You are on page 1of 2

Pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan yang

dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka peningkatan kesejahteraan,


kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia tanpa mengurangi akses dan kesempatan
kepada generasi yang akan datang untuk menikmati dan memanfaatkannya.

Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu- isu lingkungan. Lebih
luas dari itu, pembangunan berkelanjutan mencakup 3 pilar (binaan, sosial dan alami)
Terjadinya krisis-krisis lingkungan tersebut telah mencetuskan pemikiran atau
paradigma baru yang disebut pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development).
Pengelolaan air limbah domestik bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan air
limbah domestik yang ramah lingkungan, sehingga tercapai peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat dan lingkungan yang lebih baik dan sehat. Undang- undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa pengelolaan air limbah termasuk
dalam urusan wajib Pemerintah Daerah dan merupakan pelayanan dasar bagi masyarakat.
Serta Peraturan Presiden Nomor 185 tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi berisi kebijakan dan strategi dalam penyediaan air minum dan sanitasi.
Dan didorong oleh Tujuan Pembangunan Milenium Pemerintah Indonesia (RI)
menetapkan target Universal Akses 100-0-100 (akses Air Minum 100%, Kawasan Kumuh
0% dan Akses Sanitasi 100%).
Munculnya kawasan kumuh dengan tingkat kepadatan populasi tinggi ditemui di
berbagai kota besar di dunia. Kawasan kumuh umumnya dihubung-hubungkan dengan
tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi. Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber
masalah sosial seperti kejahatan, obat-obatan terlarang dan minuman keras. Di berbagai
negara miskin, kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah kesehatan karena kondisinya
yang tidak higienis.
Kenyataan bahwa jumlah penduduk akan selalu bertambah dapat berakibat pada
penurunan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan akan selalu menjadi
permasalahan paling mendesak untuk diselesaikan.
Penggunaan jamban yang disertai partisipasi keluarga akan baik, bila didukung oleh
beberapa faktor. Diantaranya faktor yang berasal dari dalam diri individu yang disebut faktor
internal seperti pendidikan, pengetahuan, sikap, tindakan atau kebiasaan, pekerjaan,
pendapatan, jenis kelamin, umur, suku dan sebagainya. Adapun faktor dari luar diri individu
disebut faktor eksternal seperti fasilitas jamban baik meliputi jenisnya, kebersihannya,
kondisinya, ketersediaannya termasuk kecukupan air bersihnya dan pengaruh lingkungan
Bahaya terhadap kesehatan yang ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara tidak
bai pembuangan tinja yang tidak saniter dapat menyebabkan penyebaran berbagai macam
penyakit seperti tifus abdominalis, diare, kholera, disentri basiler maupun amoeba, hepatitis
infeksiosa dan berbagai jenis cacing.

Penyakit diare di Indonesia merupakan masalah kesehatan karena morbiditas dan mortalitas
yang masih tinggi. Penyediaan air bersih dalam permukiman merupakan prasarana untuk
mendukung perkembangan penghuninya. Air bersih di permukiman harus tersedia dengan
baik dalam arti kualitas memenuhi standart, jumlah yang cukup, tersedia secara terus menerus
dan cara mendapatkannya mudah dan terjangkau, dimana menjadikan penghuni permukiman
akan nyaman tinggal.

Kurangnya sarana air bersih juga berakibat langsung terhadap rendahnya jumlah keluarga
yang mempunyai jamban. Sehingga banyak keluarga/masyarakat pedesaan yang membuang
kotoran di tempat yang terbuka atau di sungai (di sembarang tempat). Kebiasaan buruk ini
juga mengakibatkan peningkatan kejadian penyakit diare atau penyakit berbasis lingkungan
lainnya bagi masyarakat.

You might also like