You are on page 1of 70

Campus Island

Blog ini berisi tentang tugas-tugas kuliah seperti Makalah, RPP, SAP, Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan, Asuhan Keperawatan, bahan-bahan presentasi, dan Artikel - artikel
menarik tentunya.

Beranda

Daftar Isi

Tentang Saya

Friday, 15 January 2016

LAPORAN PENDAHULUAN LAPARATOMY

a. Defenisi
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding
abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997). Ditambahkan pula
bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan
dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi.
Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laoparatomi adalah
berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi
hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral.
Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen.
Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan
perbaikan bila diindikasikan.
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):
a. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi dapat
lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian,
kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster,
pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid,
dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian
yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm). Terbagi atas 2
yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion
memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak
memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah
c. Transverse upper abdomen incision
yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision
yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada
operasi appendectomy

b. Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara
diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus &
Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang disebabkan
oleh : luka tusuk, luka tembak.
Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang dapat
disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-
belt).
2. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen, yang
diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer dapat disebabkan oleh
spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder
disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi
kolon (paling sering kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan penyebab
peritonitis tersier.
3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan
tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa
perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada
jaringan parut setelah pembedahan abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari usus
menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus
(usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi
usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor
yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan
pada dinding usus).
4. Apendisitis mengacu pada radang apendiks
Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari
sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh fases yang
akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.
5. Tumor abdomen
6. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)
7. Abscesses (a localized area of infection)
8. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
9. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines)
10. Intestinal perforation
11. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
12. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)
13. Internal bleeding
c. Post Op Laparatomi
1. Defenisi
Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses pembedahan
pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter (2005) dipaparkan bahwa
tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post
laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan
kepada klien yang telah menjalani operasi pembedahan abdomen.
2. Tujuan perawatan post laparatomi
Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
Mempercepat penyembuhan.
Mengembalikan fungsi klien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
Mempertahankan konsep diri klien.
Mempersiapkan klien pulang.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :
Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
Kelemahan
Mual, muntah, anoreksia
Konstipasi
4. Komplikasi
Syok
Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan
ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.
Manifestasi Klinis :
a. Pucat
b. Kulit dingin dan terasa basah
c. Pernafasan cepat
d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
e. Nadi cepat, lemah dan bergetar
f. Penurunan tekanan nadi
g. Tekanan darah rendah dan urine pekat.
Hemorrhagi
a. Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan
b. Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan darah ke
tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah
yang tidak terikat
c. Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena pembuluh
darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang
drainage.
Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat,
nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien
melemah.

5. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi


Syok
Pencegahan :
a. Terapi penggantian cairan
b. Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum
c. Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan menggunakan
narkotik secara bijaksana
d. Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi)
e. Ruangan tenang untuk mencegah stres
f. Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi
g. Pemantauan tanda vital
Pengobatan :
a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan
b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan
c. Pemantauan status pernafasan dan CV
d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika diindikasikan
e. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen darah, albumin,
plasma atau pengganti plasma)
f. Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik (mengurangi retensi
cairan dan edema)
Hemorrhagi
Penatalaksanaan :
a. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
b. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
c. Inspeksi luka bedah
d. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
e. Transfusi darah atau produk darah lainnya
f. Observasi Vital Signs.
2.2 Ileustomy
a. Pengertian
Ileustomi adalah pembedahan dengan memotong ileum dan membentuk stoma. Produk
ileustomi biasanya bentuk cair, sehingga akan banyak cairan dan mineral yg hilang terutama
sodium (Na) dan Kalium (K).
b. Indikasi Illeostomi
Infeksi yang menyebabkan patologi usus halus ( kolitis ulseratif,enteritis regional
Keganasan pada daerah usus halus.
Trauma abdomen ( ruptura yeyunum atau illeum )
c. Pemeriksaan Penunjang
Foto polos abdomen 3 posisi
Colonoscopy (CT-Scan untuk melihat usus besar)
Foto Follow through (pemeriksaan radiografi untuk melihat usus halus)
d. Komplikasi
Komplikasi operasi pada ileostomi dapat berupa hernia atau prolaps dari ileostomi atau
terjadinya obstruksi.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

Kriteria NANDA, NOC DAN NIC


A. Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.
NANDA : Acute pain (1996)
Domain 12 : Kenyamanan. Perasaan sejahtera atau tenteram.
Kelas 1 : Kenyamanan fisik : Perasaan sejahtera atau nyaman dan atau bebas dari rasa
nyeri.
Pengertian : Pengalaman emosional dan sensori tidak menyenangkan yang muncul dari
kerusakan jaringan secara actual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan
(Association for the Study of Pain) : Serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan
sampai berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
Melaporkan nyeri secara verbal atau nonverbal
Menunjukkan kerusakan
Posisi untuk mengurangi nyeri
Gerakan untuk melindungi
Fokus pada diri sendiri
Faktor yang berhubungan :
Agen cedera (fisik)
Clien outcomes :
Menunjukkan nyeri : efek merusak,dibuktikan dengan indicator 1-
5(ekstrem,berat,sedang,ringan,atau tidak ada).
o Penurunan penampilan peran atau hubungan interpersonal.
o Gangguan kerja,kepuasan hidup atau kemampuan untuk mengendalikan.
o Penurunan konsentrasi
o Tergangganya tidur
o Penurunan nafsu makan atau kesulitan menelan
Menunjukkan tingkat nyeri:
o Ekpresi lisan atau wajah
o Posisi tubuh melindungi
o Kegelisahan atau ketegangan otot
o Klien dalam kecepatan pernapasan,denyut jantung atau tekanan darah
Klien akan menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
Klien akan mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (skala 0-10)
Klien melaporkan fisik dan psikologis
Klie mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri
Klien melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
Klien menggunajan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non analgesic seara tepat

Nursing Out Come (NOC) :


Tingkat kenyamanan (2001)
Domain : Perceived-Health (V)
Class : Symtom-Status (V)
Scale : None to extensive (i)
Definisi : Perasaan senang secara fisik dan psikologis.
Indikator :
2100 01 : Melaporkan kenyamanan fisik
2100 02 : Melaporkan kepuasan terhadap pengawasan nyeri
2100 03 : Melaporkan kenyamanan psikologis
2100 07 : Melaporkan kepuasan terhadap tingkat kemandirian
2100 08 : Ekspresi puas terhadap pengawasan nyeri
Tingkat nyeri (2102).
Domain : Perceived-Health (V)
Class : Symptom Status (V)
Scale : Severe to None (n)
Definisi : Jumlah nyeri yang dilaporkan atau ditunjukkan.
Indikator :
2102 01 : Melaporkan nyeri
2102 02 : Bagian tubuh yang diserang
21002 03 : Frekuensi nyeri
21002 04 : Panjangnya episode nyeri
21002 05 : Ekspresi mulut terhadap nyeri
21002 06 : Ekspresi wajah terhadap nyeri
21002 07 : Posisi perlindungan tubuh
21002 08 : Istirahat
21002 09 : Ketahanan otot
Nursing Intervention Classification (NIC) :
Pengaturan nyeri (1400) :
Melakukan pengkajian yang komprehensif dari nyeri termasuk local, karakteristik,
serangan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau penyebab dan faktor-faktor pencetus.
Mengobservasi tanda-tanda non verbal dari ketidaknyamanan terutama pada ketidakmampuan
berkomunikasi secara efektif.
Memastikan klien mendapatkan perawatan analgesic.
Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik dan mengetahui pengalaman nyeri dan respon klien
terhadap nyeri.
Menyediakan informasi tentang nyeri seperti : Penyebab, lamanya dan cara mengantisipasi
ketidaknyamanan.
Mengontrol faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi respon ketidaknyamanan.
Mengurangi atau menghilangkan factor-faktor pencetus yang dapat meningkatkan nyeri .
Memantau kepuasan klien terhadap management nyeri.

