You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


ISK (Infeksi Saluran Kemih) adalah berkembangbiaknya mikroorganisme
didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung
bakteri, virus atau mikroorganisem lain. Penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK)
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang perlu
mendapatkan perhatian yang serius. Diperkirakan 8 % anak wanita dan 2 %
anak laki-laki pernah mengalami ISK pada masa kanak-kanaknya. Insiden ISK
belum diketahui dengan pasti (Subandiyah, 2004).
Pada penelitian di Indonesia yang dilakukan pada penderita diabetes
didapatkan kejadian ISK sebesar 47%, pasien dengan batu ginjal 41%, pasien
dengan obstruksi saluran kemih sebesar 20%. Dari 40% penderita yang
terpasang kateter mendapatkan infeksi nosokomial dan bakteriuri sebanyak
26% (Ariwijaya dan Suwitra, 2007).
Berdasarkan suatu penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang dari
tanggal 1 Januari 1999 sampai dengan 31 Desember 2003 didapatkan 563
penderita tersangka infeksi saluran kemih. Escherichia coli merupakan
penyebab ISK Paling sering (48,9%), diikuti Acinetobacter anitratus (9,8%),
Klebsiella pneumonia (9,4%), Staphylococcus coagulase positive (5,8%),
Proteus mirabilis (4,7%) (Subandiyah, 2004). Merupakan suatu protein yang
berperan dalam penyembuh luka (Suratman et al., 1996).

1.1 Rumusan Masalah


Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud Infeksi Saluran Kemih ?
2. Apa penyebab dari penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
3. Apa tanda dan gejala dari penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
5. Apa saja komplikasi yang timbul dari penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
6. Bagaimana pengobatan dari penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
7. Bagaimana pencegahan dari penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari penyakit Infeksi Saluran Kemih ?

1.2 Tujuan
1. Mengetahui apakah yang dimaksud penyakit Infeksi Saluran Kemih.
2. Mengetahui penyebab penyakit Infeksi Saluran Kemih.
3. Mengetahui tanda gejala yang ada pada Infeksi Saluran Kemih.

1
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih.
5. Mengetahui komplikasi yang ada pada penyakit Infeksi Saluran Kemih.
6. Mengetahui bagaimana pengobatan dari penyakit Infeksi Saluran Kemih.
7. Mengetahui bagiamana pencegahan dari penyakit Infeksi Saluran Kemih.
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan tentang penyakit Infeksi Saluran Kemih.

1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari makalah ini yaitu, agar mahasiswa atau
mahasiswi dapat mengetahui penyakit ISK (Infeksi Saluran Kemih) dan
bahaya dari penyakit tersebut, dan juga Asuhan Keperawatan dari Infeksi
Saluran Kemih supaya mahasiswa atau mahasiswi menyusun Asuhan
Keperawatan dari penyakit tersebut. Memperoleh dan memperluas wawasan
untuk memaplikasikan asuhan keperawatan khusunya untuk pasien Infeksi
Saluran Kemih.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih


ISK (Infeksi Saluran Kemih) adalah berkembangbiaknya
mikroorganisme didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisem lain. Tanpa terbukti adanya
mikroorganisme tidak mungkin diagnosis pasti ditegakan, karena gejala dan
tanda klinis bukan merupakan hal yang mutlak. Infeksi saluran kemih (ISK)
dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada
anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia. Akan tetapi dari kedua jenis
kelamin tersebut. Ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka
populasi umum, kurang lebih 5-15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus
ditemukan bakteri didalam urine. Baktenuria bermakna yang disertai gejala
pada saluran kemih disebut baktenuria bergejala sedangkan yang tanpa gejala
disebut baktenuria tanpa gejala.
Pada penelitian di Indonesia yang dilakukan pada penderita diabetes
didapatkan kejadian ISK sebesar 47%, pasien dengan batu ginjal 41%, pasien
dengan obstruksi saluran kemih sebesar 20%. Dari 40% penderita yang
terpasang kateter mendapatkan infeksi nosokomial dan bakteriuri sebanyak
26% (Ariwijaya dan Suwitra, 2007).

2.2 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih


2.2.1 Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. ginjal (pielonefritis)

2.2.2 Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

3
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing
tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman
penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock.
ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.
Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
Gangguan daya tahan tubuh
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus
spp yang memproduksi urease.

