You are on page 1of 15

Retensi Cairan (Edema)

1. Pengertian Retensi Cairan (Edema)


Edema adalah akumulasi cairan pada tubuh diluar sel (ekstraseluler) dan di
luar pembuluh darah (ekstravaskular). Biasanya mempengaruhi ekstremitas seperti
kaki, lutut, lengan dan tangan, tetapi juga di sekitar organ lain seperti edema paru
yaitu terjadinya penumpukan cairan memengaruhi paru-paru, sehingga edema dapat
merupakan gejala dari penyakit yang mendasari atau kondisi patologis.
Dua kategori besar retensi cairan termasuk edema umum, ketika
pembengkakan terjadi di seluruh tubuh, dan edema lokal ketika bagian-bagian tertentu
dari tubuh yang terpengaruh. Beragam penyebab termasuk reaksi tubuh terhadap
cuaca panas, asupan garam yang tinggi, dan hormon yang terkait dengan siklus
menstruasi. edema dapat merupakan gejala dari kondisi medis serius seperti jantung,
ginjal atau penyakit hati.

2. Gejala retensi cairan


Gejalanya bisa berupa :
1) Pembengkakan bagian tubuh yang terkena
2) Kaki, pergelangan kaki dan tangan yang sering terkena
3) Bagian tubuh yang terkena mungkin sakit
4) Sendi mungkin terasa kaku
5) Berat badan yang cepat selama beberapa hari atau minggu
6) Fluktuasi berat badan yang tidak dapat dijelaskan
7) Ketika ditekan, kulit dapat tertahan kedalam selama beberapa detik (pitting
edema)
8) Dalam kasus lain, kulit mungkin tidak indent saat ditekan (non-pitting edema).

3. Penyebab retensi cairan


Beberapa dari banyak penyebab umum dari retensi cairan meliputi:
1) Gravitasi
Berdiri untuk jangka waktu yang lama memungkinkan kolam cairan di
jaringan kaki bagian bawah.
2) Cuaca panas
Tubuh cenderung kurang efisien dalam menghilangkan cairan dari jaringan
selama musim panas.
3) Luka bakar
Kulit mempertahankan cairan dan membengkak dalam menanggapi luka
bakar.
4) Siklus menstruasi
Beberapa wanita mengalami edema dalam dua minggu sebelum menstruasi.
5) Kehamilan
Hormon mendorong tubuh untuk menahan kelebihan cairan.
6) Pil
Pil kontrasepsi oral yang memacu estrogen dapat memicu retensi cairan.
7) Defisiensi Diet
Seperti protein atau vitamin B1 (tiamin) dalam makanan dapat menyebabkan
retensi cairan.
8) Obat
Obat-obatan tertentu, termasuk obat tekanan darah tinggi (antihipertensi),
kortikosteroid dan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) diketahui
menyebabkan retensi cairan.
9) Vena Kronis Insufisiensi
Melemahnya katup dalam pembuluh darah pada kaki, sehingga untuk secara
efisien gagalmengembalikan darah ke jantung. Penyatuan darah dapat
menyebabkan varises.

4. Kondisi medis yang dapat menyebabkan retensi cairan


Retensi cairan mungkin merupakan gejala dari kondisi yang mendasari serius,
termasuk:
1) Penyakit ginjal seperti sindrom nefrotik dan glomerulonefritis akut
2) Gagal jantung, jika jantung tidak memompa secara efektif, tubuh
mengkompensasi dengan berbagai cara. Ia mulai menahan cairan dan
meningkatkan volume darah. Hal ini menyebabkan kemacetan dari pembuluh
darah, pembesaran hati, dan akumulasi cairan dalam rongga tubuh seperti
rongga perut (ascites) dan dalam jaringan subkutan, menyebabkan
pembengkakan (edema) dari kaki
3) Penyakit kronis paru seperti emfisema yang parah, yang menempatkan
tekanan yang berlebihan pada ventrikel kanan jantung, yang menyebabkan
kegagalan
4) Penyakit hati seperti sirosis parah yang memicu gagal hati
5) lymphoedema Ganas yaitu tumor kanker yang menyumbat struktur dari sistem
limfatik, seperti kelenjar getah bening
6) Penyakit tiroid seperti hipotiroidisme
7) Arthritis, sendi dipengaruhi oleh beberapa jenis arthritis cenderung
membengkak dengan cairan
8) Reaksi alergi pada orang yang rentan, tubuh cenderung membengkak dalam
menanggapi alergen tertentu, seperti gigitan serangga. Dalam beberapa kasus,
reaksi parah (anafilaksis) dan memerlukan perhatian medis yang mendesak.
Pembengkakan ini adalah berumur pendek daripada yang sedang berlangsung.

