You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

MEMBUAT LARUTAN DARI ZAT PADAT DAN ZAT CAIR

OLEH:

KELOMPOK

PROGRAM STUDI : FKIP FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016
I. NOMOR PERCOBAAN : 04
II. NAMA PERCOBAAN : Titrasi Asam Basa
III. TUJUAN PERCOBAAN : Melakukan titrasi asam basa untuk
menentukan konsentrasi suatu
larutan asam
IV. DASAR TEORI
Kata asam berasal dari bahasa Latin acidus yang berarti
masam. Asam adalah zat (senyawa) yang menyebabkan rasa masam
pada berbagai materi. Basa adalah zat(senyawa) yang dapat beraksi
dengan asam, menghasilkan senyawa yang disebut garam. Sedangkan
basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam
dan basa saling berlawanan. Sifat basa pada umumnya ditunjukkan
dari rasa pahit dan licin.

Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan


proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan
larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya atau larutan standar.
Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi
asam basa atau reaksi penetralan. Prosedur analisis pada titrasi asam
basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume
dari suatu asam atau basa yang bereaksi (Syukri, 1999). Titrasi
merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume tersebut dengan
sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui
(Justiana dan Muhtaridi, 2009).

Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat


di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi
yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk
titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai
titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat
yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan
biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant
biasanya berupa larutan.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer


ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes
sampai mencapai keadaan ekuivalen artinya secara stoikiometri titrant
dan titer tepat habis bereaksi yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai titik
ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan
keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan
warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi
ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati
titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga
sebagai titik ekuivalen.

Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan,


kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan
tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan
konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut. Titrasi
asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah satu
contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti
natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl),
persamaan reaksinya sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l)
Contoh lain yaitu:
NaOH(aq) + H2SO4(aq) Na2SO4 (aq) + H2O(l)

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama


dengan mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N)


dengan volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:

N asam x V asam = N asam x V basa

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi
asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant
untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut
adalah titik ekuivalent.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant
sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna
ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.

Indikator adalah zat yang memberi perubahan warna mencolok


dalam medium asam dan basa (Chang, 2005). Perubahan warna pada
indikator asam basa disebabkan oleh berubahnya struktur konjugasi
bentuk tak terion menjadi struktur konjugasi yang lain dari bentuk
ionnya. Salah satu indikator yang lazim digunakan dalam titrasi asam
basa adalah fenolftalein.

Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan.


Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pasda titrasi asam
basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik
ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat
habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan
digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut
titik akhir titrasi (Sukmariah, 1990).
Analisis kimiawi menetapkan komposisi kuantitatif dan
kualitatif suatu materi. Konstituen-konstituen yang akan didereksi
ataupun ditentukan jumlahnya adalah unsur, rasikal, gugus fungsi,
senyawaan atau fase. Analisis kimia menyangkut aspek analisis yang
lebih sempit. Analisis pada umumnya terdiri atas analisis kualitatif
dilakukan sebelum analisis kuantitatif. Tahapan penentuan analisis
kuantitatif adalah dengan usaha mendapatkan sampel, mengubahnya
menjadi keadaan yang dapat terukur, pengukuran konstituen yang
dikehendaki, dan yang terakhir perhitungan dan interprestasi data
numerik (Khopkar, 1990).

Istilah analisis titrametri mengacu pada analisis kimia kuantitatif


yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk
bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan ditetapkan.
Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat itu,
disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung
dari volume standar yang digunakan dan hukum-hukum stokiometri
yang diketahui. Dahulu digunakan orang analisis volumetri, tetapi
sekarang telah diganti dengan analisiss titrimetri, karena yang terakhir
ini dianggap lebih baik menyatakan proses titrasi, sedangkan yang
disebut terdahulu dapat dikacaukan dengan pengukuran-pengukuran
volume, seperti yang melibatkan gas-gas. Reagensia dengan
konsentrasi yang diketahui itu disebut titran, dan zat yang sedang
dititrasi disebut titrat (Khopkar, 1990).

Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri


apabila memenuhi persyaratan berikut:

1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan


dalam waktu yang tidak terlalu lama.
2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga
didapat kesetaraan yang pasti dalam reaktan.
3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna.
4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar.
Untuk analisis titrimetri lebih mudah jika kita memahami sistem
ekuivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah
ekuivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekuivalen zat penitrasi.
Berat ekuivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung
dari macam reaksinya. Volumetri dapat dibagi menjadi:
1. Asidi dan alkalimetri
2. Oksidimetri
3. Argentometri
Asidimetri adalah yang diketahui konsentrasi asamnya,
sedangkan alkalimetri bila yang diketahui adalah konsentrasi basanya.
Titrasi asam basa ada lima. Empat diantaranya adalah:
1. Titrasi asam dengan basa kuat
Diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat. Misal: HCl + NaOH NaCl + H2O
2. Titrasi asam lemah dan basa kuat
Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan
basa kuat.Misal: asam asetat dengan NaOH.
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
3. Titrasi basa lemah dan asam kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah
dan asam kuat. Misal : NH4Cl dan HCl
NH4OH + HCl NH4Cl + H2O
4. Titrasi asam lemah dan basa lemah
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah
dan basalemah. Misal : asam asetat dan NH4OH
CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2O
V. ALAT DAN BAHAN:
1. Alat
- Buret 1 buah
- Botol semprot 1 buah
- Corong 1 buah
- Gelas kimia 250 ml 1 buah
- Gelas erlenmeyer 250 ml 3 buah
- Pipet tetes 10 ml 1 buah
2. - NaOH 0,1 M
- HCl 0,1 M
- Aquades

