Professional Documents
Culture Documents
Blog ini berisi tentang tugas-tugas kuliah seperti Makalah, RPP, SAP, Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan, Asuhan Keperawatan, bahan-bahan presentasi, dan Artikel - artikel
menarik tentunya.
Beranda
Daftar Isi
Tentang Saya
a. Defenisi
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding
abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997). Ditambahkan pula
bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan
dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi.
Sedangkan tindakan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laoparatomi adalah
berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi
hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral.
Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen.
Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan
perbaikan bila diindikasikan.
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):
a. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi dapat
lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian,
kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster,
pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid,
dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian
yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm). Terbagi atas 2
yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion
memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak
memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah
c. Transverse upper abdomen incision
yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision
yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada
operasi appendectomy
b. Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara
diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus &
Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang disebabkan
oleh : luka tusuk, luka tembak.
Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang dapat
disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-
belt).
2. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen, yang
diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer dapat disebabkan oleh
spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder
disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi
kolon (paling sering kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan penyebab
peritonitis tersier.
3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan
tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa
perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada
jaringan parut setelah pembedahan abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari usus
menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus
(usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi
usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor
yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan
pada dinding usus).
4. Apendisitis mengacu pada radang apendiks
Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari
sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh fases yang
akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.
5. Tumor abdomen
6. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)
7. Abscesses (a localized area of infection)
8. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
9. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines)
10. Intestinal perforation
11. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
12. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)
13. Internal bleeding
c. Post Op Laparatomi
1. Defenisi
Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses pembedahan
pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter (2005) dipaparkan bahwa
tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post
laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan
kepada klien yang telah menjalani operasi pembedahan abdomen.
2. Tujuan perawatan post laparatomi
Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
Mempercepat penyembuhan.
Mengembalikan fungsi klien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
Mempertahankan konsep diri klien.
Mempersiapkan klien pulang.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :
Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
Kelemahan
Mual, muntah, anoreksia
Konstipasi
4. Komplikasi
Syok
Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan
ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.
Manifestasi Klinis :
a. Pucat
b. Kulit dingin dan terasa basah
c. Pernafasan cepat
d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
e. Nadi cepat, lemah dan bergetar
f. Penurunan tekanan nadi
g. Tekanan darah rendah dan urine pekat.
Hemorrhagi
a. Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan
b. Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan darah ke
tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah
yang tidak terikat
c. Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena pembuluh
darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang
drainage.
Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat,
nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien
melemah.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
compromised (a)
Indikasi :
100401 Pemasukan nutrisi
100402 Intake makanan dan minuman
100403 Energi
100404 Massa tubuh
100405 Berat badan
3. Nursing Intervention Classification (NIC) : Infection Control (6540).
Aktivitas :
Membatasi jumlah pengunjung
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
Mengajarkan klien teknik mencuci tangan
Menggunakan sabun anti mikrobakteri bila mencuci tangan
Menggunakan sarung tangan steril
Menginstruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan keluar dari ruangan
klien
Mempertahankan teknik isolasi
Menyendirikan klien yang terinfeksi
CiciLia BanGeuD
Myspace Fun Flash Comments
BAB I
PENDAHULUAN
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien.
Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan
dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait. Dengan
segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan
jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara
team kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi dan perawat) disamping peranan
pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. (Randhianto, 2008)
Laporatomi adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada bagian abdomen untuk menguji
suatu organ atau untuk mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh pasien. Suatu
kondisi yang memungkinkan seorang pasien harus di laparotomy adalah :
Kanker organ abdominal
Radang selaput perut
Appendiksitis
Pankreasitis, dan lain-lain
Ileustomi adalah suatu penyakit yang memungkinkan pasien menjalani laparatomy. Ileus
(obstruksi usus) terjadi ketika terdapat rintangan terhadap aliran normal dari isi usus. Bisa juga
karena hambatan terhadap rangsangan saraf utk terjadinya peristaltik atau karena adanya ileus
mekanik/organik. Ileus adalah obstruksi usus (Kumala, 1998). Ileus (Ileus Paralitik, Ileus
Adinamik) adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk
sementara waktu berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi
jalannya isi usus, tetapi ileus jarang menyebabkan perforasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LAPARATOMY
a. Defenisi
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding
abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997). Ditambahkan pula
bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan
dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi,
hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi.
Sedangkan tindkan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laoparatomi adalah
berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi
hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral.
Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen.
Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan
perbaikan bila diindikasikan.