5. Diagnosis retensi cairan


Penyebab yang mendasari edema harus ditemukan sebelum pengobatan dimulai.
Pemeriksaan diagnostik termasuk:
1) Pemeriksaan fisik
2) Riwayat kesehatan
3) Pertanyaan rinci tentang retensi cairan, seperti ketika mulai, faktor-faktor yang
memperburuk pembengkakan dan apakah itu konstan atau intermiten
4) Tes darah
5) Tes urine
6) Tes fungsi hati
7) Tes fungsi ginjal
8) x-ray Dada
9) Tes fungsi jantung, seperti elektrokardiogram (EKG).

6. Pengobatan untuk retensi cairan


Pengobatan dilakukan tergantung pada penyebabnya, pengobatan dapat mencakup:
1) Diet rendah garam
2) Diuretik (pil air)
3) Pengobatan untuk kondisi medis yang mendasari: misalnya, penggantian
hormon (tiroksin) dalam kasus hipotiroidisme
4) Perubahan gaya hidup dalam menanggapi kondisi medis yang mendasari:
misalnya, menghindari alkohol jika penyakit hati adalah penyebab
5) Perubahan obat atau dosis, jika obat penyebabnya
6) Pengaturan pola makan, jika gizi buruk adalah penyebabnya
7) Pengawasan medis yang sedang berlangsung
8) Alat bantu dukungan seperti stoking.
9) Retensi cairan ringan dapat dibantu dengan cara berikut:
a. Mengurangi jumlah garam dalam makanan; misalnya, jangan
menambahkan garam selama proses memasak dan berhenti
mengkonsumsi makanan asinan. Hindari makanan seperti keripik
kentang dan kacang asin. Berhati-hatilah terhadap makanan olahan
seperti daging yang diproduksi, yang cenderung mengandung garam
tersembunyi.
b. Vitamin B6 (pyridoxine) diperkirakan untuk membantu dalam kasus-
kasus retensi cairan ringan. Sumber yang baik dari vitamin B6
termasuk beras merah dan daging merah.
c. Vitamin B5 (asam pantotenat), kalsium dan vitamin D membantu
tubuh untuk mengeluarkan kelebihan cairan. Sertakan buah-buahan
segar dan makanan susu rendah lemak dalam diet harian Anda.
d. Suplemen dapat membantu dalam kasus retensi cairan disebabkan oleh
siklus menstruasi: misalnya kalsium, magnesium, mangan, minyak
evening primrose dan pohon suci.
e. Diuretik Herbal termasuk daun dandelion, rambut jagung dan ekor
kuda.
f. Minum banyak air. Ini mungkin terdengar kontradiktif, tapi tubuh yang
kurang cairan cenderung untuk mempertahankan cairan.
g. Kurangi dehidrasi minuman seperti teh, kopi dan alkohol.
h. Jus cranberry memiliki tindakan diuretik ringan.
i. Berbaringlah dengan kaki lebih tinggi dari kepala, jika memungkinkan.
j. Berolahraga secara teratur.
k. Kenakan dukungan stoking.

Permata, Nuri. 2013. Pengertian Retensi Cairan (Edema).


(http://www.sridianti. com/pengertian-retensi-cairan-edema.html)
diakses pada 15 April 2015 pukul 10.16 WITA

Suparyo. 2014. Pengertian dan Penyebab Edema.


(http://daunbuah.com/pengertian-dan-penyebab-edema/) diakses
pada 15 April 2015 pukul 10.30 WITA