2.3 Penyebab Infeksi Saluran Kemih


Umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme tunggal seperti:
1. Escherichia coli merupakan mikroorganisme yang paling sering diisolasi
dari pasien ISK. Escherichia coli adalah bakteri yang hidup diusus besar
manusia dan hewan, tanah, air dan dapat pula ditemukan pada komposisi
material.
2. Mikroorganisme lain yang sering ditemukan adalah Proteus sp, klebseilla
sp, dan stafilokokus dengan koagulase negative.
3. Infeksi yang disebabkan oleh pseudomonas jarang ditemukan kecuali
pasca katerisasi.

2.4 Faktor yang mempermudah terjadinya ISK


Adapun faktor-faktor yang mempermudah terjadinya ISK antara lain:
1. Bendungan aliran urin
Anomali kongenital

4
Batu saluran kemih
Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena
Neurogenetic bladder
Striktur uretra
Hipertrofi prostat
4. Gangguan metabolik
Hiperkalsemia
Hipokalemia
Agamaglobulinemia
5. Instrumensasi
Kateter
Dilatasi uretra
Sistoskopi
6. Kehamilan
Fakor statis dan bendungan
pH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.

2.5 Tanda gejala Penyakit Infeksi Saluran Kemih


Gejala dan tanda ISK tidak selalu lengkap dan bahkan tidak selalu ada,
yaitu pada keadaan yang disebut bakteriuria tanpa gejala (BGT). Gejala yang
lazim ditemukan adalah disuria, polakisuria dan terdesak kencing (urgency),
yang semuanya sering terdapat bersamaan,. Rasa nyeri biasa didapatkan
didaerah supra pubis atau pelvis berupa rasa nyari atau seperti terbakar
diuretra atau muara uretra luar sewaktu kencing atau dapat juga diluar waktu
kencing. Polaksuria terjadi akibat kandung kencing tidak dapat menampung
kencing lebih dari 500 ml akibat rangsangan mukosa yang meradang sehingga
sering kencing. Rasa terdesak kencing dapat sampai menyebabkan seseorang
penderita ISK mengompol, tetapi gejala ini juga didapatkan pada penderita
batu atau benda asing didalam kandung kemih.
Gejala lain yang juga didapatkan pada ISK adalah stranguria yaitu kencing
yang susah dan disertai kejang otaot pinggang yang sering pada sistis akut,
tenesmus yaitu rasa nyeri dengan keinginan dengan menggosokan kandung
kencing meskipun telah kosong, nokturia yaitu kecenderungan buang air kecil
lebih sering pada waktu malam hari akibat kapasitas kandung kencing yang

5
menurun atau rangsangan mukosa yang meradang dengan volume urin yang
kurang.
Gejala yang kurang sering didapatkan pada ISK antara lain enuresis
nocturnal sekunder yaitu mengompol pada dewasa, prostatismus yaitu adanya
kesulitan memulai kencing, kurang deras arusnya, adanya berhentiditengah
kencing tetapi hal ini tersering disebabkan oleh hipertropi prostat. Nyeri uretra
atau mulut uretra dan kandung kemih yang dirasakan didaerah suprapubis juga
dapat timbul akibat ISK. Kolik uretra atau ginjal yang gejalanya khas dan
nyeri prostat dapat juga menyertai gejala ISK. Adapun tanda-tanda pada ISK
yaitu nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih, spasame pada area
kandung kemih dan suprapubi, hematuria, nyeri punggung dapat terjadi,
demam, menggigil, nyeri panggul dan pinggang, nyeri ketika berkemih,
malaise, pusing, mual dan muntah.

2.6 Patofisiologi Penyakit ISK


Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1. Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine
saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
2. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system
imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

6
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena
adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang
efektif.
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
System imunnitas yng menurun
Adanya hambatan pada saluran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut
mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri,
keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi
bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri,
kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus
urinarius.
Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi Infeksi pada
saluran kencing atau perkemihan, antara lain: adanya obstruksi aliran
kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses.
Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki
diatas usia 60 tahun.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Infeksi saluran kemih


Harus dilakukan secara selektif untuk menentukan kelainan morfologik
baik akibat infeksi ataupun kelainan congenital. Oleh karena itu, pemeriksaan
ultrasonografi (USG) ginjal tidak invasive maka cara pemeriksaan ini telah
menggeser cara pemeiksaan radiologik pielografi intra vena (PIV). Dengan
USG dapat dilihat gambaran besar ginjal, permukaan ginjal, adanya
bendungan, adanya kelainan bentuk, massa, kista, batu dan sebagainya.
Pemeriksaan PIV meskipun tidak terlalu invasive masih memerlukan
suntikan kontras yang dapat memberikan berbagai reaksi tubuh, tetapi dapat