B. Diagnosa 2 : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyaman.


NANDA : Impaired Physical Mobility (1973, 1998).
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat.
Kelas 2 : Aktivitas/Latihan : Pergerakan bagian tubuh (mobilitas), melakukan
pekerjaan atau melakukan tindakan yang sering (tidak selalu) melawan resistensi.
Pengertian : Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu
atau lebih ekstremitas.
Batasan karakteristik :
Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktivitas rutin.
Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar.
Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik halus.
Sulit berbalik
Clien outcomes :
Menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai dengan indicator 1-5:
1. Ketergantungan/tidak berpartisipasi
2. Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3. Membutuhkan bantuan orang lain
4. Mandiri dengan pertolongan alat bantu
5. Mandiri penuh
o Penampilan yang seimbang
o Penampilan posisi tubuh
o Pergerakan sendi dan otot
o Melakukan perpindahan
o Ambulasi : Berjalan
o Ambulasi : Kursi roda
Klien akan menunjukkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan.
Klien akan meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika diperlukan.
Klien akan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat bantu
(Sebutkan aktivitas dan alat bantunya) ;
Klien akan menyangga berat badan.
Klien akan berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sejauh (sebutkan
jaraknya).
Klien akan berpindah dari dan ke kursi/kursi roda.
Klien akan menggunakan kursi roda secara efektif.

Nursing Outcomes Classification (NOC) : Impaired Physical Mobility.


Definisi : Suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat dari
tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
Suggested Outcomes :
Ambulasi : Berjalan
Ambulasi : Kursi roda
Penampilan posisi tubuh
Pergerakan sendi : Aktif
Tingkat mobilitas
Perawatan diri : Aktivitas kehidupan sehari-hari
Pelaksanaan berpindah.
Nursing Intervention Classification (NIC) :
Terapi aktivitas, ambulasi :
Meningkatkan dan membantu berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi tubuh
volunteer dan autonom selama perawatan serta pemulihan dari sakit atau cedera.
Terapi aktivitas : Mobilitas sendi :
Penggunaan pergerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi
tubuh volunteer dan autonom selama perawatan serta pemulihan dari sakit atau cidera
Perubahan posisi :
Memindahkan klien atau bagian tubuh untuk memberikan kenyamanan, menurunkan resiko
kerusakan kulit, mendukung integritas kulit, dan meningkatkan penyembuhan.

C. Diagnosa 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.


1. NANDA : Risk For Infection.
Domain 11 : Keselamatan/Perlindungan :
Bebas dari rasa bahaya, cedera fisik, kerusakan system imun, penjagaan dari kehilangan,
perlindungan keselamatan dan keamanan.
Kelas 1 : Infeksi : Respon host sehubungan dengan invasi pathogen.
Pengertian : Peningkatan risiko untuk terinvasi oleh organisme pathogen.
Batasan karakteristik :
Prosedur invasive
Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen.
Trauma
Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan.
Malnutrisi
Pertahanan primer tak adekuat (kulit tak utuh, trauma jaringan, penurunan gerak silia, cairan
statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltic).
Clien outcomes :
Fakor resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status imun klien,
pengetahuan yang penting : Pengendalian infeksi, dan secara konsisten menunjukkan perilaku
deteksi resiko dan pengendalian resiko.
Klien menunjukkan pengendalian resiko dengan indicator 1-5 (Tidak pernah, jarang, kadang-
kadang, sering, konsisten menunjukkan)
o Mendapatkan imunisasi yang tepat.
o Memantau factor resiko lingkungan dan perilaku seseorang.
o Menghindari pajanan terhadap ancaman kesehatan.
o Mengurang gaya hidup untuk mengurangi resiko.
Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.
Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat.
Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam batas
normal.
Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi.
Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mkengikuti prosedur pernapasan dan pemantauan.
2. Nursing Outcomes Classification (NOC) :
Immobility Concequences : Physiological (0204)
Domain : Functional health (I)
Class : Mobility (C)
Scale : Severe to none (n)
Indikasi :
020401 Tekanan pada luka
020402 Konstipasi
020404 Penurunan status nutrisi
020409 Demam
020411 Penurunan kekuatan otot

NOC : Nutritional Status (1004)

Domain : Physiologic health (II)

Class : Nutrition (K)

Scale : Extremely compromised to not

compromised (a)
Indikasi :
100401 Pemasukan nutrisi
100402 Intake makanan dan minuman
100403 Energi
100404 Massa tubuh
100405 Berat badan
3. Nursing Intervention Classification (NIC) : Infection Control (6540).
Aktivitas :
Membatasi jumlah pengunjung
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
Mengajarkan klien teknik mencuci tangan
Menggunakan sabun anti mikrobakteri bila mencuci tangan
Menggunakan sarung tangan steril
Menginstruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan keluar dari ruangan
klien
Mempertahankan teknik isolasi
Menyendirikan klien yang terinfeksi
CiciLia BanGeuD
Myspace Fun Flash Comments

Rabu, 13 April 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN LAPAROTOMY

Download ASKEP DISINI atau klik download link:


http://www.ziddu.com/download/16469470/askeplaparotomy.docx.html

BAB I
PENDAHULUAN

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien.
Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan
dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait. Dengan
segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan
jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara
team kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi dan perawat) disamping peranan
pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. (Randhianto, 2008)

Laporatomi adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada bagian abdomen untuk menguji
suatu organ atau untuk mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh pasien. Suatu
kondisi yang memungkinkan seorang pasien harus di laparotomy adalah :
Kanker organ abdominal
Radang selaput perut
Appendiksitis
Pankreasitis, dan lain-lain
Ileustomi adalah suatu penyakit yang memungkinkan pasien menjalani laparatomy. Ileus
(obstruksi usus) terjadi ketika terdapat rintangan terhadap aliran normal dari isi usus. Bisa juga
karena hambatan terhadap rangsangan saraf utk terjadinya peristaltik atau karena adanya ileus
mekanik/organik. Ileus adalah obstruksi usus (Kumala, 1998). Ileus (Ileus Paralitik, Ileus
Adinamik) adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk
sementara waktu berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi
jalannya isi usus, tetapi ileus jarang menyebabkan perforasi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LAPARATOMY
a. Defenisi

Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding
abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997). Ditambahkan pula
bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan
dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi.
Sedangkan tindkan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laoparatomi adalah
berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi
hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral.

Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen.
Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan
perbaikan bila diindikasikan.

Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):

a. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi dapat
lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian,
kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster,
pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid,
dan organ dalam pelvis.

b. Paramedian
yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm). Terbagi atas 2
yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion
memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak
memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah
c. Transverse upper abdomen incision
yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

d. Transverse lower abdomen incision


yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada
operasi appendectomy

b. Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara
diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus &
Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang disebabkan
oleh : luka tusuk, luka tembak.
Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang dapat
disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-
belt).

2. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen, yang
diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer dapat disebabkan oleh
spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder
disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi
kolon (paling sering kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan penyebab
peritonitis tersier.

3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)


Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan
tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa
perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada
jaringan parut setelah pembedahan abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari usus
menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus
(usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi
usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor
yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan
pada dinding usus).

4. Apendisitis mengacu pada radang apendiks


Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari
sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh fases yang
akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.
5. Tumor abdomen
6. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)
7. Abscesses (a localized area of infection)
8. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
9. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines)
10. Intestinal perforation
11. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
12. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)
13. Internal bleeding

c. Post Op Laparatomi
1. Defenisi
Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses pembedahan
pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter (2005) dipaparkan bahwa
tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post
laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan
kepadaklien yang telah menjalani operasi pembedahan abdomen.

2. Tujuan perawatan post laparatomi


Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
Mempercepat penyembuhan.
Mengembalikan fungsi klien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
Mempertahankan konsep diri klien.
Mempersiapkan klien pulang.

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :
Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
Kelemahan
Mual, muntah, anoreksia
Konstipasi

4. Komplikasi
Syok
Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan
ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.
Manifestasi Klinis :
a. Pucat
b. Kulit dingin dan terasa basah
c. Pernafasan cepat
d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
e. Nadi cepat, lemah dan bergetar
f. Penurunan tekanan nadi
g. Tekanan darah rendah dan urine pekat.

Hemorrhagi
a. Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan
b. Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan darah ke
tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah
yang tidak terikat
c. Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena pembuluh
darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang
drainage.
Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat,
nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien
melemah.

Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.


Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran
darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.

Buruknya integriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.


Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling
sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus, mikroorganisme; gram positif.
Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi. Dehisensi luka
merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui
insisi.Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu
pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan
muntah.

5. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi


Syok
Pencegahan :
a. Terapi penggantian cairan
b. Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum
c. Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan menggunakan
narkotik secara bijaksana
d. Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi)
e. Ruangan tenang untuk mencegah stres
f. Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi
g. Pemantauan tanda vital

Pengobatan :
a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan
b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan
c. Pemantauan status pernafasan dan CV
d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika diindikasikan
e. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen darah, albumin,
plasma atau pengganti plasma)
f. Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik (mengurangi retensi
cairan dan edema)

Hemorrhagi
Penatalaksanaan :
a. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
b. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
c. Inspeksi luka bedah
d. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
e. Transfusi darah atau produk darah lainnya
f. Observasi Vital Signs.

Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.


Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi dan ambulatif dini.
Buruknya integriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.
Tindakan pengendalian :
a. Dorongan kepada pasien untuk batuk dan nafas efektis serta sering mengubah posisi
b. Penggunaan peralatan steril
c. Antibiotik dan antimikroba
d. Mempraktikkan teknik aseptik
e. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
f. Pencegahan kerusakan kulit
g. Pantau tanda-tanda hemorrhagi dan drainage abnormal
h. Pantau adanya perdarahan
i. Perawatan insisi dan balutan
j. Penggantian selang intravena dan alat invasif lainnya sesuai program.

Intervensi untuk meningkatkan penyembuhan


a. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin c.
b. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.
c. Pencegahan infeksi.
d. Pengembalian Fungsi fisik.
Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan
batuk efektf, latihan mobilisasi dini.
e. Mempertahankan konsep diri.
Gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post laparatomy karena
adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi perawatan terutama ditujukan
pada pemberian support psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang
perubahan-perubahan yang terjadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi.

2.2 Ileustomy
a. Pengertian
Ileustomi adalah pembedahan dengan memotong ileum dan membentuk stoma. Produk
ileustomi biasanya bentuk cair, sehingga akan banyak cairan dan mineral yg hilang terutama
sodium (Na) dan Kalium (K).

b. Indikasi Illeostomi
Infeksi yang menyebabkan patologi usus halus ( kolitis ulseratif,enteritis regional
Keganasan pada daerah usus halus.
Trauma abdomen ( ruptura yeyunum atau illeum )

c. Pemeriksaan Penunjang
Foto polos abdomen 3 posisi
Colonoscopy (CT-Scan untuk melihat usus besar)
Foto Follow through (pemeriksaan radiografi untuk melihat usus halus)

d. Komplikasi
Komplikasi operasi pada ileostomi dapat berupa hernia atau prolaps dari ileostomi atau
terjadinya obstruksi.

2.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Analisa Kasus
Ny h ( 71 thn ) ,masuk RS tanggal 9 juni 2010 , dengan keluhan nyeri perut diseluruh
bagian perut 3 jam sebelum masuk RS, mual dan muntah Ny H mengalami pingsan karena
menahan nyeri . nyeri perut sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu . Ny.h langsung dilakukan
operasi laparatomi eksplorasi + pembuatan ileostomi dengan diagnosa medis tumor sekum . pada
saat pengkajian hari 9 pasca operasi didapatkan data, Ny H mengalami demam, mengeluh mual
dan muntah 5- 6 x sehari warna hitam .Ny H dipuasakan hasil pemeriksaan abdomen terlihat luka
laparatomi 20 cm , luka dari bawah umbilikus sampai batas atas pubis lembab , jahitan sudah
dibuka selang seling . Ileostomi warna merah dengan pengeluaran bab dengan konsistensi encer .
Daerah sekitar stoma kemerahan , BAB merembes di kulit sekitar daerah stoma sampai ke
pinggang.
TTV : td: 160/ 180 mmHg
Nadi : 76x /mnt
Suhu : 38 c
Pernafasan : 36x mnt

Pemeriksaan labor
Total protein : 4,6
Albumin : 2,4
Globulin : 2,2
Hb : 10,6

Tugas 1
a. Kelompokan data berdasarkan pengkajian dengan pendekatan fungsional gordon dan jelaskan
pengkajian tambahan yang harus dikaji lebih dalam oleh perawat
Tulis 2 buah diagnosa keperawatan prioritas pada nyonya H dengan karakteristik atu faktor
resiko.
b. Rumuskan NOC dan NIC untuk setiap diagnosa keperawatan
Pendidikan kesehatan apa yang dapat diberikan oleh perawat pada Ny H.

