Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui apakah yang dimaksud penyakit Infeksi Saluran Kemih.
2. Mengetahui penyebab penyakit Infeksi Saluran Kemih.
3. Mengetahui tanda gejala yang ada pada Infeksi Saluran Kemih.
1
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih.
5. Mengetahui komplikasi yang ada pada penyakit Infeksi Saluran Kemih.
6. Mengetahui bagaimana pengobatan dari penyakit Infeksi Saluran Kemih.
7. Mengetahui bagiamana pencegahan dari penyakit Infeksi Saluran Kemih.
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan tentang penyakit Infeksi Saluran Kemih.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari makalah ini yaitu, agar mahasiswa atau
mahasiswi dapat mengetahui penyakit ISK (Infeksi Saluran Kemih) dan
bahaya dari penyakit tersebut, dan juga Asuhan Keperawatan dari Infeksi
Saluran Kemih supaya mahasiswa atau mahasiswi menyusun Asuhan
Keperawatan dari penyakit tersebut. Memperoleh dan memperluas wawasan
untuk memaplikasikan asuhan keperawatan khusunya untuk pasien Infeksi
Saluran Kemih.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
3
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing
tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman
penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock.
ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.
Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
Gangguan daya tahan tubuh
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus
spp yang memproduksi urease.
4
Batu saluran kemih
Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena
Neurogenetic bladder
Striktur uretra
Hipertrofi prostat
4. Gangguan metabolik
Hiperkalsemia
Hipokalemia
Agamaglobulinemia
5. Instrumensasi
Kateter
Dilatasi uretra
Sistoskopi
6. Kehamilan
Fakor statis dan bendungan
pH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.
5
menurun atau rangsangan mukosa yang meradang dengan volume urin yang
kurang.
Gejala yang kurang sering didapatkan pada ISK antara lain enuresis
nocturnal sekunder yaitu mengompol pada dewasa, prostatismus yaitu adanya
kesulitan memulai kencing, kurang deras arusnya, adanya berhentiditengah
kencing tetapi hal ini tersering disebabkan oleh hipertropi prostat. Nyeri uretra
atau mulut uretra dan kandung kemih yang dirasakan didaerah suprapubis juga
dapat timbul akibat ISK. Kolik uretra atau ginjal yang gejalanya khas dan
nyeri prostat dapat juga menyertai gejala ISK. Adapun tanda-tanda pada ISK
yaitu nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih, spasame pada area
kandung kemih dan suprapubi, hematuria, nyeri punggung dapat terjadi,
demam, menggigil, nyeri panggul dan pinggang, nyeri ketika berkemih,
malaise, pusing, mual dan muntah.
6
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena
adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang
efektif.
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
System imunnitas yng menurun
Adanya hambatan pada saluran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut
mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri,
keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi
bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri,
kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus
urinarius.
Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi Infeksi pada
saluran kencing atau perkemihan, antara lain: adanya obstruksi aliran
kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses.
Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki
diatas usia 60 tahun.
7
memberikan gambaran fungsi eksresi, keadaan ureter, dan distorsi system
pelviokalises.
Pemeriksaan penunjang yang lebih invasive seperti pielografi retrograde
(PRG) dan pielografi antegrad (PAG) kadang juga diperlukan, tetapi dengan
indikasi yang sangat selektif, karena efek samping atau komplikasinya dan
umumnya dikerjakan untuk mencoba mendapatkan patensi ureter.
Sistoskopi khusunya pada ISK berulang perlu dilakukan untuk mengetahui
kepastian sebab ISK (TBC) atau mencari faktor presdiposisi seperti batu,
tumor, hipertrofi prostat, divertikel.
Pemeriksaan Urinalisis berupa Leukosuria atau piuria: merupakan salah
satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih. Seperti pemeriksaan
hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
Pemeriksaan Bakteriologis ISK secara mikroskopis dan biakan bakteri.
Adapun pemeriksaan yang lain berupa kultur urine untuk mengidentifikasi
adanya organisme spesifik. Dan hitung koloni, hitung koloni sekitar 100.000
koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen
dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. Dan
pemeriksaan yang terakhir yaitu Metode tes diantaranya yaitu:
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka
psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit M#nular S#ksVal (PMS): Uretritia akut akibat organisme
menular secara s#ksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan: Urogram Intravena (IVU). Pielografi (IVP),
msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan
apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
8
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
9
Pengobatan dapat memberikan hasil yang berbeda-beda antara lain dapat
berupa sembuh baik klinis dengan bakteriua menetap, reinfeksi atau relaps.