7
memberikan gambaran fungsi eksresi, keadaan ureter, dan distorsi system
pelviokalises.
Pemeriksaan penunjang yang lebih invasive seperti pielografi retrograde
(PRG) dan pielografi antegrad (PAG) kadang juga diperlukan, tetapi dengan
indikasi yang sangat selektif, karena efek samping atau komplikasinya dan
umumnya dikerjakan untuk mencoba mendapatkan patensi ureter.
Sistoskopi khusunya pada ISK berulang perlu dilakukan untuk mengetahui
kepastian sebab ISK (TBC) atau mencari faktor presdiposisi seperti batu,
tumor, hipertrofi prostat, divertikel.
Pemeriksaan Urinalisis berupa Leukosuria atau piuria: merupakan salah
satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih. Seperti pemeriksaan
hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
Pemeriksaan Bakteriologis ISK secara mikroskopis dan biakan bakteri.
Adapun pemeriksaan yang lain berupa kultur urine untuk mengidentifikasi
adanya organisme spesifik. Dan hitung koloni, hitung koloni sekitar 100.000
koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen
dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. Dan
pemeriksaan yang terakhir yaitu Metode tes diantaranya yaitu:
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka
psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit M#nular S#ksVal (PMS): Uretritia akut akibat organisme
menular secara s#ksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan: Urogram Intravena (IVU). Pielografi (IVP),
msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan
apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur

8
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.

2.8 Komplikasi Infeksi saluran Kemih


Adapun komplikasi dari ISK diantaranya yaitu:
Gangguan pada ginjal. Saat seseorang terkena infeksi pada kandung
kemih, bakteri dapat naik dan masuk ke ginjal. Jika terjadi demikian,
maka orang tersebut berisiko terkena infeksi ginjal (pyelonephritis)
dengan gejala-gejala berupa nyeri punggung, mual, demam, hingga
menggigil. Infeksi ginjal yang tidak segera ditangani dapat mengarah
kepada kerusakan permanen pada organ tersebut.
Sepsis. Komplikasi ini terjadi ketika infeksi menyebar ke dalam aliran
darah. Sepsis termasuk kondisi mematikan.
Penyempitan uretra (pada pria).
Wanita hamil yang berisiko melahirkan prematur dan bayi yang
terlahir dengan berat badan rendah.
Komplikasi infeksi saluran kemih tergantung dari tipe yaitu infeksi saluran
kemih tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe berkomplikasi
(complicated). Adapun diantaranya berupa:
Infeksi saluran kemih sederhana (uncomplicated)
Infeksi saluran kemih akut tipe sederhana (sistisis) yaitu non-
obstruksi dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan
(self limited disiase) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka
lama.
Infeksi saluran kemih berkomplikasi (complicated)
a. Infeksi saluran kemih selama kehamilan
b. Infeksi saluran kemih pada diabetes mellitus (Sukandar, 2006)

2.9 Pengobatan Infeksi Saluran Kemih


Pengobatan ISK bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan gejala,
mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan
mengurangi risiko kerusakan jaringan ginjal yang mungkin timbul dengan
pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang
minimal. Untuk itu pola pengobatan harus disesuaikan dengan keadaan
anatomi,saluran air kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya.

9
Pengobatan dapat memberikan hasil yang berbeda-beda antara lain dapat
berupa sembuh baik klinis dengan bakteriua menetap, reinfeksi atau relaps.
Obat-obatan untuk penyakit ISK antara lain:
- Amoksisilin 3 gram
- Trimetoprim-sulfametoksasol 320 mg 1600 mg
- Sulfisoksasol 2 gram
- Trimetoprim 400 mg
- Kanamisin 500 mg i.m.
- Gentamisin 120 mg i.m.
- Sefaleksin 500 mg empat kali sehari
- Asam nalidiksik satu gram empat kali sehari
- Asam pipemidik 400 mg dua kali sehari
- Nitrofurantoin 100 mg
- Metenamin (heksamin) madelat (dengan vitamin C 500 mg) 1 gram

2.10 Pencegahan Infeksi Saluran Kemih


Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum,
yaitu pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi
promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua
(secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang
tepat, dan pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Ketiga tingkatan
pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam
pelaksanaannya sering dijumpai keadaan tumpang tindih (Noor, 2006).
Beberapa pencegahan infeksi saluran kemih dan mencegah terulang
kembali, yaitu:
Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni
merupakan sebab terbesar dari infeksi saluran kemih.
Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni,
bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi
kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rektum.
Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti,
bakteri akan berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.
Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat
memperlancar sirkulasi udara.
Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara,
dan dapat mendorong perkembangbiakan bakteri.
Minum air yang banyak.

