You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan

yang ada. Batuk adalah refleks normal yang melindungi tubuh kita. Tentu saja

bila batuk itu berlebihan, ia akan menjadi amat mengganggu. Penelitian

menunjukkan bahwa pada penderita batuk kronik didapat 628 sampai 761 kali

batuk/ hari. Penderita TB paru jumlah batuknya sekitar 327 kali/hari dan

penderita influenza bahkan sampai 154.4 kali/hari.

Batuk berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada

faring dan saluran nafas. Batuk biasanya merupakan suatu reflek sehingga

bersifat involunter, namun juga dapat bersifat volunter. Batuk yang involunter

merupakan gerakan reflek yang dicetuskan karena adanya rangsangan pada

reseptor sensorik mulai dari faring hingga alveoli.

Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana saja dalam

saluran pernafasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu

proses infeksi atau dari suatu iritan yang dibawa oleh udara seperti asap,

kabut, debu atau gas. Batuk adalah proteksi utama pasien terhadap akumulasi

sekresi dalam bronki dan bronkiolus.

Batuk dapat dipicu secara reflek ataupun disengaja. Sebagai reflek

pertahanan diri, batuk dipengaruhi oleh jalur saraf aferen dan eferen. Batuk

diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi


diafragma dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup. Hasilnya akan

terjadi tekanan yang positif pada intra rorak yang menyebabkan penyempitan

trakea. Sekali glotis terbuka, bersama dengan penyempitan trakea akan

menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan eksposif ini

akan menyapu sekret dan benda asing yang ada di saluran nafas

Penelitian epidemiologi telah menunjukkan bahwa batuk kronik banyak

berhubungan dengan kebiasaan merokok. Dua puluh lima persen dari mereka

yang merokok 1/2 bungkus/hari akan mengalami batuk-batuk, sementara dari

penderita yang merokok 1 bungkus per hari akan ditemukan kira-kira 50%

yang batuk kronik. Sebagian besar dari perokok berat yang merokok 2

bungkus/hari akan mengeluh batuk-batuk kronik. Penelitian berskala besar di

AS juga menemukan bahwa 22% non perokok juga menderita batuk yang

antara lain disebabkan oleh penyakit kronik, polusi udara dan lain-lain.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Saluran Pernafasan

Saluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama: saluran pernapasan

atas, terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, faring, laring dan saluran

pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan

membran alveoulerv kapiler. Ventilasi dan respirasi adalah dua istilah yang

berbeda dan tidak boleh ditukar pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan

udara dari atmosfer melalui saluran pernapasan atas dan bawah menuju

alveoli. Respirasi adalah proses dimana terjadi pertukaran gas pada membrane

alveolar kapiler.

Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun

saluran pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring (bronkus

bronkeolus) dan paru-paru. Saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian utama :

1. Saluran pernafasan atas, jenis infeksinya : batuk pilek, faringitis,

sinusitis,dan toksilitis.

2. Saluran pernafasan bawah, jenis infeksinya : asma, bronchitis kronik,

emfizema, bronkioklialis.

Sistem pernapasan merupakan organ yang rentan dan bermasalah bila

terserang infeksi, kuman, debu, polusi udara, paparan asap rokok, dan virus.

Dampak dari serangan berbagai agen pembawa penyakit tersebut dapat

menimbulkan ciri khas patologi pada sistem pernapasan yaitu khususnya

batuk.
B. Pengertian Batuk

Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan

dan merupakan reaksi fisiologis tubuh untuk membersihkan saluran napas. 1

Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari

rongga toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut

dihasilkan aliran udara yangsangat cepat yang dapat melontarkan keluar

material yang ada di sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang

besar. Dengan demikian batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu

mekanisme utama pertahanan respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama

dengan batuk adalah bersihan mukosilier (mucociliary clearance). Batuk akan

mencegah aspirasi makanan padat atau cair dan berbagai benda asing lain dari

luar. Batuk juga akan membawa keluar sekresi berlebihan yang diproduksi di

dalam saluran respiratorik, terutama pada saat terjadi radang oleh berbagai

sebab.1

Selain sebagai mekanisme pertahanan respiratorik, batuk juga dapat

berfungsi sebagai alarm yang memberitahu adanya gangguan pada sistem

respiratorik atau sistem organ lainnya yang terkait. Hampir semua keadaan

yang mengganggu sistem respiratorik dan beberapa gangguan ekstra-

respiratorik, memberikan gejala batuk.1

Pada anak, batuk mungkin normal atau merupakan gejala penyakit


3
respiratorik dan jarang merupakan gejala penyakit non-respiratorik. Batuk

merupakan salah satu keluhan klinis yang paling banyak membawa pasien

mencari pertolongan medis. 1


Gangguan yang paling sering adalah kelelahan, insomnia, suara serak,

nyeri otot dan tulang, berkeringat, dan inkontinensia urin. Tekanan udara

tinggi intratorakal yang kemudian dilepaskan mendadak dapat menyebabkan

berbagai komplikasi hampir di semua sistem organ.5

Pada anak, gejala batuk terutama yang kronik atau berulang dapat

berakibat mengganggu aktivitas sehari-hari termasuk kegiatan belajar,

mengurangi nafsu makan, dan pada akhirnya dapat mengganggu proses

tumbuh kembang. Orang tua juga akan terganggu terutama bila gejala batuk

lebih sering dan lebih berat pada malam hari.

