You are on page 1of 11

PENGARUH LATIHAN RANG OF MOTION ( ROM ) PASIF TERHADAP

KEKUATAN OTOT PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI


RUANG ICU RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
Arfianto Nugroho.
Jurusan Ilmu Keperawatan, Program Studi DIII Keperawatan.
Akademi Keperawatan Tujuh Belas Karanganyar
Email: Nugroho.afiffah@gmail.com

ABSTRAK

Stroke is a disease in acute decline in nerve function disorders caused by


brain blood vessels, occurs suddenly and quickly that cause symptoms and signs
in accordance with the area of the brain is disrupted. This study aimed to identify
the effect of passive ROM exercises the muscle strength in patients with non-
hemorrhagic stroke in Karanganyar District Hospital ICU.
Sampling method in this study carried out by the method pre-test and post-
test that is by interview and direct action, methods of information (observations),
documentation methods, the method library.
Result: after the act of nursing for three days the patient has not shown an
increase in muscle strength with scale 2 on the upper extremities (hands) and
bottom (foot), because patients experience loss of consciousness (coma) with GCS
E4 V1 M1. This ROM exercises had not affected muscle strength in patients with
non hemoragikyag stroke decreased consciousness. The study recommends the
need for ROM exercises as one intervention nurses in nursing care in stroke
patients that can memepercepat patient's muscle strength recovery.

Keywords: Non Haemorrhagic Stroke, Muscle Strength Exercise ROM

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
Pendahuluan Terdapat kira kira 2 juta
Stroke termasuk penyakit orang bertahan hidup dari stroke
serebrovaskuler yang terjadi karena yang mempunyai beberapa
berkurangnya aliran darah dan kecacatan. Angka kejadian stroke di
oksigen ke otak, penyebab terjadinya dunia kira kira 200 per 100.000
stroke karena sumbatan penyempitan penduduk dalam setahun. Diantara
dan pecahnya pembuluh darah. 100.000 penduduk maka 800 orang
Stroke merupakan urutan kedua akan menderita stroke. Prosentase
penyakit mematikan setelah jantung. penderita.
Serangan stroke lebih banyak dipicu Stroke usia 35 44 tahun
karena hipertensi yang disebut sekitar 0,2%, usia 45 54 tahun
sebagai silent killer, diabetes sekitar 0,7%, usia 55 64 tahun
mellitus, obesitas dan berbagai sekitar 1,8%, usia 65 74 tahun
gangguan aliran darah ke otak sekitar 2,7%, usia 75 85 sekitar
(Pudiastuti, 2014). 10,4%. Stroke tidak lagi diderita
WHO mendefinisikan bahwa masyarakat kota yang berkecukupan
stroke merupakan gejala-gejala tapi juga warga yang social
defisit fungsi susunan syaraf yang di ekonominya rendah. Di Indonesia,
akibatkan oleh penyakit pembuluh diperkirkan setiap tahun terjadi
darah otak dan bukan oleh yang lain. 500.000 penduduk terkena serangan
Di Indonesia usia penderita stroke stroke dan sekitar 25% atau 125.000
kebanyakan bersekitar 45 tahun orang meinggal sedangkan sisanya
keatas gejala gejala paling umum mengalami cacat ringan bahkan bias
timbulnya serangan stroke antara lain menjadi cacat berat
: terjadinya serangan sakit kepala, (Pudiastuti, 2014).
Di Negara Indonesia stroke
hilangnya keseimbangan, ganguan
menepati urutan pertama sebagai
penglihatan, hilangnya kemampuan
penyebab kematian dirumah sakit.
untuk berbicara dengan jelas, salah
Stroke sebenarnya dapat di cegah
atu kelopak mata sulit dipejamkan,
dengan perilaku hidup sehat
gangguan pencium dll (Pudiastuti,
contohnya berolah raga secara
2014).