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):
a. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi dapat
lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian,
kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster,
pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid,
dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian
yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm). Terbagi atas 2
yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion
memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak
memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah
c. Transverse upper abdomen incision
yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
b. Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara
diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus &
Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang disebabkan
oleh : luka tusuk, luka tembak.
Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang dapat
disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-
belt).
2. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen, yang
diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer dapat disebabkan oleh
spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder
disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi
kolon (paling sering kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan penyebab
peritonitis tersier.
c. Post Op Laparatomi
1. Defenisi
Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses pembedahan
pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter (2005) dipaparkan bahwa
tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post
laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan
kepadaklien yang telah menjalani operasi pembedahan abdomen.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :
Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
Kelemahan
Mual, muntah, anoreksia
Konstipasi
4. Komplikasi
Syok
Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan
ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.
Manifestasi Klinis :
a. Pucat
b. Kulit dingin dan terasa basah
c. Pernafasan cepat
d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
e. Nadi cepat, lemah dan bergetar
f. Penurunan tekanan nadi
g. Tekanan darah rendah dan urine pekat.
Hemorrhagi
a. Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan
b. Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan darah ke
tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah
yang tidak terikat
c. Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena pembuluh
darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang
drainage.
Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat,
nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien
melemah.
Pengobatan :
a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan
b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan
c. Pemantauan status pernafasan dan CV
d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika diindikasikan
e. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen darah, albumin,
plasma atau pengganti plasma)
f. Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik (mengurangi retensi
cairan dan edema)
Hemorrhagi
Penatalaksanaan :
a. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok
b. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi
c. Inspeksi luka bedah
d. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi
e. Transfusi darah atau produk darah lainnya
f. Observasi Vital Signs.
2.2 Ileustomy
a. Pengertian
Ileustomi adalah pembedahan dengan memotong ileum dan membentuk stoma. Produk
ileustomi biasanya bentuk cair, sehingga akan banyak cairan dan mineral yg hilang terutama
sodium (Na) dan Kalium (K).
b. Indikasi Illeostomi
Infeksi yang menyebabkan patologi usus halus ( kolitis ulseratif,enteritis regional
Keganasan pada daerah usus halus.
Trauma abdomen ( ruptura yeyunum atau illeum )
c. Pemeriksaan Penunjang
Foto polos abdomen 3 posisi
Colonoscopy (CT-Scan untuk melihat usus besar)
Foto Follow through (pemeriksaan radiografi untuk melihat usus halus)
d. Komplikasi
Komplikasi operasi pada ileostomi dapat berupa hernia atau prolaps dari ileostomi atau
terjadinya obstruksi.
Pemeriksaan labor
Total protein : 4,6
Albumin : 2,4
Globulin : 2,2
Hb : 10,6
Tugas 1
a. Kelompokan data berdasarkan pengkajian dengan pendekatan fungsional gordon dan jelaskan
pengkajian tambahan yang harus dikaji lebih dalam oleh perawat
Tulis 2 buah diagnosa keperawatan prioritas pada nyonya H dengan karakteristik atu faktor
resiko.
b. Rumuskan NOC dan NIC untuk setiap diagnosa keperawatan
Pendidikan kesehatan apa yang dapat diberikan oleh perawat pada Ny H.
Tugas II
Resume literatur review Laparatom
2. Pengkajian
A. Identitas pasien
Pasien (diisi lengkap)
Nama : Ny H
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tgl Masuk RS : 9 Juni 2010
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
Pada saat pengkajian hari 9 pasca operasi didapatkan data ,Ny H mengalami demam
,mengeluh mual dan muntah 5- 6 x sehari warna hitam .Ny H dipuasakan hasil pemeriksaan
abdomen terlihat luka laparatomi 20 cm , luka dari bawah umbilikus sampai batas atas pubis
lembab ,jahitan sudah dibuka selang seling . Ileostomi warna merah dengan pengeluaran bab
dengan konsistensi encer . daerah sekitar stoma kemerahan ,BAB merembes di kulit sekitar
daerah stoma sampai ke pinggang.
1. Pengkajian
a) Pengkajian berdasarkan Pola Fungsional Gordon
1) Riwayat Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Klien sudah mengalami nyeri sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk RS.
3) Pola Eliminasi
Pengeluaran BAB klien dengan konsistensi encer . BAB merembes di kulit sekitar daerah stoma
sampai ke pinggang.