C. Mekanisme Batuk

Batuk merupakan suatu refleks kompleks yang melibatkan banyak sistem

organ. Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor batuk

yang melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar

difus di medula. Dari pusat batuk melalui saraf eferen impuls diteruskan ke

efektor batuk yaitu berbagai otot respiratorik.2

Bila rangsangan pada reseptor batuk ini berlangsung berulang maka akan

timbul batuk berulang, sedangkan bila rangsangannya terus menerus akan

menyebabkan batuk kronik. Anatomi refleks batuk telah diketahui secara rinci.

Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik, tersebar di seluruh saluran

respiratorik, dan sebagian kecil berada di luar saluran respiratorik misalnya di

gaster. Lokasi utama reseptor batuk dijumpai pada faring, laring, trakea,

karina, dan bronkus mayor.


Lokasi reseptor lainnya adalah bronkus cabang, liang telinga tengah,

pleura, dan gaster.1,7 Ujung saraf aferen batuk tidak ditemukan di bronkiolus

respiratorik ke arah distal. Berarti parenkim paru tidak mempunyai resptor

batuk.5

Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret, tekanan), kimiawi

(gas yang merangsang), atau secara termal (udara dingin). Mereka juga bisa

terangsang oleh mediator lokal seperti histamin, prostaglandin, leukotrien dan

lain-lain, juga oleh bronkokonstriksi.7

Reflek batuk muncul karena adanya mekanisme yang berurutan dari

komponen reflek batuk, adapun komponen reflek batuk adalah reseptor, saraf

aferen, pusat batuk, saraf eferan dan efektor. Reseptor batuk tersebar di

larings, trakea, bronkus, telinga, lambung, hidung, sinus paranasal, faring dan

perikardium serta diafragma. Saraf yang berperan sebagai aferen yaitu

nesovagus, trigeminus dan frenikus. Pusat batuk tersebar merata di medula

dekat dengan pusat pernafasan. Saraf eferan yaitu n.vagus, frenikus,

interkostal, lumbalis, trigeminus, fasial, hipoglosus, Sedangkan yang bertindak

sebagai efektor adalah otot laring, trakea, bronkus, diafragma, interkostal dan

abdominal.4

Adanya rangsangan pada reseptor batuk (eksogen dan endogen) akan

diteruskan oleh saraf aferen ke pusat batuk di medula. Dari pusat batuk,

impuls akan diteruskan oleh saraf eferen ke efektor yaitu beberapa otot yang

berperan dalam proses respiratorik.4


1. Proses Terjadinya Batuk

a. Inspirasi

Terjadi inspirasi dalam untuk meningkatkan volume gas yang

terinhalasi. Semakin dalam inspirasi semakin banyak gas yang

terhirup, teregang otot-otot napas dan semakin meningkat tekanan

positif intratorakal.4

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan Cepat dari

sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka,

oesofagus dan pita suara menutup. Volume udara yang diinspirasi

sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di

atas kapasitas residu fungsional ( berkisar antara 50% dari tidal

Volume ) Dengan dihisap sejumlah besar volume, maka akan

bermanfaat pada:

1) Volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan

dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat.6

2) Volume yang besar akan memperkecil rongga udara / alveoli yang

tertutup, sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah.

b. Kompresi

Terjadi penutupan glotis setelah udara terhirup pada fase inspirasi.

Penutupan glotis kira-kira berlangsung selama 0.2 detik. Tujuan


penutupan glotis adalah untuk mempertahankan volume paru pada saat

tekanan intratorakal besar. Pada keadaan ini terjadi pemendekan otot

ekspirasi dengan akibat kontraksi otot ekspirasi, sehingga akan

meningkatkan tekanan intratorakal dan juga intra abdomen. Pada fase

kompresi, glotis akan tertutup selama 0,2 detik.otot perut berkontraksi,

sehingga diafragma naik dan menekan paru - paru, diikuti pula dengan

kontraksiintercosta internus. yang pada akhirnya menyebabkan

tekanan pada paru - paru meningkat hingga 100 mmHg.6

c. Ekspirasi(eksplusif)

Pada fase ini glotis dibuka, dengan terbukanya glotis dan adanya

tekanan intratorakal dan intra abdomen yang tinggi maka terjadilah

proses ekspirasi yang cepat dan singkat (disebut juga ekspulsif).

Derasnya aliran udara yang sangat kuat dan cepat maka terjadilah

pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mukus dll.4

Pada Fase Ekspulsi , secara aktif glotis akan terbuka lagi dan

berlangsung fase ekspirasi.

Udara akan keluar akan menggetarkan pita suara ,sehingga

menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang

maksimal akan tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka,

yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap' Kecepatan udara

yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm per menit,


dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai

80%.6

d. Relaksasi

Terjadi relaksasi dari otot-otot respiratorik. Waktu relaksasi dapat

terjadi singkat ataupun lama tergantung rangsangan pada reseptor batuk

berikutnya.4

D. Jenis-Jenis Batuk

Dapat dibedakan dua jenis batuk, yakni batuk produktif (dengan dahak)

dan batuk non-produktif (kering).

1. Batuk produktif

Merupakan sutau mekanisme perlindungan dengan fungsi

mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dsb) dan dahak dari batang

tenggorok seperti diuraikan di atas. Batuk ini pada hakekatnya tidak boleh

ditekan oleh obat pereda. Tetapi dalam praktek sering kali batuk yang

hebat mengganggu tidur dan meletihkan pasien ataupun berbahaya,

misalnya setelah pembedahan. Untuk meringankan dan mengurangi

frekuensi batuk umunya dilakukan terapi simtomatis dengan obat-obat

batuk (antitussiva), yakni zat pelunak, ekspektoransia, mukolitika dan

pereda batuk.8

2. Batuk non-produktif
Bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk rejan

(pertussis, kinkhoest), atau juga karena pengeluarannya memang tidak

mungkin, seperti pada tumor. Batuk menggelitik ini tidak ada manfaatnya,

menjengkelkan dan sering kali mengganggu tidur. Bila tidak diobati, batuk

demikian akan berulang terus karena pengeluaran udara cepat pada waktu

batuk akan kembali merangsang mukosa tenggorok dan farynx.8

Selain jenis batuk di atas, batuk juga dapat dibedakan menjadi dua

jenis yaitu batuk akut dan batuk kronis, keduanya dikelompokkan berdasarkan

waktu, yaitu :

1. Batuk akut
Adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari, serta dalam 1

episode. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode

selama 3 bulan berturut-turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis

berulang.
2. Batuk kronis berulang
Batuk yang sering menyerang anak-anak adalah karena asma,

tuberkolosis (TB), dan pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari). Pertusis

adalah batuk kronis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertussis.