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
teratur, hindari minum beralkohol, anggota gerak namun juga
jangan mengkonsumsi makanan yang menyebabkan sisi tubuh yang normal
berkolestrol tinggi, tidak merokok akhirnya ikut cacat. Untuk mencegah
kesibukan yang padat bias berakibat hal tersebut, pasien perlu melakukan
terjadinya stress, maka perlu latihan fisik secara rutin.
Menurut Perry & Potter
relaksasi. Pengobatan stroke sangat
(2006) dalam cahyati (2011), latihan
kompleks memerlukan waktu yang
fisik tersebut salah satunya
lama, biaya tidak sedikit, perlu
mobilisasi persendian yaitu dengan
dukungan dari keluarga. 500.000
latihan range of motion (ROM).
penduduk terkena stroke 1/3 dapat
Range of motion (ROM) atau bisa
pulih kembali, 1/3 terjadi gangguan
dikenal dengan rentang gerak adalah
fungsional ringan sampai sedang dan
latihan gerak sendi yang
1/3 lainnya mengalami gangguan
memungkinkan terjadinya kontraksi
fungsional berat (Pudiastuti, 2014).
Menurut Lingga (2013), dan pergerakan otot, dimana klien
Kelumpuhan adalah cacat pada salah menggerakkan masing-masing
satu sisi tubuh (himeplegia), jika persendiannya sesuai gerakan normal
dampaknya tidak terlalu parah hanya baik secara aktif ataupun pasif.
menyebabkan anggota tubuh tersebut Stroke dibedakan menjadi
menjadi tidak bertenaga atau dalam stroke hemoragik yaitu adanya
bahasa medis disebut hemiparasis. perdarahan otak karena pembuluh
Kelumpuhan dapat terjadi di darah yang pecah dan stroke non
berbagai bagian tubuh, mulai dari hemoragik yaitu lebih karena adanya
wajah, tangan, kaki, lidah, dan sumbatan pada pembuluh darah otak.
tenggorokan . Kelumpuhan pada Prevalensi stroke hemoragik di Jawa
salah satu sisi tubuh menyebabkan Tengah tahun 2007 adalah 0,04%.
pasien malas menggerakkan Angka ini relatif sama dibandingkan
tubuhnya yang sehat sehingga angka dua tahun sebelumnya yaitu
persendian akhirnya menjadi kaku. tahun 2005 sebesar 0,04% dan pada
Malas bergerak bukan saja tahun 2006 sebesar 0,04%. Kasus
menyulitkan proses pemuliahan tertinggi tahun 2007 adalah

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
Kabupaten Semarang sebesar 0,20%. meneliti tentang Pengaruh Latihan
Sedang prevalensi stroke non Range Of Motion (ROM) terhadap
hemorargik pada tahun 2007 sebesar Kekuatan Otot pada pasien Stroke
0,11%, sedikit menurun bila Non Hemoragik di Ruang ICU
dibandingkan prevalensi tahun 2006 RSUD Karanganayar.
sebesar 0,11%. Prevalensi tertinggi
Metode Penelitian
adalah di Kota Karanganyar sebesar Pengambilan sampel pada penelitian
1,02%.http://www.dinkesjatengprov. ini dilaksanakan dengan metode pre
go.id/dokumen/profil/2014/.pdf test dan post tes yaitu dengan cara
Berdasarkan studi interview dan melakukan tindakan
pendahuluan yang peneliti lakukan secara langsung, metode informasi
pada 17 Maret 2016 di ruang ICU (pengamatan), metode dokumentasi,
RSUD Karanganyar dengan cara metode pustaka. Dalam rancangan
wawancara dengan keluarga, ini, hanya satu pasien yang diberikan
didapatkan bahwa mayoritas pasien latihan ROM Pasif 1x sehari setiap
stroke non hemoragik mengalami pagi selama 10 menit. Melalui
kelemahan pada otot. Sehingga penelitian ini dilihat apakah ada
pasien diberikan terapi latihan ROM pengaruh latihan ROM Pasif
pasif setiap hari baik oleh perawat terhadap kekuatan otot pada pasien
maupun keluarga. stroke non hemoragik di Ruang ICU
Di rumah sakit, melakukan RSUD Kabupaten Karanganyar.
terapi latihan ROM pada penderita Berdasarkan hasil penelitian di
stroke merupakan tugas yang penting Ruang ICU RSUD Kabupaten
bagi perawat, mengingat perawat Karangayar selama 3 hari masa
merupakan tenaga kesehatan yang penelitian didapatkan pasien stroke
paling lama dengan penderita. Di pada penelitian ini yang memenuhi
RSUD Karanganyar tindakan latihan criteria inklusi yang dijadikan
ROM sudah dilakuakan oleh sebagai sampel yaitu satu orang
perawat. pasien.
Berdasarakan latar belakang Analisa yang digunakan dalam