10
2.11 Asuhan Keperawatan ISK
2.11.1 Pengkajian
a. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
b. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
Adakah obstruksi pada saluran kemih?
c. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi
nosokomial.
Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
Imobilisasi dalam waktu yang lama.
Apakah terjadi inkontinensia urine?
d. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor
predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan
jumlah)
Adakah disuria?
Adakah urgensi?
Adakah hesitancy?
Adakah bau urine yang menyengat?
Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan
konsentrasi urine?
Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih
bagian bawah?
Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi
saluran kemih bagian atas?
Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas.
e. Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan
pengobatan yang telah dilakukan?

11
Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap
penyakitnya.
2.11.2 Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi yangberhubungan dengan adanya bakteri pada saluran
kemih.
b. Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan
atau nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi
perawatan di rumah.
2.11.3 Intervensi (Perencanaan / Implementasi)
A. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Nilai kultur urine negative
Urine berwarna bening dan tidak bau

Intervensi :

a) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas
38,50C
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam
tubuh
b) Catat karakteristik urine
Rasional : Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
c) Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra
indikasi
Rasional : Untuk mencegah stasis urine
d) Monitor pemeriksaan ulang urine kultuur dan sensivitas untuk
menentukan respon terapi.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap
keadaan penderita.
e) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara
komlit setiap kali kemih.
Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.

12
f) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan
kering.
Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri
yang membuat infeksi uretra
B. Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi dan atau
nokturia ) yang berhubungan dengan ISK.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien
dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
c) Klien dapat BAK dan berkemih

Intervensi :

a) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih


Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk
mengetahui input / output
b) Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam
Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam
kandung kemih.
c) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional : Untuk memudahkan klian dalam berkemih.
d) Bantu klien ke kamar kecil , memakai pispot / urinal.
Rasional : Untuk memudahkan klien untuk berkemih.
e) Bantu klien mendapatkan poosisi berkemih yang nyaman.
Rasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
C. Nyeri yang berhubungan dengan ISK
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil :
a) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan pada saat berkemih
b) Kandung kemih tidak tegang
c) Passien tampak tenang
d) Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
a) Kaji inensitas, lokasi dan faktor yang memberatkan atau
meringankan nyeri.
Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi.
b) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang
dapat di toleran.

13
Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat
merilekskan otot-otot.
c) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jikatidak ada kontra indikasi.
Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih.
d) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri.
D. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentangproses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi perawatan di
rumah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak
memperlihatkan tanda-tanda gelisah.
Kriteria Hasil :
a) Klien tidak gelisah
b) Klien tenang
Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan
Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati
terhadap perawatan dan pengobatan.
c) Beri suport pada klien
Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan percaya diri tinggi
terhadap perawatan atas kesembuhannya.
d) Beri dorongan spiritual
Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada
tuhan YME. Beri suport pada klien.
e) Beri penjelasan terhadap penyakitnya
Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang
dialaminya.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Identitas
Nama Klien : Ny T
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 42 tahun
Status Perkawinan : Menikah

3.2 Riwayat kesehatan sekarang


Keluhan saat ini :
Klien mengatakan perut sakit, skala nyeri PQRST : klien memgatakan
terjadinya nyeri perut yang di sebabkan oleh infeksi saluran kemih, klien
mengatakan perut merasakan kram, klien mengatakan nyeri bagian perut
bagian bawah menyebar ke pinggang bagian belakang, klien mengatakan
skala nyeri 5 dari skala nyeri 1 sampai 10, klien mengatakan sudah 7 hari
berada di rumah sakit, klien mengatakan demam, klien mengatakan
pusing, klien mengatakan lemas dank lien mengatakan letih,klien
mengatakan nyeri sakit saat buamg air kecil, klien mengatakan air seni
tersendat saat berkemih.
4. Pola Eliminasi :
Pasien mengatakn Sebelum sakit buang air kecil 5X/ hari dengan warna
kuning cerah tanpa ada keluhan, saat sakit pasien mengatakan buang air
kecil 3 sampai 4X/hari dengan warna kuning pekat sampai kecoklatan
dengan keluhan nyeri saat berkemih.

