You are on page 1of 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek


Pemerintah Republik Indonesia khususnya Pemerintah D. I. Yogyakarta dalam mewujudkan
pembangunan nasional dan memajukan sektor pariwisata terus berupaya meningkatkan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pembangunan sarana dan prasarana
tersebut antara lain adalah berbagai macam bangunan gedung, jalan, bendungan, jembatan
dan lapangan terbang serta masih banyak lagi jenis sarana dan prasarana yang telah atau
sedang dan akan terus diupayakan pembangunannya.

Upaya peningkatan kenyamanan wisatawan baik manca negara maupun domestik , maka atas
dasar tersebut perlu adanya perbaikan sarana pendukung antara lain dengan melaksanakan
Pembagunan Hotel di wilayah Propinsi D. I Yogyakarta salah satunya adalah Hotel Grand
Keisha Yogyakarta.

1.2 Biaya dan Sistem Pelelangan

Pembangunan Hotel Grand Keisha Yogyakarta tepatnya di Jalan Affandi (Gejayan) No.7
Kabupaten Sleman yang berbatasan dengan Kota Yogyakarta ini merupakan proyek
pembangunan sebagai penunjang bagi fasilitas para wisatawan baik manca negara maupun
domestik. Dana pembangunannya berasal dari Investor dalam Negeri PT. MEGA SURYA
INVESTA sebesar Rp. 89.000.000.000,00 jangka waktu pelaksanaan pekerjaan direncanakan
dalam waktu 450 hari kalender atau 15 bulan berdasarkan time schedule yang sesuai
dengan kontrak kerja pelaksanaan.

Proyek Pembagunan Hotel grand Keisha Yogyakarta ini pelaksanaan fisiknya dilakukan oleh
PT. ADHICON PERKASA (persero) sebagai kontraktor pelaksana yang merupakan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dengan kontrak No : 001/SPMK-AP/GKH/XI/2015,
sedangkan perencanaan (konsultan perencana) dilakukan oleh PT. ARCHIPLAN dan
pengawasan pekerjaan (konsultan pengawas) dilakukan oleh Konsultan Perorangan Team
Konsultan Manajemen Konstruksi Ir. Wendarwoto Budi TS sebagai pemenang tender.

Lokasi Proyek Pembagunan Hotel Grand Keisha ini berada di Jalan Affandi (gejayan) No.7
Kabupaten Sleman, dengan batasan-batasan sebagai berikut :

1. sebelah Utara berbatasan dengan Kafe;

1
2. sebelah Timur berbatasan dengan perumahan penduduk;
3. sebelah Selatan berbatasan dengan rumah toko; dan
4. sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Affandi (Gejayan).

1.3 Tujuan

Kerja Praktek (KP) adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus diselesaikan untuk
memenuhi persyaratan perkuliahan di Fakultas Teknik Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
guna mencapai gelar sarjana (S1). Kerja praktek ini merupakan tugas lapangan selama dua
bulan dengan cara mengamati dan mengikuti proses atau kegiatan pekerjaan konstruksi
secara langsung pada proyek tertentu. Hasil pengamatan ditulis dalam suatu Laporan Kerja
Praktek di bawah arahan dosen pembimbing, diperiksa dan dibahas oleh dosen pembahas,
serta disahkan oleh bidang dan jurusan. Jenis proyek yang dipilih diutamakan sesuai dengan
bidang studi.

Tujuan kerja praktek ini adalah untuk mengamati secara langsung kegiatan pekerjaan
konstruksi di lapangan agar mahasiswa dapat membandingkan secara langsung antara
pekerjaan di lapangan dengan teori yang telah dipelajari di perkuliahan untuk menambah
wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa.

Klasifikasi pemilihan proyek yang disyaratkan untuk Kerja Praktek yaitu dengan biaya lebih
besar dari Rp 1.000.000.000,- (Satu milyar rupiah). Untuk Jurusan Sipil, proyek yang dapat
dipilih adalah :

1. Gedung : minimal empat lantai dengan luas lantai lebih besar dari 1.000 m2;
2. Irigasi : bendungan dan bangunan;
3. Jalan raya : lapisan perkerasan aspal beton mulai dari subgrade, kelas jalan
minimal kelas III; dan
4. Jembatan permanen dengan bentang lebih besar dari 60 m.

BAB II

2
ORGANISASI PROYEK

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam penyelesaian suatu proyek sangat
tergantung pada sistem perencanaan sampai pelaksanaannya. Kelancaran suatu pekerjaan
didukung oleh adanya unsur-unsur organisasi proyek, di mana masing-masing unsur yang
terlibat di dalamnya bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan hingga selesainya
proyek. Hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya adalah saling berkaitan, sehingga
diharapkan dapat saling berinteraksi dan saling menunjang sesuai dengan fungsi dan
wewenangnya masing-masing agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.

Struktur Organisasi

Badan-badan hukum dan susunan organisasi pelaksanaan pekerjaan perlu dibentuk


untuk menjamin pelaksanaan proyek agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan selesai pada waktunya. Masing-masing unsur organisasi tersebut memiliki
fungsi dan tanggung jawab yang berbeda.

Unsur-unsur organisasi yang terlibat langsung dalam Proyek Pembangunan Gedung adalah :

1. pemilik proyek (bouwheer/owner);

2. konsultan perencana (consultant/designer);

3. konsultan pengawas (direksi/supervisor); dan

4. pelaksana proyek (contractor).

Setiap unsur yang terlibat harus dapat berinteraksi dengan baik dan saling menunjang antara
satu dengan yang lainnya sesuai dengan wewenang dan fungsinya masing-masing agar
sasaran pelaksanaan dapat tercapai sebagaimana diharapkan.

2.1 Pemilik proyek (Owner)

Pemilik proyek (bouwheer/owner) adalah pihak yang memiliki gagasan untuk membangun,
baik secara perorangan (individu) atau badan hukum seperti wakil dari suatu perusahaan atau
organisasi swasta maupun wakil suatu dinas. Tugas dan tanggung jawab pemilik proyek
adalah sebagai berikut:

menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor);

3
meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa;
memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak
penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan;
menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan;
menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah
biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan;
ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan cara
menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama
pemilik;
mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi); dan
menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia
jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.

2.2 Konsultan perencana

Konsultan perencana (consultant/designer) adalah pihak perorangan atau badan


hukum yang menerima tugas dari pemimpin proyek untuk melaksanakan pekerjaan
perencanaan dan memberikan saran-saran yang perlu dalam perencanaan/pelaksanaan
proyek. Tugas dan tanggung jawab perencana (Ervianto, 2002 : 39) adalah sebagai berikut :

membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja
dan
syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya;
memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek dan pihak kontraktor
tentang pelaksanaan pekerjaan;
memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang
jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat-syarat;
membuat gambar revisi apabila terjadi perubahan perencanaan; dan
menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

2.3 Konsultan pengawas/Manajemen Konstruksi

Konsultan pengawas/Manajemen Konstruksi (direksi/supervisor) adalah perorangan,


beberapa orang, badan hukum atau instansi yang ditunjuk dan diberi kuasa penuh oleh
pemilik proyek untuk mengawasi dan mengontrol pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Pengawasan dan pengontrolan dilakukan agar tercapai hasil kerja sesuai dengan persyaratan
yang ada atau berdasarkan petunjuk-petunjuk dalam aanwijzing. Adanya pengawasan dari
direksi diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil

4
sesuai perencanaan yang diharapkan. Dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan, pengawas
mempunyai tugas dan tanggung jawab (Ervianto, 2002 : 40) adalah sebagai berikut :

mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan;


membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan
pekerjaan;
melakukan perhitungan prestasi pekerjaan;
mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antar
berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar;
menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari
pembengkakan biaya;
mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil
akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas, kuantitas serta waktu
pelaksanaan yang telah ditetapkan;
menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor;
menghentikan sementara apabila terjadi penyimpangan dari peraturan ysng berlaku;
menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan); dan
menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah atau berkurangnya
pekerjaan.

Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada pemimpin


proyek. Pengawas berhak memberikan saran dan petunjuk kepada pelaksana
(pemborong/kontraktor) jika dirasakan perlu, agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
peraturan yang telah disepakati bersama di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

2.4 Pelaksana proyek

Pelaksana (contractor) adalah perorangan atau badan hukum yang dipercaya untuk
melaksanakan pembangunan dan memiliki usaha yang bergerak di bidang jasa kontruksi
sesuai dengan keahlian dan kemampuannya serta mempunyai tenaga ahli teknik dan sarana
peralatan yang cukup. Pelaksana disebut juga sebagai rekanan yang bertugas melaksanakan
pekerjaan sesuai surat petunjuk dan surat perintah kerja dari pemimpin proyek setelah
dinyatakan sebagai pemenang tender.

Penunjukan pelaksana proyek dilaksanakan melalui proses pelelangan, yang


selanjutnya melaksanakan pembangunan proyek tersebut sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati. Adapun tugas dan tanggung jawab pelaksana (Ervianto, 2002 : 41) adalah sebagai
berikut :

mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja;

5
menyediakan dan mempersiapkan perlengkapan bahan yang akan digunakan pada
proyek sesuai dengan persyaratan bestek;
menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang diperlukan pada
saat pelaksanaan pekerjaan;
melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan memenuhi
peraturan yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);
menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang telah
ditetapkan dalam kontrak;
mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung jawab
pelaksana; dan
bertanggungjawab terhadap fisik bangunan selama masa pemeliharaan.

2.5 Hubungan Kerja antara Unsur-unsur Organisasi Proyek

Dalam pelaksanaan sebuah proyek, hubungan kerja antara unsur-unsur organisasi yang
terlibat dapat berupa hubungan kerja secara teknis dan hukum. Secara teknis, hubungan kerja
ini merupakan hubungan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu
proyek.

Dalam hal ini semua masalah teknis perencanaan diserahkan oleh pemimpin proyek kepada
perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh pemimpin proyek, maka seluruh teknis
pengawasan diserahkan kepada pengawas. Jika terdapat suatu masalah teknis yang perlu
dibicarakan, pemilik proyek tidak dapat berhubungan langsung kepada pelaksana melainkan
harus melalui pengawas. Dalam pelaksanaan di lapangan pengawas memiliki kuasa penuh
untuk menegur pelaksana apabila pekerjaan yang dilaksanakannya menyimpang dari bestek.
Apabila teguran tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, maka pengawas dapat
menghentikan seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan, baik untuk sementara maupun
seterusnya.

Secara hukum masing-masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan terikat dengan
kontrak, sehingga masing-masing pihak menjalankan tugasnya sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati bersama. Pelaksana dan pengawas proyek bertanggungjawab terhadap
pemilik proyek. Keduanya saling keterkaitan satu sama lain, sehingga didapat hasil proyek
sesuai dengan yang direncanakan. Sama halnya dengan pelaksana dan pengawas proyek,
perencana juga bertanggungjawab terhadap pemilik proyek

Keterangan: Membayar jasa kepada konsultan perencana, pengawas, kontraktor

Memberi jasa kepada pemilik proyek (owner)

6
Kontrak

Mengawasi RKS

Realisasi RKS

2.6 Pelaksanaan Pelelangan

Pelelangan menurut Ervianto (2002 : 43) adalah suatu sistem penawaran di mana setiap
rekanan yang diundang diberi kesempatan untuk mengajukan besarnya anggaran biaya
pelaksanaan untuk proyek yang ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat di antara para
kontraktor yang benar-benar mampu dan memenuhi syarat administratif, teknis dan keuangan
(financial) untuk melaksanakan pembangunan suatu proyek.

Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang pengadaan konstuksi, Penentuan pelaksanaan
proyek dapat dilakukan dengan cara penyediaan jasa dan swakelola. Penyediaan jasa dapat
dilakukan dengan cara:

pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan


secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa atau papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha
yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya;
dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas
yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat
dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas melalui
media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia
barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia
barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi;
pemilihan langsung adalah pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan
membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga)
penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi, serta dilakukan
negosiasi baik teknis maupun biaya, serta harus diumumkan minimal melalui papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui
internet; dan
dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat
dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa
dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga
yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

7
Karena proyek pembagunan gedung merupakan milik pemerintah, maka untuk
menetapkan pelaksana proyek diadakan pelelangan. Sistem pelelangan yang dilakukan adalah
sistem pelelangan umum.

2.7 Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada proyek ini merupakan gabungan antara tenaga kerja lokal yang berasal dari
daerah Aceh dan tenaga kerja yang didatangkan dari Medan dan Jawa yang disediakan oleh
kontraktor sejumlah 135 orang. Dalam melaksanakan pekerjaannya mereka diklasifikasikan
menurut bidang keahlian masing-masing dan dikepalai oleh seorang kepala tukang. Untuk
menjamin kelancaran dalam melaksanakan pekerjaan, kontraktor juga menyediakan tempat
pemondokan bagi pekerjanya yang berada dalam lokasi proyek. Waktu kerja ditentukan, yaitu
:

Pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB; dan
Sore mulai pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.

Upah kerja yang dibayar kontraktor kepada kepala tukang adalah berdasarkan prestasi kerja,
sedangkan kepala tukang membayar upah harian kepada pekerja yang masing-masing
berbeda menurut keahlian, kemampuan dan kerja per harinya.

2.8 Rencana Pelaksanaan Pekerjaan

Penjadwalan dilakukan dengan menyusun sebuah time schedule, yaitu waktu pelaksanaan
penyelesaian proyek. Apabila jangka waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan tidak dapat
dipenuhi oleh kontraktor dan tidak dapat mengemukakan alasan-alasan keterlambatan, maka
akan dikenakan denda 1/1000 (satu per mil) dari harga kontrak untuk tiap-tiap hari kalender
keterlambatan. Keterlambatan akibat pekerjaan yang tidak sesuai kualitas standar selama
masa pelaksanaan merupakan tanggung jawab pelaksana dan tidak dapat meminta
perpanjangan waktu dari jadwal kontrak.

BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN

3.1 BAHAN

Bahan Konstruksi Pembangunan gedung memerlukan pengelolaan bahan dan peralatan


yang baik, karena hal ini sangat menunjang kelancaran pekerjaan. Bahan-bahan dan peralatan

8
yang digunakan harus diatur penggunaannya dengan baik dan disimpan disuatu tempat yang
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan sehingga tidak terjadi kerusakan/kehilangan.
Pengaturan, pengelolaan dan penyimpanan bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan
pelaksanaan ini menjadi bagian tanggung jawab logistic dan gudang. Bahan bangunan adalah
komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek. Bahan
bangunan sebagai penyusun harus mendapat bperhatian khusus, terutama untuk proyek-
proyek yang berskala besar dimana standar mutu bahan yang tersedia harus memenuhi
standar yang disyaratkan. Material yang digunakan sebaiknya mudah diperoleh dan dekat
dengan lokasi sehingga akan mudah menghemat waktu dan biaya pengangkutan. Material
todak perlu disimpan dalam jumlah besar, tetapi disesuaikan dengan pekerjaan yang sedang
berlangsung. Dalam pelaksanaan pekerjaan, masalah material harus mendapatkan perhatian
khusus, terutama dalam hal pengawasan yang baik terhadap mutu dan standar material. Hal
ini berkaitan langsung terhadap mutu dan kualitas kontruksi. Penempatan material yang
hendak dugunakan baik ditempat terbuka maupun didalam ruangan harus disesuaikan sebaik-
baiknya dengan sifat material tersebut.

Bahan bangunan sebagai unsur fisik disediakan sesuai dengan tahapan pekerjaan yang
sedang ataupun akan berlangsung. Kelancaran dan kemudahan penyediaan bahan bangunan
berpengaruh pada kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Bahan bangunan perlu diperhatikan
dalam penanganan dan penyimpanan, antara lain :

a. Pemilihan kualitas bahan bangunan harus baik sehingga akan menghasilkan kontruksi yang
kuat.

b. Penyimpanan bahan bangunan haruslah baik dan benar agar tidak mengurangi kualitas
bahan bangunan dan selalu dalam kondisi yang baik.

c. Pemakaian bahan bangunan harus sesuai dengan kebutuhan proyek dan penggunaan bahan
diprioritaskan pada bahan yang dating lebih dulu, agar bahan yang disimpan selalu terbarui.

d. Jumlah bahan bangunan yang disediakan disesuaikan dengan pekerjaan yang ada.

e. Biaya untuk pembelian bahan bangunan diusahakan seminimal mungkin tanpa mengurangi
kualitas bahan bangunan.

Mengingat pentingnya bahan bangunan sebagai salah satu unsure utama dlam industri
kontruksi, dengan semakin meningkatnya pembangunan di Negara kita, baik perumahan,

9
gedung, jalan raya, jembatan dan lain-lain baik yang dilakukan pemerintah maupun swasta
serta untuk menjamin hasil pembangunan yang baik, cukup efisien dalam pelaksanaan maka
diperlukan suatu ketentuan teknis bahan bangunan yang dipergunakan sebagai pedoman pada
pelaksanaan konstruksi, untuk itu maka pemerintah dalam hal ini Departemen Pekerjaan
Umum, Direktorat masalah bangunan telah menyusun Persyaratan umum bahan-bahan
Bangunan Indonesiayang dapat digunakan sebagai pedoman untuk pembangunan yang ada
di Indonesia. Secara garis besar bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan
Hotel Grand Keisha Yogyakarta menggunakan bahan-bahan dibawah ini.

3.1.1 Air disini sebagai bahan pembantu dalam konstruksi bangunan, sedangkan
kegunanannya antara lain :

a. Air untuk pembuatan campuran dan perawatannnya tidak boleh mengandung minyak, asam
alkali dan bahan-bahan organic.

b. Apabila terdapat keraguan mengenai air, dianjurakn untuk mengirimkan contoh air ke
lembaga pemeriksaan bahan-bahan, untuk diselidiki seberapa jauh air itu mengandung zat-zat
yang dapat merusak beton dan tulangan agar dalam pelaksanaan air dapat digunakan
semaksimal mungkin.

c. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau ukuran berat.

d. Untuk melakukan pembersihan dilokasi proyek. Air yang digunakan harus memenuhi
syarat yang ditentukan antara lain : tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau serta tidak
boleh mengandung kadar organic lebih dari 5% karena jika mengandung halhal tersebut air
menjadi tidak layak dipakai dalam pembangunan sebuah proyek maupun proyek-proyek
lainnya. Pembangunan Hotel Grand Keisha Yogyakarta ini menggunakan air tanah. Setempat
yang telah memenuhi syarat laboratorium, yang diperoleh dengan cara membuat sumur.

3.1.2 Semen, adalah salah satu bahan campuran bahan bangunan yang berfungsi sebagai
pengikat agregat, pada konstruksi beton bertulang dapat berbagai jenis semen produksi dalam
negeri yang mana sudah dapat memenuhi syarat yang tercantum dalam Peraturan Umum
bahan Bangunan Indonesia (PUBI). Proyek Hotel Grand Keisha Yogyakarta ini menggunakan
semen Gresik yang diproduksi oleh PT. Semen Gresik Indonesia, disamping itu perlu
diperhatikan tempat penyimpanan semen atau gudang-gudang ditempat pelaksanaan harus
dijaga agar semen tidak menjadi lembab. Penyimpanan semen dibuat pada tempat yang

10
kering, tahan air, dan cukup ventilasinya dengan susunan sedemikian rupa sehingga
pembungkus semen tidak rusak. Penggudanangan semen ini dimaksudkan agar kualitas
semen tidak menurun. Penimbunan semen yang baru didatangkan tidak boleh dilakukan
diatas timbunan semen yang sudah ada dan pada umumnya pemakaian semen harus
dilakukan menurut urutan pengirimannya. Penimbunan semen harus diperhatikan tinggi
penimbunannya, dimana penimbunan semen dalam gudang dibatasi maksimal 1,5 meter
sebab bila penimbunan lebih dari itu maka semen bias menjadi mengeras dan pada waktu
pengambilannya menjadi sulit. Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan semen antara lain :

Pemakaian semen dalam satu adukan tidak dibenarkan berlainan merk.


Dalam penyimpanan kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari
dua meter.
Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat
dibedakan dengan penerimaaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus
diatur secara kronologis sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung yang kosong
harus segera dikeluarkan dari lapangan.
Bila ternyata hasil test dari semen yang sudah berada dilapangan menunjukkan hasil
yang tidak memenuhi syarat, kontraktor harus dengan segera menyingkirkan semen-
semen yang ditolak tadi, keluar areal kerja dan areal penyimpanan.

Agregat halus, merupakan salah satu bahan isian pada suatu adukan campuran beton. Bahan
tersebut dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa pasir
buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Pasir yang digunakan dalam suatu konstruksi
harus pasir yang memiliki kualitas yang baik, karena fungsi pasir disini adalah sebagai bahan
pengisi beton. Pasir yang digunakan dalam adukan beton adalah pasir muntilan. Pasir yang
digunakan tersebut telah memenuhi persyaratan seperti yang disyaratkan dibawah ini.

Adapun syarat-syaratnya adalah sebagaiberikut:

Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pecah batu.
Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dank eras. Butir-butir agregat halus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti
terik matahari dan hujan.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur, apabila mengandung lumpur maka
agregat halus tersebut harus dicuci.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak.

11
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan
petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui. Agregat kasar Split
adalah agregat dengan butir lebih dari 3 cm. Split yang digunakan terdiri dari butiran-butiran
yang keras dan tidak berpori. Besar butiran maksimal yang diijinkan tergantung maksud
pemakaiannya seperti halnya dengan semen dan pasir, maka untuk agregat kasar sebagai
campuran beton mempunyai kualitas yang baik. Berarti telah memenuhi persyaratan yang
tertera dalam spesifikasi teknik, untuk mendapatkan suatu hasil beton yang baik, maka
agregat kasar yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Syarat
agregat kasar yang digunakan sebagai campuran beton bertulang menurut PBI 71 adalah
sebagai berikut :

Harus terdiri dari butir-butir keras, tajam, dan tidak berpori.


Butir-butir Split harus bersifat kekal.
Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat kering.
Agregat kasar yang digunakan dalam proyek ini adalah terbuat dari batu pecah hasil
dari batu alam yang dipecah dengan alat berat.