diatas maka penulis tertarik untuk penelitian ini adalah anilisis univariat

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
untuk mendapatkan frekuensi tentang ROM pada ektremitas atas
kekuatan otot tangan dan kaki (tangan) dan bawah (kaki).
sebelum dan sesudah dilakukan Dari hasil tersebut di
latihan ROM. Analisa bivariat dapatkan tidak ada
digunakan untuk melihat pengaruh peningkatan pada
antara variable independen (latihan ekstremitas atas (tangan)
ROM) dqan variabel dependen dan bawah (kaki) dengan
(kekuatan otot pada penderita stroke skala yang sama, kekuatan
non hemoragik). otot 2.
Hasil Penelitian c. Perbedaan kekuatan otot
1. Analisis Univariat
pasien stroke non
a. Hasil sebelum dilakukan
hemoragik sebelum dan
identifikasi kekuatan otot
sesudah di lakukan latihan
sebelum dilakukan ROM.
Berdasarkan hasil pengkajian ROM. Berdasarkan hasil
yang dilakukan peneliti perbandingan skala
terhadap pasien dalam kekuatan otot pada
mengidentifikasi kekutan otot ekstremitas atas (tangan)
ekstremitas atas dan bawah (kaki) sebelum
(tangan) dan bawah (kaki) dan sesudah dilakukan
sebelum dilakukan ROM. Dari latihan ROM. Dari hasil
hasil tersebut di dapatkan tersebut didapatkan tidak
adanya kelemahan pada ada peningkatan skala
ekstremitas atas (tangan) kekuatan otot pada
dan bawah (kaki) dengan skala ektremitas atas (tangan) dan
kekuatan otot 2. (kaki) pada pasien stroke
a. Hasil sesudah dilakukan
non hemoragik. Sebelum
identifikasi kekuatan otot
dilakukan latihan ROM
sebelum dilakukan ROM.
skala kekuatan otot 2, dan
Berdasarkan hasil
setelah dilakukan ROM
pengkajian yang dilakukan
skala kekuatan otot tidak
peneliti terhadap pasien
ada peningkatan dengan
sesudah dilakukan latihan

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
skala yang sama, kekuatan yang salah satunya ditandai oleh
otot 2. menurunnya kekuatan otot pasien.
2. Analisis Bivariat Menurut Guyton & Hall
Sebelum dilakukan latihan
(2008), pada penderita stroke
ROM kekuatan otot pada
menyebabkan gangguan aktifitas,
ektremitas atas (tangan) dan
salah satunya diakibatkan oleh
bawah (kaki) dengan skala 2.
menurunnya kekuatan otot
Dan sesudah dilakukan ROM
ektremitas sebagai akibat dari adanya
kekuatan otot pada ektremitas
lesi di korteks motorik. Hal ini
atas (tangan) dan bawah (kaki)
didukung oleh Rydwik (2005) dalam
dengan skala 2. Maka
Fatkhurohman (2011) bahwa
dinyatakan belum terdapat
ditemukan 70 80% pasien yang
perubahan yang positif dalam
terkena serangan stroke mengalami
pemberian latihan ROM
hemiparesis.
terhadap kekuatan otot pada Unsur patofisiologis yang
pasien stroke non hemoragik di utama pada stroke adalah
Ruang ICU RSUD Kabupaten terdapatnya defisit motorik berupa
karanganyar. hemiparase atau hemiplegia yang
Pembahasan :
dapat mengakibatkan kondisi
a. Analisis identifikasi kekuatan otot
imobilitas. Kondisi ini dapat
sebelum dilakukan ROM pada
menyebabkan terjadinya penurunan
pasien stroke non hemoragik.
Hasil peneliti menunjukkan kekuatan otot yang dapat
bahwa pada saat pengkajian, mengakibatkan ketidakmampuan
pasien non hemoragik yang di pada otot ekstremitas secara umum,
jadikan pasien sesuai kriteria penurunan fleksibilitas dan kekakuan
mengalami penurunan kekuatan sendi yang dapat mengakibatkan
otot/mengalami kelemahan otot kontraktur sehingga pada akhirnya
(hemiparase). Hal ini sesuai pasien akan mengalami
dengan konsep yang ada yang keterbatasan/disability terutama
menyatakan bahwa pasien stroke dalam melakukan activities of daily
dapat mengalami hemiparase, living (ADL) (Lewis 2007 dalam
Cahyati 2011).