15
5. Pola Istirahat dan Tidur :
Sebelum sakit pasien mengatakan 7 sampai 8 jam /hari, saat sakit pasien
mengatakan tidur 4 sampai 5 jam /hari.
6. Pengkajian Fisik :
Tekanan darah pasien 130/90, nadi pasien 88x/menit, suhu 3,8 oC, RR
22x/menit, keadaan umum pasien ringan
7. Sistem urogenital :
Perubahan pola kemih pasien disuria, buang air kecil berwarna kuning
kental atau coklat, pasien megalami distensi kandung kemih, klien
mengatan sakit pinggang dengan skala nyeri 5 dari skala 1 sampai 10.

3.3 Analisa data

Data Masalah Etiologi


DS : Peningkatan Suhu Penyakit ISK
Klien mengatakan Tubuh
demam
Klein mengatakan
pusing
Klien mengatakan
lemas dan letih
DO :
TD : 130/90 mmHg
N : 88x/menit
S : 380C
RR : 22x/menit
Pemeriksaan
Urinalisa :
Bakteri +
Mitrit +
Leukosit +
Klien teraba hangat
Klien tampak Agen Cedera Biologis
Nyeri Akut
Infeksi
gelisah

DS :
Klien mengatakan
perut sakit sakala

16
nyeri :
P : Infeksi
Q : Keram
R : Nyeri menyebar
ke pinggang bagian
belakang
S : 5 dari 1 sampai
10
T : Selama 7 hari
DO :
Wajah klien terlihat
pucat
TD : 130/90 mmHg
N : 88x/menit
S : 380C
RR : 22x/menit
Pemeriksaan
Urinalisa :
Bakteri + Gangguan Infeksi Saluran Kemih
Mitrit +
Leukosit + Eliminasi Urine
Raut muka klien
terlihat nyeri
Klien terlihat
memegang perut

DS :
Klien mengatakan
nyeri saat buang air
kecil
Klien mengatakan
air seni tersendat
saat berkemih
DO :
Pemeriksaan
Urinalisa :

17
Bakteri +
Mitrit +
Leukosit +

3.4 Diagnosa Keperawatan :


1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan penyakit infeksi saluran
kemih.
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis infeksi.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

3.5 Intervensi Keperawatan


No No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan pasien mengenai
keperawatan selama 3 x 24 teknik mencuci tangan
jam diharapkan masalah dengan tepat
2. Lakukan tindakan-tindakan
keperawatan dapat teratasi
pencegahan yang bersifat
dengan kriteria hasil sebagai
universal
berikut:
3. Pakai sarung tangan
1. Klien sudah tidak
sebagaimana dianjurkan
mengeluh demam
oleh kebijakan pencegahan
2. Klien sudah tidak
universal
mengeluh pusing
4. Monitor suhu paling tidak
3. Klien sudah tidak
setiap 2 jam, sesuai
mengeluh lemas dan
kebutuhan
letih
5. Monitor tekanan darah,nadi,
4. Klien sudah tidak
dan respirasi, sesuai
tampak gelisah
5. Nilai suhu klien dalam kebutuhan
6. Monitor suhu warna kulit
batas normal
7. Gunakan matras pendingin,
6. Kulit klien sudah
selimut yang
tidak teraba hangat
mensirkulasikan udara,
mandi airhangat, kantong es

18
atau bantalan jel dan
kateterisasi pendingin
intravascular untuk
menurunkan suhu tubuh,
sesuai kebutuhan
8. Sesuaikan suhu lingkungan
untuk kebutuhan pasien
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Pantau komplikasi,
komplika yang berhubungan
dengan demam serta tanda
dan gejala kondisi penyebab
demam (misalnya kejang
penurunan tingkat
kesadaran, status elektrolit
abnormal,
ketidakseimbangan asam
basa, aritmia jantung, dan
perubahan abnormalitas sel)
11. Longgorkan atau lepaskan
pakaian

1. Pemberian obat analgesik


2. Setuhan terapeutik
3. Beri manajemen lingkungan
Setelah dilakukan tindakan
dan kenyamanan
keperawatan selama 3 x 24 4. Beri aplikasi panas dingin
5. Lakukan pengkajian nyeri
2 2 jam diharapkan masalah
komprehensif yang meliputi
keperawatan dapat teratasi
lokasi, karakteristik, onset/
dengan kriteria hasil sebagai
duras, frekuensi, kualitas,
berikut:
intensitas atau beratnya
1. Klien sudah tidak
nyeri dengan faktor
mengeluh nyeri perut
2. Klien mengatakan pencetus.
6. Monitor kepuasan pasien
skala nyeri sudah
terhadap manajemen nyeri
turun menjadi 0-3