3.1.3 Baja tulangan, beton adalah baja berbentuk batang penampang bundar yang
digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi oleh PT. Krakatau Steel. Baja tulangan
beton merupakan bagian dari struktur beton bertulang yang berfungsi menahan gaya tarik.
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

Baja tulangan Beton Polos Baja Tulangan Beton polos adalah baja tulangan beton
berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip.
Baja Tulangan Beton Ulir Baja Tulangan Beton Ulir adalah baja tulangan beton
dengan bentuk khusus, yang permukaannya memiliki ulir melintang dan rusuk
memanjang untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur
dari batang secara relatif terhadap beton.

Baja tulangan yang digunakan pada proyek ini adalah baja tulangan beton ulir dengan mutu
fy = 400 Mpa untuk diameter lebih besar atau sama dengan 10 mm dan baja tulangan polos fy
= 240 Mpa untuk diameter lebih kecil dari 10 mm. Berdasarkan hasil pengujian tarik baja
yang dilaksanakan dilaboratorium bahan bangunan, bahwa baja tulangan yang dipakai pada
proyek ini telah memenuhi syarat berdasarkan PBI 1971. Syarat-syarat yang harus dipenuhi
agar baja tulangan dapat digunakan adalah :

12
Baja tulangan harus bebas dari karat, minyak dan lainnya yang dapat mengurangi
lekatan pada beton.
Pengadaan baja harus disesuaikan dengan pelaksanaan pekerjaan sehingga tidak
terjadi penyimpanan terlalu lama yang dapat berakibat korosi.
Untuk besi pengikat digunakan baja lunak berdiameter 1 mm atau disebut sebagai
kawat bendrat.

Kawat bendrat, ini digunakan dalam pemasangan tulangan untuk mengikat antar besi
tulangan agar bias membentuk suatu bentuk struktur yang dikehendaki. Kawat ini
mempunyai diameter 1 mm dan dalam penggunaannya dipakai tiga lapis kawat supaya kuat.
Dengan adanya pengikat ini, maka besi tulangan dapat menahan beban yang direncanakan
dengan optimal. Agar tujuan tersebut tercapai maka harus digunakan kawat bendrat dengan
kualitas yang baik dan tidak mudah putus.

3.1.4 Beton, mutu tinggi merupakan alternatif untuk digunakan pada komponen struktur
yang mengalami pembebanan besar. Untuk mendapatkan beton mutu tinggi perlu
diperhatikan komponen penyusunnya. Beton mutu tinggi mempunyai kekuatan sekitar 500
800 kg/cm2 . Beton mutu tinggi sering dipakai pada pembuatan gedung bertingkat. Pada
dasarnya, beton mutu tinggi bahannya adalah pasir, semen, batu pecah dan air, tetapi untuk
meningkatkan kemudahan pekerjaan dan membatasi jumlah volum rongga digunakan bahan
aditif serta admixture dalam campuran beton. Admixture yang digunakan dalam
pembangunan Hotel Grand Keisha Yogyakarta ini adalah Conplast WP 421 dan Concure P.

Keunggulan menggunakan beton readymix antara lain :

Untuk membangun bangunan-bangunan tinggi dengan mereduksi ukuran kolom dan


meningkatkan luasa ruang yang tersedia.
Untuk memenuhi kebutuhan khusus dari aplikasi tertentu seperti durabilitas, modulus
elastisitas dan kekuatan lentur Beton mutu tinggi lebih getas dan kurang daktail
dibandingkan dengan beton mutu rendah, artinya beton mutu rendah akan mengalami
keruntuhan pada regangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton mutu tinggi.

Pembangunan Hotel Grand Keisha Yogyakarta ini menggunakan beton mutu tinggi dengan
mutu K-350 yang diproduksi oleh PT. Pioner Beton Industri dengan di cor ditempat.

Kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak melebihi dari 3,5 cm, dimensi dan
panjangnya sesuai pesanan, bebas dari cacat. Kayu Bahan kayu umumnya digunakan untuk

13
pekerjaan dukungan sementara dan juga untuk pelengkap atau finishing dalam suatu
bangunan seperti kusen, pintu, penggantung langit-langit dan sebagainya. Kayu digunakan
sebagai bahan bangunan permanen harus bersifat kuat dan tidak cacat. Kayu yang baik adalah
kayu yang benar-benar kering sehingga pada saat pemakaian tidak akan mengalami
penyusutan. Kayu yang kering akan lebih kuat jika disbanding dengan kayu yang masih
basah. Kayu kering bias mencegah terjadinya pembusukan, selain itu juga lebih ringan
disbanding dengan kayu basah. Jenis kayu yang digunakan pada pembangunan Hotel Grand
Keisha Yogyakarta ini adalah kayu Nyatoh kayu mutu A, kelas awet I dan kelas kuat II,
kering open dengan kadar air 15%. Kriteria kayu yang baik adalah tidak lapuk, cukup tua,
kering, batang kayu lurus, besar mata

Batu, bata Batu bata yang digunakan harus matang pembakarannya, bila direndam tetap utuh,
tidak pecah/hancur. Ukuran batu bata standar adalah 5 x 11 x 23 cm rusuk-rusuknya tajam
dan ukurannya sama besar berasal dari produk dan langsung didatangkan dari pabrik atau
penjual.

Cat Pembanguanan Hotel Grand Keisha Yogyakarta ini menggunakan berbagai macam cat
untuk finishing, antara lain :

Cat dinding, Cat dinding bagian luar dan bagian dalam menggunakan cat Nippon
Paint.
Cat Menei, digunakan untuk finishing rangka besi kuda-kuda atap dan rangka plafon.
Cat yang digunakan adalah cat menei kayu Patna.

Cat untuk langit-langit menggunakan produk Nippon Paint dengan warna standar untuk cat
langit-langit. Multiplek Multiplek merupakan bahan bekisting kolom, balok, slab, tangga dan
dinding basement. Multiplek dapat digunakan berulang kali dan mempunyai lapisan yang
halus agar beton yang dicetak halus dan rata permukaannya. Ketebalan Multiplek pada
proyek pembangunan Hotel Grand Keisha Yogyakarta adalah 9 mm. Paku Paku digunakan
dalam pembuatan bekisting kolom, dinding, balok, tangga dan slab. Material paku dibeli
dengan satuan kilogramsesuai dengan ukuran yang dipesan.

Bahan-bahan lain Selain bahan-bahan yang ada diatas, bahan-bahan tambahan yang mutlak
diperlukan pada pekerjaan pelaksanaan proyek ini antara lain :

Conplast WP 421 merupakan bahan aditif yang digunakan untuk campuran


pembuatan beton mutu tinggi. Zat ini berwarna hitam pekat.

14
Concure P merupakan aditif yang digunakan pada permukaan beton plat lantai guna
perkerasan dan finishing permukaan tersebut.

3.2 Alat Alat Proyek

Peralatan yang digunakan Pembangunan proyek besar selain membutuhkan bahan bangunan
juga membutuhkan peralatan kerja, baik itu peralatan berat maupun peralatan sederhana.
Peranan penggunaan peralatan ini mempunyai fungsi sebagai berikut :

Mempercepat penyelesaian pekerjaan,


meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan,
meningkatkan efisiensi dan produktifitas pekerjaan.

Alat- alat yang digunakan pada proyek pembangunan Hotel Grand Keisha Yogyakarta antara
lain :

Concrete Vibrator, Concrete Vibrator merupakan alat penggetar yang digunakan untuk
meratakan adukan beton yang dituangkan kedalam bekisting sehingga kan didapat adukan
beton yang padat dan dapat masuk diantara sela-sela besi beton sehingga tidak akan
menimbulkan rongga pada beton. Alat ini berua tongkat besi dengan bagian penggetar pada
ujungnya. Pemakaian alat ini dengan cara memasukkan tongkat penggetar kedalam adukan

15
pada bekisting, akan tetapi ujung vibrator tidak boleh mengenai baja tulangan, karena akan
berpengaruh pada daya ikat beton dengan baja tulangan yang lama akan lepas kembali.

Cara kerja dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan Concrete Vibrator adalah
sebagai berikut :

Mesin diesel dihidupkan dan motor pada diesel akan memutar baja yang ada dalam
karet, 2. ujung getar yang masuk kedalam adukan beton posisinya harus vertikal, hal
ini dimaksudkan agar tidak terjadi pemisahan bahanbahan penyusun beton, tapi dalam
keadaan tertentu diperbolehkan miring,
ujung getar tidak boleh mengenai bekisting, beton yang sudah mengeras maupun
tulangan, karena akan mengganggu kedudukannya,
ujung getar harus ditarik setelah dimasukkan kedalam adukan beton kurang lebih 30
detik, karena jika terlalu lama akan menyebabkan pemisahan bahan-bahannya,
penarikan ujung getar dilakukan agar bekas ujung getar terisi kembali dengan adukan
beton.

Tower Crane Dalam pelaksanaan proyek konsttruksi bangunan bertingkat, Tower Crane
sering digunakan sebagai alat bantu untuk pemindahan material secara vertikal dan
horizontal, untuk efisiensi biaya proyek, perkiraan jadwal dan waktu penggunaan Tower
Crane perlu dilakukan sebelum pelaksanaan konstruksi. Pada proyek banguanan bertingkat,
Tower crane pada umumnya digunakan untuk pekerjaan pengangkatan tulangan, pekerjaan
pengecoran, pengangkatan bekisting, dan pengangkatan dinding precast

Truck Mixer Truck Mixer adalah alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton dan
batching plant ke lokasi proyek. Selama pengangkutan tangki pengaduk harus dalam keadaan
terus berputar yaitu searah jarum jam, sedangkan pada saat penuangan berputar berlawanan
dengan arah jarum jam. Pada saat pengecoran Truck Mixer yang membawa adukan beton
tidak boleh berhenti atau dating terlambat ke lokasi karena akan mengurangi kualitas beton
yang dicor satu dengan yang lainnya.

Concrete Pump Concrete Pump merupakan alat yang digunakan untuk memompa adukan
beton dari Truck Mixer kebagian yang akan dicor, biasanya digunakan pada saat mengecor
balok dan plat lantai karena terletak dibagian atas bangunan. Cara kerja Concrete Pump
adalah sebagai berikut :

16
Adukan dari Truck Mixer dituangkan ke bucket yang ada di Concrete pump secara
berkala, 2. adukan yang ada di bucket kemudian dipompa keatas melalui pipa yang
ada pada Concrete pump dan dituang kebagian yang dicor.

Concrete Pump Concrete Mixer Concrete Mixer adalah alat pengaduk material beton agar
lebih homogeny campurannya. Dengan menggunakan alat ini semen dapat dipertahankan dan
diperiksa dengan baik. Pada proyek ini Concrete Mixer digunakan untuk membuat adukan
beton structural yang volumenya kecil. Alat ini terdiri dari dua bagian utama yaitu motor
penggerak dan bucket pengaduk. Bucket pengaduk ini dilengkapi dengan sirip-sirip pengaduk
yang konstruksinya dibuat sedemikian rupa sehingga saat berputar bahan susunan dapat
bercampur rata.

Bar bender Bar bender digunakan untuk membengkokkan baja tulangan. Pada proyek ini
digunakan jenis Bar bender tenaga listrik. Alat ini digerakkan dengan tenaga listrik.

Bar cutter Bar cutter yang digunakan pada proyek ini digerakkan oleh tenaga listrik,
digunakan untuk memotong baja tulangan sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Cara kerja
alat ini adalah baja yang akan dipotong dimasukkan kedalam gigi Bar cutter , kemudian pedal
pengendali dipijak, dan dalam hitungan detik baja tulangan akan terpotong. Pemotongan
untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan
untuk baja yang berdiameter kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus
sesuai dengan kapasitas dari alat.

