terutama pada syok anafilaktik).
5. Penanganan
Penanganan Awal :
1) Segera bawa penderita ketempat teduh dan aman
2) Tenangkan dan yakinkan penderita bahwa dia akan ditangani dengan baik
3) Tidurkan penderita, dengan posisi terlentang, tungkai ditinggikan 20-30 cm(
30).
4) Longgarkan pakaian penderita dan jangan diberikan makanan dan minuman.
5) Kontrol ABC
6) Segera rujuk ke fasilitas kesehatan.
Penanganan lanjut :
1) Syok Hipovolemik :
a. Pulihkan status volume
b. Koreksi gangguan elektrolit
c. Tangani penyebab
2) Syok Kardiogenik :
a. Perbaiki fungsi jantung (Dopamin)
3) Syok Obstruktif :
a. Lakukan penanganan syok secara umum.
b. Penanganan sesuai dengan penyebab :
Tamponade Pericardiosintesis
Emboli paru Trombokinase
Atrial Myxoma, Pneumotoraks Operasi
4) Syok Distributif
a. Dopamin, epinefrin, Antibiotik(sesuai penyebab), Kortikosteroid.
Emboli
1. Pengertian Emboli
Emboli adalah suatu kondisi yang menyebabkan aliran darah terhambat akibat
benda asing (embolus), seperti bekuan darah atau udara. Benda asing yang berada di
dalam akliran darah akan ikut bersirkulasi sampai terhambat pada salah satu
pembuluh darah. Hambatan ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak lancar dan
jaringan tubuh kekurangan oksigen sehingga menyebabkan kegagalan fungsi organ.
2. Jenis-jenis Emboli
Beberapa jenis dari emboli, yaitu:
1) Emboli paru
Embolus yang terbentuk akan bersirkulasi dan menyumbat arteri di paru-paru.
Emboli paru dapat menyebabkan kematian.
2) Emboli otak
Embolus yang menyumbat di otak, dapat menyebabkan stroke.
3) Emboli retina (lapisan saraf mata)
Adanya emboli pada pembuluh darah retina menyebabkan kebutaan yang
mendadak.
4) Emboli septik
Emboli jenis ini disebabkan oleh benda asing yang terbentuk akibat infeksi
5) Emboli amniotik
Emboli yang disebabkan oleh cairan amnion (ketuban) yang masuk ke aliran
darah ibu.
6) Emboli udara
Aliran darah arteri terhambat oleh udara yang masuk ke pembuluh darah.
Sering disebabkan saat berselam, dimana penyelam naik ke permukaan terlalu
cepat
7) Emboli lemak
Emboli disebabkan karena partikel lemak yang masuk ke peredaran darah,
seperti pada kasus patah tulang
3. Penyebab Emboli
Emboli disebabkan karena adanya embolus di aliran darah. Beberapa jenis
embolus, yaitu bekuan darah, lemak, udara, Emboli terutama terjadi pada orang-orang
yang memiliki risiko. Faktor risiko terjadinya emboli, antara lain:
1) Merokok;
2) Infeksi;
3) Orang tua;
4) Riwayat penyakit jantung;
5) Tekanan darah tinggi;
6) Arterosklerosis (pembentukan plak lemak pada pembuluh darah);
7) Kolesterol tinggi dan kegemukan;
8) Jarang bergerak dapat menyebabkan deep vein thrombosis (DVT), yaitu
terbentuknya bekuan pada pembuluh darah di kaki, yang merupakan penyebab
tersering emboli paru.
4. Gejala Emboli
Gejala pada emboli bervariasi tergantung letak sumbatan terjadi. Pada emboli
di jantung, dapat timbul serangan jantung. Bila terjadi emboli di otak, maka stroke
dapat muncul yang ditandai dengan kelemahan anggotan gerak, gangguan bicara,
kemiringan pada salah satu sisi wajah, seakit kepala, dan lain-lain.
Emboli yang terjadi pada anggota gerak menyebabkan nyeri, rasa kebas,
dingin, dan dapat timbul luka akibat jaringan yang mati. Emboli paru menimbulkan
nyeri dada, kesulitan bernafas, batuk, dan kematian.
5. Pengobatan Emboli
Pengobatan emboli dilakukan berdasarkan ukuran, lokasi, dan asal embolus.
Tindakan yang dapat dilakukan dengan penggunaan obat-obatan atau tindakan
operasi. Penanganan pertama dari emboli adalah mengatasi syok dan pemberian
oksigen.
Obat-obat yang dapta diberikan yaitu anti pembekuan darah untuk mencegah
emboli lebih lanjut, dan trombolisis (menghancurkan bekuan darah yang telah
terbentuk). Namun, pemakaian obat ini dapat menimbulkan efek perdarahan.
Tindakan operasi yang dilakukan yaitu embolektomi, yaitu pengangkatan
embolus. Pembuluh darah yang tersumbat akan dipotong dan dilakukan penghisapan
benda asing penyebab sumbatan tersebut.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian emboli,
yaitu makan makanan sehat (rendah lemak, tinggi serat, banyak sayur dan buah),
mengurangi konsumsi garam (tidak lebih dari 1 sendok teh per hari), mengurangi
berat badan, berhenti merokok, dan olahraga minimal 150 menit per minggu.
1. Pengertian Trombus
Trombus merupakan suatu unsur benda yang tersusun dari unsur-unsur darah
didalam pembuluh darah atau jantung sewaktu masih hidup. Unsur-unsur tersebut
adalah trombosit, fibrin, eritrosit, dan leukosit. Adanya trombus ini dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.
Trombus terbentuk melaui proses yang dinamakan dengan thrombosis.