Dehidrasi
1. Pengertian Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu kondisi tubuh yang abnormal di mana sel-sel tubuh
kekurangan cairan. Otot, organ, dan jaringan di dalam tubuh terdiri dari 70% air, dan
air juga sangat penting untuk berbagai proses tubuh. Dehidrasi akan mengakibatkan
banyak masalah dan gangguan bagi tubuh, seperti gangguan dalam pembuangan
toksin (racun), pengiriman nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh, produksi energi, dan
pelumasan sendi. Dehidrasi berat akan mempengaruhi sistem tubuh, dan juga dapat
mempengaruhi keseimbangan elektrolit. Sementara natrium dan kalium adalah
elektrolit yang berperan besar dalam proses-proses kritis tubuh, seperti untuk
kenormalan fungsi otot dan irama jantung. Dehidrasi berat bisa berkomplikasi serius
dan mengancam jiwa, seperti syok, koma bahkan kematian.
Dehidrasi dikategorikan menjadi tiga; ringan, sedang dan berat. Yang mana
ketiganya dikategorikan berdasarkan jumlah cairan yang hilang di dalam tubuh.
Dehidrasi sedang hingga berat bisa berubah menjadi kondisi darurat yang mengancam
jiwa. Bayi, anak-anak, atlet dan orang yang berusia lanjut sangat rentan terhadap
dehidrasi dan komplikasinya, meskipun dehidrasi dialami semua kelompok usia.

2. Gejala Dehidrasi
Gejala dehidrasi bervariasi pada tiap individu tergantung dari penyebabnya.
Gejala dehidrasi dapat muncul secara tiba-tiba (akut), seperti selama atau setelah sakit
yang disertai muntah atau diare berulang. Dehidrasi juga dapat berubah menjadi
berkelanjutan (kronis), seperti pada orang yang tidak minum cukup cairan karena
khawatir akan inkontinensia (ketidakmampuan dalam mengontrol air kemih). Pada
sebagian orang, terutama orang yang berusia lanjut, seringkali tidak menyadari bahwa
mereka mengalami gejala dehidrasi. Hal ini mungkin karena mereka tidak menyadari
atau merasakan gejalanya. Gejala dehidrasi meliputi:
1) Bibir dan lidah kering
2) Kulit kering
3) Sakit kepala ringan
4) Kurang atau tidak buang air kecil
5) Haus.
Dehidrasi juga bisa merupakan gejala dari kondisi serius lain yang mendasarinya,
seperti diabetes Tipe I atau gagal ginjal. Segeralah minta bantuan medis jika seseorang
mengalami salah satu atau beberapa gejala berikut ini:
1) Tingkat kesadaran atau kewaspadaan menurun
2) Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada dada (palpitasi)
3) Bingung
4) Pusing
5) Bayi tidak bisa atau tidak merespon makanan
6) Sedikit air mata saat menangis, terutama pada bayi
7) Kelemahan atau kram otot
8) Mual dan muntah
9) Tidak buang air kecil, atau air seni berwarna kuning gelap, coklat atau
berwarna teh
10) Mata cekung
11) Ubun-ubun cekung (titik lembut pada kepala bayi)
12) Bayi terlihat lemah.

3. Penyebab Dehidrasi
Dehidrasi dapat disebabkan karena kurangnya minum air atau cairan.
Dehidrasi juga bisa merupakan dampak dari suatu kondisi yang menyebabkan tubuh
kehilangan banyak cairan, seperti diare yang berlebihan, luka bakar serius, demam,
dan berada di elevasi (ketinggian tanah) tinggi. Dehidrasi juga merupakan gejala dari
beberapa penyakit, gangguan atau kondisi yang mendasarinya, seperti defisiensi
aldosteron (hormon yang diproduksi kelenjar adrenal), diabetes Tipe I, dan gagal
ginjal.
Cairan dalam tubuh bisa hilang karena beberapa kondisi berikut:
1) Mengonsumsi alkohol dan intoksikasi (keracunan)
2) Suhu/cuaca yang sangat panas
3) Olahraga yang menyebabkan keringat banyak keluar, seperti maraton dan
sepakbola
4) Perdarahan
5) Berada di elevasi tinggi
6) Tingkat kelembaban rendah.
Dehidrasi juga bisa disebabkan karena suatu kondisi yang menyebabkan hilangnya
banyak cairan karena terlalu sering berkemih, kondisi-kondisi itu antara lain:
1) Diabetes
2) Ketoasidosis diabetik
3) Hyperosmolar hyperglycemic nonketotic syndrome (HHNS)
4) Pengobatan dengan obat diuretik seperti furosemide (Lasix).
Juga banyak kondisi atau gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan dehidrasi
karena muntah atau diare. Beberapa kondisi tersebut antara lain:
1) Infeksi bakteri atau virus pada saluran pencernaan, seperti keracunan makanan
atau gastroenteritis
2) Gangguan makan (bulimia atau anoreksia)
3) Gastroesophageal reflux disease (GERD)
4) Radang usus (termasuk penyakit Crohn dan kolitis ulserativa)
5) Influenza
6) Morning sickness selama kehamilan.