Tugas II
Resume literatur review Laparatom

2. Pengkajian
A. Identitas pasien
Pasien (diisi lengkap)
Nama : Ny H
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tgl Masuk RS : 9 Juni 2010

Penanggung Jawab (diisi lengkap)


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
Pada saat pengkajian hari 9 pasca operasi didapatkan data ,Ny H mengalami demam
,mengeluh mual dan muntah 5- 6 x sehari warna hitam .Ny H dipuasakan hasil pemeriksaan
abdomen terlihat luka laparatomi 20 cm , luka dari bawah umbilikus sampai batas atas pubis
lembab ,jahitan sudah dibuka selang seling . Ileostomi warna merah dengan pengeluaran bab
dengan konsistensi encer . daerah sekitar stoma kemerahan ,BAB merembes di kulit sekitar
daerah stoma sampai ke pinggang.

2. Riwayat kesehatan sekarang


(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit)
Ny h ( 71 thn ) ,masuk RS dengan keluhan nyeri perut diseluruh bagian perut 3 jam
sebelum masuk RS, mual dan muntah Ny H mengalami pingsan karena menahan nyeri . Nyeri
perut sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu . Ny.H langsung dilakukan operasi laparatomi
eksplorasi + pembuatan ileostomi dengan diagnosa medis tumor sekum.

3. Riwayat kesehatan yang lalu


(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)

4. Riwayat kesehatan keluarga


(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat
penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak)

1. Pengkajian
a) Pengkajian berdasarkan Pola Fungsional Gordon
1) Riwayat Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Klien sudah mengalami nyeri sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk RS.

2) Pola Pemenuhan Nutrisi Metabolik


Klien mengeluh mual dan muntah 5- 6 x sehari warna hitam. Klien sedang dipuasakan.

3) Pola Eliminasi
Pengeluaran BAB klien dengan konsistensi encer . BAB merembes di kulit sekitar daerah stoma
sampai ke pinggang.

4) Pola Aktivitas dan Latihan


Biasanya aktivitas klien terganggu karena kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri luka
post operasi. Terjadi perubahan pola dan frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat akibat nyeri,
penurunan ekspansi paru sehingga mengganggu aktivitas klien. Biasanya ditemukan kelemahan
dan keterbatasan gerak akibat nyeri.

5) Pola Tidur dan Istirahat


Pola tidur klien terganggu, sering terbangun karena sesak napas, dan nyeri.

6) Pola Kognitif-perseptual
Biasanya tidak ada tanda-tanda penurunan pada sistem penglihatan dan sistem Pendengaran.

7) Pola Persepsi Konsep Diri


Biasanya klien mengalami perubahan emosi sebagai dampak dari tindakan pembedahan seperti
cemas.

8) Pola Peran dan Hubungan


Biasanya klien tetap dapat berhubungan baik dengan lingkungan sekitar.

9) Pola Seksualitas dan Reproduksi


Biasanya terjadi penurunan seksualitas karena kondisi klien yang lemah setelah operasi dan nyeri
yang dirasakan.

10) Pola Koping dan Toleransi Stress


Biasanya klien berusaha untuk tetap bersabar dan menerima dengan cara tetap menerima dan
menjalankan pengobatan sesuai dengan anjuran dokter, untuk menghadapi semua ini klien selalu
diberi dukungan oleh keluarga dan tetangganya sehingga klien semangat untuk sembuh.

11) Pola Nilai dan Kepercayaan


Biasanya aktivitas ibadah klien terganggu karena keterbatasan aktivitas akibat kelemahan dan
nyeri luka post operasi.

b) Pemeriksaan tanda vital:


Tekanan darah :160/80 mmHg
Suhu tubuh :38C
Pernapasan :36 X/menit
Nadi :76X/menit

c) Pemeriksaan laboratorium:
Total protein : 4,6
Albumin : 2,4
Globulin : 2,2
Hb : 10,6
2. Diagnosa keperawatan
1) Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan pasca operasi
Data Objektif :
Abdomen terlihat luka laparatomi 20 cm, luka dari bawah umbilicus sampai batas atas pubis
lembab
Ileustomi berwarna merah dengan pengeluaran BAB dengan konsistensi encer
Daerah sekitar stoma kemerahan
BAB merambes di kulit sekitar daerah stoma sampai kepinggang
Pemeriksaan Lab :
Albumin 2,4
Globulin 2,2
S 38 C
Protein 4,6

NANDA 1: Resiko infeksi


Domain 11 : Safety / Protection
Kelas 1 : Infeksi
Defenisi : Resiko tinggi terhadap masuknya organisme patogen
Faktor Resiko :
Penyakit Kronik
Sistem kekebalan tubuh yang lemah
Inadekuatnya kebutuhan primer tubuh
Prosedur invasif
Malnutrisi
Agen farmatik
Trauma
Destruksi jaringan
NOC
Defenisi : suatu keadaan diman individu mengalami resiko tinggi terpapar organisme pathogen
Kriteria hasil:
Integritas jaringan : membran kulit dan mukosa
Perawatan luka : intention primary
Integritas Jaringan : membran kulit dan mukosa
Domain : kesehatan fisiologi ( II )
Kelas : Integritas jaringan ( L )
Defenisi : keutuhan fungsi struktural dan fisiologis normal membran kulit dan mukosa
Indikator :
a. Temperatur jaringan
b. Sensasi
c. Elastisitas
d. Pigmentasi
e. Warna
f. tekstur
g. perfusi jaringan

Perawatan luka : intention primary


Domain 11 : Safety / Protection
Kelas 1 : Infeksi
Defenisi : meluasnya regenerasi sel dan jaringan yang diikuti dengan penutupan yang disengaja.
Indikator :
a. Tampilan kulit
b. tampilan tepi luka

NIC
Defenisi : suatu keadaan diman individu mengalami resiko tinggi terpapar organisme pathogen
Intervensi :
1. Perlindungan infeksi
2. Kontrol infeksi

Perlindungan Infeksi
Defenisi : pencegahan dan deteksi dini terhadap pasien yang mempunyai resiko tinggi terhadap
infeksi
Aktifitas :
1. Monitoring sistemik tanda dan gejala tempat infeksi
2. Monitoring kemungkinan terkena infeksi
3. Membatasi jumlah pengunjung jika diperlukan
4. Memelihara asepsis terhadap pasien yang beresiko
5. Menginspeksi membran kulit dan mukosa baik warna dan cairan

Kontrol Infeksi
Defenisi : meminimalisasikan masuknya dan transmisi agen infeksi
Aktivitas :
1. Membersihkan daerah luka
2. Mengganti peralatan yang digunakan pasien selama perawatan
3. Mengisolasikan orang-orang yang mungkin terpapar suatu penyakit yang berbahaya
4. Menggunkan kacamata dan gaun steril ketika melakukan perawatan luka pada pasien
5. Memastikan semua teknik yang digunakan selama perawatan luka