Trombosis terjadi ketika trombosit melekat pada permukaan endotel pembuluh atau
jantung. Semakin banyak darah yang mengalir, maka trombosit yang melekat pada
daerah tersebut akan semakin banyak. Trombosis dapat saling melekat sehingga
nantinya terbentuk massa yang menonjol ke dalam saluran pembuluh darah yang
dikenal dengan trombus.
Ketika darah mengalir dengan cepat, trombus yang terbentuk akan terlepas
dari dinding pembuluh, tetapi kemudian diganti lagi oleh trombosit lain yang akan
menyebakan munculnya trombus kembali. Trombus ini dapat terbentuk pada arteri,
vena maupaun jantung. Trombus ini ada yang mengandung sarang-sarang kuman
(septic trombus), ada juga yang steril.
3. Macam-Macam Trombus
1) Occlusive trombus, yaitu trombus yang menyebabkan lumen (isi) pembuluh
tersumbat.
2) Propagating trombus, yaitu massa yang dibentuk sepanjang pembuluh yang
tersumbat. Trombus ini merupakan perpanjangan dari occlusive trombus.
3) Saddle/riding trombus merupakan trombus yang memanjang dan masuk
kedalam cabang pembuluh
4) Mural/parietal trombus adalah trombus yang hanya berupa bercak yang
melekat pada dinding pembuluh darah dan tidak menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah.
5) Pedinculated trombus adalah trombus mural dalam jantung yang bertangkai
panjang
5. Morfologi Trombus
Trombus terdiri dari berbagai kombinasi antara agregasi trombosit, endapan
fibrin, dan sel darah merah serta leukosit yang terjaring. Konfigurasi yang tepat dari
trombus bergantung pada keadaan dimana trombus tersebut terbentuk.
Jika trombus mulai terbentuk dalam aliran darah, unsur pertama yang paling
penting adalah gumpalan trobosit yang melekat pada endotel. Hal ini dapat terjadi
karena aliran daerah yang abnormal memungkinkan trombosit berdiam pada endotel
atau terlempar ke endotel. Hal ini dapat terjadi karena lapisan endotel menjadi kasar,
sehingga menimbulkan nidus untuk agregasi trombosit. Sewaktu trombosit
mengalami agregasi, mereka melepaskan zat-zat yang menimbulkan pengendapan
fibrin, sehingga dengan segera agregasi trombosit dikelilingi oleh fibrin dan
menjaring sel darah merah. Gelombang peristiwa yang berturut semacam ini dapat
mengakibatkan struktur trombus yang komplek dan bertulang. Sebaliknya, jika
trombus terbentuk dalam pembuluh dimana aliran darahnya telah berhenti, maka
gumpalan darahnya hanya terdiri dari jalinan difus fibrin yang menangkap unsur-
unsur darah kurang lebih secara homogeny. Tetapi berbeda dengan proses yang baru
saja dijelaskan, bekuan postmortem terjadi dengan agak lambatsehingga unsur-unsur
darah yang terbentuk berlapis-lapis sebelum bekuan mengeras, sehingga sel-sel darah
merah, sel-sel darah putih, dan fibrin terpisah. Bekuan postmortem semacam itu
cenderung elastis dari trombus sejati dan jauh lebih jarang melekat pada dinding
pembuluh. Perbedaan ini dapat menjadi penting pada saat otopsi.
Secara harfiah trombus dapat terjadi dalam tiap bagian system kardiovaskuler
akibat berbagai sebab, yakni:
a. Menurunnya laju aliran melalui vena-vena, selanjutnya sekunder akibat
kehilangan daya pompa aktifitas otot yang diperberat oleh penyumbatan
sirkulasi parifer berkaitan dengan kegagalan jantung kronik.
b. Infeksi bakteri pada katub, dan trombus tersebut disebut vegetas
c. Hipokinesis dari dinding jantung yang disebabkan oleh penyakit atau kematian
dari miokandrium yang ada dibawahnya.
d. Penebalan dinding arteri dan dinding arteri kasar yang disebabkan oleh
penyakit (aterosklerosis) dan merupaan faktor presipitasi terjadinya trombosit.
6. Akibat
Jika arteri tersumbat oleh trombus, maka jaringan yang disuplai oleh arteri itu
akan kehilangan suplai darah. Trombus dapat terbentuk akibat cedera dinding
pembuluh, karena cedera sel endotel akan menarik trombosit dan mediator-mediator
peradangan lainnya ke daerah tersebut. Akibatnya dapat timbul kelainan fungsi
jaringan sampai kematian jaringan atau kematian penderita akibat dari trombus vena
agak berlainan.
Adapun gangguan pada pembuluh arteri yang lain yaitu :
a. Berupa lesi diabetik yang menyerang kapiler pada ginjal, retina, dan
akstremitas. Hal ini menerangkan gejala-gejala diabetes.
b. Varices sebagai gangguan pembuluh darah timbul bila terjadi
kelemahan dinding vena dimana darah tertahan lama disitu oleh
pengaruh gravitasi.
c. Penyakit pada vena yang berupa penyumbatan yang berat adalah
sindrom vena kafa superior. Hal ini sering terjadi pada kanker paru-
paru.
d. Penyakit jantung koroner hampir selalu sebagai akibat di ateroskerosis.
Faktor resiko nya adalah hiper kolesterol, penyakit DM, kegemukan,
kurang bergerak dan lebih sering pada pria dan lansia.
7. Manifestasi Klinik
Di klinik gejala yang nampak adalah pemeriksaan kadar kreatin, Tropanin dan
LDH dalam darah.
Pengobatannya terdiri dari istirahat total di tempat tidur, obat penghilang nyeri
dan obat jantung untuk mencegah pembentukan trombus membatasi luasnya infard.
Komplikasi yang sering ditemukan adalah gangguan irama jantung serta gagal
jantung.