4. Faktor Risiko Dehidrasi


Para ahli kesehatan telah mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat membuat
seseorang rentan terkena dehidrasi. Faktor-faktor risiko tersebut adalah:
1) Berusia lanjut (lebih dari 65 tahun)
2) Diabetes
3) Diare, demam atau muntah
4) Penyakit, gangguan atau kondisi kesehatan yang membuat pengeluaran urin
menjadi berlebih, seperti diabetes
5) Penggunaan narkoba
6) Anak-anak usia enam tahun ke bawah.

5. Komplikasi Dehidrasi
Komplikasi terkait dehidrasi dapat berbeda-beda dan bersifat progesif, hal ini
tergantung dari penyebab yang mendasarinya. Karena dehidrasi dapat disebabkan oleh
penyakit serius, tidak adanya pengobatan akan mengakibatkan komplikasi menjadi
lebih serius dan menyebabkan kerusakan permanen. Berikut risiko komplikasi
potensial seperti :
1) Kerusakan otak
2) Aritmia jantung (irama jantung abnormal)
3) Koma
4) Ketidakseimbangan elektrolit
5) Gagal ginjal
6) Syok

6. Pengobatan Dehidrasi
Langkah pertama untuk mengatasi dehidrasi adalah dengan mencegahnya.
Untuk orang dewasa, minumlah minimal 8 gelas air setiap hari. Pada sebagian orang,
kebutuhan minum air akan lebih besar, seperti pada atlet atau orang-orang yang
tinggal di dataran tinggi atau di tempat yang bersuhu tinggi dan beriklim kering.
Untuk para atlet, sangat disarankan untk mengonsumsi minuman elektrolit.
Pengobatan dehidrasi akan tergantung dari penyebab, adanya penyakit lain, usia dan
beberapa faktor lainnya.
Dehidrasi ringan dapat diatasi dengan minum cairan sedikit-sedikit namun
dengan interval yang pendek (sering). Untuk bayi dan anak-anak yang muntah atau
diare, berikan rehidrasi oral seperti oralit, yang mana oralit juga sangat dianjurkan
ketika terjadi muntah dan diare. Semua minuman yang mengandung kafein, seperti
kopi dan minuman soda harus dihindari. Kafein akan memperburuk dehidrasi karena
menyebabkan peningkatan potensi buang air kecil.
Dehidrasi sedang hingga berat biasanya membutuhkan rawat inap dan
perawatan intensif di rumah sakit. Cairan intravena diberikan berikut penggantian
cairan elektrolit. Elektrolit dan parameter penting lainnya, seperti tanda-tanda vital
harus dipantau secara kontinue. Untuk kasus dehidrasi yang komplikasinya sampai
mengancam jiwa seperti gagal ginjal dan syok hipovolemik, maka diperlukan
tindakan-tindakan penunjang kehidupan.

Syah, Efran. 2014 Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Dehidras. (http://www.medkes.


com/2014/07/gejala-penyebab-dan-pengobatan-dehidrasi.html) diakses pada 15 April
2015 pukul 11.10 WITA

Syok

1. Defenisi Syok
Syok adalah suatu keadaan yang gawat, dimana sistem peredaran darah
(sirkulasi) gagal menyalurkan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ
vital (otak, jantung dan paru-paru).