6) Pola Kognitif-perseptual
Biasanya tidak ada tanda-tanda penurunan pada sistem penglihatan dan sistem Pendengaran.
c) Pemeriksaan laboratorium:
Total protein : 4,6
Albumin : 2,4
Globulin : 2,2
Hb : 10,6
2. Diagnosa keperawatan
1) Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan pasca operasi
Data Objektif :
Abdomen terlihat luka laparatomi 20 cm, luka dari bawah umbilicus sampai batas atas pubis
lembab
Ileustomi berwarna merah dengan pengeluaran BAB dengan konsistensi encer
Daerah sekitar stoma kemerahan
BAB merambes di kulit sekitar daerah stoma sampai kepinggang
Pemeriksaan Lab :
Albumin 2,4
Globulin 2,2
S 38 C
Protein 4,6
NIC
Defenisi : suatu keadaan diman individu mengalami resiko tinggi terpapar organisme pathogen
Intervensi :
1. Perlindungan infeksi
2. Kontrol infeksi
Perlindungan Infeksi
Defenisi : pencegahan dan deteksi dini terhadap pasien yang mempunyai resiko tinggi terhadap
infeksi
Aktifitas :
1. Monitoring sistemik tanda dan gejala tempat infeksi
2. Monitoring kemungkinan terkena infeksi
3. Membatasi jumlah pengunjung jika diperlukan
4. Memelihara asepsis terhadap pasien yang beresiko
5. Menginspeksi membran kulit dan mukosa baik warna dan cairan
Kontrol Infeksi
Defenisi : meminimalisasikan masuknya dan transmisi agen infeksi
Aktivitas :
1. Membersihkan daerah luka
2. Mengganti peralatan yang digunakan pasien selama perawatan
3. Mengisolasikan orang-orang yang mungkin terpapar suatu penyakit yang berbahaya
4. Menggunkan kacamata dan gaun steril ketika melakukan perawatan luka pada pasien
5. Memastikan semua teknik yang digunakan selama perawatan luka
NOC
Defenisi : suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan cairan intravaskuler interstisial
dan/atau intraseluler
Kriteria hasil : kesimbangan cairan
Keseimbangan cairan
Domain : kesehatan fisiologis ( II )
Kelas : Cairan Elektrolit
Defenisi : keseimbangan cairan pada kompartemen intraseluler dan ekstraseluler
NIC
Defenisi : suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan cairan intravaskuler interstisial
dan/atau intraseluler
Intervensi : Manajemen cairan
Manajemen cairan :
Defenisi : mempromosikan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat jumlah cairan
yang abnormal
Aktivitas :
1. Monitoring status haemodinamik
2. Monitoring tanda tanda vital
3. Memberikan terapi IV
4. Monitor status nutrisi
5. Memberikan cairan
B. Indikasi
a. Luka operasi (luka tertutup) : Stoma
C. Persiapan alat
1. Alat-alat steril
a. Pinset anatomis 2 buah
b. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
c. Kassa desinfektan dalam kom tertutup 5-10 helai
d. sarung tangan 1 pasang
e. Stoma bag
f. korentang/forcep
D. Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Pasang sampiran
4. Perawat cuci tangan
5. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7. Letakkan pengalas dibawah area stoma
8. Letakkan nierbeken didekat pasien
9. Buka stoma bag lama (hati-hati jangan sampai menyentuh stoma) dengan menggunakan pinset
anatomi, buang stoma bag bekas kedalam nierbeken.
10. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari stoma
11. bersihkan stoma dengan sabun cair anti septik, mulai dari pusat luka kearah keluar secara
berlahan-lahan karena luka setelah operasi terdapat sedikit edema
12. Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan mulai dari pusat luka kearah keluar secara
berlahan-lahan.
13. Buka sarung tangan, masukan kedalam nierbeken
14. Membuka set steril, menyiapkan larutan pencuci luka
15. Pasang sarung tangan steril
16. Irigasi/bathing or shower stoma dengan normal salin
17. Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan, mulai dari pusat luka kearah keluar secara
berlahan-lahan
18. Tutup stoma dengan stoma bag, kemudian plester dengan rapi
19. Buka sarung tangan, masukan kedalan nierbeken
20. Buka masker
Diposkan oleh Cicilia Uzumaki di 06.13
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: ASUHAN KEPERAWATAN, KEPERAWATAN DEWASA 2
Reaksi:
Kebidanan
o
o
Keperawatan
SAP
Alat Kesehatan
Cerita
About
Laporan KASUS
SURABAYA
LAPARATOMI
Pengertian
1. Midline incision
2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
Indikasi
2. Peritonitis
PENGKAJIAN
Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative :
Umur
Pengalaman pembedahan
Pengalaman anestesi
Lingkungan
Support system
PEMERIKSAAN FISIK
System kardiovaskuler
Untuk menentukan kekuatan jantung dan kemampuan untuk mentoleransi
pembedahan dan anestesi.