VI. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Bersihkan buret dan bilas dengan NaOH yang akan dipakai sebanyak 3
kali (5ml), kemudian masukkan larutan NaOH ke dalam buret
menggunakan corong sampai volumenya melebihi skala nol buret,
kemudian turunkan volume larutan NaOH pada buret sampai tepat
skala nol.
2. Pipet 10 ml larutan asam yang akan ditentukan konsentrasinya dengan
menggunakan pipet gondok dan masukkan ke dalam labu erlenmeyer
dengan teknik benar.
3. Tambahkan aquades ke dalam labu erlenmeyer (5ml) untuk membilas
larutan yang menempel pada dinding labu erlenmeyer, tambahkan tiga
tetes indikatos phenoftalein.
4. Lakukan titrasi dengan cara meneterkan larutan NaOH dari buret
secara perlahan-lahan tetes demi tetes sampai larutan akan berubah
warna.
5. Catat keadaan akhir buret yang menunjukkan volume larutan NaOH
yang dipakai, yakni selisih vilume semula dengan volume akhir.
6. Ulangi percobaan sebanyak 2 kali (lakukan duplo).
7. Hitung konsentrasi larutan yang telah dititrasi dengan menggunakan
rumus.

VII. HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA


No Volume NaOH Molaritas NaOH Volume HCl
1 7,5 ml 0,1 M 10 ml
2 7,7 ml 0,1 M 10 ml
3 7,6 ml 0,1 M 10 ml

Volume rata-rata NaOH = 7,5ml+7,7ml+7,6ml


3
= 7,6ml

Molaritas HCl:
MHCl=MNaOHxVNaOH
VHCl
= 0,1M x 7,6ml
10ml
= 0,076M

VIII. PEMBAHASAN

Titrasi adalah cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan yang di


butuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan
lain.
Pada percobaan ini kami menentukan molaritas NaOH dengan menggunakan
proses titrasi antara larutan HCl sebanyak 10 ml 0,1 M dengan larutan NaOH. 10
ml larutan HCl dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer lalu ditambahkan 3 tetes
indikator PP, lalu ditetesi dengan larutan NaOH yang sudah disediakan dalam
buret setetes demi setetes sampai ekuivalen atau habis bereaksi. Begitu pula titrasi
antara larutan. Titik ekuivalen dapat diketahui dengan bantuan larutan PP ,kisaran
warna yaitu tidak berwarna sampai merah ungu, yakni apabila tak berwarna
berarti sifatnya asam dan jika berwarna merah ungu berarti basa. Jika larutan
sudah ekuivalen maka, larutan akan mengalami perubahan warna paling awal, dan
warnanya sangat muda dan cerah saat itulah titrasi dihentikan. Saat larutan
menunjukkan perubahan warna paling awal itulah yang disebut titik akhir titrasi.
Dalam percobaan titrasi yang kami lakukan pada larutan HCl sebanyak 10 ml
dititrasi dengan NaOH menghasilkan persamaan reaksi sebagai berikut ;
HCl + NaOH NaCl + H2O
Titrasi ke-1
Dalam percobaan pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 10
ml 0,1 M dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes
penoftalin. NaOH 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan
menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi
tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 7,5 ml dan warnanya ungu kepink-
pinkan.
Titrasi ke-2
Dalam percobaan pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 10
ml 0,1 M dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes
penoftalin. NaOH 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan
menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi
tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 7,7 ml dan warnanya ungu kepink-
pinkan.
Titrasi ke-3
Dalam percobaan pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah HCl 10
ml 0,1 M dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 3 tetes
penoftalin. NaOH 50 ml dimasukkan ke dalam buret, kemudian dibiarkan
menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah warna atau titik akhir titrasi
tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 7,6 ml dan warnanya ungu kepink-
pinkan.

Berdasarkan hasil pengamatan, kami menggunakan rata-rata HCl yang


digunakan untuk menghitung molaritasnya sehingga didapatkan Molaritas HCL
sebesar 0,076M.

Dalam melakukan praktikum, ada beberapa kemungkinan yang


mempengaruhi terjadinya kesalahan, yaitu:

1. Kebocoran buret
2. Kesalahan pada saat pengukuran volume HCl maupun NaOH
3. Kesalahan mengamati perubahan warna
IX. KESIMPULAN

1. Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi
basa (habis bereaksi) atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan yang disertai perubahan warna indikator.
2. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator
3. Indikator PP perlu ditambahkan kedalam larutan karena supaya mengetahui
perubahan warna yang terjadi pada titik ekivalen
4. Persamaan reaksi untuk percobaan :
HCl + NaOH NaCl + H2O

X. DAFTAR PUSTAKA

Ms, Adip dkk. 2015. Strategi dan Kumpas Tuntas SKL. Solo: Genta Smart
Publisher

You might also like