You are on page 1of 5

UJIAN PERBAIKAN

METODOLOGI PENELITIAN

Oleh :
AYU RIZKI BUDIANI
NIM. 131511123026
AJ 2 / B18

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN TINGKAT
KESTABILAN EMOSI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SDN KALIJUDAN
I 239 KECAMATAN MULYOREJO KELURAHAN KALIJUDAN SURABAYA

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola komunikasi
orang tua dengan kestabilan emosi anak usia sekolah dasar. Penelitian ini dilator
belakangi hasil pengamatan di SDN Kalijudan I 239 Surabaya . Subjek dalam
penelitian ini adalah 50 orang tua dan siswa kelas 5 sekolah dasar di SDN Kalijudan I
239 Surabaya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan Total Sampling. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan skala pola komunikasi orang tua dan skala kestabilan
emosi anak. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik korelasi product
moment.
Sebgaimana dikemukakan di bab sebelumnya dengan menggunakan uji
analisis Pearson Product Moment. Hipotesis yang diuji Adanya hubungan pola
komunikasi orang tua terhadap kestabilan emosi anak usia sekolah dasar.
Berdasarkan hasil uji hipotesis di peroleh hasil R xy hitung 0,929, berarti 0,929 0,254
pada taraf signifikan 5% maka H1 berbunyi ada hubungan positif antara pola
komunikasi orang tua terhadap kestabilan emosi anak usia sekolah dasar, dapat
diterima. Sedangkan H0 yang berbunyi tidak ada hubungan positif antara pola
komunikasi orang tua terhadap kestabilan emosi anak usia sekolah dasar, di tolak.

Kata Kunci: Pola Komunikasi Orang Tua, Kestabilan Emosi Anak Usia Sekolah
Dasar.