Sistem pernapasan
Regiditas cavum thoraks dan menurunnya ekspansi paru efisiensi ekskresi paru
terhadap anestesi menurun.
Renal system
Neuorologi system :
Muskulussceletal
Psikososial asesment
Informasi
Support
Laboratorium
Analisis:
Intervensi
Informed Consent :
- alasan pembedahan
- resiko pembedahan
- resiko anestesi
Skin preparasi
Post op exercise :
- diaphragmatic breating
- incestive spirometri
Kecemasan :
- preoperatip teaching
- comunikatip
- rest.
Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah
melakukan operasi.
Asisten pembedahan (1orang atau lebih) asisten bius dokter, risiden, atau
perawat, di bawah petunjuk ahli bedah. Asisten memegang retractor dan suction
untuk melihat letak operasi.
Circulating Nurse
Tugas :
Selama pembedahan :
- Mengkoordinasikan aktivitas
- Mengimplementasikan NCP
- Membenatu anesthetic
Keamanan klien diatur dengan adanya ikat klien dan pengunci meja operasi. Dua
factor penting yang berhubungan dengan keamanan kamar pembedahan : lay out
kamar operasi dan pencegahan infeksi.
Ruang harus terletak diluar gedung RS dan bersebelahan dengan RR dan pelayanan
pendukung (bank darah, bagian pathologi dan radiology, dan bagian logistik).
Alur lalu lintas yang menyebabkan kontaminasi dan ada pemisahan antara hal yang
bersih dan terkontaminasi design (protektif, bersih, steril dan kotor).
Umumnya :
Kamar terima
Ruang ganti
Scrub area.
Lampu operasi.
Anesthesia station.
Peralatan suction.
System komunikasi.
Cuci tangan.
Handscoen.
Mandi.
Ahli Bedah
Semua asisten
Scrub nurse.
Alat-alat:
Anasthesia.
Type anasthesia:
Perawat perlu mengenal ciri farmakologic terhadap obat anesthesia yang digunakan
dan efek terhadap klien selama dan sesudah pembedahan.
1. Anasthesia Umum.
Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi impulse saraf
otak.
Stadium Anesthesia.
- Stadium I : Relaksasi
Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang iregulair
dan pergerakan anggota badan tidak teratur.
- Stadium IV : Bahaya.
Metode Pemberian
Inhalasi , IV injection. Instilasi rectal
Inhalasi
Metode yang paling dapat dikontrol karena intak dan eliminasi secara primer oleh
paru.
Paling sering digunakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau. Non iritasi dengan
masa induksi dan pemulihan yang cepat.
a. Folatile:
b. Halotan :
c. Ethrane.
d. Penthrane.
e. Forane.
Memberikan perasaan senang., cepat dan pelepasan obat secara pelan. Jenis opbat
yamng biasa dipakai;
Barbiturat.
Narcotik:
Inovar
Ketamine
Neuromusculer Brochler.
Anestesi local atau regional secara sementara memutus transmisi impuls saraf
menuju dan dari lokasi khusus.
Teknik pemberian.
Anestesi Topikal
Lokal Anestesi
Injeksi obat anestesi secara I C dan S C ke jaringan sekitar insisi, luka atau lesi.
Field Block
Nerve Block
Injeksi obat anestesi local ke dalam atau sekitar saraf atau saraf yang mempesarafi
daerah yang dioperasi. Block saraf memutus transmisi sensasi, motor, sympatis.
Pada L 2 3 atau L 3 4.
PENGKAJIAN :
Chart Review.
Perawat menanyakan.:
- Riwayat allergi, reaksi sebelumnya terhadap anesthesia atau tranfusi darah.
- Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.
- Kateterisasi.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
1. Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan bahaya
lain dari lingkungan intra operatif.
4. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dan cairan tubuh
selama pembedahan.
PERENCANAAN
Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan bahaya
lain dari lingkungan intra operatif.
Tujuan : Klien akan dipertahankan dalam keadaan anesthesia yang aman selama
pembedahan dan bebas dari perlukaan peralatan operasi.
INTERVENSI:
Tujuan: Klien akan mengalami gangguan integritas kulit yang dan kontaminasi yang
minimal.
Intervensi:
- Penutupan kulit:
- Tujuan:
- Materi jahitan.
Ahli bedah akan memilih metode dan type penutupan kulit berdasarkan letak incisi,
ukuran dan kedalaman luka, usia dan riwayat medik klien.