2. Klasifikasi Syok
Berdasarkan etiologinya, syok dibagi menjadi :
1) Syok hipovolemik.
Syok hipovolemik adalah syok yang diakibatkan oleh kehilangan volume
intravaskuler secara akut dan massif. Hal ini bisa diakibatkan oleh kehilangan
darah, plasma, cairan tubuh ataupun elektrolit. Keadaan ini biasa terjadi pada
luka bakar, perdarahan dalam ataupun luar, diare berat dan lain-lain.
2) Syok Kardiogenik.
Syok kardiogenik adalah syok yang diakibatkan oleh kelainan pada jantung,
misalnya pada aritmia, infark miokardium, kelainan katup ataupun akibat
obat-obat myocardial depressant.
3) Syok Obstruktif.
Syok obstruktif adalah syok yang diakibatkan oleh gangguan pengisian pada
ventrikel kanan maupun kiri yang dalam keadaan berat bisa menyebabkan
penurunan Cardiaac Output. Hal ini biasa terjadi pada obstruksi vena cava,
emboli pulmonal, pneumotoraks, gangguan pada pericardium (misalnya :
tamponade jantung) ataupun berupa atrial myxoma.
4) Syok Distributif.
Syok distributive adalah syok yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada
distribusi volume sirkulasi, baik karena perubahan resistensi pembuluh darah
ataupun akibat perubahan permeabilitasnya. Hal ini biasa terjadi pada keadaan
sepsis, anafilaktik ataupun neurogenik.
3. Diagnosis Syok
Berikut ini ada empat tanda syok yang paling penting :
1) Hipotensi terjadi akibat dari berkurangnnya curah jantung. Dikatakan
hipotensi jika tekanan darah systole dibawah 80 mmHg atau tekanan nadi
dibawah 20 mmHg.
2) Takikardi terjadi akibat dari refleks simpatis terhadap keadaan hipotensi. Pada
orang dewasa frekuensi nadi 60-100 kali/menit, jadi dikatakan takikardi jika
frekuensi nadi diatas 100 kali/menit. Pada anak-anak dikatakan takikardi jika
di atas 120 kali/menit.
3) Tacipneu terjadi akibat usaha tubuh untuk mengkompensasi hipoksia pada
keadaan syok. Pernapasan di katakan tacipneu, jika frekuensinya di atas 24
kali/menit.
4) Penurunan kesadaran terjadi akibat aliran darah ke saraf pusat tidak memadai.
Penurunan kesadaran ini bisa berupa kebingungan, letargia, agitasi dan koma.

4. Gejala Syok
Berikut ini beberapa gejala-gejala syok, baik yang bersifat subyektif ataupun objektif :
1) Gejala Obyektif
a. Pernapasan cepat & dangkal
b. Nadi capat dan lemah
c. Akral pucat, dingin & lembab
d. Sianosis : bibir, kuku, lidah & cuping hidung
e. Pandangan hampa & pupil melebar
2) Gejala Subyektif
a. Mual dan mungkin muntah
b. Rasa haus
c. Badan lemah
d. Kepala terasa pusing
3) Gejala khusus syok sesuai penyebabnya, antara lain :
a. Syok Hipovolemik : pasien menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, tanda
dan gejala perdarahan internal ataupun eksternal.
b. Syok Kardiogenik : biasanya ada keluhan nyeri dada, tanda-tanda
edema paru ataupun kematian mendadak.
c. Syok Obstruktif : gejalanya sulit dibedakan dengan syok kardiogenik,
namun dari riwayat penyakit pasien, syok ini bisa didiagnosa.
d. Syok Distributive : pada awalnya pasien ada demam, riwayat penyakit
infeksi sebelumnya, riwayat alergi makanan, obat-obatan, dll. Bisa
juga didapatkan urtikaria dan angioedema serta bronkospasme
(terutama pada syok anafilaktik).
5. Penanganan
Penanganan Awal :
1) Segera bawa penderita ketempat teduh dan aman
2) Tenangkan dan yakinkan penderita bahwa dia akan ditangani dengan baik
3) Tidurkan penderita, dengan posisi terlentang, tungkai ditinggikan 20-30 cm(
30).
4) Longgarkan pakaian penderita dan jangan diberikan makanan dan minuman.
5) Kontrol ABC
6) Segera rujuk ke fasilitas kesehatan.
Penanganan lanjut :
1) Syok Hipovolemik :
a. Pulihkan status volume
b. Koreksi gangguan elektrolit
c. Tangani penyebab
2) Syok Kardiogenik :
a. Perbaiki fungsi jantung (Dopamin)
3) Syok Obstruktif :
a. Lakukan penanganan syok secara umum.
b. Penanganan sesuai dengan penyebab :
Tamponade Pericardiosintesis
Emboli paru Trombokinase
Atrial Myxoma, Pneumotoraks Operasi
4) Syok Distributif
a. Dopamin, epinefrin, Antibiotik(sesuai penyebab), Kortikosteroid.

Nur. 2010. Penanganan Umum Syok. (http://nursingbegin.com/tag/definisi-syok/) diakses


pada 15 April 2015 pukul 12.00 WITA

Emboli

1. Pengertian Emboli
Emboli adalah suatu kondisi yang menyebabkan aliran darah terhambat akibat
benda asing (embolus), seperti bekuan darah atau udara. Benda asing yang berada di
dalam akliran darah akan ikut bersirkulasi sampai terhambat pada salah satu
pembuluh darah. Hambatan ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak lancar dan
jaringan tubuh kekurangan oksigen sehingga menyebabkan kegagalan fungsi organ.