Pertussis dapat dicegah dengan imunisasi DPT.8


E. Pengobatan Batuk
1. Antitusif

Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan

menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehingga akan

mengurangi iritasi. Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif

dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di
sentral.Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan narkotik dan

nonnarkotik.Contoh : Kodein, DMP, Noskapin dan Uap Menthol.

2. Ekspektoran

Obat ini digunakan untuk meningkatkan sekresi mukus di saluran

napas sehingga bermanfaat untuk mengurangi iritasi dan batuknya akan

berkurang dengan sendirinya. Contoh : Amonium klorida, potasium sitrat,

guaifenesin dan gliseril guaiakolat.

3. Mukolitika

Infeksi pernapasan menyebabkan munculnya mukus yg bersifat

purulen atau menyebabkan infeksi, oleh karena itu harus segera

dikeluarkan secara alamiah.Obat golongan ini berkhasiat melarutkan dan

mengencerkan dahak yg kental sehingga lebih mudah dikeluarkan melalui

batuk dan sering digunakan pada penderita Bronkhitis.Contoh :

Asetilsistein , Bromheksin.

F. Antitusif

Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan

menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehinggaakan

mengurangi iritasi.Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif

dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di

sentral.Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan narkotik dan

non-narkotik.

1. Antitusif yang Bekerja di Perifer


Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di

saluran nafas, yaitu pada reseptor iritan perifer dengan cara anestesi

langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lendir saluran napas.

a. Lidokain

Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain,

kokain dan lidokain sangat bermanfaat dalam menghambat batuk

akibat prosedur pemeriksaan bronkoskopi.

b. Demulcent

Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah

kekeringan selaput lendir. Obat ini dipakai sebagai pelarut antitusif lain

atau sebagai lozenges yang mengandung madu, akasia, gliserin dan

anggur. Secara obyektif tidak ada data yang menunjukkan obat ini

mempunyai efek antitusif yang bermakna, tetapi karena aman dan

memberikan perbaikan subyektif obat ini banyak dipakai.

2. Antitusif yang bekerja sentral

Obat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan ambang

rangsang yang dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk.Dibagi atas

golongan narkotik dan non-narkotik.

a. Golongan narkotik

Antitusif yang mempunyai potensi untuk mendatangkan adiksi/

ketergantungan, dan mempunyai potensi untuk disalahgunakan.Opiat

dan derivatnya mempunyai beberapa macam efek farmakologik,

sehingga digunakan sebagai analgesik, antitusif, sedatif,


menghilangkan sesak karena gagal jantung kiri dan antidiare.Di antara

alkaloid ini, morfin dan kodein sering digunakan.Efek samping obat

ini adalah penekanan pusat napas, konstipasi, kadang-kadang mual dan

muntah, serta efek adiksi.Opiat dapat menyebabkan terjadinya

bronkospasme karena penglepasan histamin, tetapi efek ini jarang

terlihat pada dosis terapeutik untuk antitusif.Di samping itu narkotik

juga dapat mengurangi efek pembersihan mukosilier dengan

menghambat sekresi kelenjar mukosa bronkus dan aktivitas silia.Terapi

kodein kurang mempunyai efek tersebut. 12

Kodein

7,8 Didehidro- 4,5-epoksi-3metoksi-17-metilmorfinan 6 -ol

monohidrat [6059-47-8] CHNOHO Anhidrat

Kodein atau Metilmorfin masih merupakan antitusif dengan uji klinik

terkontrol dalam batuk eksperimen dan batuk patologik akut dan

kronis.

Dalam dosis antitusif biasa, kodein memiliki efek analgesic ringan dan

sedative. Efek Analgetik Kodein ini dapat dimanfaatkan untuk batuk

yang disertai dengan nyeri dan ansietas. Dan untuk dapat menimbulkan
ketergantungan fisik, Kodein harus diberikan dalam dosis tinggi dalam

beberapa jam dengan jangka waktu satu bulan/lebih (lama).

Kodein diserap baik pada pemberian oral dan puncak efeknya

ditemukan 1-2 jam, dan berlangsung selama 4-6 jam. Metabolisme

terutama di hepar, dan diekskresi ke dalam urin dalam bentuk tidak

berubah, diekskresi komplit setelah 24 jam. Dalam jumlah kecil

ditemukan dalam air susu Ibu.

Sediaan terdapat dalam bentuk tablet Kodein Sulfat atau Kodein fosfat

berisi 10, 15, dan 20 mg. Dosis biasa dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam.

Dosis yang lebih besar tidak lagi menambah besar efek secara

proporsional. Dosis anak: 1-1,5 mg/kg BB/ hari dalam dosis terbagi.

Kodein dalam dosis kecil (10-30mg) sering digunakan sebagai obat

batuk, jarang ditemukan efek samping, dan kalau ada tidak lebih tinggi

dari placebo. Efek samping dapat berupa mual, pusing, sedasi,

anoreksia, dan sakit kepala. Dosis lebih tinggi (60-80mg) dapat

menimbulkan kegelisahan, hipotensi ortostatik, vertigo, dan midriasis.