Scaffolding Scaffolding adalah perancah yang terbuat dari besi yang digunakan untuk
menyangga bekisting plat lantai dan balok agar kuat dalam menahan beban beton ataupun
beban yang bekerja pada Scaffolding. Keuntungan menggunakan Scaffolding adalah :

Efektif, dapat diatur sesuai dengan ukuran ketinggian yang dikehendaki,


murah, karena dapat diapaki berulang kali,
mudah dan cepat waktu pemasangan dan pembongkarannya.

Air compressor Air compressor merupakan alat yang menghasilkan udara dengan tekanan
tinggi dan digunakan untuk membersihkan bekisting dari kotoran-kotoran sebelum dilakukan
pengecoran.

Theodolyte Untuk melaksanakan pengukuran dengan ketelitian yang tinggi digunakan alat
Theodolite, alat ini dapat digunakan untuk menentukan elevasi, sudut, As kolom dan balok,
dan lain-lain. Theodolite merupakan salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
17
pengukuran dilapangan, antara lain berfungsi untuk menentukan ketegakan dari kolom mulai
lantai satu sampai lantai empat, untuk menentukan As kolom sebelum dilakukan pengecoran,
mengetahui kontur tanah pada lokasi bangunan dan dapat untuk menghitung volum galian
dan urugan apabila tanah lokasi ingin diratakan. Theodolite yang 72 dipakai dalam proyek
pembangunan Hotel Grand Keisha Yogyakarta adalah Theodolite digital. Gambar 24.Bagian
Theodolite digital

Back Hoe Back hoe merupakan salah satu jenis alat berat yang dikenal dengan istilah
excavator. Alat berat ini dipergunakan untuk menggali tanah dan batuan. Back hoe bisa
menggali tanah dengan kedalaman yang lebih dalam. Keuntungan menggunakan back hoe
adalah :

Mampu menggali tanah pada berbagai kondisi,


Manufer lebih mudah,
Dapat beroperasi pada areal yang lebih sempit,
Mempunyai jangkauan gali keatas dan kebawah lebih besar daripada shovel.

Kereta dorong Kereta dorong merupakan gerobak dengan satu roda depan, dan bak angkut
yang terbuat dari baja dengan kapasitas kurang lebih setengah meter kubik. Kereta dorong
digunakan untuk mengangkut adukan beton dari bak tamping kelokasi pengecoran apabila
proyek tidak menggunakan Concrete pump. Kereta dorong ini lebih efisien bila dibandingkan
dengan menggunakan ember-ember secara berantai.

18
3.3 Pelaksanaan Pekerjaan

Pada pelaksanaan suatu proyek, pelaksana perlu mengatur langkah kerja setiap pekerjaan dari
awal hingga akhir pekerjaan. Hal ini berfungsi untuk menentukan rencana kerja, tenaga kerja
dan alat-alat yang digunakan, sehingga menghasilkan mutu pekerjaan dan waktu pekerjaan
sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan. Pelaksana perlu mengatur volume pekerjaan
untuk mengarahkan tenaga kerja dalam menggunakan peralatan yang diperlukan sehingga
pemakaian waktu, bahan dan mutu sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat.

Berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), ruang lingkup pekerjaan pada Proyek
Pembagunan Gedung Hotel Grand Keisha Yogyakarta ini adalah :

1. pekerjaan persiapan;
2. pekerjaan pemancangan;
3. pekerjaan beton;
4. pekerjaan dinding;
5. pekerjaan plesteran;
6. pekerjaan atap;
7. pekerjaan plafond;
8. pekerjaan lantai;
9. pekerjaan kusen, pintu, jendela dan ventilasi;

19
10. pekerjaan kunci dan pengantung;
11. pekerjaan elektrikal;
12. pekerjaan pemadam kebakaran;
13. pekerjaan tata udara;
14. pekerjaan sanitasi;
15. pekerjaan pengecatan;
16. pekerjaan lain-lain; dan
17. pekerjaan pagar.

3.3.1 Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi semua kegiatan sebelum dilaksanakannya pekerjaan


konstruksi/pekerjaan fisik. Kontraktor diharuskan melaksanakannya guna mendukung
kelancaran pekerjaan sehingga pada saat konstruksi berlangsung, maka tidak akan terjadi
hambatan-hambatan yang dapat mengganggu pelaksanaan proyek. Pekerjaan persiapan ini
meliputi :

1. koordinasi lapangan,
2. pembuatan papan nama proyek,
3. pekerjaan pembongkaran bangunan lama & pembersihan lapangan,
4. pekerjaan pengukuran/bouwplank, dan
5. pembuatan barak pekerja, gudang, direksi keet dan fasilitas lainnya.

3.3.1.1 Koordinasi lapangan

Pekerjaan ini dilakukan pada areal pekerjaan untuk mengukur luasan tanah tempat areal
pekerjaan akan dilakukan. Koordinasi lapangan dilakukan dengan cara mengukur koordinat-
koordinat batas tanah dari areal pekerjaan agar tidak terjadi sengketa pada waktu yang akan
datang. Koordinasi lapangan ini dilaksanakan dengan menggunakan theodolite.

3.3.1.2 Pembuatan papan nama proyek

Papan Nama Proyek diletakkan pada tempat yang mudah terlihat dan mudah dibaca dari jalan
umum. Papan nama dibuat sedemikian rupa dengan ketinggian 2 m dari permukaan tanah.

20
Kaki tiang penyangga di cor dengan kedalaman 40 cm di dalam tanah dan 10 cm di atas
permukaan tanah.

3.3.1.3 Pekerjaan pembongkaran bangunan lama & pembersihan lapangan

Bangunan lama yang terdapat di lokasi pekerjaan harus dibongkar terlebih dahulu untuk
memudahkan pelaksanaan pekerjaan dan agar tidak mengurangi mutu bangunan yang akan
dibangun. Semua hasil dari pembongkaran bangunan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan agar
tidak mengganggu pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pembersihan lahan dilakukan pada
areal pekerjaan dari segala kotoran/sampah dan akar-akar kayu serta sisa bangunan lama agar
dalam pelaksanaan pekerjaan tidak mendapat gangguan yang dapat menyebabkan terjadinya
keterlambatan pekerjaan.

3.3.1.4 Pekerjaan pengukuran/bouwplank

Pemasangan bouwplank dilakukan dengan menggunakan kayu 5/5 cm dan papan


bouwplank. Kayu yang dipasang harus kuat agar tidak mudah lepas. Pengukuran as-as
bangunan yang akan dilakukan harus siku dan ukurannya harus sesuai dengan gambar bestek
dengan menggunakan theodolite. Pada saat pemasangan bouwplank harus mendapat
persetujuan dari Direksi dan Pengawas Lapangan dari Konsultan Pengawas.

3.3.1.5 Pembuatan barak pekerja, gudang, direksi keet dan fasilitas lainnya

Pekerjaan ini dibuat di sekitar bangunan yang akan dikerjakan, lengkap dengan peralatannya,
letak ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Bahan-bahan yang memerlukan perlindungan
disimpan di dalam gudang demi menjaga mutu bahan yang telah/sudah dibawa ke lokasi
pekerjaan. Barak kerja dibuat untuk tempat tidur pekerja agar terlindungi dari hujan dan sinar
matahari.

3.3.2 Pekerjaan Pemancangan

Pekerjaan pemancangan ini secara garis besar terdiri dari pengadaan tiang pancang,
penumpukan sementara tiang pancang, melaksanakan setting out (penentuan titik posisi tiang
di lapangan sesuai dengan gambar rencana dengan menggunakan theodolite), pelaksanaan
pemancangan tiang pancang (dengan menggunakan Pile Hammer), melaksanakan
kalendering pada akhir pemancangan, dan pemotongan tiang pancang. Tiang pancang yang
digunakan adalah tiang pancang mini jenis persegi 20 x 20 cm dengan mutu beton K500
dengan kedalaman tiap titiknya direncanakan 30 m per titik pemancangan.

3.3.3 Pekerjaan Beton

21
Pekerjaan ini meliputi kegiatan yaitu pile cap, tie beam/sloof, kolom, plat lantai, ring balok,
plat tangga, dan plat bordes. Pekerjaan pengecoran dilakukan dengan adukan 1 : 3 : 5.
Sebelum pengecoran terlebih dahulu dilakukan pemasangan papan mal untuk tempat
pengecoran sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dalam gambar. Pengecoran
menggunakan mutu beton K300. Setelah pengecoran dilakukan, pada saat pembongkaran
papan mal dilakukan penyiraman air agar kualitas beton yang dihasilkan baik dan tahan.
Pekerjaan ini dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan mendapat persetujuan direksi.

3.3.3.1 Pekerjaan Dinding

Pemasangan dinding Bata merah setebal 1/2 bata dan sekat dinding (partisi) dilakukan untuk
seluruh pembatas ruangan, dan dinding penahanan tanah emperan keliling bangunan, seperti
tertera dalam gambar dan dijelaskan dalam gambar detail. Adukan pasangan dibuat secara
hati-hati, diaduk di dalam bak kayu yang memenuhi syarat, mencampur semen dengan pasir
harus dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang plastis.
Adukan yang telah mengering akibat tidak habis digunakan sebelumnya, tidak boleh
dicampur lagi dengan adukan yang baru. Pasangan kedap air (1 Pc : 2 Ps), semua pasangan
bata dimulai diatas sloof antara 35 cm sampai setinggi 65 cm (sesuai gambar), diatas lantai
dan sampai setinggi 150 cm dari permukaan lantai setempat untuk sekeliling dinding ruang-
ruang basah (toilet, kamar mandi dan WC), dan pasangan dinding penahanan tanah emperan
keliling bangunan. Pasangan adukan 1 Pc : 4 Ps berada di atas pasangan kedap air tersebut.
Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan secara teliti dan sesuai gambar. Semua pasangan
dinding harus rata (horizontal), dan pengukuran harus dilakukan dengan benang. Pengukuran
pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak boleh melebihi 30 cm, dari
pasangan bata yang telah selesai.

3.3.3.2 Pekerjaan Plesteran

Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata, beton bertulang dan dinding
penahanan tanah emperan keliling bangunan. Sebelum plesteran dilakukan dinding
dibersihkan dari semua kotoran, dinding dibasahi dengan air, semua siar permukaan dinding
batu bata dikorek sedalam 0,5 cm. Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar
bahan plesteran dapat merekat dengan baik.

22
Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 Pc : 2 Ps , sedangan plesteran
bata lainnya dipergunakan campuran 1 Pc : 4 Ps. Ketebalan plesteran pada semua bidang
permukaan harus sama tebalnya dan tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan
terlalu tebal. Ketebalan yang, diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk
mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang dengan
menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal dan vertikal.