2. Jenis-jenis Emboli
Beberapa jenis dari emboli, yaitu:
1) Emboli paru
Embolus yang terbentuk akan bersirkulasi dan menyumbat arteri di paru-paru.
Emboli paru dapat menyebabkan kematian.
2) Emboli otak
Embolus yang menyumbat di otak, dapat menyebabkan stroke.
3) Emboli retina (lapisan saraf mata)
Adanya emboli pada pembuluh darah retina menyebabkan kebutaan yang
mendadak.
4) Emboli septik
Emboli jenis ini disebabkan oleh benda asing yang terbentuk akibat infeksi
5) Emboli amniotik
Emboli yang disebabkan oleh cairan amnion (ketuban) yang masuk ke aliran
darah ibu.
6) Emboli udara
Aliran darah arteri terhambat oleh udara yang masuk ke pembuluh darah.
Sering disebabkan saat berselam, dimana penyelam naik ke permukaan terlalu
cepat
7) Emboli lemak
Emboli disebabkan karena partikel lemak yang masuk ke peredaran darah,
seperti pada kasus patah tulang

3. Penyebab Emboli
Emboli disebabkan karena adanya embolus di aliran darah. Beberapa jenis
embolus, yaitu bekuan darah, lemak, udara, Emboli terutama terjadi pada orang-orang
yang memiliki risiko. Faktor risiko terjadinya emboli, antara lain:
1) Merokok;
2) Infeksi;
3) Orang tua;
4) Riwayat penyakit jantung;
5) Tekanan darah tinggi;
6) Arterosklerosis (pembentukan plak lemak pada pembuluh darah);
7) Kolesterol tinggi dan kegemukan;
8) Jarang bergerak dapat menyebabkan deep vein thrombosis (DVT), yaitu
terbentuknya bekuan pada pembuluh darah di kaki, yang merupakan penyebab
tersering emboli paru.

4. Gejala Emboli
Gejala pada emboli bervariasi tergantung letak sumbatan terjadi. Pada emboli
di jantung, dapat timbul serangan jantung. Bila terjadi emboli di otak, maka stroke
dapat muncul yang ditandai dengan kelemahan anggotan gerak, gangguan bicara,
kemiringan pada salah satu sisi wajah, seakit kepala, dan lain-lain.
Emboli yang terjadi pada anggota gerak menyebabkan nyeri, rasa kebas,
dingin, dan dapat timbul luka akibat jaringan yang mati. Emboli paru menimbulkan
nyeri dada, kesulitan bernafas, batuk, dan kematian.

5. Pengobatan Emboli
Pengobatan emboli dilakukan berdasarkan ukuran, lokasi, dan asal embolus.
Tindakan yang dapat dilakukan dengan penggunaan obat-obatan atau tindakan
operasi. Penanganan pertama dari emboli adalah mengatasi syok dan pemberian
oksigen.
Obat-obat yang dapta diberikan yaitu anti pembekuan darah untuk mencegah
emboli lebih lanjut, dan trombolisis (menghancurkan bekuan darah yang telah
terbentuk). Namun, pemakaian obat ini dapat menimbulkan efek perdarahan.
Tindakan operasi yang dilakukan yaitu embolektomi, yaitu pengangkatan
embolus. Pembuluh darah yang tersumbat akan dipotong dan dilakukan penghisapan
benda asing penyebab sumbatan tersebut.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian emboli,
yaitu makan makanan sehat (rendah lemak, tinggi serat, banyak sayur dan buah),
mengurangi konsumsi garam (tidak lebih dari 1 sendok teh per hari), mengurangi
berat badan, berhenti merokok, dan olahraga minimal 150 menit per minggu.