2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah


Data Subjektif :
Klien mengeluh mual muntah 5-6x sehari warna hitam
Data Objektif :
Pengeluaran BAB dengan konsistensi encer
S : 38 C

NANDA 2: Kekurangan volume cairan


Domain II : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi
Defenisi : penurunan cairan intravaskuler interstisial dan/atau intraseluler
Batasan karakteristik :
Peningkatan temperatur tubuh

NOC
Defenisi : suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan cairan intravaskuler interstisial
dan/atau intraseluler
Kriteria hasil : kesimbangan cairan
Keseimbangan cairan
Domain : kesehatan fisiologis ( II )
Kelas : Cairan Elektrolit
Defenisi : keseimbangan cairan pada kompartemen intraseluler dan ekstraseluler

NIC
Defenisi : suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan cairan intravaskuler interstisial
dan/atau intraseluler
Intervensi : Manajemen cairan
Manajemen cairan :
Defenisi : mempromosikan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat jumlah cairan
yang abnormal
Aktivitas :
1. Monitoring status haemodinamik
2. Monitoring tanda tanda vital
3. Memberikan terapi IV
4. Monitor status nutrisi
5. Memberikan cairan

2.4 PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN STOMA


A. Tujuan
a. Melindungi luka dari kontaminasi
b. Mencegah terjadinya infeksi

B. Indikasi
a. Luka operasi (luka tertutup) : Stoma

C. Persiapan alat
1. Alat-alat steril
a. Pinset anatomis 2 buah
b. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
c. Kassa desinfektan dalam kom tertutup 5-10 helai
d. sarung tangan 1 pasang
e. Stoma bag
f. korentang/forcep

2. Alat-alat tidak steril


a. Gunting verban I buah
b. Pengalas
c. Kom kecil 1 buah
d. Nierbeken 2 buah
e. NaCl 9 %
f. Sabun antiseptik
g. Sarung tangan 1 pasang
h. Masker
i. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah

D. Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Pasang sampiran
4. Perawat cuci tangan
5. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7. Letakkan pengalas dibawah area stoma
8. Letakkan nierbeken didekat pasien
9. Buka stoma bag lama (hati-hati jangan sampai menyentuh stoma) dengan menggunakan pinset
anatomi, buang stoma bag bekas kedalam nierbeken.
10. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari stoma
11. bersihkan stoma dengan sabun cair anti septik, mulai dari pusat luka kearah keluar secara
berlahan-lahan karena luka setelah operasi terdapat sedikit edema
12. Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan mulai dari pusat luka kearah keluar secara
berlahan-lahan.
13. Buka sarung tangan, masukan kedalam nierbeken
14. Membuka set steril, menyiapkan larutan pencuci luka
15. Pasang sarung tangan steril
16. Irigasi/bathing or shower stoma dengan normal salin
17. Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan, mulai dari pusat luka kearah keluar secara
berlahan-lahan
18. Tutup stoma dengan stoma bag, kemudian plester dengan rapi
19. Buka sarung tangan, masukan kedalan nierbeken
20. Buka masker
Diposkan oleh Cicilia Uzumaki di 06.13
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: ASUHAN KEPERAWATAN, KEPERAWATAN DEWASA 2
Reaksi:

Kebidanan

o
o

Keperawatan

SAP

Alat Kesehatan

Cerita

About

Uncategories ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN laparaTomi


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN laparaTomi

Christy Arum 17:42

Laporan KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN laparaTomi

DI RUANG OK GBPT RSUD DR. SOETOMO

SURABAYA

Periode Tanggal 29 APRIL 2002 S/D 5 MEI 2002


LAPORAN PENDAHULUAN

LAPARATOMI

Pengertian

Pembedahan perut sampai dengan membuka selaput perut .

Ada 4 cara, yaitu;

1. Midline incision

2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm).

3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya


pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4 cm


di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy.

Indikasi

1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)

2. Peritonitis

3. Perdarahan saluran pencernaan.

4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

5. Masa pada abdomen ( Tumor, cyste dll).

pERAWATAN PRE OPERATIF

PENGKAJIAN
Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative :

Umur

Alergi terhadap obat, makanan

Pengalaman pembedahan

Pengalaman anestesi

Tembakau, alcohol, obat-obatan

Lingkungan

Kemampuan self care

Support system

PEMERIKSAAN FISIK

Pengkajian dasar preop dilakukan untuk :

Menentukan data dasar

Masalah pengobatan yang tersembunyi

Potensial komplikasi berhubungan dengan anestesi

Potensial komplikasi post op.

Fokus : Riwayat dan sistem tubuh yang mempengaruhi prosedur pembedahan.

System kardiovaskuler
Untuk menentukan kekuatan jantung dan kemampuan untuk mentoleransi
pembedahan dan anestesi.

Perubahan jantung 39 % kematian perioperatif.

Sistem pernapasan

Lansia, smoker, PPOM resiko atelektasis, kolap jaringan paru.

Mencegah pertukaran oksigen/CO2

Intoleransi karena perubahan dalam dada dan paru.

Regiditas cavum thoraks dan menurunnya ekspansi paru efisiensi ekskresi paru
terhadap anestesi menurun.

Renal system

Abnormal renal fungsi menurunkan rata ekskresi obat dan anestesi

Skopolamin, morphin konfusi disorientasi

Neuorologi system :

Kemampuan ambulasi, dan reflek, serta aktivitas lainya.

Muskulussceletal

Deformitas mempengaruhi posisi intra dan post-operasi

Artritis menerima posisi nyeri post-operasi oleh karena immobilisasi

Kekuatan, tonus otot.


Status Nutrisi

Malnutrisi, obesitas resiko tinggi pembedahan

Vit. C , vit.B diperlukan untuk penyembuhan luka dan pembentukan fibrin.

Obesitas wondhiling menurun oleh karena jaringan lemak tinggi

Psikososial asesment

Tujuan : menentukan kemampuan coping

Informasi

Support

Laboratorium

Analisis:

1. Pengetahuan kurang sehubungan dengan pengalaman pre-op

2. Kecemasan sehubungan dengan pengalaman pre-op

Pengetahuan kurang ( knowledge defisite )

Tujuan : Klien mengatakan dan mematuhi prosedur pre-op

Mendemostrasikan teknik untuk mencegah komplikasi post-op

Intervensi

Fokus : Edukasi pre-operasi


Informasi : Informed consent, pembatasan diit, pre-operatip preparation, post-op exersice.