3.3.3.3 Pekerjaan Atap

Pekerjaan atap terdiri pekerjaan rangka atap baja ringan untuk semua rangka atap dan
penutup atap genteng metal untuk semua penutup atap. Pelaksanaan rangka atap baja ringan
dilakukan oleh tenaga ahli atau disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Untuk atap
digunakan Atap Genteng Metal dan bubungan memakai jenis yang sama dengan atap yang
digunakan. Pemasangan atap dipakukan langsung pada gording dengan menggunakan paku
ulir (paku khusus untuk atap). Tiap sambungan diberi overlapping sesuai dengan spesifikasi
pabrik. Alur seng harus dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga hasil akhir pasangan
akan rapi. Bubungan ditutup dengan seng bubungan. Tindisan antara satu lembaran bubungan
dengan lembaran bubungan lainnya harus sesuai dengan persyaratan pabrik minimal 10 cm.
Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak mengakibatkan
kebocoran.

3.3.3.4 Pekerjaan Langit-Langit

Meliputi penyediaan bahan langit-langit, peralatan dan konstruksi penggantungnva,


penyiapan tempat serta pemasangan plafondnya sesuai gambar kerja. Bahan yang digunakan
adalah gypsum, ukuran 600 x 1200 mm. Rangka plafond menggunakan rangka galvanis.

Pekerjaan plafond dimulai dengan menentukan elevasi plafond dan membuat garis sipatan
pada dinding dan as sumbu ruangan serta titik-titik paku pada langit-langit dengan jarak
sesuai gambar kerja. Paku-paku kait dipasangkan pada garis yang telah ditentukan yaitu 600
x 1200 mm. Pasang penggantung rangka plafond (Rod) yang terdiri dari hanger dan clip
adjuster dengan posisi tegak lurus. Pasang rangka tepi (steel hollow) dan wall angel profil L
20 x 20 mm atau moulding profil W sebagai list tepi tepat pada sipatan penandaan elevasi
plafond. Tentukan jarak penempatan kait penggantung dan pasang tarikan benang sebagai
pedoman penentu kelurusan dan ketinggian rangka plafond. Pasang rangka utama dengan
jarak 1200 mm. Pasang rangka pembagi/Furing Chanel dengan jarak 600 mm menggunakan
locking clip. Cek elevasi, jarak rangka plafond, kayu rangka, pipa-pipa dan perlengkapan
mekanikal/elektrikal lainnya. Pasang dan kencangkan clip/Rod. Pasang panel gypsum pada

23
rangka dengan sekrup ceiling menggunakan obeng dengan jarak 60 cm dan setiap sambungan
harus tepat pada rangka. Cek kerapihan dan kerataan bidang plafond dengan menggunakan
waterpass. Perataan sambungan plafond dengan menggunakan ceiling net/lakban dan ditutup
dengan paper tape dan compound ceiling lalu diamplas. Ratakan permukaan plafond gypsum
menggunakan plamur sampai terlihat rata dan lurus. Haluskan dengan amplas sampai rata dan
benar-benar halus. Cat seluruh permukaan plafond sampai merata dengan kuas untuk bagian
tepi dan sudut, serta rol cat untuk bidang luas.

3.3.3.5 Pekerjaan Lantai

Bagian ini mencangkup semua pekerjaan penutup lantai dalam bangunan dan teras-teras
termasuk tangga, seperti yang tercantum dalam gambar. Keramik yang dipakai ukuran 40 x
40 cm untuk lantai, 20 x 20 cm untuk lantai kamar mandi, untuk anak tangga ukuran 10 x 40.

Dasar lantai dilapis pasir pasangan setebal 5cm, dengan adukan untuk lantai beton tumbuk 1
Pc : 3 Ps : 6 Kr.

Permukaan lantai yang akan dipasang keramik harus bersih, cukup kering dan rata air.
Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan tata letak ruangan/tangga/lantai yang ada.
Pemasangan keramik lantai dimulai dari tulangan ini. Sebelum dipasang, keramik lantai agar
direndam dalam air terlebih dahulu. Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang rata
air. Adukan semen untuk pemasangan keramik harus putih, baik permukaan dasar maupun di
badan belakang keramik lantai yang terpasang. Perbandingan adukan dan ketebalan rata-rata
yang dianjurkan adalah semen : pasir = 1 : 6, dengan ketebalan rata-rata 2-4 cm. Bersihkan
segera bekas adukan dari permukaan dengan air bersih. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan
serapi-rapinya oleh tukang yang benar- benar ahli dan berpengalaman.

Pemasangan pelapis dinding keramik dilakukan pada semua dinding kamar mandi. Bahan
yang digunakan yaitu keramik ukuran 20 x 25cm dan sebagai pengikat spesi dengan
campuran 1 Pc : 3 Ps. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih
(tidak mengandung asam alkali) sampai jenuh. Keramik yang akan dipasang harus dalam
keadaan baik, tidak retak, cacat ataupun bernoda. Pemotongan unit-unit keramik harus
menggunakan alat pemotong keramik khusus sesuai persyaratan pabrik. Keramik yang sudah

24
terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada permukaan keramik hingga betul-
betul bersih. Dinding dengan pengakhiran keramik, minimum 3 mm dan maksimum 6 mm.

3.3.3.6 Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela dan Ventilasi

Pekerjaan kusen menggunakan alumunium. Ukuran kusen yang akan dibuat harus sesuai
dengan ukuran gambar bestek. Pintu, jendela dan ventilasi menggunakan alumunium. Ukuran
pintu, jendela dan ventilasi disesuaikan dengan ukuran gambar bestek. Kaca yang digunakan
dalam untuk jendela dan ventilasi menggunakan kaca dengan ketebalan 5 mm. Warna kaca
disesuaikan dengan permintaan Direksi.

Pasang kusen pintu/jendela alumunium pada lokasi yang ditentukan (sesuai tipe yang ada
pada gambar rencana), sesuaikan lubang kusen dengan ukuran kusen (selisih lubang 1 cm)
dan masukkan kusen yang siap dipasang ke lubang tembok dengan bantuan baji karet/kayu.
Atur kedudukan kusen dengan baji karet/kayu dan atur kelurusan/kedudukan kusen terhadap
dinding. Lubangi dinding melalui lubang kusen dengan bor untuk tempat sekrup dan
masukkan sekrup ke dalam lubang bor lalu dikencangkan dengan obeng. Pasang daun
pintu/jendela (setelah dipasang kaca) ke dalam kusen. Atur perlengkapan serta asessorisnya
(roda/rel, engsel, kunci, dll). Pengisian pada celah antara kusen dan dinding digunakan
dengan adukan semen. Untuk menghindari cacat pada profil-profil alumunium yang telah
terpasang, maka diberi pelindung sejenis vaseline/isolasi kertas/plastik pada tempat yang
rawan goresan.

3.3.3.7 Pekerjaan Kunci dan Penggantung

Pekerjaan pengunci dan penggantung dipasang pada semua daun pintu dan jendela,
selanjutnya pada jendela dipasang grendel dan hak angin. Bila tidak disebutkan dalam
gambar, engsel-engsel dari Stainless Ukuran 4" dan 3" kualitas baik. Kunci pintu dipasang 2
(dua) slaag (dua kali putar) yang berkualitas baik. Grendel dan hak angin berkualitas baik.

Engsel pintu dipasang 2 (dua) buah dibagian atas dan bawah setiap lembaran daun pintu.
Engsel jendela dipasang 2 (dua) buah pada setiap daun jendela. Pemasangan dilakukan
dengan mur khusus untuk alumunium dan dilakukan dengan alat khusus untuk kusen
alumunium. Grendel 1 buah dan hak angin dipasang 2 (dua) buah untuk setiap daun jendela.
Pasangan harus rapi dan dapat hekerja dengan baik. Untuk melengketkan alat tersebut ke
daun jendela harus menggunakan mur (atau sejenis) seperti tersebut pada ayat pasal ini.

3.3.3.8 Pekerjaan Elektrikal

25
Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi di dalam bangunan,
penyambungan arus yang bersumber dari bangunan yang telah ada, penyediaan bola lampu,
kabel-kabel, pipa-pipa PVC sesuai gambar kerja. Pemasangan instalasi listrik dan tata letak
titik lampu/stop kontak serta jenis armatur lampu yang dipakai harus dikerjakan sesuai
dengan gambar instalasi listrik. Sedangkan sistem pemasangan pipa-pipa listrik pada dinding
maupun beton harus ditanam (sistem inbouw) dan penarikan kabel (jaringan kabel) di atas
plafond diikat dengan isolator khusus dengan jarak 1,00 m atau 1,20 m, atau jaringan kabel di
atas plafon tersebut dimasukkan dalam pipa PVC. Khusus untuk instalasi stop kontak harus
dilengkapi kabel arde (pentanahan) sesuai dengan peraturan yang berlaku (mencapai dan
terendam air tanah). Pekerjaan ini dilakukan oleh pekerja yang ahli dalam bidang tersebut.

3.3.3.9 Pekerjaan Pemadam Kebakaran

Pekerjaan pemadam kebakaran dimulai dengan menandai plafond dengan kapur/spidol. Tarik
kabel instalasi keluar plafond. Pasang detector dan sambung kabel instalasinya. Kencangkan
detector dengan sekrup dan lindungi detector dari debu. Urutan pelaksanaan pada pekerjaan
pemadam kebakaran ini adalah pemasangan instalasi conduit, pemasangan kabel instalasi fire
alarm, pemasangan instalasi rak kabel, pemasangan terminal blok, pemasangan detector, dan
pemasangan peralatan utama. Buat galian untuk instalasi outdoor. Pasang sparing pipa pada
struktur. Pasang fiting- fiting pipa dan beri lem Epoxy untuk pipa GIP pada tiap- tiap fiting
pipa. Cat pipa yang tidak dalam keadaan tertanam dalam tanah dan plinkote untuk pipa yang
ditanam dalam tanah. Isi pipa dengan air pakai test pump dan beri tekanan pada pipa dengan
menggunakan test pump, sesuai tekanan yang diinginkan untuk pengetesan kebocoran.
Pemasangan hydrant sesuai gambar. Tes pemakaian.

3.3.3.10 Pekerjaan Tata Udara

Pekerjaan tata udara dimulai dengan membuat saluran ducting dengan memotong seng BJLS
sesuai ukuran gambar. Seng diroll untuk membuat tulangan. Seng dilipat dan slip untuk
sambungan dengan mesin lock former. Membuat kep dan flens untuk sambungan saluran.
Saluran yang sudah dirakit setiap sambungannya diberi plinkote. Lalu saluran dibalut dengan
glass wool & aluminium foil. Saluran digantung/dipasang sesuai dengan gambar di lapangan.
Setelah instalasi saluran selesai lalu dites kebocoran dengan pencahayaan atau pengasapan.
Setelah pekerjaan ducting selesai dilanjutkan dengan pekerjaan pipa refrigerant. Ukur jarak
indoor ke outdoor unit termasuk jarak untuk elbow. Potong pipa tembaga sesuai pengukuran
di lapangan. Bersihkan dalam pipa dengan menggunakan kain. Pasang armaflex pada pipa.
Las fitting pada pipa dengan menggunakan LPG dan Oxigen (dilas panjang pipa untuk daerah

26
yang aman di lapangan). Pasang asessories pipa seperti sight glass dan filter dryer. Sambung
instalasi tersebut ke indoor dan outdoor. Vacum instalasi melalui outdoor unit. Setelah
instalasi vacum isi dengan freon baca melalui analyzer. AC siap untuk dites (pada waktu
pengetesan baca ampere melalui tang ampere).