Wijaya, Andre Tjie. 2014. Emboli. (http://www.kerjanya.net/faq/5597-emboli.html)


Trombus

1. Pengertian Trombus
Trombus merupakan suatu unsur benda yang tersusun dari unsur-unsur darah
didalam pembuluh darah atau jantung sewaktu masih hidup. Unsur-unsur tersebut
adalah trombosit, fibrin, eritrosit, dan leukosit. Adanya trombus ini dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.
Trombus terbentuk melaui proses yang dinamakan dengan thrombosis.
Trombosis terjadi ketika trombosit melekat pada permukaan endotel pembuluh atau
jantung. Semakin banyak darah yang mengalir, maka trombosit yang melekat pada
daerah tersebut akan semakin banyak. Trombosis dapat saling melekat sehingga
nantinya terbentuk massa yang menonjol ke dalam saluran pembuluh darah yang
dikenal dengan trombus.
Ketika darah mengalir dengan cepat, trombus yang terbentuk akan terlepas
dari dinding pembuluh, tetapi kemudian diganti lagi oleh trombosit lain yang akan
menyebakan munculnya trombus kembali. Trombus ini dapat terbentuk pada arteri,
vena maupaun jantung. Trombus ini ada yang mengandung sarang-sarang kuman
(septic trombus), ada juga yang steril.

2. Penyebab Terbentuknya Trombus


Jika terjadi kerusakan pada jaringan endotel, maka akan terjadi perubahan
potensial listrik pada permukaan sel endothelium. Perubahan pada permukaan
endotel. Jika terjadi kerusakan pada jaringan endotel, maka akan terjadi perubahan
potensial listrik pada permukaan sel endothelium. Perubahan potensial listrik ini
menyebabkan trombosit mudah melekat pada endotel.
Perubahan aliran darah, ketika aliran darah melambat maka trombosit akan
menepi sehingga mudah melekat pada dinding pembuluh darah. Perubahan pada
konstitusi darah, trombosit dalam jumlah yang lebih banyak akan lebih memudahkan
terbentuknya trombus karena trombosit lebih mudah berlekatan satu sama lain.

3. Macam-Macam Trombus
1) Occlusive trombus, yaitu trombus yang menyebabkan lumen (isi) pembuluh
tersumbat.
2) Propagating trombus, yaitu massa yang dibentuk sepanjang pembuluh yang
tersumbat. Trombus ini merupakan perpanjangan dari occlusive trombus.
3) Saddle/riding trombus merupakan trombus yang memanjang dan masuk
kedalam cabang pembuluh
4) Mural/parietal trombus adalah trombus yang hanya berupa bercak yang
melekat pada dinding pembuluh darah dan tidak menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah.
5) Pedinculated trombus adalah trombus mural dalam jantung yang bertangkai
panjang

4. Etiologi dan Patogenesis


a. Pembentukan trombus dapat terjadi apabila aliran darah melalui suatu
pembuluh berlangsung lambat, yang merupakan penyebab mengapa sebagian
besar trombus terbentuk di bagian vena yang bertekanan rendah, tempat di
mana trombosit dan faktor-faktor pembekuan dapat berkumpul dan melekat
ke dinding pembuluh. Tiga kelompok faktor biasanya mencegah pembentukan
trombus yang tidak normal, yaitu : Sistem pembuluh normal mempunyai
lapisan sel endotel yang lunak dan licin sehingga trmbosit dan fibrin tidak
mudah melekat
b. Aliran darah normal dalam sistem pembuluh merupakan aliran yang sangat
deras sehingga trombosit tidak terlempar kepermukaan dinding pembuluh.
c. Mekanisme pembekuan mempunyai sejumlah pengaturan dan keseimbangan
kimia yang mengatur pembentukan bekuan
Terdapat tiga keadaan dasar yang menyebabkan bekuan terbentuk secara tidak normal,
yaitu :
1) Adanya kelainan dinding dan lapisan pembuluh
2) Kelainan aliran darah
3) Peningkatan daya koagulasi darah sendiri
Aliran darah pada daerah arteri merupakan aliran tekananan tinggi dengan
kecepatan tinggi dan arteri sendiri bertanding agak tebal dan tidak mudah berubah
bentuk. Karena alasan inilah maka penyebab tersering trombosis arteri adalah
penyakit pada lapisan dan dinding arteri atau biasa disebut aterosklorosis. Pada daerah
vena, aliran vena merupakan aliran bertekanan rendah dan kecepatannya relatif
rendah, dan vena berdinding cukup tipis sehingga mereka dengan mudahnya dapat
berubah bentuk oleh tekanan-tekanan dari luar.karena alasan ini, maka penyebab
tersering trombosis vena berkaitan dengan berkurangnya aliran darah.