Informed Consent :

- alasan pembedahan

- pilhan dan resikonya

- resiko pembedahan

- resiko anestesi

Pembatasan diit NPO (nothing per oral ) 6 8 jam sebelum pembedahan GI


(gastro intestinal ) preparasi :

- mencegah perlukaan colon

- melihat jelas area

- mengurangi bacteri intestinal

Skin preparasi

Tube, drain, Intra Venous line

Post op exercise :

- diaphragmatic breating

- incestive spirometri

- cougling and spinting the surgical wound

- turning and leg exercise

Kecemasan :

Tujuan : kecemasan klien menurun , menunjukkan relaksasi saat istirahat


Intervensi :

- preoperatip teaching

- comunikatip

- rest.

inTERVENSI KLIEN INTRA OPERATIF

Anggota tim pembedahan

Tim pembedahan terdiri dari :

Ahli bedah

Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah
melakukan operasi.

Asisten pembedahan (1orang atau lebih) asisten bius dokter, risiden, atau
perawat, di bawah petunjuk ahli bedah. Asisten memegang retractor dan suction
untuk melihat letak operasi.

Anaesthesologist atau perawat anaesthesi.

Perawat anesthei memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk


mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.

Circulating Nurse

Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.

Tugas :

Set up ruangan operasi

Menjaga kebutuhan alat


Check up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum pembedahan

Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping.

Memenuhi kebutuhan klien, memberi dukungan mental, orientasi klien.

Selama pembedahan :

- Mengkoordinasikan aktivitas

- Mengimplementasikan NCP

- Membenatu anesthetic

- Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll.

Surgical technologist atau Nurse scrub; bertanggung jawab menyiapkan dan


mengendalikan peralatan steril dan instrumen, kepada ahli bedah/asisten.
Pengetahuan anatomi fisiologi dan prosedur pembedahan memudahkan antisipasi
instrumen apa yang dibutuhkan.

Penyiapan kamar dan team pembedahan.

Keamanan klien diatur dengan adanya ikat klien dan pengunci meja operasi. Dua
factor penting yang berhubungan dengan keamanan kamar pembedahan : lay out
kamar operasi dan pencegahan infeksi.

1). Lay Out pembedahan.

Ruang harus terletak diluar gedung RS dan bersebelahan dengan RR dan pelayanan
pendukung (bank darah, bagian pathologi dan radiology, dan bagian logistik).
Alur lalu lintas yang menyebabkan kontaminasi dan ada pemisahan antara hal yang
bersih dan terkontaminasi design (protektif, bersih, steril dan kotor).

Besar ruangan tergantung pada ukuran dan kemampuan rumah sakit.

Umumnya :

Kamar terima

Ruang untuk peralatan bersih dan kotor.

Ruang linen bersih.

Ruang ganti

Ruang umum untuk pembersihan dan sterilisasi alat.

Scrub area.

Ruang operasi terdiri dari :

Stretcher atau meja operasi.

Lampu operasi.

Anesthesia station.

Meja dan standar instrumen.

Peralatan suction.

System komunikasi.

2). Kebersihan dan Kesehatan Team Pembedahan.

Sumber utama kontaminasi bakteri team pembedahan yang hygiene dan


kesehatan ( kulit, rambut, saluran pernafasan).
Pencegahan kontaminasi :

Cuci tangan.

Handscoen.

Mandi.

Perhiasan (-) cincin, jam tangan, gelang.

3). Pakaian bedah.

Terdiri : Kap, Masker, gaun, Tutup sepatu, baju OK.

Tujuan: Menurunkan kontaminasi.

4). Surgical Scrub.

Cuci tangan pembedahan dilakukan oleh :

Ahli Bedah

Semua asisten

Scrub nurse.

sebelum menggunakan sarung tangan dan gaun steril.

Alat-alat:

Sikat cucin tangan reuable / disposible.

Anti microbial : betadine.

Pembersih / pemotong kuku.


Waktu : 5 10 menit dikeringkan dengan handuk steril.

Anasthesia.

Anasthesia (Bahasa Yunani) Negatif Sensation.

Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau total,


dengan atau tanpa disertai kehilangan kesadaran.

Tujuan: Memblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks, meningkatkan relaksasi


otot.

Pemilihan anesthesia oleh anesthesiologist berdasarkan konsultasi dengan ahli


bedah dan factor klien.

Type anasthesia:

Perawat perlu mengenal ciri farmakologic terhadap obat anesthesia yang digunakan
dan efek terhadap klien selama dan sesudah pembedahan.

1. Anasthesia Umum.

Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi impulse saraf
otak.

Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif.

Stadium Anesthesia.
- Stadium I : Relaksasi

Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahab.


- Stadium II : Excitement.

Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang iregulair
dan pergerakan anggota badan tidak teratur.

- Stadium III : Ansethesi pembedahan..

Ditandai dengan relaksasi rahang, respirasi teratur, penurunan pendengaran dan


sensasi nyeri.

- Stadium IV : Bahaya.

Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan kematian.

Metode Pemberian
Inhalasi , IV injection. Instilasi rectal

Inhalasi

Metode yang paling dapat dikontrol karena intak dan eliminasi secara primer oleh
paru.

Obat anesthesia inhalasi yang diberikan :

Gas: Nitrous Axida ( N20).

Paling sering digunakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau. Non iritasi dengan
masa induksi dan pemulihan yang cepat.

Jenis yang biasa dipakai;

a. Folatile:

b. Halotan :

c. Ethrane.

d. Penthrane.
e. Forane.

Anesthesi Injeksi IV.

Memberikan perasaan senang., cepat dan pelepasan obat secara pelan. Jenis opbat
yamng biasa dipakai;

Barbiturat.

Narcotik:

Inovar

Ketamine

Neuromusculer Brochler.

Anestesi Local Atau Regional

Anestesi local atau regional secara sementara memutus transmisi impuls saraf
menuju dan dari lokasi khusus.

Teknik pemberian.

Anestesi Topikal

Pemberian secara langsung pada permukaan area yang dianestesi

Bentuk: Salep atau spray.

Lokal Anestesi

Injeksi obat anestesi secara I C dan S C ke jaringan sekitar insisi, luka atau lesi.
Field Block

Injeksi secara bertahab pada sekeliling daerah yang dioperasi

( hernioraphy , dental prosedur ,bedah plstik )

Nerve Block

Injeksi obat anestesi local ke dalam atau sekitar saraf atau saraf yang mempesarafi
daerah yang dioperasi. Block saraf memutus transmisi sensasi, motor, sympatis.

Spinal Anestesi / Intra Techal

Dicapai dengan injecsi obat anestesi ke dalam ruang sub orachonoid.

Pada L 2 3 atau L 3 4.

PENGKAJIAN :

Di ruang penerimaan perawat sirkulasi:

- Memvalidasi identitas klien.

- Memvalidasi inform concent.

Chart Review.

- Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan actual


dan potensial selama pembedahan.

- Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah operasi.

Perawat menanyakan.:
- Riwayat allergi, reaksi sebelumnya terhadap anesthesia atau tranfusi darah.

- Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.

- Check pengobatan sebelumnya : therapy, anticoagulasi.

- Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.

- Kateterisasi.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN.

1. Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan bahaya
lain dari lingkungan intra operatif.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan anesthesia

4. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dan cairan tubuh
selama pembedahan.