Obat-obatan untuk penyakit ISK antara lain:
- Amoksisilin 3 gram
- Trimetoprim-sulfametoksasol 320 mg 1600 mg
- Sulfisoksasol 2 gram
- Trimetoprim 400 mg
- Kanamisin 500 mg i.m.
- Gentamisin 120 mg i.m.
- Sefaleksin 500 mg empat kali sehari
- Asam nalidiksik satu gram empat kali sehari
- Asam pipemidik 400 mg dua kali sehari
- Nitrofurantoin 100 mg
- Metenamin (heksamin) madelat (dengan vitamin C 500 mg) 1 gram
10
2.11 Asuhan Keperawatan ISK
2.11.1 Pengkajian
a. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
b. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
Adakah obstruksi pada saluran kemih?
c. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi
nosokomial.
Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
Imobilisasi dalam waktu yang lama.
Apakah terjadi inkontinensia urine?
d. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor
predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan
jumlah)
Adakah disuria?
Adakah urgensi?
Adakah hesitancy?
Adakah bau urine yang menyengat?
Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan
konsentrasi urine?
Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih
bagian bawah?
Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi
saluran kemih bagian atas?
Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas.
e. Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan
pengobatan yang telah dilakukan?
11
Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap
penyakitnya.
2.11.2 Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi yangberhubungan dengan adanya bakteri pada saluran
kemih.
b. Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan
atau nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi
perawatan di rumah.
2.11.3 Intervensi (Perencanaan / Implementasi)
A. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Nilai kultur urine negative
Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
a) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas
38,50C
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam
tubuh
b) Catat karakteristik urine
Rasional : Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
c) Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra
indikasi
Rasional : Untuk mencegah stasis urine
d) Monitor pemeriksaan ulang urine kultuur dan sensivitas untuk
menentukan respon terapi.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap
keadaan penderita.
e) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara
komlit setiap kali kemih.
Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.
12
f) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan
kering.
Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri
yang membuat infeksi uretra
B. Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi dan atau
nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien
dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
c) Klien dapat BAK dan berkemih
Intervensi :
13
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat
merilekskan otot-otot.
c) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jikatidak ada kontra indikasi.
Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih.
d) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri.
D. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentangproses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi perawatan di
rumah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak
memperlihatkan tanda-tanda gelisah.
Kriteria Hasil :
a) Klien tidak gelisah
b) Klien tenang
Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan
Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati
terhadap perawatan dan pengobatan.
c) Beri suport pada klien
Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan percaya diri tinggi
terhadap perawatan atas kesembuhannya.
d) Beri dorongan spiritual
Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada
tuhan YME. Beri suport pada klien.
e) Beri penjelasan terhadap penyakitnya
Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang
dialaminya.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Identitas
Nama Klien : Ny T
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 42 tahun
Status Perkawinan : Menikah
15
5. Pola Istirahat dan Tidur :
Sebelum sakit pasien mengatakan 7 sampai 8 jam /hari, saat sakit pasien
mengatakan tidur 4 sampai 5 jam /hari.
6. Pengkajian Fisik :
Tekanan darah pasien 130/90, nadi pasien 88x/menit, suhu 3,8 oC, RR
22x/menit, keadaan umum pasien ringan
7. Sistem urogenital :
Perubahan pola kemih pasien disuria, buang air kecil berwarna kuning
kental atau coklat, pasien megalami distensi kandung kemih, klien
mengatan sakit pinggang dengan skala nyeri 5 dari skala 1 sampai 10.