Dosis lebih besar lagi (100-500mg) dapat menimbulkan nyeri abdomen

atau konstipasi. Jarang-jarang timbul reaksi alergi seperti: dermatitis,

hepatitis, trombopenia, dan anafilaksis. Depresi pernafasan dapat

terlihat pada dosis 60 mg dan depresi yang nyata terdapat pada dosis

120 mg setiap beberapa jam. Karena itu dosis tinggi berbahaya pada

penderita dengan kelemahan pernafasan, khususnya pada penderita

retensi CO2.
Dosis fatal kodein ialah 800-1000 mg. Kelebihan dosis paling sering

terjadi pada anak-anak, dan terutama harus diperhatikan pada neonatus

dengan perkembangan hepar dan ginjal yang belum sempurna atau

dengan diuresis yang berkurang sehingga dapat terjadi efek kumulatif

yang memperdalam koma atau mempercepat kematian. Antagonis

Opioid seperti nalokson dapat bermanfaat untuk terapi kelebihan dosis.

Morfin

Dihidromorfinon,

Dihidrokodeinon

Morfolinil-etilmorfin (Pholcodine)

Puried Opium Alkaloid (Pantopon)

Meperidin

Levorfanol

Keefektifan antitusif narkotik ini sebagai obat batuk, sedangkan secara

klinis yang digunakan sebagai antitusif yang hanyalah kodein.

Narkotik lain diatas tidak lebih baik dari Kodein dam efektifitas dan

keamanannya sebagai penekan batuk.

Kebanyakan obat-obat yang mendepresi SSP dapat mempengaruhi

pusat batuk di Medulla Oblongata. Antitusif yang bekerja sentral juga

dapat bekerja melalui serabut saraf di Cortex serebri dan subcortex,

seperti Opioid-opioid dan sedative pada umumnya.

1) Antitusif Narkotik Lain


Dihidrokodein ( paracodin ), cara kerja dan efek samping

hampir sama dengan kodein.Folkodin, penggunaan utama ialah

sebagai antitusif. Efek analgetik dan efek efori hampir tidak ada

( kalau ada kecil sekali ), dan gejala putus obat jauh lebih ringan

dari kodein.

Hidrokodon merupakan derivat sintetik morfin dan kodein,

mempunyai efek antitusif yang serupa dengan kodein.Efek

samping utama adalah sedasi, penglepasan histamin, konstipasi dan

kekeringan mukosa.Obat ini tidak lebih unggul dari kodein.

b. Golongan non-narkotik

Antitusif non narkotik ialah antitusif yang tidak mendatangkan

adiksi dan potensinya untuk di salah gunakan kecil sekali. Termasuk

dekstrometorfan, noskapin dan lain lain antitusif yang bekerja

perifer.

1) Dekstrometorfan

Dekstrometorfan adalah derifat morfinan sintetik yang bekerja

sentral dengan meningkatkan ambang rangsang reflek bentuk sama

seperti kodein. Potensi antitusifnya lebih kurang sama dengan

kodein. Berbeda dengan kodein dan 1 metorfan, dekstrometorfan

tidak memiliki efek analgesik, efek sedasi, efek pada saluran cerna

dan tidak mendatangkan adiksi atau ketergantungan.

Dekstrometorfan efektif untuk mengontrol batuk eksperimen

maupun batuk patologik akut maupun kronis.Dekstrometorfan di


laporkan juga memiliki efek pengurangan sekret dan efek

antiinflamasi ringan.Kadang kadang dilaporkan adanya stimulasi

ringan pernafasan pada penggunaanya dalam batas batas dosis

antitusif biasa.

Efek samping dan toksisitas : efek penekanan aktifitas silia

bronkhus hanya terjadi pada dosis tinggi. Toksisitas rendah

sekali.Dosis berlebihan menimbulkan pusing, diplopia, sakit

kepala, mual, dan muntah.Dalam dosis sangat besar di temukan

depresi pernafasan yang dapat menimbulkan kematian.

Deskripsi Dekstrometrofan

Pertama kali diperkenalkan di pasar pada tahun 1950-an di Amerika,

Dekstrometorfan (DMP) merupakan obat penekan batuk (anti tusif) yang sangat

populer dan selama ini dapat diperoleh secara bebas, dan banyak dijumpai pada

sediaan obat batuk maupun flu. Indikasi obat ini adalah untuk batuk kering atau

batuk tidak berdahak. Dosis untuk dewasa adalah 10-20 mg secara oral setiap 4

jam atau 30 mg setiap 6-8 jam dengan dosis maksimal 120 mg/hari. Dosis anak-

anak usia 6 12 tahun adalah 5-10 mg per-oral setiap 4 jam atau 15 mg setiap 6-8

jam dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Untuk usia 2-6 tahun, dosisnya 2.5-5 mg

per-oral setiap 4 jam atau 7.5 mg atau setiap 6-8 jam dengan dosis maksimum 30

mg/hari. Efek anti batuknya bisa bertahan 5-6 jam setelah penggunaan per-oral.

Jika digunakan sesuai aturan, obat ini relatif aman, jarang menimbulkan efek

samping yang berarti. Efek samping yang banyak dijumpai adalah mengantuk.

Bagaimana mekanisme kerjanya?


Dekstrometorfan (DMP) adalah suatu senyawa turunan morfin, yang

memiliki nama kimia/IUPAC (+)-3-methoxy-17-methyl-(9,13,14)-morphinan,

suatu dekstro isomer dari levomethorphan. Senyawa ini cukup kompleks karena

memiliki kemampuan untuk mengikat beberapa reseptor, sehingga juga diduga

memiliki banyak efek.