PERENCANAAN

Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan bahaya
lain dari lingkungan intra operatif.

Tujuan : Klien akan dipertahankan dalam keadaan anesthesia yang aman selama
pembedahan dan bebas dari perlukaan peralatan operasi.

INTERVENSI:

- Persiapan dan penggunaan obat anesthesia yang tepat.

- Positioning posisi yang tepat.


Untuk menjamin posisi yang tepat dikaji : kesesuaian fisiologiss, perubahan sirkulasi
yang minimal, proteksi struktur tulang dan neuromusculair, penggunaan dan lokasi
IV line, cara anesthesia, keamanan dan keselamatan klien.

- Penggunaan peralatan elektrik. Lempeng grounding yang ditutupi jeli tidak


menekan tubuh.

- Chek hati-hati alat / electrosurgical mencegah luka bakar.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.

Tujuan: Klien akan mengalami gangguan integritas kulit yang dan kontaminasi yang
minimal.

Intervensi:

- Plastic adhesive drape setelah daerah pembedahan dibersihkan dan kering.

- Penutupan kulit:

- Tujuan:

- Menutup lumen pembuluh darah.

- Mencegah perdarahan dan kehilangan cairan tubuh.

- Mencegah kontaminasi luka.

Dua factor yang menentukan kekuatan penutupan luka :

- Materi jahitan.

Ahli bedah akan memilih metode dan type penutupan kulit berdasarkan letak incisi,
ukuran dan kedalaman luka, usia dan riwayat medik klien.

- Staples dan plester digunakan untuk menutup luka superfisialis atau epidermis.
Benang jahit : Absorbable dan non absorbable.

Ukuran benang : 0.-5, 2 0 11- 0.

INTERVENSI KLIEN POST OPERASI.

PENGKAJIAN;

Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat
mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan
emosi, sebelum pembedahan dan alergi.

Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik

System Pernafasan.

Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:

- Potency jalan nafas, meletakan tangan di atas mulut atau hidung.

- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit


depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal gangguan cardiovasculair atau rata-rata
metabolisme yang meningkat.

- Auscultasi paru keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.

- Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan


diafragma, retraksi sternal efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.

Thorax Drain.

Sistem Cardiovasculer.

Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2
jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung depresi miocard, shock,
perdarahan atau overdistensi.

Nadi meningkat shock, nyeri, hypothermia.

Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).

Homans saign trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan,


nyeri).

Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.

- Ukur cairan NG tube, out put urine, drainage luka.

- Kaji intake / out put.

- Monitor cairan intravena dan tekanan darah.

Sistem Persyarafan.

- Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran semua klien dengan anesthesia
umum.

- Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.
Anesthesia umum depresi fungsi motor.

Sistem Perkemihan.

- Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 8 jam post anesthesia


inhalasi, IV, spinal.

Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi retensio urine.

Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah (distensi buli-buli).


- Dower catheter kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam
komplikasi ginjal.

Sistem Gastrointestinal.

- Mual muntah 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat


menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah
kepala dan leher serta TIO meningkat.

- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.

- Kaji paralitic ileus suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.

- jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 8 jam.

- Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan


decompresi dan drainase lambung.

Meningkatkan istirahat.

Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.

Memonitor perdarahan.

Mencegah obstruksi usus.

Irigasi atau pemberian obat.

Sistem Integumen.

- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi,
obat-obat steroid.

- Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan satu tahun.

- Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :

Infeksi luka.
Diostensi dari udema / palitik ileus.

Tekanan pada daerah luka.

Dehiscence.

Eviscerasi.

Drain dan Balutan

Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, (Jumlah,
warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan minimal tiap 8
jam saat di ruangan.

Pengkajian Nyeri

Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra
operative.

Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,
diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian
analgetika.

Pemeriksaan Laboratorium.

Dilakukan untuk memonitor komplikasi .

Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan


manifestasi post operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah
lengkap.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi,
nyeri.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan


drainage.

3. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.

4. Potensial terjadi perlukaan berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi,


analgesi.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post
operasi.

6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan skresi.

7. Perubahan eliminasi urine ( penurunan) berhubungan dengan obat anesthesia dan


immobilisasi.

PERENCANAAN

1. Gangguan pertukaran gas

Tujuan :
Klien akan mempertahankan ekspansi paru dan fungsi pernapasan yang adekuat.

Intervensi :

- Posistioning klien untuk mencegah aspirasi

- Insersi mayo mencegah obstruksi, melakukan suction.

- Pemberian aksigen

- Endotracheal tube/mayo dilepas refleks gag kembali

- Dorong batuk dan bernapas dalam 5 10 x setiap 2 jam. Khususnya 72 jam


pertama (potensial komplikasi :atelektasis, pneumonia).
- Klien dengan penyakit paru, orang tua, perokok, panas spirometer.

- Suction.

2. Gangguan integritas kulit

Tujuan :
- luka klien akan sembuh tanpa komlikasi luka post operatif.

Penyebab luka infeksi :

- kontaminasi selama pembedahan

- infeksi preoperative

- teknik aseptic yang terputus

- status klien yang jelek.

Intervensi :

- Terapi obat :

antibiotik profilaksis spectrum luas (24 72 jam post op)

perawatan luka dengan gaas antibiotik.

- Balutan luka : ganti sesuai order dokter. Luka yang ditutup dengan balutan dibuka
3-6 hari.

- Drain :

evakuasi cairan dan udara

mencegah luka infeksi yang dalam dan pembentukan abses pada luka bedah.

3. Nyeri
Tujuan : klien akan mengalami pengurangan nyeri akibat luka bedah dan
posisi selama operasi.
Intervensi :

- Terapi obat :

Pemberian anlgetik narkotik dan non narkotik nyeri akut (meperidin


hydroclorida, morphine sulphate, codein sulphate, dan lain-lain.)

Mengkaji tipe, lokasi ditensitas nyeri sebelum pemberian obat.

Pada pembedahan yang luas kontrol nyeri iv pump.

Observasi tekanan darah, pernapasan, kesadaran, (depresi napas, hyotensi, mual,


muntah komplikasi narkotik).

Metode pangendalian nyeri yang lain :

1. positioning

2. perubahan posisi tiap 2 jam

3. masase

EVALUASI :

Kriteria hasil yang diharapkan pada klien post op adalah :

1. Mempertahankan ekspansi paru dan fungsi yang adekuat yang ditandai suara
napas jernih.

2. Mengikuti diet TKTP

3. menjelaskan dan mendemonstrasikan perawatan balutan dan drain.

4. Penyembuhan komplit tanpa komplikasi


5. Mengungkapkan nyeri hilang.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI

Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company.
Philadelphia. 1984.

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.
LAPORAN KASUS.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Y DENGAN LAPARATOMI DI OK GBPT RSUD


DR SOETOMO SURABAYA.

Nama pasien : An Y.

Umur : 13 tahun.

