Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KELAINAN SEKSUAL FETISISME
ini dengan baik, meskipun masih terdapat kekurangan didalamnya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia ( KDM ). Makalah ini membahas tentang Asupan keperawatan
dengan kelainan seksual fetitisme. yang didalamnya berisi tentang definisi masalah seksual
fetitisme, beserta asuhan keperawatannya. Apa yang berada dalam makalah ini sangat
bermanfaat dan berguna terutama bagi seorang perawat. Sebagai pemberi asuhan
keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses
penyembuhan.
B. TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa / mahasiswi memiliki kemampuan
konsep pemahaman sebagai tenaga perawat professional di bidang Keperawatan, sehingga
mampu menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif yang mencakup
bio, psiko, sosio, dan spiritual.
BAB II
2
TINJAUAN TEORI
DEFINISI FETISISME
Penyebab Fetisisme
Penyebab fetisisme tidak jelas dipahami. Beberapa teori pembelajaran percaya bahwa
itu berkembang dari pengalaman anak usia dini, di mana objek dikaitkan dengan bentuk yang
sangat kuat dari gairah seksual atau gratifikasi. Teori belajar lainnya tidak akan fokus pada
anak usia dini, tetapi pada masa kanak-kanak kemudian dan remaja dan pengkondisian yang
terkait dengan aktivitas masturbasi. Teori psikoanalisis fokus pada konsep kausalitas ibadah
penis dan kecemasan kastrasi. Para peneliti telah menunjukkan bahwa dalam fetishists umum
memiliki keterampilan sosial yang kurang berkembang, cukup terisolasi dalam kehidupan
mereka dan memiliki kapasitas berkurang untuk membangun keintiman.
Gejala Fetitisme
3
BAB III
TINJAUAN ASUPAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pada pasien (Nursalam,2001)
2. Pengelompokan Data
Fetishme ini bisa menjadi suatu kelainan yang berbahaya bila perilakunya mulai ekstrim,
berikut ini ada beberapa tingkatan fetishme menurut keparahan penyimpangannya:
1. Tingkat pertama: Pemuja (Desires). Ini adalah tahap awal. Tidak terlalu
terpengaruh atau fetish tidak terlalu mengganggu pikiran seseorang.
Contohnya adalah saat seorang pria mengidamkan wanita dengan payudara yg besar,
rambut pirang, atau berbibir tipis.
4
Namun bila pria ini tidak mendapatkan wanita yg diimpikannya itu, dia tidak akan
terlalu mempermasalahkannya dan hubungan seksual dengan wanita itu tetap berjalan
normal.
2. Tingkat kedua : Pecandu (Cravers). Ini adalah tingkatan lanjutan dari tingkat awal.
Saat seseorang Fetishist telah mencapai tahap ini, psikologi orang ini akan membuat
dirinya "amat membutuhkan" pasangan dengan fetish tertentu yg didambakannya.
Bila hal itu tidak dapat terpenuhi, akan mengganggu hubungan seksual orang ini,
misalnya hilang hasrat seksual atau tidak tercapainya orgasme / klimaks
3. Tingkat III : Fetishist Tingkat Menengah. Ini termasuk tingkat yang berbahaya,
Fetishist akan melakukan apapun demi mendapakan fetish yg dia inginkan dengan
menculik, menyiksa, atau hal2 sadis lainnya. Hasrat seksual Fetishist ini hanya akan
terlampiaskan dengan seseorang yg memiliki bagian yg dia inginkan tidak peduli itu
lawan jenis atau sejenis.
4. Tingkat IV : Fetishist Tingkat Tinggi. Lebih sadis dari tingkat ketiga, pada tingkat
ini seseorang tidak akan peduli dengan hal lain di luar fetish-nya. Misal Fetish
seseorang adalah stocking wanita, maka dia tidak membutuhkan wanita itu, hanya
stockingnya saja (hammer).
5. Tingkat V : Fetishistic Murderers. Pada tingkat ini memang sudah parah sekali.
Seorang fetishme rela membunuh, memutilasi, demi mendapatkan fetish yg dia
inginkan. Penyakit psikologis ini bisa sembuh dengan terapi psikologis dan
pengobatan kejiwaan lainnya. Tergantung dari tingkat Fetishist itu sendiri.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata
ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat di
tanggulangi atau dikurangi.
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh, penganiayaan
fisik (seksual), depresi
Tidak adanya hasrat untuk aktivitas seksual
5
Perasaan jijik, ansietas, panik sebagai respons terhadap kontak genital
Tidak adanya pelumasan atau sensasi subjektif dari rangsangan seksual selama aktivitas
seksual
Kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis selama aktivitas seksual
Ketidakmampuan untuk mencapai orgasme atau ejakulasi
Ejakulasi prematur
Nyeri genital selama koitus
Kontriksi vagina yang mencegah penetrasi penis
C. INTERVENSI
1. Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual.
Rasional: Hal ini menetapkan suatu data dasar untuk bekerja dan memberikan dasar untuk tujuan
Rasional: Ide pasien tentang apa yang merupakan suatu masalah mungkin berbeda dari ide
perawat. Ide adalah persepsi pasien yang darinya tujuan perawatan harus ditetapkan.
3. Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan Kaitan masalah dan
diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada waktu itu.
Rasional: Stress pada beberapa are kehidupan mempengaruhi fungsi seksual. Pasien mungkin
tidak menyadari hubungan antara stress dan disfungsi seksual.
Rasional: Depresi dan kelelahan menurunkan hasrat dan antusisme untuk berpartisipasi dalam
aktifitas seksual.
6
5. Tinjau aturan pengobatan dan observasi efek samping.
Rasional: Banyaknya obat-obatan dapat mempengaruhi fungsi seksual. Evaluasi terhadap obat
dan respon individu adalah penting untuk memastikan apakah obat tersebut mungkin
menambah masalah.
6. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin menambah disfungsi
seksual. Pastikan bahwa pasien menyadari ada altrenatif metode pencapaian kepuasan seksual
dan dapat dilepajari melalui konseling seks jika pasien dan pasangannya berhasrat untuk
malakukannya juga.
Rasional: pasien mungkin tidak menyadari bahwa kepuasan perubahan dapat dibuat dalam
kehidupan seksnya. Dia mungkin juga tidak menyadari adanya sarana konseling seks.
7. Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi yang
mungkin menysahkan dirinya. Peningkatan pengetahuan dan membenarkan kesalahan konsep
dapat menurunkan perasaan tidak berdaya dan ansietas dan memudahkan solusi masalah.
7
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada klien dengan kelainan seksual fetitisme, dilakukan dengan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan intervensi.
Pada umumnya berbagai macam bentuk kelainan seksual dipengaruhi oleh Pertimbangan
Perkembangan, Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan, Peran dan Hubungan,
Konsep Diri, Budaya, Nilai dan Keyakinan, Agama, dan Etik.
B. SARAN
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran khususnya dalam mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia, Selain itu diperlukan
lebih banyak referensi dan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.
8
DAFTAR PUSTAKA
-http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/03/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
penyimpangan-seksual/