Ikatan DMP pada beberapa reseptor

Mekanismenya sebagai penekan batuk (anti tusif) diduga terkait dengan

kemampuannya mengikat reseptor sigma-1 yang berada di dekat pusat batuk di

medulla dan terlibat dalam pengaturan refleks batuk. Fungsi fisiologis reseptor

sigma-1 masih banyak yang belum diketahui, tetapi aktivasi reseptor sigma-1

salah satunya memberikan efek penekanan batuk. Reseptor sigma semula diduga
merupakan subtipe dari respetor opiat, namun penelitian selanjutnya menunjukkan

bahwa ia merupakan reseptor non-opiat, walaupun dapat diikat juga dengan

beberapa senyawa turunan opiat.

Selain merupakan agonis bagi reseptor sigma, DMP adalah antagonis

reseptor NMDA (N-Methyl D-aspartat) yang berada di sistem syaraf pusat.

Dengan demikian efek farmakologi DMP, terutama jika pada dosis tinggi,

menyerupai PCP (phencyclidine) atau ketamin yang merupakan antagonis reseptor

NMDA. Antagonisme terhadap reseptor NMDA dapat menyebabkan efek euforia,

antidepresan, dan efek psikosis seperti halusinasi penglihatan maupun

pendengaran. Didukung dengan mudahnya didapat dan harganya yang murah, hal

inilah yang menyebabkan DMP menjadi obat yang sering disalahgunakan dalam

dosis tinggi. Penyalahgunaan DMP ini sudah cukup luas dan saat ini telah

mencapai tahap yang mengkuatirkan, dan inilah yang memaksa BPOM

mengumumkan penarikannya dari pasaran. Di California (USA), penyalahgunaan

DMP ini marak mulai tahun 2000-an.

Penggunaan dosis tinggi DMP bukannya tanpa masalah. Selain

memberikan efek behavioral, intoksikasi atau overdosis DMP dapat menyebabkan

hiper-eksitabilitas, kelelahan, berkeringat, bicara kacau, hipertensi, dan mata

melotot (nystagmus). Apalagi jika digunakan bersama dengan alkohol, efeknya

bisa sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Demikian pula jika

dipakai bersama dengan obat lain seperti dalam komposisi obat flu, jika dipakai

dalam dosis 5 10 kali dari yang dianjurkan akan mempotensiasi dan menambah

efek toksiknya.
Dalam hal efek terhadap perilaku (behavioral effects), penyalahguna DMP

menggambarkan adanya 4 plateau efek yang tergantung dosis, seperti berikut:

Plateau Dose (mg) Behavioral Effects


1st 100200 Stimulasi ringan
2nd 200400 Euforia dan halusinasi
Gangguan persepsi visual dan
rd
3 300 600
hilangnya koordinasi motorik
th
4 500-1500 Dissociative sedation
Perlu kewaspadaan

Dengan paparan di atas sudah cukup jelas efek dekstrometorfan dan

mengapa harus dibatasi penggunaannya. Dekstrometorfan tentunya masih bisa

digunakan sebagai antitusif, tetapi harus diperoleh dengan resep dokter dan

digunakan sesuai dosis yang direkomendasikan. Perlu kewaspadaan kita semua

untuk berhati-hati dalam penggunaan dekstrometorfan di masyarakat.

Dosis Umum Dosis rata - rata


Dekstrometorfan 15 30 mg
Noskapin 10 30 mg
Karbetapentan 15 30 mg
Karamifen 10 20 mg
Levopropoksifen 50 100 mg
Benzonatat 50 100 mg
Dimetoksanat 25 mg
Klorfedianol 25 mg
Pipazetat 20 40 mg
Difenhidramin (benadryl ) 25 50 mg
Prometazin 5 60 mg

Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet, sirup berisi 10

20 mg / 5 ml. Dosis dewasa 10 20 mg setiap 4 6 jam,

maksimum 120 mg / hari, Meninggikan dosis tidak akan

menambah kuat efek, tapi dapat memperpanjang kerjanya sampai


10 12 jam, dan ini dapat bermanfaatkan untuk mengontrol batuk

malam hari. Dosis anak anak 1 mg/ kg BB/ hari dalam dosis

terbagi 3 4 kali sehari.

2) Noskapin

Noskapin merupakan derivat benzilisokinolin yang di peroleh

dari alkaloid opium, tidak mempunyai efek analgesik. Kecuali efek

antitusif, noskapin dalam dosis terapi tidak memiliki efek terhadap

SSP, dan tidak memiliki efek adiksi dan ketergantungan; potensi

antitusif nya lebih kurang sama dengan kodein ( dalam berat yang

sama ). Cara kerja sama dengan kodein.

Efek samping yang menonjol adalah gangguan saluran cerna

( terutama konstipasi ringan ), terlihat sampai 30 % dari pasien

yang di teliti. Efek depresi pernafasan baru terjadi bila di berikan

dosis lebih dari 90 mg. Kelebihan dosis juga menimbulkan depresi

otot jantung dan otot polos lain. Noskapin tersedia dalam bentuk

tablet atau sirup. Dosis dewasa 3-4 kali sehari 15 30 mg.

3) Levopropoksifen

Levopropoksifen adalah senyawa non narkotik sintetik,

isomer dari propoksifen yang tidak memiliki efek

analgesik.Beberapa uji klinik pada pasien dengan batuk patologik

menunjukkan efikasinya dapat menyamai dekstrometorfan.Dosis

yang di gunakan untuk mengontrol batuk adalah 50 100 mg.

