Professional Documents
Culture Documents
Terkenal
Sebagai motivator Indonesia dan motivator Muslim, sering saya mengingatkan para
peserta di seminar motivasi saya, "Belajar, belajar, belajar!"
Kalau belajar, rezeki akan lebih mudah untuk dikejar. Kalau belajar, kita akan berdiri
dengan lainnya dengan sejajar. Namun tak semua orang mau belajar. Di antara
mereka malah mengajukan alasan-alasan yang tak wajar.
Kita semua sepakat bahwa yang suka beralasan dan bermalasan itu adalah ciri para
pecundang. Sepenuh hati saya berharap, Anda menghindarinya. Sekali lagi,
menghindarinya. Apa perlu saya ulangi untuk ketiga kalinya?
- Saat kita menyarankan sesuatu yang baru, alasannya "Saya nggak punya ilmu,
nggak punya pengalaman."
- Saat kita memberitahu ilmu dan cara-caranya, katanya "Kamu sok tahu," atau "Ah
ini susah," atau "Di sana sih berhasil, di sini belum tentu."
- Saat kita memberitahu investasi yang besar, alasannya "Saya nggak punya uang."
- Saat teman-temannya sukses duluan, alasannya "Itu kebetulan saja. Nasib orang
kan beda-beda."
- Dikasih gratis, murah, atau refund, katanya "Mau memanfaatkan saya? Mau
menipu saya? Kamu pikir saya bodoh ya?"
- Dikasih motivasi, tak percaya. Dikasih bukti, katanya pamer. Saat kita berhenti
memotivasi, katanya "Kamu lagi bangkrut ya?"
Bagi saya, simple saja. Lazimnya, saya hanya mengajar orang yang siap diajar. Ini
sih wajar. Apalagi Robert Kiyosaki pernah berujar, "Jangan mengajari babi
bernyanyi." Anda capek, babinya lebih capek. Hehehe.
Saya nggak terlalu tertarik menghabiskan waktu saya hanya untuk meyakinkan
mereka yang suka beralasan. Saya capek, merekanya lebih capek. Akan jauh lebih
efisien dan efektif jika kita mencurahkan perhatian pada orang-orang yang siap
diajar. Ini namanya prioritas.
Saya berharap, Anda memilki mental pemenang. Mau belajar. Nggak beralasan,
nggak bermalasan. Sekian dari saya, Ippho Santosa.
Seminar motivasi bisnis atau seminar motivasi wirausaha, tentu saja memerlukan
pendekatan yang berbeda. Mengelola produksi dan penjualan dalam skala UKM,
biasanya itulah yang sering dibahas, dikemas dalam bentuk public seminar. Dari
segi skala, kadang berupa seminar nasional, kadang berupa seminar internasional.
Sekali lagi, kedua-duanya berbeda walaupun sama-sama seminar motivasi diri atau
seminar motivasi sukses. Perlu digarisbawahi, isinya bukan sekadar seruan-seruan
semangat, melainkan juga inspirasi demi inspirasi dan hal-hal teknis dalam
mencapai sesuatu. Maka muncullah berbagai tema lainnya, seperti seminar
perubahan, seminar penjualan, seminar otak kanan, seminar pencapaian target,
dan lain-lain.
Menjadi pembicara seminar atau motivator Indonesia, sudah menjadi passion bagi
Ippho Santosa, bukan sekadar profesi. Ia berusaha menjadi salah satu motivator
terbaik atau pembicara terbaik di negeri ini. Dengan izin Yang Maha Kuasa, sekitar
satu juta alumni seminar sudah membuktikan itu, bahkan seminarnya telah
menembus belasan negara di empat benua. Buku-bukunya telah terjual satu juta
eksemplar dan hanya dua motivator di Indonesia yang telah melampaui angka itu,
yakni Ippho Santosa dan Ary Ginanjar.
Di seminar motivasi, sudah menjadi tugas saya sebagai motivator Indonesia untuk
mengingatkan peserta.
Pesan saya, "Miliki mental pemenang. Berusaha berpikir positif. Niscaya akan
beruntung."
Misalnya saja:
Dalam karya fenomenalnya, The Luck Factor, Profesor Richard Wiseman seorang
psikolog dari Universitas Hertfordshire telah meneliti 400 orang yang memiliki
karakter yang beruntung dan tidak beruntung, dengan berbagai jenis latar
belakang.
Anda termasuk yang mana? Jadikan saja tulisan ini sebagai bahan renungan.
Semoga hidup kita selalu berkah dan berlimpah. Sekian dari saya, Ippho Santosa.