LATAR BELAKANG
Peran orang tua sebagai peran utama dalam keluarga yang berinteraksi dalam
pembentukan dan perkembangan mental anak. Pendidikan dalam keluarga memiliki
nilai stategis dalam pembentukan kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah
mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan kebiasaan
hidup sehari-hari dalam keluarga. Kurangnya pengetahuan orang tua menjadi kendala
dalam berkomunikasi serta dalam berinteraksi dengan anak.
Pada kehidupan bermasyarakat masih banyak ditemukan anak-anak nakal
dengan sikap dan perilaku bodoh yang tidak hanya terlibat dalam perkelahian tetapi
juga pergaulan bebas, perjudian, pencurian, narkoba dan sebagainya. Sekian banyak
faktor penyebab kejadian-kejadian tersebut, salah satu penyebab utamanya adalah
kurangnya pendidikan dan komunikasi yang baik dari orang tua dalam keluarga
(Irmayantri, 2011).
Studi pendahuluan yang dilakukan Peneliti pada tanggal 16 Desember 2016 di
SDN Kalijudan 1 kepada 10 anak didapatkan hasil pola komunikasi dan kestabilan
emosi anak masih rendah. Pola komunikasi dengan kriteria kurang sebanyak 5 anak,
cukup sebanyak 4 dan baik sebanyak 2 anak. Kestabilan emosi anak dengan kriteria
kurang sebanyak 5 anak, cukup sebanyak 3 anak dan baik sebanyak 2 anak.
Menurut Sendjaja (2004) mengemukakan bahwa komunikasi memainkan
peranan penting dalam kehidupan manusia dan sebagian besar kegiatan komunikasi
berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi. Konflik dalam keluarga sering
terjadi karena tersumbatnya aliran komunikasi antara orang tua dan anak. Orang tua
yang sibuk menyebabkan intensitas dan kualitas komunikasi menjadi sangat kurang
dan tidak jarang pula menimbulkan perselisihan. Pergaulan antara orang tua dengan
anak dalam sebuah keluarga sangat memerlukan derajat keintiman, frekuensi
pertemuan serta mutu interaksi dari anggota keluarga (Zuhri & Dwi, 2015).
Anak sekolah dasar adalah usia yang masih berada pada masa perkembangan.
Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa pertengahan dan
akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak-anak. Jika orang tua
sibuk dengan pekerjaanya maka perkembangan anak akan terganggu. Ditinjau dari sisi
psikologi, kebutuhan anak bukan hanya sebatas kebutuhan materi semata. Anak juga
membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang terdekatnya, khususnya orang
tua. Realitanya banyak anak yang kurang mendapatkan kebutuhan afektif (kasih
sayang), disebabkan orang tua sibuk mencari uang demi untuk memperbaiki
perekonomian keluarga. Perbedaan persepsi inilah yang terkadang membuat dilema
dalam hubungan antara orang tua dan anak menjadi semakin lemah .
Keluarga adalah relasi antara orang tua dengan anaknya, kurang perhatian orang
tua terhadap anak banyak berpengaruh dengan kestabilan emosi, kesulitan belajar,
kurang bersosialisasi, dikarenakan anak akan kehilangan tempat mengadukan atau
menceritakan persoalan dan kasih sayang dari orang tua dimana hal ini akan
membawa anak stress, malas belajar, dan pembangkang (Irmayantri, 2011).
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan utama bagi anak karena disanalah
anak akan memulai mengenal segala sesuatunya hingga mereka menjadi tua dan
mengerti. Dimana semua ini tidak akan terlepas dari tangung jawab keluarga terutama
orang tua yang memegang peran penting bagi kehidupan anaknya, oleh karena itu
orang tua bertanggung jawab ata proses pembentukan perilaku anak. Namun dalam
kehidupan saat ini peranan orang tua sebagai pendidik anak semakin
memperhatinkan. Banyak orang tua yang menjadikan kesibukan bekerja sebagai
alasan desakan kebutuhan ekonomi, professional serta hobi. Padahal, tanpa kita sadari
hal tersebut membuat kedekatan orang tua dan anak semakin berkurang. Anak akan
tumbuh kembang semakin dewasa dan akan mengalami perubahan. Perubahan ini
akan membawa cara anak berkomunikasi kepada orang tua. Banyak orang tua yang
tidak ada masalah dengan perubahan tersebut, namun ada pula yang mengalami
konflik disebabkan karena perubahan cara berkomunikasi (Ariesta, 2014).
Kedekatan hubungan antara orang tua dengan anak tentu saja akan berpengaruh
secara emosional. Anak akan merasa dibutuhkan dan berharga dalam keluarga,
apabila orangtua memberikan perhatiaanya kepada anak. Anak akan menganggap
bahwa keluarga merupakan bagian dari dirinya yang sangat dibutuhkan dalam segala
hal. Sebaliknya hubungan yang kurang harmonis antara orang tua dan anak akan
berdampak buruk terhadap perkembangan anak. Tidak jarang anak akan terjerumus ke
hal-hal negatif dengan alasan orang tua kurang memberikan perhatian kepada anak.
Komunikasi interpersonal dalam keluarga yang terjalin antara orang tua dan
anak merupakan salah satu faktor penting dalam menetukan perkembangan individu
komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif. Komunikasi yang
efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan
yang makin baik dan tindakan demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan
terbina komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak, sehingga akan terjalin
hubungan yang harmonis(Daryanto, 2015).
METODOLOGI
Jenis penelitian adalah korelasional, pada penelitian ini mengambil populasi
orang tua dan siswa kelas 5 yang berjumlah 50. Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan teknik total sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk mengetahui ada hubungan atau tidak antara pola komunikasi orang tua
dengan kestabilan emosi anak usia sekolah dasar dengan analisis Pearson Product
Moment dan untuk bantuan analisis data dengan menggunakan SPSS versi 23. Hasil
uji Pearson Product Moment. Hasil analisis Pearson Correlation pola komunikasi
orang tua dengan kestabilan emosi anak nilai r hitung atau korelasi pearson variabel
bebas dan variabel terikat besarnya 0,929 sedangkan taraf signifikan (0,254) nilai ini
menggambarkan probabilitas, dengan jumlah sampel 50.
Hipotesis yang di uji adalah Adanya hubungan pola komunikasi orang tua
terhadap kestabilan emosi anak usia sekolah dasar. Berdasarkan hasil uji hipotesis
diperoleh hasil Rxy hitung 0,929, berarti 0,929 0,254 pada taraf signifikan 5% maka
H1 berbunyi ada hubungan positif antara pola komunikasi orang tua terhadap
kestabilan emosi anak usia sekolah dasar, dapat diterima. Sedangkan H0 yang
berbunyi tidak ada hubungan positif antara pola komunikasi orang tua terhadap
kestabilan emosi anak usia sekolah dasar, di tolak.

SIMPULAN
Berdasarkan phasil penelitian di SDN Kalijudan I 239 Surabaya di dapatkan
ada hubungan positif antara pola komunikasi orang tua terhadap kestabilan emosi
anak usia sekolah dasar.

KETERBATASAN PENELITIAN
Instrument pengumpulan data tentang persepsi individu tidak dilakukan uji validitas
dan relihabilitas ulang setelah dilakukan perubahan dari instrument awal.

DAFTAR PUSTAKA
Sendjaja, D. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zuhri, S., & Dwi, F. (2015). Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Pada Kasus
Seks Pranikah. UPN Veteran Jawa Timur.

You might also like