5. Morfologi Trombus
Trombus terdiri dari berbagai kombinasi antara agregasi trombosit, endapan
fibrin, dan sel darah merah serta leukosit yang terjaring. Konfigurasi yang tepat dari
trombus bergantung pada keadaan dimana trombus tersebut terbentuk.
Jika trombus mulai terbentuk dalam aliran darah, unsur pertama yang paling
penting adalah gumpalan trobosit yang melekat pada endotel. Hal ini dapat terjadi
karena aliran daerah yang abnormal memungkinkan trombosit berdiam pada endotel
atau terlempar ke endotel. Hal ini dapat terjadi karena lapisan endotel menjadi kasar,
sehingga menimbulkan nidus untuk agregasi trombosit. Sewaktu trombosit
mengalami agregasi, mereka melepaskan zat-zat yang menimbulkan pengendapan
fibrin, sehingga dengan segera agregasi trombosit dikelilingi oleh fibrin dan
menjaring sel darah merah. Gelombang peristiwa yang berturut semacam ini dapat
mengakibatkan struktur trombus yang komplek dan bertulang. Sebaliknya, jika
trombus terbentuk dalam pembuluh dimana aliran darahnya telah berhenti, maka
gumpalan darahnya hanya terdiri dari jalinan difus fibrin yang menangkap unsur-
unsur darah kurang lebih secara homogeny. Tetapi berbeda dengan proses yang baru
saja dijelaskan, bekuan postmortem terjadi dengan agak lambatsehingga unsur-unsur
darah yang terbentuk berlapis-lapis sebelum bekuan mengeras, sehingga sel-sel darah
merah, sel-sel darah putih, dan fibrin terpisah. Bekuan postmortem semacam itu
cenderung elastis dari trombus sejati dan jauh lebih jarang melekat pada dinding
pembuluh. Perbedaan ini dapat menjadi penting pada saat otopsi.
Secara harfiah trombus dapat terjadi dalam tiap bagian system kardiovaskuler
akibat berbagai sebab, yakni:
a. Menurunnya laju aliran melalui vena-vena, selanjutnya sekunder akibat
kehilangan daya pompa aktifitas otot yang diperberat oleh penyumbatan
sirkulasi parifer berkaitan dengan kegagalan jantung kronik.
b. Infeksi bakteri pada katub, dan trombus tersebut disebut vegetas
c. Hipokinesis dari dinding jantung yang disebabkan oleh penyakit atau kematian
dari miokandrium yang ada dibawahnya.
d. Penebalan dinding arteri dan dinding arteri kasar yang disebabkan oleh
penyakit (aterosklerosis) dan merupaan faktor presipitasi terjadinya trombosit.

6. Akibat
Jika arteri tersumbat oleh trombus, maka jaringan yang disuplai oleh arteri itu
akan kehilangan suplai darah. Trombus dapat terbentuk akibat cedera dinding
pembuluh, karena cedera sel endotel akan menarik trombosit dan mediator-mediator
peradangan lainnya ke daerah tersebut. Akibatnya dapat timbul kelainan fungsi
jaringan sampai kematian jaringan atau kematian penderita akibat dari trombus vena
agak berlainan.
Adapun gangguan pada pembuluh arteri yang lain yaitu :
a. Berupa lesi diabetik yang menyerang kapiler pada ginjal, retina, dan
akstremitas. Hal ini menerangkan gejala-gejala diabetes.
b. Varices sebagai gangguan pembuluh darah timbul bila terjadi
kelemahan dinding vena dimana darah tertahan lama disitu oleh
pengaruh gravitasi.
c. Penyakit pada vena yang berupa penyumbatan yang berat adalah
sindrom vena kafa superior. Hal ini sering terjadi pada kanker paru-
paru.
d. Penyakit jantung koroner hampir selalu sebagai akibat di ateroskerosis.
Faktor resiko nya adalah hiper kolesterol, penyakit DM, kegemukan,
kurang bergerak dan lebih sering pada pria dan lansia.

7. Manifestasi Klinik
Di klinik gejala yang nampak adalah pemeriksaan kadar kreatin, Tropanin dan
LDH dalam darah.
Pengobatannya terdiri dari istirahat total di tempat tidur, obat penghilang nyeri
dan obat jantung untuk mencegah pembentukan trombus membatasi luasnya infard.
Komplikasi yang sering ditemukan adalah gangguan irama jantung serta gagal
jantung.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC.


Price, Sylvia A Lorraine. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
Tamher, Sayuti Heryati. 2008. Patologi untuk Mahasiswa Keperawatan
Jakarta : TIM.

You might also like