4) Difenhidramin
Antihistamin H1 dengan efek sedasi dan efek antikolinergik

dapat menekan batuk, misalnya difenhidramin. Sebagai antitusif

harus di berikan dalam dosis yang juga menyebabkan sedasi, dan

obat ini sering di berikan dalam bentuk kombinasi dangan obat

lain.

G. Tanaman Yang Berkhasiat Sebagai Antitusif


1. Daun kentut
Nama Ilmiah
Paederia scandens (Lour.) Merr.
Nama Daerah
Kahitutan (Sunda); kesembukan (Jawa); bintaos; kasembhukan (Madura);

gumi siki (Ternate); dan daun kentut, sembukan (Sumatera)


Bagian yang digunakan
Seluruh tanaman (herba) atau akar. Setelah dikumpulkan, tanaman dicuci

dan dijemur, kemudian disimpan dalam tempat kering.


Kandungan Kimia
Batang dan daun mengandung asperuloside, deacetylasperuloside,

scandoside, paederosid, paederosidic acid, gama-sitosterol, arbutin,

oleanolic acid, dan minyak menguap. Rasanya manis, lama-lama terasa

sedikit pahit dan netral.


Khasiat
Daun kentut berkhasiat sebagai peluruh dahak (mucolytic), antiradang,

obat batuk (antitusif).9


(Flora Indonesia (Botaniacal Survival) tentang Keanekaragaman
Flora dan Manfaatnya Untuk kehidupan, Keindahan Dan
Kelestarian)

2. Daun Kukurang
Nama ilmiah
Curanga felterrae Merr.
Nama daerah
Tamah raheut dan mempedu tanah
Bagian yang digunakan
Daun dan getah
Kandungan kimia
Curangin (Glukosida)
Khasiat dan manfaat
Mengatasi batuk rejan dan sesak napas.9

(www. T4t4Pradita. Blogspot. Com)


3. Daun Sendok
Nama Ilmiah
Plantago mayor L.
Nama daerah
Ki urat, ceuli (sunda); meloh kiloh, otot-ototan, sangkuah, sembung otot,

suri pandak (Jawa); daun urat, daun sendok, ekor angin, kuping menjangan

(Sumatera), torongoat (Minahasa)


Bagian yang digunakan
Herba, biji, dan akar. Setelah matang, biji dikumpulkan lalu digongseng

dengan air asin.


Kandungan kimia
Herba mengandung plantagin, aukubin, asam ursolik, beta-sitosterol, n-

hentriakontan, dan plantagluside yang terdiri atas methyl D-galakturonat,

D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-rhammosa. Juga mengandung tannin,

kalium, dan vitamin (B1, C, dan A). biji daun sendok mengandung asam

planterolik, plantasan (dengan komposisi xylosa, arabinosa, asam

galakturonat, dan rhamnosa), protein, musilago, aucubin, asam suksinat,

adenine, kolin, katalpol, syringin, asam lemak (palmitat, stearat, arakidat,

oleat, linolenat, dan lenoleat), serta flavanon glikosida. Bagian akar

mengandung naphazolin.
Khasiat dan manfaat
Penyakit yang dapat diobati antara lain influenza, batuk rejan (pertusis),

radang saluran nafas (bronchitis), diare, batuk darah, batuk berdahak,

hipertensi.9
(http://www.kucoba.com/2011/11/manfaat-khasiat-daun-sendok-atasi-19.html)
4. Kayu Putih

Nama ilmiah

Melaleuca leucadendron L.

Nama daerah

kapape (flores), kayu putih (Jawa dan timor), kapuka ( solor), nggela

sole (Roti), aren (Alor)

Kandungan Kimia dan efek Farmakologis

Kayu putih mengandung :

lignin, melaleucin, serta minyak atsiri yang terdiri dari sineol 50-65%,

alphaterpineol, varelaldehida, dan benzaldehida.

Efek farmakologi

sebagai penghilang rasa sakit, peluruh keringat, antirheumatik, peluruh

kentut, pereda kulit, penambah nafsu makan, obat sakit perut dan pereda

batuk ( antitusif )

Bagian Tumbuhan yang Digunakan dan Pemanfaatannya


Kulit batang, daun, ranting, dan buah kayu putih dapat digunakan untuk

mengobati penyakit.

Batuk :

Rebus 13 gram daun kayu putih dalam 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas.

Mnum air rebusan 2 kali sehari masing-masing gelas. 9

(www. Ipteks.net.id)

5. Kembang Sepatu

Nama ilmiah :

Hibiscus ros-sinensis L.

Nama daerah :

bungong raya( Aceh ), soma-soma ( Nias), bunga-bunga ( batak), kembang

wera ( Sunda ), wora-wari (jawa), waribang ( bali )

Kandungan Kimia dan efek Farmakologi

Kandungan kimia

taraxeryl acetat, cyanidin diglukosid, hibisetin, zat pahit dan lendir.

Efek Farmakologis :
untuk antiviral, antiradang (antiinflamasi), antidiuretik, menormalkan

siklus haid, dan meluruhkan dahak ( antitusif ekspektoran ), bunga

kembang sepatu juga digunakan untuk air kencing bernanah

( gonorrhea), batuk berdahak dan bernanah, batuk rejan, bisul, dan haid

tidak teratur, infeksi saluran kencing, keputihan,radang saluran napas dan

TBC.

Bagian Tumbuhan yang Digunakan dan Pemanfaatannya

Bunga dan daun segar maupun kering .

1. Batuk darah dan lendir :


Cuci bersih 2 kuntum bunga sepatu lalu diremas-remas. Seduh

dengan 400 ml air panas, lalu tutup dalam cawan selama 1 malam.