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
a. Analisis identifikasi kekuatan otot menunjukkan fungsi motor unit
sesudah dilakukan ROM pada gerak kembali optimal (Irfan,
pasien stroke non hemoragik. 2010 dalam Ariyanti, 2013).
Dari hasil penelitian setelah Hal ini juga didukung
dilakukan ROM, didapatkan hasil oleh Hasymi (2013) yang
dengan skala 2 pada kekuatan otot mengatakan bahwa latihan ROM
ekstremitas atas (tangan) dan yang dilakukan sedini mungkin
bawah (kaki). Hal ini menunjukan dan dilakukan dengan benar dan
tidak ada peningkatan kekuatan secara terus menerus akan
otot, karena belum optimal dan memberikan dampak pada
kurangnya intensitas latihan, fleksibilitas sendi, kekuatan otot
kesadaran pasien yang menurun dan kemampuan fungsional
(coma) dan juga waktu yang pasien.
dibutuhkan lebih lama, latihan Kesimpulan
ROM yang dilakukan peneliti Dari hasil penerapan proses
merupakan latihan yang singkat keperawatan yang penulis lakukan
untuk proses rehabilitasi. Waktu pada pasien Tn. S dengan diagnosa
pelaksanaan hanya 3 hari yang medis stroke non hemoragik, diruang
dilakukan 1 kali setiap pagi, yang ICU Rumah Sakit Umum Daerah
diharapkan dapat melihat Karanganyar dapat diambil
efektivitas latihan dan kesimpulan sebagai berikut:
peningkatan kekuatan otot. Berdasarkan hasil pengkajian tanggal
Latihan atau aktifitas fisik
17 Maret 2016, dimana Tn. S telah
yang sesuai untuk pasien stroke
mempunyai riwayat penyakit
non hemoragik yaitu dengan
hipertensi dan stroke, pasien
latihan range of motion. Latihan
sebelumnya juga pernah dirawat di
tersebut apabila dilakukan secara
Rumah sakit yang sama dengan
berkala dan berkesinambungan,
diagnosa yang sama. Pada
dapat mempercepat stimulus
pengkajian, penulis menemukan
meningkatnya fleksibilitas sendi
empat diagnosa yaitu: Kerusakan
dan bahkan derajat kekuatan otot
mobilitas fisik berhubungan dengan
pada penderita stroke dan