3.3.3.11 Pekerjaan Sanitair

Pekerjaan instalasi air bersih dan air kotor meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi
didalam bangunan, penyambungan yang bersumber dari bangunan yang telah ada,
penyediaan bahan-bahan kelengkapan, pipa-pipa PVC dan sebagainya sehingga instalasi
berfungsi dengan baik. Pipa-pipa PVC yang digunakan Type AW dari beberapa ukuran,
antara lain diameter, 1/2", 3/4", 3" dan 4". Pipa diameter 1/2" dan 3/4" digunakan untuk
instalasi air bersih serta ukuran 3" lan 4" untuk instalasi air kotor (Buangan KM/WC).
Sebagai alat sambung digunakan sock drat, elbow dan T yang sesuai dengan spesifikasi dan
ukuran bahan yang direkatkan dengan mengunakan lem PVC. Kran air yang digunakan harus
poliakitact atau yang setara dari steinlessteel. Kloset jongkok dan kloset duduk menggunakan
bahan keramik dengan merek KIA atau yang setara. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan
gambar bestek dengan persetujuan direksi.

Pekerjaan septictank dan resapan dilakukan sesuai dengan spesifikasi gambar dan tata
letakmya sesuai dengan petunjuk Pengawas Lapangan.

3.3.3.12 Pekerjaan Pengecatan

Cat kayu untuk bidang-bidang kayu listplank yang nampak. Cat tembok untuk dinding yang
diplester, bidang-bidang beton dan plafond. Pekerjaan meni, berwarna sama, pengecatan
minimal 2 (dua) kali. Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan
memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan yang digunakan. Urutan pekerjaan sebagai
berikut : 2 (dua) kali pengerjaan meni kayu, 1 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu,
penghalusan dengan amplas, dan finishing dengan cat kayu sampai rata minimal 2 (dua) kali.
Pengecatan dilakukan serapi mungkin.

3.3.3.13 Pekerjaan Lain-lain

Pekerjaan lain-lain yaitu pembuatan skycross yang dibuat sesuai dengan spesifikasi gambar
dan mendapat persetujuan Pengawas Lapangan. Pekerjaan realing tangga, relief dinding
dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dalam bidang tersebut dan dibuat serapi mungkin dan
sesuai dengan gambar dan mendapat persetujuan Pengawas Lapangan. Tower air dibuat
dengan rangka baja dengan ukuran sesuai dengan spesifikasi gambar dan dikerjakan oleh

27
tenaga kerja yang ahli dibidang tersebut. Tower air dibuat sekokoh mungkin agar tidak
mudah rusak. Di dalam pekerjaan ini juga dilakukan pembuatan sumur bor dangkal dan
instalasi air dari sumur ke dalam bangunan. Pekerjaan finishing dilakukan pada bagian-
bagian yang perlu dirapikan atau mendapat perintah untuk dirapikan dari Pengawas
Lapangan. Semua sisa bekas pekerjaan yang tidak diperlukan dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan. Pemasukan air PDAM dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3.3.3.14 Pekerjaan Pagar

Pekerjaan pagar bangunan dilakukan sesuai dengan gambar bestek dan persetujuan direksi.
Bahan yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi bahan dan pekerjaan sesuai dengan
rencana anggaran biaya.

3.4 Kegiatan Proyek yang Diikuti

Kegiatan proyek yang penulis ikuti selama 2 (dua) bulan melaksanakan Kerja Praktek pada
Proyek Pembagunan Gedung Hotel Grand Keisha ini adalah pekerjaan yang meliputi :

1. pekerjaan sloof; dan


2. pekerjaan kolom lantai 4 & 5.

3.4.1 Pekerjaan Sloof

Agar seluruh konstruksi pondasi dan kolom-kolom dari bangunan tersebut menjadi satu
kesatuan yang kokoh dalam memikul seluruh muatan bangunan, maka diantara pondasi dan
kolom-kolom bangunan tersebut dipasang sloof. Pekerjaan sloof dilakukan setelah pekerjaan
pile cap selesai.

Tahapan-tahapan dari pekerjaan sloof adalah:

pekerjaan pembesian sloof;


pemasangan bekisting sloof;
pengecoran sloof;
perawatan beton sloof; dan
pembukaan bekisting sloof.

3.4.2 Pekerjaan pembesian sloof

Pekerjaan pembesian sloof pada proyek ini terdiri dari 2 (dua) tipe, yaitu:

28
1. tipe S1 dengan ukuran 30/50

a. Penulangan pada momen tumpuan: atas 3 D19 mm

tengah 2 D8 mm

bawah 3 D19 mm

sengkang 10 -125 mm

b. Penulangan pada momen lapangan: atas 3 D19 mm

tengah 2 D8 mm

bawah 3 D19 mm

sengkang 10 -125 mm

2. tipe S2 dengan ukuran 30/60

a. Penulangan pada momen tumpuan: atas 3 D19 mm

tengah 2 D8 mm

bawah 3 D19 mm

sengkang 10 -125 mm

b. Penulangan pada momen lapangan: atas 3 D19 mm

tengah 2 D8 mm

bawah 3 D19 mm

sengkang 10 -125 mm

Pekerjaan pembesian dilakukan langsung di atas papan mal dan dirangkai sesuai gambar
rencana. Semua besi yang dipakai untuk tulangan terlebih dahulu dibentuk dan dipotong di
lokasi kerja. Sebelum diadakan pemotongan, besi terlebih dahulu diluruskan oleh 2 (dua)
orang yang berdiri di atas tanah. Besi yang diluruskan diletakkan diantara potongan besi dan
diluruskan dengan menggunakan kunci khusus.

Semua besi tulangan yang dipakai harus ditekuk dan dibentuk sesuai dengan yang tertera
pada gambar. SK SNI T 15 -1991 03 menyebutkan pada saat beton dicor, besi harus
bebas dari kotoran, karat serta bahan-bahan lain yang dapat menyebabkan kurangnya daya

29
ikat besi tulangan terhadap beton. Tulangan-tulangan yang telah dibentuk diangkat ke atas
papan mal untuk dirangkai. Untuk pengikat digunakan kawat beton 1 mm.

3.4.3 Pemasangan bekisting sloof

Bekisting atau cetakan berfungsi sebagai tempat mencetak sloof yang akan dicor dan tempat
dipasangnya pembesian. Bekisting untuk sloof terbuat dari papan. Pemasangan harus benar-
benar kuat dan kokoh agar setelah dibongkar akan memberikan bidang yang rata. Pada
permukaan cetakan diberi minyak untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pekerjaan
pemasangan bekisting di kerjakan oleh 7 (tujuh) orang tenaga kerja.

3.4.4 Pengecoran sloof

Sebelum pengecoran dimulai semua cetakan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat
dan juga diadakan pemeriksaan letak tulangan maupun letak cetakan. Alat-alat yang
dipersiapkan sebelum melakukan pengecoran adalah sebagai berikut:

truck mixer;
kereta sorong untuk memasukkan mortar;
timba plastik untuk menuang air;
sendok semen; dan
pemadat beton (Concrete Vibrator).

Pengecoran sloof ini juga menggunakan ready mix concrete yang berasal dari batching plan
PT. Karya Beton Concrete mix design, dengan mutu beton K-300, dan setelah itu mortar
dibawa ke lokasi proyek dengan menggunakan mobil KB (truck mixer). Pelaksanaan
pengecoran ini dilakukan secara manual. Pengadukan campuran dilakukan dengan
menggunakan truck mixer, kemudian dituang ke dalam kereta sorong, kemudian diangkut
dengan timba dan dituang ke dalam cetakan bekisting. Penuangan mortar dilakukan terus
menerus di mana tiap lapisan diratakan dengan sendok perata kemudian dipadatkan secara
merata ke dalam tempat-tempat di sekitar tulangan dan kesudut-sudut acuan dengan
menggunakan concrete vibrator. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan rongga-rongga udara
yang tersekap dalam campuran mortar guna untuk mencapai kepadatan yang maksimum.
Pemadatan juga bertujuan untuk menjamin perlekatan yang baik antara beton dengan baja
tulangan serta sarana lain yang ikut dicor. Pada saat beton dipadatkan, perlu agar tulangan
jangan diganggu dan acuan jangan sampai rusak atau berpindah tempat.

3.4.5 Perawatan beton sloof

30
Perawatan beton sloof dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan kantong semen
bekas yang dibasahi selama 1 (satu) hari. Perawatan ini dilakukan jika cuaca panas dan
setelah beton mengeras, yaitu berkisar 6 (enam) sampai 8 (delapan) jam setelah pengecoran
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya keretakan pada sloof. Pekerjaan ini dilakukan oleh
3 (tiga) orang tenaga kerja.

3.4.6 Pembukaan bekisting sloof

Pekerjaan pembukaan cetakan pondasi tapak dilakukan setelah beton berumur 2 (dua) hari.
Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 (tiga) orang pekerja. Pekerjaan dilakukan secara hati-hati, agar
tidak merusak permukaan beton yang telah dicor. Peralatan yang digunakan pada saat
pembukaan bekisting adalah palu dan linggis. Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan
baik, selain untuk menjaga lapisan kolom agar tidak terkelupas, juga agar papan bekisting
tetap bagus karena akan dipakai untuk keperluan lain.

3.4.7 Pekerjaan Kolom Lantai 4 & 5

Pekerjaan kolom lantai 4 & 5 pada proyek ini dilaksanakan setelah pekerjaan balok sloof
selesai. Tahap-tahap untuk pekerjaan kolom lantai 4 & 5 adalah sebagai berikut :

1. pembesian kolom lantai 4 & 5;


2. pemasangan bekisting kolom lantai 4 & 5; dan
3. pengecoran kolom lantai 4 & 5.

3.4.8 Pembesian kolom lantai 4 & 5

Tulangan untuk stik kolom adalah besi ulir diameter 19 mm dan ukuran sengkang 10-140
untuk tumpuan dan 10-180 untuk lapangan dan untuk pengikatnya digunakan kawat 1
mm. Pekerjaan pembengkokan dan penyetelan tulangan kolom dilakukan di lokasi proyek.
Tulangan dan begel yang akan dipakai terlebih dahulu dipotong dan dibentuk sesuai dengan
bentuk dan panjang yang diinginkan.

Tulangan dan begel yang telah dibentuk ini dibawa ke lokasi pekerjaan untuk dipasang atau
dirangkaikan. Pekerjaan pembesian dan pemasangan tulangan dikerjakan oleh 2 (dua) sampai
3 (tiga) orang pekerja.

3.4.9 Pemasangan bekisting kolom lantai 4 & 5

Bekisting untuk kolom dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran kolom yang direncanakan.
Adapun multipleks yang digunakan untuk bekisting berukuran tebal 15 mm, dan kayu
pemaku 5/7 cm dengan jarak 60 cm.

31
Pembuatan papan bekisting ini dibuat di pondok kerja dengan menggunakan peralatan
tukang. Cetakan yang telah selesai dibawa ke lokasi pekerjaan dan dipasang sesuai dengan
posisi tulangan yang telah terpasang sebelumnya. Untuk memeriksa tegak lurusnya acuan
digunakan unting-unting yang diikatkan pada papan bekisting dengan benang. Selanjutnya
papan bekisting disejajarkan dengan benang tersebut. Pada bagian dalam tripleks bekisting
diolesi oli agar ketika pembukaan mal menjadi lebih mudah. Setiap pekerjaan pemasangan
bekisting yang telah selesai diperiksa dan disetujui oleh pengawas lapangan.