Agama : Islam

Suku / bangsa :Jawa / Imdonesia

Pekerjaan : Pelajar SLTP.


: Tumor Ovarium.
Dagnosa medis
: Laparatomi.
Jenis Operasi
: 10148754.
No Regester
: 29 April 2002, / 08.00.
Dikaji tanggal / jam
: Subhan ( PSIK FK Unair, angkatan III )
Nama Mahasiswa
: 010030170-B.
NIM

Alasan di rawat :Untuk mengelurakan / mengambil massa yang ada di dalam perut,
sehubungan dengan pembesaran pada perut, adanya ascites dan sesak nafas.

Keluhahan yang dirasakan sebelumnya: Pasien merasakan perutnya membesar


sejak 1,5 bulan yang lalu, perut terasa sebah dan sesak nafas.

Anak tidak memakai alat bantu apapun pada semua indranya.


Keadaan umum Pasien :Anak tampak kurus dan lemah, dalam usia 13 tahun berat
badan 36 kg.

Viyal Sign:

Tekanan darah : 100 / 60 mmHg, dilengan kiri.

Nadi : 92 X menit , teratur.

Respirasi : 24 X / menit , sesak nafas /


ascites.
Suhu
: 36, 5 o C, di axilla.

Pernafasan lewat hidung, tampak adanya retraksi dada, bentuk dada simetris, tidak
ditemukan adanya kelaian suara nafas, wheesing, Rales, dll.

Cardio vaskuler / sirkulasi Tidak diketemukan kelainan, seperti nyeri dada, suara
jantung normal, Oedema diketemukan di perut ( bukan dari cardiovasculair).

Persyarafan : keadaan pasien composmentis. GCS 4 5 6 totalnya : 15.

Keadaan sclera : putih, Conjunctiva sedikit anemis.

Sistem perkemihan: Pasien dapat kencing spontan, warna kekuningan bau khas.

Sistem Gasro intestinal: Bibir / mulut kering, Abdomen membesdar, bising usus (+)
dan menurun, terlihat vena membayang dididnding perut. Pasien puasa sejak jam
22.00 BBWI.
Tulang dan otot : pergerakan bebas/ biasa, ektremitas atas dan bawah kecil/ kurus,
tidak ditekemukan kelaianan, turgor jelek, tonus otot lembek ( sukar dideteksi).

Sistem Edokrin. Tidak ditemukan riwayat Diabetus myeletus dan riawayat


hypertensi. Anak belum pernah menstruasi, buah dada belum terbentuk / datar.

Sosial / interaksi. Anak komunikatif dengan perawat, mengadakan ontak mata, anak
ditungguni orang tua diluar.

Spiritual : anak beragama Islam, percaya akan bantuan tuhan, dalam proses
penyembuhannya

Pemeriksaan Laboratorium :

BUN :5 Albumin : 2, 87.

Craeatin : 0,6 RFT : 11,6 / 11,6

Leukosist : 7.000 Hb : 13,7

Trombosit : 597.000 PCV : 42,8

SGOT : 23 SGP : 77

SGPT : 21. 2 JPP : 118.

Asuhan Keperawatan selama di kamar operasi dan di RR.

Prae operasi :

S: Mengatakan siap operasi, sakit, jangan ditusuk (infuus).

O: Pandangan menerawang, menangis.


A: Cemas sehubungan dengan pembedahan.

P
: Jelakan prosedur pembedahan yang kan dilakukan, tidak akan terasa
sakit, rasa sakit diluka akan terasa setelah selesai operasi.

Meminta pasien selalu istiqfar, meyebut nama Allah.

Memberikan uspan (touch0) ketangan anak.

Menutup / menghalangi pandangan anak saat dilakukan infuus.

Memberikan komunikasi terapeutik.

Durante operasi:

S: -.

O
: Incisi / pembukaan perut.perdarahan suction / perut 6.500 ml.

Intake oral (-) / puasa.

A: Gangguan keseimbangan cairan.

P
: Lanjutkan pemberian cairan RL, untuk dua slang / tangan kanan dan
kiri.

Kolaborasi pemberian darah tranfusi 2 kolf.

Observasi Vital sain: Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu.

Palapasi daerahakral pasien.

Awasi jumlah cairan yang keluar ( drain / suction ), dan yang masuk
(infuus).

Observasi membran mukosa.


S: -

O: Terpasang plat, untuk cauter/ ches.

A: Resiko cidera / luka bakar sehubungan dengan pemasangan plat.

P
: Pasang plat dengan benar dan tepat, di bawah paha / tempat yang
cukup ototnya.

Awasi posisi / ketetapatan posisi plat.

Awasi jangan sampai basah.

Pengaturan posisi dan fiksasi yang benar.

Pemberian pbat anastesi yang tepat.

S; -.

O: Pembukan perut.

A: Penggunaan bermacam instrumen dan alat lainya ( Kassa).

P
: Resiko terjadinya koprpus alienum.

Hiting dengan benar jumlah semua kebutuhan dan instrumen yang


digunakan dalam pembedahan.

Awasi selalu proses pembedahan dan penggunaan alatnya.

Koreksi dengan teliti pengambilan / pengembalian alat yang telah


digunakan selama proses pembedahan.

Cek kembali alat / instrumen dengan teliti setelah selesai


pembedadan.

Post operasi :
S: -.

O: Kesadaran menurun / belum pulih.

A: Resiko inefektif jalan nafas sehubungan dengan reflek menelan,


batuk, dan lidah yang tidak terkontrol.

Berikan posisi ekstensi.


P:

Insersi mayo / gudel untuk mencegah obstruksi / untuk suction kalau


perlu.

Berikan oksigen kalau perlu.

Mayo dilepas setelah refleks gag kembali.

Ajarkan nafas dalam dan batuk efektif setelah sadar.

S:
Mengeluh sakit, perih.
O:
Luka incisi, jahitan (+)

Drain (+) (+).


A :

Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) sehubungan dengan adanya luka


incisi.

P:
Kaji lokasi, type dan derajat nyeri.

Jelaskan tentang nyeri dan proses lukanya.

Berikan stimulasi / relaksasi / distraksi untuk mengurangi /


mengalihkan rasa nyeri masage.

Berikan posisi yang enak bagi pasien, ganti posisi setiap dua jam.

Observasi vital signs., kesadaran pasien.


Kolaborasi pemberian analgetika.

S :

Mengeluh sakit, perih.


O :

Luka incisi, jahitan (+)

Drain (+) (+).

A : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan


ditandai dengan adanya luka incisi/ jahitan / drainage.

Lakukan perawatan luka secara aseptik.

Buka balutan / verband setelah 3 hari, ganti bgaian luarnya saja


P :
kalau perlu, atau kalau kotor . basah sekali.

Awasi jumlah, bentuk / karakteristik cairan yang keluar melalui


drainage.

Evakuasi udara / darah yang ada dalam drainage.

Kolaborasi pemberian antibiotika spectrum luas.

Created by Arlina Design

You might also like