Saring air esok harinya tambahkan madu lalu minum pada pagi hari

sebelum makan.
2. Batuk rejan ( pertussis ) :
Cuci bersih 2 kuntum bunga sepatu lalu giling sampai halus.

Tambahkan 100 ml air matang hangat dan sedikit garam, lalu peras.

Saring dan minum air perasan 2 kali sehari dengan dosis yang sama. 9
(Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi

UGM)

6. Sambiloto
Nama ilmiah :
Andrographis paniculata ( Burm.F) nees.
Nama daerah :
papaitan( Sumatra ), bidara, takil, sadilata,sambiloto ( Jawa), kioray,

kipeureut, kiular ( Sunda)

Kandungan kimia :

lakton berupa deoksi-andrographolide, andrographolide ( zat pahit ),

neoandrographolide, 14-deoksi-11,12 didehidroandrographolide, dan

homoandrographolide.

Efek farmakologis :

Sambiloto masuk meredian lambung, paru-paru, usus besar dan usus kecil

dan berfungsi sebagai penurun panas atau panas dalam, antiracun,

antipiretik, antiradang, antibengkak, antibakteri, analgesik,antitusif dan

penghilang lembab.

Bagian Tumbuhan yang Digunakan dan Pemanfaatannya

Seluruh bagian tanaman

Batuk rejan : 5 daun segar dicuci bersih dan dipotong-potong. Seduh daun

dengan 1 cangkir air mendidih dan diamkan beberapa saat. Setelah dingin,

angkat ramuan dan tambahkan satu sendok makan madu. Minum ramuan

itu 3 kali sehari.9


(http:// caraobat.blogspot.com/)
DAFTAR PUSTAKA

1. Chung KF. The clinical and pathophysiological chal lenge of cough.

Dalam: Chung KF, Widdicombe J, Boushey H, Penyunting. Cough.

Massachusetts:Blackwell Publishing, 2003. h. 3-10.


2. Phelan PD. Cough. Dalam: Phelan PD, Olinsky A, Robertson CF.

Penyunting Respiratory illness in children. Oxford: Blackwell S

Publications 1994
3. Chang AB. Causes, assessement and measurement of cough in children.

Dalam: Chung KF, Widdicombe J, Boushey H. Penyunting. Cough.

Massachusetts: Blackwell Publishing, 2003. h. 57-73.


4. Makmuri MS, Retno A, Landia S. Patofisiologi batuk. Continuing

education ilmu kesehatan anak. Surabaya: FK UNAIR; 2009


5. Irwin RS, Boulet LP, 7tier MM. Managing cough as a defense mechanism

and as a symptom. A consensus panel report of the American College of

Chest Physicians. Chest 1998; 114:133S-181S.


6. Arimbi, Sp.P. Bag. Ilmu Penyakit Dalam. FKU UWK Surabaya

(http//www.elib.fk.uwks.ac.id/asset/.../Ilmu_Penyakit_Dalam/.../batuk-

berdahak.pptx)
7. Cloutier MM. Cough. Dalam: Loughlin GM, Eigen H. Penyuntings.

Respiratory disease in children. Baltimore. Williams & Wilkins 1994.


8. Tjay dan Kirana.2010.Obat-Obat Penting Edisi keenam. PT.Elex Media

Kompotindo: Jakarta. Hal.660.


9. Redaksi agromedia.2008.Buku Pintar Tanaman Obat.PT.Agromedia

Pustaka: Jakarta. Hal.431-433


10. Flora Indonesia (Botaniacal Survival) tentang Keanekaragaman Flora dan

Manfaatnya Untuk kehidupan, Keindahan Dan Kelestarian


11. Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi

UGM.
12. https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/dekstrometorfan/
13.
http://www.kucoba.com/2011/11/manfaat-khasiat-daun-sendok-atasi-

19.html
14. http:// caraobat.blogspot.com
15. www. T4t4Pradita. Blogspot. Com
16. www. Ipteks.net.id
Lampiran

Soal-Soal Antitusif

1. Lokasi utama reseptor batuk yaitu dijumpai pada


a. Faring, laring, bronkus cabang
b. Bronkus cabang, liang telinga tengah, bronkus mayor
c. Faring, laring, bronkus mayor
d. Liang telinga tengah, pleura, gaster
e. Bronkus cabang, karina, sinus paranasal
2. Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik dan reseptor ini dapat
terangsang oleh adanya
a. Tekanan dan udara dingin
b. Mediator histamine dan prostaglandin
c. Secret dan bronkokontriksi
d. Tekanan dan leukotrien
e. Semua benar
3. Yang berperan sebagai efektor dalam mekanisme reflex batuk yaitu
a. Nesovagusm trigeminus, frenikus
b. N.vagus, frenikus, interkostal
c. Lumbalis, trigeminus, fasial
d. Hipoglosus, otot laring, trakea
e. Bronkus diafragma, interkostal, abdominal
4. Proses terjadinya batuk yaitu
a. Inspirasi- kompresi ekspirasi- relaksasi
b. Inspirasi- kompresi - ventilasi relaksasi
c. Ventilasi- kompresi inspirasi relaksasi
d. Inspirasi ekspirasi kompresi relaksasi
e. Inspirasi relaksasi ekspirasi kompresi
5. Mekanisme obat antitusif yaitu
a. Menghambat atau menekan batuk dengan menekan pusat batuk
b. Meningkatkan ambang rasa sehingga akan mengurangi iritasi
c. Meningkatkan sekresi mucus di saluran nafas
d. A dan b benar
e. B dan c benar

6. Rumus struktur kodein yaitu:


a.
b.

c.

d.

e.