Dalam pekerjaan pemasangan bekisting diperlukan 16 (enam belas) orang pekerja, untuk satu
hari dapat diselesaikan 8 (delapan) buah bekisting, alat yang digunakan untuk membuat
bekisting adalah linggis, palu dan gergaji untuk memotong papan dan alat bantu tukang
lainnya.

3.4.10 Pengecoran kolom lantai 4 & 5

Setelah pekerjaan pembesian dan pemasangan bekisting selesai dikerjakan, maka selanjutnya
adalah pekerjaan pengecoran. Pengecoran kolom lantai 1 ini menggunakan ready mix
concrete yang berasal dari batching plan PT. Karya Beton Concrete mix design, dengan mutu
beton K-300. Mortar yang digunakan dalam pengecoran ini proses pencampuran dan
pengadukannya dilakukan di batching plan PT. Karya Beton dan setelah itu barulah mortar
dibawa ke lokasi proyek dengan menggunakan mobil KB (truck mixer).

Pelaksanaan pengecoran ini dilakukan secara manual. Pengadukan campuran dilakukan


dengan menggunakan truck mixer, kemudian dituang ke dalam kereta sorong, kemudian
diangkut dengan timba dan dituang ke dalam cetakan bekisting. Untuk mencegah adanya
rongga-rongga udara dan sarang-sarang kerikil, maka selama pengecoran dilakukan
pemadatan dengan menggunakan concrete vibrator dan juga dilakukan penusukan-penusukan
dengan menggunakan tongkat besi.

32
BAB IV
MANAJEMEN PROYEK

4.1 Uraian Umum


Pengendalian proyek menurut sudut pandang MK adalah suatu proses rangkaian kegiatan
yang bertujuan untuk menjamin hasil kerja dengan cara
melakukan tindakan korektif jika terjadi penyimpangan yang dijumpai pada saat pelaksanaan
pekerjaan konstruksi baik dari segi mutu, waktu dan biaya. Pengendalian proyek bertujuan
untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan supaya tetap sesuai rencana awal proyek.
Pengendalian proyek juga bertujuan sebagai salah satu alternatif untuk memantau laporan
pekerjaan yaitu dengan cara membuat laporan tentang kemajuan pelaksanaan proyek yang
telah dilaksanakan khususnya dalam pekerjaan konstruksi:
Pengendalian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu monitoring, pengawasan, penilaian
dan evaluasi. Dari ketiga pengendalian yang dilakukan oleh MK seluruhnya membutuhkan
tahapan monitoring, pengawasan, penilaian dan evaluasi.

4.2 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu dalam sebuah proyek pembangunan perlu dilakukan,
karena sebuah mutu yang digunakan akan mempengaruhi segi waktu serta biaya yang
dibutuhkan. Pengendalian mutu dilakukanoleh MK agar pekerjaan yang dikerjakan oleh
kontraktor sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh konsultan perencana.
Pengendalian mutu dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengendalian
langsung dapat dilakukan langsung dilapangan dan pengendalian tidak langsung dapat
dilakukan melalui cek laboratorium. Beberapa pengendalian mutu yang dilakukan oleh MK
pada proyek pembangunan Hotel Grand Keisha Yogyakarta adalah :

4.2.1 Pengendalian Mutu Material dan Bahan Bangunan

33
Bahan bangunan yang berkualitas dapat menjadi tolok ukur kualitas suatu proyek
pembangunan. Bahan bangunan yang digunakan sebelum di Laporan Praktik Kerja Proyek
Pembangunan Hotel Grand Keisha Yogyakarta aplikasikan terhadap proyek perlu dilakukan
pengecekan kualitas dan mutu sebelumnya. Kontrol mutu dilakukan oleh MK sebagai
pengawas untuk bukti kontrol. Pengendalian mutu bahan bangunan meliputi beberapa uji
yaitu uji kuat tekan beton serta tes slump.

a. Uji Kuat Tekan Beton


Uji kuat tekan beton adalah pengujin kekuatan dari beton yang digunakan dengan melihat
kekuatan beton saat diberi sebuah tekanan (beban). Uji kuat tekan beton dilaksanakan saat
umur beton berada pada hari ke-7, ke-14 dan ke-28. Uji kuata tekan beton dilakukan di
Laboratorium Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui kuat tekan beton dari mutu beton yang sudah direncanakan. Langkah-langkah
dalam pengujian kuat tekan beton adalah sebagai berikut : - Benda uji yang akan diuji
diletakkan pada mesin secara sentris
Mesin uji akan bekerja dengan cara menekan benda uji
Benda uji akan tertekan dan mengalami keretakan bahkan bisa mencapai
kerusakan
Jarum jam pada monitor akan bergerak sesuai kekuatan dari benda uji
Hasil dari uji kuat tekan dilihat dari angka pada jarum jam
b. Uji Test Slump
Uji test slump adalah pengujian untuk mengetahui kadar air dalam beton yang berhubungan
dengan mutu beton. Pengujian test slump dilakukan satu kali setiap mixer truck datang dan
diharapkan nilai slumpyang diperoleh adalah 102cm yang mengacu pada SNI 1972-2000
dan ICS 91.100.30. Test slump bertujuan untuk kelancaran pelaksanaan pengecoran. Jika
terlalu kental maka akan merusak concrete pump dan susah masuk ke celah-celah tulangan,
jika terlalu encer maka akan menurunkan kualitas mutu beton yang dihasilkan. Uji test slump
dilakukan dengan cara :
Uji test slump menggunakan kerucut Abrams bagian bawah berdiameter 30 cm,
bagian atas berdiameter 10cm.
Adukan beton dimasukan ke kerucut Abrams sebanyak tiga lapis dan tiap lapis
ditusuk menggunakan tongkat baja berdiameter 16 mm, panjang 60 cm, sebanyak 10
kali.
Setelah terisi penuh dan diratakan diamkan selama 30 menit
Kerucut ditarik vertikal ke atas sehingga adukan beton turun, dan dicek berapa
ketinggian cetakan beton yang diperoleh

34
4.2.2 Pengendalian Mutu Pekerjaan
Pekerjaan yang baik dan sesuai dengan prosedur akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Pengendalian mutu pekerjaan dapat dilakukan dengan pengawasan agar hasil pekerjaan
sesuai dengan rencana dan dapat dipertanggung jawabkan. Pengawasan dilakukan oleh tim
pengawas yaitu MK. Dalam proses perijinan pelaksanaan tim, menejemen konstruksi akan
melakukan pengecekan pekerjaan dengan menggunakan ceklist lembar sirkulasi: Jika
memenuhi semua yang telah disyaratkan maka tim menejemen konstruksi akan mengeluarkan
lembarsirkulasi perijinan pekerjaan dan jika tidak memenuhi persyaratan maka tim
menejemen konstruksi berhak menolak dan akan mengeluarkan site memo serta site
instruction sehingga pelaksana dapat melengkapi persyaratan. Pengendalian mutu pekerjaan
juga dapat dilakukan dengan pengadaan rapat mingguan dan bulanan untuk mengetahui
progres dan kendala serta penyelesaian dilapangan. Pengendalian mutu pekerjaan juga dapat
diamati langsung pada setiap laporan. Pengendalian mutu pekerjaan dilihat dari segi
ketepatan dimensi pekerjaan, kerapian, kekuatan dan jumlah material yang digunakan.

4.3 Pengendalian Waktu


Pengendalian waktu dalam sebuah proyek pembangunan perlu dilakukan, karena sebuah
waktu yang diperlukan akan mempengaruhi dari segi mutu serta biaya yang dibutuhkan.
Peranan MK dalam pengendalian waktu, mutu dan biaya tentang pekerjaan konstruksi sangat
diperlukan. Pengendalian waktu dilakukan agar pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor
dapat terselesaikan sesuai dengan rencana awal. Pengendalian waktu dilakukan juga untuk
membandingkan time shedule rencana dengan time schedule realisasi. Time schedule
berfungsi sebagai alat pengontrol pelaksanaan pekerjaan, sehingga dari time schedule ini
akan diketahui mana pekerjaan yang harus mulai atau selesai atau pekerjaan yang bisa
bersamaan pelaksanaannya. Dalam penyusunan time scheduleini diperlukan data volume,
kapasitas tenaga kerja, waktu mulai dan selesai pekerjaan.Pengendalian waktu dengan time
scheduledilakukan oleh Manajemen Konstruksi sebagai pengawas. MK bekerja untuk
mengawasi pekerjaan kontraktor agar pengendalian waktu dapat terlaksana dengan baik.
Pengawasan dilakukan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana dan secara teknis dapat
dipertanggung jawabkan. Kualitas pekerjaan yang tidak memenuhi syarat dapat ditolak dan
diperbaiki. Sehingga peranan MK sangat menentukan dalam keberhasilan pengendalian
kualitas pekerjaan. Dalam proyek pembangunan Hotel Grand Keisha Yogyakarta, tim
pengawas dari pihak pemilik proyek. Pengendalian kualitas pekerjaan ini salah satu tindakan
yang dilakukan pada proyek ini yaitu laporan-laporan pelaksaan yang dilaporkan dan dikaji

35
secara berkala. Pengendalian waktu dalam proyek ini berhubungan erat dengan laporan
harian, laporan mingguan dan laporan bulanan proyek.

1. Laporan Harian
Laporan harian adalah laopran kegiatan pekerjaan proyek yang terlaksana dalam satu hari
yang bertujuan untuk mempermudah penyusunan laporan mingguan. Laporan harian berisi
jenis pekerjaan, alat dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan dan jumlah pekerja.

2. Laporan Mingguan
Laporan mingguan adalah laporan kegiatan pekerjaan proyek yang terlaksana dalam satu
minggu. Laporan mingguan disusun berdasarkan laporan harian selama satu minggu. Dari
hasil laporan mingguan akan diperoleh kumulatif prestasi pekerjaan untuk time
schedulepelaksanaan maka akan diketahui jika terjadi keterlambatanatau kemajuandalam
proyek tersebut.