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
Gangguan neuromuskuler, berpakaian, mandi, toileting masih
kelemahan. Resiko tinggi gangguan dibantu keluarga dan perawat. Untuk
perfusi jaringan cerebral tindakan keperawatan yang belum di
berhubungan gangguan aliran darah. intervensikan penulis pada pasien
Defisit perawatan diri berhubungan Tn. S didelegasikan kepada perawat
dengan kerusakan neuromuscular, ruangan.
penurunan kekuatan dan ketahanan Saran
otot. Penurunan nutrisi kurang dari Berdasarkan kesimpulan di
kebutuhan tubuh berhubungan atas setelah penulis melakukan
dengan asupan tidak adekuat. Dalam asuhan keperawatan dan interaksi
membuat rencana keperawatan, tiap- dengan klien selama 3 hari penulis
tiap rencana tindakan berdasarkan memberikan saran sebagai berikut:
prioritas masalah yang ada pada
1. Berdasarkan diatas setelah penulis
klien. Rencana yang sudah dilakukan
melakukan tindakan keperawatan
sesuai kondisi klien adalah
selama 3 x 24 jam, penulis
mengobservasi tanda-tanda vital,
memberikan saran Kepada
memberikan penjelasan tentang
keluarga agar meningkatkan
personal hygiene kepada keluarga
perawatan terhadap klien agar
dan pasien, memberikan posisi yang
tidak terjadi komplikasi yang
nyaman pada klien, melatih
lebih parah dan serangan stroke
mobilisasi- pasien, motivasi dan
yang berulang. Dan keluarga
melatih pasien dan keluarga dalam
pasien diharapkan selalu
melakukan ROM. Evaluasi yang
mengkontrolkan kondisinya pada
sudah tercapai adalah pasien masih
petugas kesehatan terdekat. Jika
belom bisa menggerakkan ektremitas
ada kekakuan pada ektrremitas
atas dan bawah karena masih lemah,
latih pergerak ROM secara teratur,
aktifitas maih dibantu orang lain dan
dan batu kebutuhan pasien
perawat, pasien masih terbaring di 2. Bagi institusi pelayanan rumah
tempat tidur, berpindah, sakit.
ambulasi/ROM, berpakian, Diharapkan institusi

makan/minum memakai alat bantu, pelayanan kesehatan dapat

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
menigkatkan kualitas pelayanan keterampilan dalam
kesehatan sesuai dengan Standart melaksanankan asuhan
Operasional Prosedur (SOP) di keperawatan yang komprehensif
berbagai rumah sakit. sehingga dapat mencapai derajat
3. Bagi profesi
kesehatan secara optimal serta
Penulis berharap tim kesehatan
perlu meningkatkan kualitas
khususnya perawat untuk selalu
dalam pemberian asuhan
meningkatkan pengetahuan dan
keperawatan.

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
DAFTAR PUSTAKA

Pudiastuti, R.D. ( 2014 ). Buku Penyakit Pemicu Stroke, Di Lengkapi Posyandu

Lansia Dan Posbindu PTM. Jogjakarta:Nuha Medika

Lingga, Lanny. 2013. All About Stroke, Jakarta: Elex Media Komputindo.

http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/2009/Profil_2013br.pdf

diunduh pada tanggal 20 maret 2016 pada jam 10.00 WIB.

http://muttaqin.blogspot.co.id /2014/09/ askep -stroke-non.html di unduh pada

tanggal 21 Maret 2016 pada jam 14.00 WIB.

http://rofeksumantri.blogspot.co.id/2013/06/askep-stroke-non-hemoragik.html
di unduh pada tanggal 21 Maret 2016 pada jam 12.00 WIB.

https://dokmud.wordpress.com/2009/10/23/stroke-non-hemoragic/ di unduh pada

tanggal 23 Maret 2016 pada jam 09.00 WIB.

Djafar, A & Yusuf, Z. 2014. Jurnal: Pengaruh Latihan ROM Pasif Terhadap

Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSUD. Prof. Dr.

H. Aloe Saboe Gorontalo.

Chayatin, N. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap Dalam

Praktik Keperawatan: Konsep dan Aplikasi dalam Praktik Klinik.

Medikal Bedah. Jakarta:Salemba Medika

Hernanta, I. 2013. Ilmu Kedokteran Lengkap Tentang Neurologis. Jojgakarta:D-

Medika

Irianto, K. 2015. Memahami Berbagai Penyakit, Penyebab, Gejala, Penularan,

Pengobatan, Pemulihan, dan Pencegahan. Bandung:ALFABETA,cv

Irianto, K.2014. Epidemologi Penyakit Menular dan Tidak Menular.

Bandung:ALFABETA,cv

Andar, W. 2013. Jurnal : Pengaruh Latihan Rom Terhadap Peningkatan Kekuatan

Otot Pasien Hemiparese Post Stroke Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.

Murtaqib, 2013. Jurnal : Perbedaan Latihan Range Of Motion(Rom) Pasif Dan

Aktif Selama 1 - 2 Minggu Terhadap Peningkatan Rentang Gerak

Sendi Pada Penderita Stroke Di Kecamatan Tanggul Kabupaten

Jember. Vol 8, no 1.

You might also like