- Staples dan plester digunakan untuk menutup luka superfisialis atau epidermis.
Benang jahit : Absorbable dan non absorbable.
PENGKAJIAN;
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat
mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan
emosi, sebelum pembedahan dan alergi.
System Pernafasan.
Thorax Drain.
Sistem Cardiovasculer.
Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2
jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung depresi miocard, shock,
perdarahan atau overdistensi.
Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).
Sistem Persyarafan.
- Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran semua klien dengan anesthesia
umum.
- Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.
Anesthesia umum depresi fungsi motor.
Sistem Perkemihan.
Sistem Gastrointestinal.
- Kaji paralitic ileus suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
Meningkatkan istirahat.
Memonitor perdarahan.
Sistem Integumen.
- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi,
obat-obat steroid.
Infeksi luka.
Diostensi dari udema / palitik ileus.
Dehiscence.
Eviscerasi.
Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, (Jumlah,
warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan minimal tiap 8
jam saat di ruangan.
Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra
operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,
diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian
analgetika.
Pemeriksaan Laboratorium.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi,
nyeri.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post
operasi.
PERENCANAAN
Tujuan :
Klien akan mempertahankan ekspansi paru dan fungsi pernapasan yang adekuat.
Intervensi :
- Pemberian aksigen
- Suction.
Tujuan :
- luka klien akan sembuh tanpa komlikasi luka post operatif.
- infeksi preoperative
Intervensi :
- Terapi obat :
- Balutan luka : ganti sesuai order dokter. Luka yang ditutup dengan balutan dibuka
3-6 hari.
- Drain :
mencegah luka infeksi yang dalam dan pembentukan abses pada luka bedah.
3. Nyeri
Tujuan : klien akan mengalami pengurangan nyeri akibat luka bedah dan
posisi selama operasi.
Intervensi :
- Terapi obat :
1. positioning
3. masase
EVALUASI :
1. Mempertahankan ekspansi paru dan fungsi yang adekuat yang ditandai suara
napas jernih.
Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company.
Philadelphia. 1984.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.
LAPORAN KASUS.
Nama pasien : An Y.
Umur : 13 tahun.
Agama : Islam
Alasan di rawat :Untuk mengelurakan / mengambil massa yang ada di dalam perut,
sehubungan dengan pembesaran pada perut, adanya ascites dan sesak nafas.
Viyal Sign:
Pernafasan lewat hidung, tampak adanya retraksi dada, bentuk dada simetris, tidak
ditemukan adanya kelaian suara nafas, wheesing, Rales, dll.
Cardio vaskuler / sirkulasi Tidak diketemukan kelainan, seperti nyeri dada, suara
jantung normal, Oedema diketemukan di perut ( bukan dari cardiovasculair).
Sistem perkemihan: Pasien dapat kencing spontan, warna kekuningan bau khas.
Sistem Gasro intestinal: Bibir / mulut kering, Abdomen membesdar, bising usus (+)
dan menurun, terlihat vena membayang dididnding perut. Pasien puasa sejak jam
22.00 BBWI.
Tulang dan otot : pergerakan bebas/ biasa, ektremitas atas dan bawah kecil/ kurus,
tidak ditekemukan kelaianan, turgor jelek, tonus otot lembek ( sukar dideteksi).
Sosial / interaksi. Anak komunikatif dengan perawat, mengadakan ontak mata, anak
ditungguni orang tua diluar.
Spiritual : anak beragama Islam, percaya akan bantuan tuhan, dalam proses
penyembuhannya
Pemeriksaan Laboratorium :
SGOT : 23 SGP : 77
Prae operasi :
P
: Jelakan prosedur pembedahan yang kan dilakukan, tidak akan terasa
sakit, rasa sakit diluka akan terasa setelah selesai operasi.
Durante operasi:
S: -.
O
: Incisi / pembukaan perut.perdarahan suction / perut 6.500 ml.
P
: Lanjutkan pemberian cairan RL, untuk dua slang / tangan kanan dan
kiri.
Awasi jumlah cairan yang keluar ( drain / suction ), dan yang masuk
(infuus).
P
: Pasang plat dengan benar dan tepat, di bawah paha / tempat yang
cukup ototnya.
S; -.
O: Pembukan perut.
P
: Resiko terjadinya koprpus alienum.
Post operasi :
S: -.
S:
Mengeluh sakit, perih.
O:
Luka incisi, jahitan (+)
P:
Kaji lokasi, type dan derajat nyeri.
Berikan posisi yang enak bagi pasien, ganti posisi setiap dua jam.
S :