3. Laporan Bulanan
Laporan bulanan disusun berdasarkan laporan mingguan dalam suatu proyek. Laporan
bulanan juga dikerjakan untuk mengetahui gambaran baik itu kemajuan maupun
keterlambatan dalam suatu proyek dan berhubungan dengan time schedule

4.4 Pengendalian Biaya


Pengendalian biaya dalam sebuah proyek pembangunan perlu dilakukan, karena biaya yang
diperlukan dalam sebuah proyek mempengaruhi dari segi mutu dan waktu. Pihak MK sebagai
pengawas bertanggung jawab atas pengendalian biaya, khususnya untuk pekerjaan
konstruksi. Pengendalian biaya dilakukan untuk menekan biaya pelaksanaan agar tidak
melebihi biaya rencana yang dianggarkan. Pengendalian biaya sangat penting dalam
pelaksanaan konstruksi agar dapat menjaga kesinambungan dalam proyek. Pengendalian
biaya yang digunakan dalam suatu proyek dituangkan dalam Rencana Anggaran Biaya
(RAB) proyek. RAB adalah pedoman yang dibuat oleh konsultan perencana sebagai dasar
kontrak kerja konstruksi dalam pengadaan suatu proyek. RAB harus dibuat untuk setiap item

36
kerja yang diselenggarakan oleh kontraktor. RAB merupakan rahasia suatu perusahaan,
namun biasanya real cost yang dikeluarkan harus mempunyai selisih yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan dana RAB. Namun selisih yang didapat dari nilai real costtersebut tidak
boleh mengurangi mutu kerja yang dihasilkan. Prioritas utama dalam pengaturan keuangan
proyek yaitu dengan menitikberatkan kepada jumlah biaya yang telah dikeluarkan guna
pendanaan proyek, yang berkaitan dengan kemajuan proyek yang telah dicapai. Pengendalian
biaya dapat dilakukan dengan kurva S, dimana penggunaan biaya bertambah seiring dengan
berjalannya waktu dan volume pekerjaan. Untuk mengetahui kondisi keuangan proyek dapat
ditampilkan melalui kurva S yang dibuat berdasarkan prestasi/ kemajuan proyek. Selisih
keduanya merupakan selisih biaya dalam persen dan harus sesuai dengan bobot kerja kurva S.
Untuk menekan biaya proyek harus dibuat suatu sistem kerja dimana setiap komponen yang
terkait dapat memberi hasil yang optimal. Tujuan dari pengendalian biaya adalah agar
pengaturan dana dapat lebihefisien dan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan atas berbagai alternatif penyelesaian teknis yang berkaitan dengan biaya.
Pengendalian biaya juga dapat dilakukan dengan cara membuat

Bar Bending Schedule (BBS) atau yang biasa dikenal dengan bestek. BBS dibuat agar dapat
mengurangi kerugian akibat material tulangan baja yang tersisa serta memberikan gambaran
akan jadwal pelaksanaan fabrikasi yaitu potong, bengkok, perakitan dan instalasi pada besi

Permasalahan dan Pembahasan

4.5 Uraian Umum


Dalam sebuah proyek konstruksi pasti mengaharapkan seluruh pelaksanannya berjalan
dengan lancar. Akan tetapi ada hal-hal yang menjadi penghambat atau menjadi permasalahan
dalam sebuah proyek konstruksi khsususnya dalam tanggung jawab pihak MK. Permasalahan
yang timbul dalam sebuah proyek konstruksi untuk pihak MK sangatlah beragam.
Permasalahan tersebut bisa kondisi alam, pelaksanaan teknis, jumlah tenaga, keterlambatan
pekerjaandan lain sebagainya. Permasalahan yang timbul harus sesegera mungkin diatasi agar
pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar sesuai rencana. Berikut ini adalah beberapa
permasalahan dan pemecahannya yang terjadi dalam proyek pembangunan Hotel Grand
Keisha Yogyakarta yang dilakukan oleh MK sebagai pengawas :
1.Permasalahan Cuaca
2.Permasalahan Teknis Dalam Pelaksanaan
3.Permasalahan Jumlah Tenaga Kerja

37
4.Permasalahan Keterlambatan Pekerjaan

4.5.1 Permasalahan Cuaca


Cuaca adalah kondisi alam yang tidak dapat diprediksi ketepatannya. Cuaca yang baik atau
buruk dapat terjadi sewaktu-waktu. Akan tetapi dengan terjadinya cuaca yang buruk saat
proses pelaksanaan berlangsung,
maka akan menghambat jalannya pekerjaan. Permasalahan yang terjadi ketika cuaca buruk
terjadi adalah :
1. Proyek pembangunan infrastuktur terpaksa berhenti sementara menunggu hujan reda, atau
tetap melanjutkan pekerjaan dengan memasang tenda.
2. Waktu pembangunan dapat mundur dari jadwal rencana apabila hujan terus menerus diluar
perkiraan sehingga menghambat berjalannya proyek.
3. Pengecoran terpaksa dihentikan jika hujan mengguyur deras, maka pihak kontraktor akan
menanggung biaya ready mix yang sudah terkirim keproyek.
4. Memungkinkan terjadinya banjir pada lokasi proyek jika hujan dalam intensitas tinggi,
sehingga menghambat berjalannya proyek.

Solusi Penyelesaian Masalah :


Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang cuaca buruk maka hal
yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor meminta toleransi kepada pihak MK atau
Owner untuk mengajukan perubahan rencana pekerjaan. Dimana nanti ketika cuaca sudah
membaik akan dilakukan penambahan pekerja dan pekerjaan atau lembur. Agar rencana
pekerjaan dapat kembali berjalan dengan baik dan ketertinggalan pekerjaan dapat kembali
dikejar sesuai rencana.

4.5.2 Permasalahan Teknis Dalam Pelaksanaan


Pelaksanaan teknis adalah pekerjaan yang dilaksanakan atau dilakukan sesuai teknis yang
sudah ada. Pelaksanaan dari setiap pekerjaan menggunakan metode kerja yang berbeda-beda.
Dalam setiap proyek pembangunan tidak semua pekerjaan dilaksanakan sesuai teknis atau
metode yang ada (kesalahan). Terkadang ada hal-hal dilapangan yang membuat itu terjadi.
Biasanya kesalahan tersebut bisa terjadi secaradisengaja ataupun tidak disengaja. Dan apabila
terjadi kesalahan dalam pekerjaan maka akan hasil yang ada akan tidak memuaskan.

Solusi Penyelesaian Masalah :

38
Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang kesalahan teknis dalam
pekerjaan maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor meminta toleransi kepada
pihak MK atau Owner untuk mengajukan perbaikan, karena pihak kontraktor sebisa mungkin
akan langsung memperbaiki, agar nanti hasil yang sudah diperbaiki sebisa mungkin sesuai
dengan hasil perencanaan.

4.5.3 Permasalahan Jumlah Tenaga Kerja


Pekerja adalah sesorng yang ikut andil dalam pembangunan sebuah proyek.Tanpa adanya
pekerja maka sebuah proyek pembangunan tidak dapat berlajan.Akan tetapi dalam setiap
proyek pembangunan tidak selalu sesuai rencana, terkadang ada hal- hal yang dapat
menghambat dalam proses pelaksanaan pekerjaan. Seperti halnya yang lain,terkadang
permasalahan dalam hal jumlah tenaga kerjajuga dapat menjadi hambatan dalam pekerjaan.
Apabila tidak ada pekerja yang bekerja maka proyek pembangunan akan terhenti. Biasanya
permasalahan yang dihadapi adalah berkurangnya jumlah pekerja atau para pekerja sedang
pulang ke tempat asal untuk urusan lain. Hal ini juga akan berdampak terhadap waktu
pekerjaan.

Solusi Penyelesaian Masalah :


Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang jumlah tenaga kerja
maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor mencari tambahan pekerja apabila
kekurangan pekerja dan mecari pengganti sementara apabila banyak pekerja yang pulang ke
tempat asal untuk sementara waktu.

4.5.4 Permasalahan Keterlambatan Pekerjaan


Pelaksanaan pekerjaan yang tepat waktu akan menghasilkan proyek konstruksi yang baik
pula. Dalam setiap proyek konstruksi pasti
ada permasalahan yang dihadapi. Salah satunya adalah permasalahan keterlambatan dalam
pekerjaan konstruksi. Keterlambatan pekerjaan ini bisa dipicu oleh beberapa faktor, antara
lain :
a. Cuaca yang buruk
b. Berkurangnya jumlah tenaga kerja
c. Keterlambatan pengiriman bahan material
d. Rusaknya peralatan pekerjaan
Bila permasalahan keterlambatan pekerjaan terjadi maka akan berpe

39
ngaruh terhadap waktu dan biaya yang dibutuhkan.

Solusi Penyelesaian Masalah :


Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang keterlambatan pekerjaan
maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor mencari tambahan pekerja apabila
kekurangan pekerja dan mecari alternatif supliyer lain untuk bahan material dan menambah
jumlah jam kerja (lembur) agar keterlambatan pekerjaan dapat dikejar. Akan tetapi semua itu
harus atas seijin dari pihak MK atau pengawas, karena pihak MK adalah yang berwenang
terhadap pelaksanaan pekerjaan pada proyek setelah owner.

40
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah mengikuti Kerja Praktek selama lebih kurang 2 (dua) bulan pada Proyek Pembagunan
Hotel Grand Keisha Yogyakarta, penulis banyak memperoleh tambahan pengetahuan dan
pengalaman di lapangan secara langsung. Hal ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi
penulis, antara pengetahuan yang didapat di lapangan dengan teori yang diperoleh dari bahan
kuliah maupun dari literatur-literatur.

Berdasarkan analisis serta hasil pengamatan di lapangan selama mengikuti Kerja Praktek,
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. kesalahan pihak perencana dalam perencanaan kedalaman tiang pancang


menyebabkan kerugian finansial/material pada pihak pelaksana karena harus
menambah jumlah pemesanan tiang pancang agar memenuhi kebutuhan material
tiang pancang di lapangan dan juga harus menambah biaya operasional alat berat
yang digunakan dalam pekerjaan pemancangan tiang pancang;
2. kesalahan pihak perencana dalam perencanaan kedalaman tiang pancang juga
mengakibatkan kerugian waktu pada pihak pelaksana dalam melaksanakan
kegiatan pekerjaan pemancangan tiang pancang agar mencapai daya dukung tanah
yang diinginkan;
3. pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak sesuai dengan time schedule/jadwal
rencana berdasarkan kurva S proyek yang telah direncanakan karena kesalahan
perencanaan kedalaman tiang pancang yang menyebabkan keterlambatan
pekerjaan;
4. pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak sesuai dengan time schedule/jadwal
rencana berdasarkan kurva S proyek yang telah direncanakan karena mengalami
gangguan cuaca (hujan) yang menyebabkan keterlambatan pekerjaan;

41
5. pelaksanaan pekerjaan di lapangan juga tidak sesuai dengan time schedule/jadwal
rencana berdasarkan kurva S proyek yang telah direncanakan karena
keterlambatan pengadaan material yang menyebabkan keterlambatan pekerjaan;
6. pelaksanaan pekerjaan di lapangan sangat tergantung pada keadaan cuaca dan
tersedianya bahan/material yang akan digunakan;
7. pelaksanaan pekerjaan di lapangan sangat mengutamakan mutu/kualitas dari
bahan/material yang akan digunakan; dan
8. metode pelaksanaan pekerjaan yang dipakai di lapangan sudah sangat baik
dikarenakan banyaknya pengalaman kerja dari pihak pelaksana dalam
melaksanakan pembangunan gedung.

5.2 Saran-saran

Setelah diamati secara keseluruhan dari pekerjaan yang diikuti di lapangan, beberapa saran
yang dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut :

1. pihak perencana diharapkan agar lebih teliti dalam merencanakan tiap-tiap


pekerjaan yang akan
1. dilaksanakan agar mencegah kerugian pada semua pihak, baik kerugian
finansial/material maupun kerugian waktu;
2. pihak pelaksana diharapkan agar melaksanakan pekerjaan sesuai dengan time
schedule/jadwal rencana berdasarkan kurva S proyek yang telah direncanakan;
dan
3. pengadaan material diharapkan agar tepat pada waktu agar tidak menyebabkan
keterlambatan pekerjaan di lapangan.

42
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim, 2003, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 80 Tentang Pedoman


Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, http://www.geogle.co.id/

Ervianto, 2002, Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Kusuma, G., 1993, Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SK. SNI T-15-1991-03 Seri
Beton 2, Erlangga, Jakarta.

Soeharto, I., 1995, Manajemen Proyek, Erlangga, Jakarta.

43

You might also like