DS :
Klien mengatakan
perut sakit sakala
16
nyeri :
P : Infeksi
Q : Keram
R : Nyeri menyebar
ke pinggang bagian
belakang
S : 5 dari 1 sampai
10
T : Selama 7 hari
DO :
Wajah klien terlihat
pucat
TD : 130/90 mmHg
N : 88x/menit
S : 380C
RR : 22x/menit
Pemeriksaan
Urinalisa :
Bakteri + Gangguan Infeksi Saluran Kemih
Mitrit +
Leukosit + Eliminasi Urine
Raut muka klien
terlihat nyeri
Klien terlihat
memegang perut
DS :
Klien mengatakan
nyeri saat buang air
kecil
Klien mengatakan
air seni tersendat
saat berkemih
DO :
Pemeriksaan
Urinalisa :
17
Bakteri +
Mitrit +
Leukosit +
18
atau bantalan jel dan
kateterisasi pendingin
intravascular untuk
menurunkan suhu tubuh,
sesuai kebutuhan
8. Sesuaikan suhu lingkungan
untuk kebutuhan pasien
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Pantau komplikasi,
komplika yang berhubungan
dengan demam serta tanda
dan gejala kondisi penyebab
demam (misalnya kejang
penurunan tingkat
kesadaran, status elektrolit
abnormal,
ketidakseimbangan asam
basa, aritmia jantung, dan
perubahan abnormalitas sel)
11. Longgorkan atau lepaskan
pakaian
19
3. Wajah klien sudah dalam interval yang spesifik
7. Gunakan teknik pengalihan
tidak terlihat pucat
4. Nilai tekanan darah atau digabung dengan
klien dalam batas teknik pengalihan lainnya
normal yang sesuai
5. Raut muka klien tidak 8. Evaluasi dan
lagi terlihat nyeri dokumentasikan respon
6. Klien tidak lagi
pasien terhadap kegiatan
memegangi perutnya
pengalihan
9. Tempatkan pasien dalam
posisi terapeutik yang sudah
dirancang
20
teknik mencuci tangan
dengan tepat
9. Gunakan sabun anti
mikroba untuk cuci tangan
yang sesuai
10. Gosok kulit pasien dengan
agen anti bakteri yang
sesuai
11. Dorong untuk beristirahat
12. Berikan terapi antibiotic
yang sesuai manajemen
nyeri
13. Pastikan perawatan
analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pamantauan yang ketat
14. Gunakan strategi
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui perjalanan nyeri
dan sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri.
15. Anjarkan pengunaan teknik
non farmakologi seperti
hypnosis, relaksasi. Aplikasi
panas atau dingin, pijatan
ketika melakukan aktivitas
yang menimbulkan nyeri
16. Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya sesuai kebutuhan
17. Berikan privasi untuk
adanya (aktivitas) eliminasi
18. Dokumentasikan outcomes
dari sesi toileting dengan
pencatatan klinik
21
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian tidak ditemukan kesenjangan antara sumber
literatur dengan contoh kasus karena sama-sama ditemukan tanda-tanda
infeksi dan gejala lain yang biasa ditemukan dalam penyakit infeksi
saluran kemih seperti nyeri perut, demam, dan nyeri saat berkemih.
Pada pengkajian contoh kasus hanya dilakukan pemeriksaan
penunjang darah lengkap untuk menentukan tanda-tanda infeksi dalam
darah seperti jumlah leukosit yang meningkat.
4.3 Intervensi
22
Pada intervensi tidak ditemukan kesenjangan prioritas intervensi.
Pada penetapan tujuan terdapat kesenjangan yaitu pada sumber literature
tidak ditemukan batas waktu penyelesaian masalah keperawatan
sementara pada contoh kasus ditetapkan batas penyelesaian kasus selama
3x24 jam. Penetapan kriteria hasil disesuaikan dengan teori dan kondisi
pasien dalam memberikan asuhan keperawatan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh
mikroorganisme. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh wanita dikarenakan
panjang uretra wanita lebih pendek dibandingkan panjang uretra laki-laki.
ISK dapat menyebabkan demam, nyeri saat berkemih, nyeri abdomen yang
menjalar sampai pinggang. Komplikasi dari ISk antara lain gangguan pada
ginjal, sepsis dan penyempitan uretra. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada penyakit ini antara lain pemeriksaan darah lengkap untuk
melihat jumlah leukosit dan bakteri yang ada. Pengobatan yang umum
diberikan pada penyakit ini adalah pereda nyeri dan antibiotik. Pencegahan
pada penyakit ISK adalah menjaga kebersihan tangan sebelum membersihkan
area genital, juga membersihkan are genital dengan cara yang tepat.
5.2 Saran
Untuk pembaca, teman sejawat dan penulis agar dapat memprioritaskan
masalah sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut,
juga ajarkan pada klien cara perawatan diri yang benar seperti langkah
23
mencuci tangan yang benar dan langkah membersihkan genetalia yang tepat.
Untuk mencegah kurangnya informasi pada pasien. Ajarkan tanda-tanda
infeksi pada klien dan dorong klien untuk memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan saat terjadinya tanda-tanda infeksi
24