Jawab : b

7. Yang termasuk derivate sintetik morfin dan kodein yaitu


a. Hidrokodon
b. Dihidrokodein
c. Paracodin
d. Fulkodin
e. Noscapin

8. Dosis rata-rata noskapin yaitu


a. 15- 30 mg
b. 10- 30 mg
c. 10-20 mg
d. 25 mg
e. 20-40 mg
9. Tanaman berikut ini yang berkhasiat sebagai antitusif yaitu
a. Paederia scandens (Luor).Merr
b. Curange feltorrae Merr
c. Plantago mayor L
d. Melaleuca leucadendron L
e. Graptophylum pictum griff
10. Golongan obat untuk menekan batuk disebut
a. Antitusif
b. Ekspektorant
c. Mukolitik
d. Bronkodilator
e. Vasodilator
11. Obat antitusif yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah
a. Noskapin
b. Dekstrometorphan
c. Gliseril guaikolat
d. Ambroxol
e. Codein
12. Yang termasuk infeksi saluran pernafasan atas yaitu
a. Faringitis
b. Emfisema
c. Asma
d. Bronkioklialis
e. Rhinitis
13. Pada proses terjadinya batuk dimana terjadi penutupan glottis disebut
a. Inspirasi
b. Kompresi
c. Ekspirasi
d. Relaksasi
e. Ventilasi
14. Volume udara yang diinspirasi berkisar antara :
a. 100 2500 ml diatas kapasitas residu fungsional
b. 200 2000 ml diatas kapasitas residu fungsional
c. 200 3500 ml diatas kapasitas residu fungsional
d. 300 4000 ml diatas kapasitas residu fungsional
e. 500 5000 ml diatas kapasitas residu fungsional
15. Sebutkan jenis-jenis batuk..
a. Batuk berdahak dan kering
b. Batuk berdarah dan tidak berdarah
c. Batuk berlendir dan tidak berlendir
d. Batuk basah dan tidak basah
e. Semua salah
16. Yang merupakan antitusif yang bekerja di perifer adalah ..
a. Golongan narkotika
b. Golongan non narkotika
c. Lidokain dan dolcument
d. A, B, C, benar
e. Semua salah
17. Yang bukan merupakan obat batuk golongan Non narkotika adalah.
a. Kodein
b. Dihidrokodein
c. Dekstrometorphan
d. Semua benar
e. Semua salah
18. Nama latin dari daun kentut adalah.
a. Curanga felterrae Merr.
b. Plantago mayor L.
c. Melaleuca leucadendron L.
d. Hibiscus ros-sinensis L.
e. Paederia scandens (Lour.) Merr.
19. Sebutkan kandungan kimia dari tanaman kembang sepatu
a. Minyak atsirin lignin, melaleucin
b. taraxeryl acetat, cyanidin diglukosid, hibisetin
c. Lakton
d. Flavon glikosida
e. Semua benar

20. Bagian tumbuhan kayu putih yang digunakan sebagai obat batuk adalah.
a. Kulit
b. Daun
c. Ranting
d. Buah kayu
e. Semua benar
21. Bagian dari tumbuhan kayu sendok yang digunakan sebagaiobat batu
adalah.
a. Kulit dan daun
b. Herba, biji dan akar
c. Ranting
d. Buah
e. Semua benar
22. Berikut adalah kandungan kimia dari kayu putih, kecuali
a. Lignin dan melaleucin
b. Sineol dan alphaterpineol
c. Varelaldehida dan benzaldehida
d. Melaleucin dan sineol
e. Flavonoid dan melaleucin
23. Antitusif narkotik yang cara kerja dan efek sampingnya sama dengan
kodein yaitu
a. Dihidrokodein
b. Paracodin
c. noskapin
d. A dan C benar
e. A dan B benar
24. Obat-obat berikut yang masuk golongan obat antitusif yaitu
a. Gliseril guaikolat
b. Difenhidramin
c. DMP
d. Ammonium klorida
e. Bromheksin
25. Salah satu gangguan yang diakibatkan oleh batuk adalah
a. kelelahan, insomnia, suara serak
b. nyeri otot dan tulang, berkeringat,
c. demam dan nyeri tulang
d. a dan b benar
e. b dan c benar

Pertanyann Diskusi
1. Sukirawati, kelompok
Apakah obat herbal dan obat sintetik dapat digunakan secara bersamaan?

Jawaban

Jika ingin menggabungkan, obat modern sebaiknya diminum lebih dulu.

Setelah 1-2 jam, baru minum obat herbal. Zat aktif dalam obat kimia umumnya

lebih cepat diserap tubuh. Adapun obat herbal, selain lebih lambat diserap tubuh,

terkadang bersifat mengikat zat dari obat kimia, obat herbal juga memiliki banyak

kandungan kimia. Akibatnya, efek obat kimia jadi tidak maksimal. kombinasi

Herbal dan obat kimia menjadi menguntungkan atau merugikan, sangat

dipengaruhi oleh dosis, jenis, dan efek yang terdapat di dalam kedua bahan
tersebut. Kalau dosisnya terlalu sedikit, efeknya tidak terasa. Begitu juga

sebaliknya, bila dosisnya terlalu tinggi, bisa menimbulkan efek yang berlebihan.

TUGAS MATA KULIAH


SWAMEDIKASI

ANTITUSIF

KELOMPOK IV
KELAS B
Nurpratiwi (N21113812)
Muhammad Subhan A. Sibadu (N21113813)
Fadhila Assagaf (N21113817)
Muhammad Aspar Sinusi (N21113819)
Nasrul (N21113827)
Dede Meyla Intan P, S (N21113828)
Nurul Hidayah (N211138
Hadana (N21113832)
Inda Rahmaniar (N21113839)
Nelyani Hasrah (N21113843)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

You might also like