19
3. Wajah klien sudah dalam interval yang spesifik
7. Gunakan teknik pengalihan
tidak terlihat pucat
4. Nilai tekanan darah atau digabung dengan
klien dalam batas teknik pengalihan lainnya
normal yang sesuai
5. Raut muka klien tidak 8. Evaluasi dan
lagi terlihat nyeri dokumentasikan respon
6. Klien tidak lagi
pasien terhadap kegiatan
memegangi perutnya
pengalihan
9. Tempatkan pasien dalam
posisi terapeutik yang sudah
dirancang

1. Pertimbangkan budaya dari


pasien saat mempromosikan
aktivitas perawatan diri
2. Beri privasi selama
Setelah dilakukan tindakan
eliminasi
keperawatan selama 3 x 24
3. Fasilitasi kebersihan toilet
jam diharapakn masalah
setelah menyelesaikan
keperawatan dapat teratasi
eliminasi.
3 3 dengan kriteria hasil sebagai 4. Pertimbangkan kemampuan
berikut: dalam rangka mengenai
1. Klien tidak lagi keinginan untuk buang air
mengeluh nyeri saat kecil
5. Monitor eliminasi urin
buang air kecil
2. Klien mengatakan air termasuk frekuensi,
seni tidak lagi konsistensi, bau, volume,
tersendat saat warna.
6. Catat waktu eliminasi urin
berkemih
3. Nilai pemeriksaan terakhir
7. Bersihakan lingkungan
urinalisa dalam batas
dengan baik setelah
normal
digunakan untuk setiap
pasien
8. Anjurkan pasien mengenai

20
teknik mencuci tangan
dengan tepat
9. Gunakan sabun anti
mikroba untuk cuci tangan
yang sesuai
10. Gosok kulit pasien dengan
agen anti bakteri yang
sesuai
11. Dorong untuk beristirahat
12. Berikan terapi antibiotic
yang sesuai manajemen
nyeri
13. Pastikan perawatan
analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pamantauan yang ketat
14. Gunakan strategi
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui perjalanan nyeri
dan sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri.
15. Anjarkan pengunaan teknik
non farmakologi seperti
hypnosis, relaksasi. Aplikasi
panas atau dingin, pijatan
ketika melakukan aktivitas
yang menimbulkan nyeri
16. Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya sesuai kebutuhan
17. Berikan privasi untuk
adanya (aktivitas) eliminasi
18. Dokumentasikan outcomes
dari sesi toileting dengan
pencatatan klinik

21
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Pada pengkajian tidak ditemukan kesenjangan antara sumber
literatur dengan contoh kasus karena sama-sama ditemukan tanda-tanda
infeksi dan gejala lain yang biasa ditemukan dalam penyakit infeksi
saluran kemih seperti nyeri perut, demam, dan nyeri saat berkemih.
Pada pengkajian contoh kasus hanya dilakukan pemeriksaan
penunjang darah lengkap untuk menentukan tanda-tanda infeksi dalam
darah seperti jumlah leukosit yang meningkat.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Pada literature ditemukan 4 diagnosa keperawatan, tapi dalam
contoh kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan diantaranya peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan penyakit infeksi saluran kemih, nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera biologis infeksi, dan gangguan
eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

4.3 Intervensi

22
Pada intervensi tidak ditemukan kesenjangan prioritas intervensi.
Pada penetapan tujuan terdapat kesenjangan yaitu pada sumber literature
tidak ditemukan batas waktu penyelesaian masalah keperawatan
sementara pada contoh kasus ditetapkan batas penyelesaian kasus selama
3x24 jam. Penetapan kriteria hasil disesuaikan dengan teori dan kondisi
pasien dalam memberikan asuhan keperawatan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh
mikroorganisme. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh wanita dikarenakan
panjang uretra wanita lebih pendek dibandingkan panjang uretra laki-laki.
ISK dapat menyebabkan demam, nyeri saat berkemih, nyeri abdomen yang
menjalar sampai pinggang. Komplikasi dari ISk antara lain gangguan pada
ginjal, sepsis dan penyempitan uretra. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada penyakit ini antara lain pemeriksaan darah lengkap untuk
melihat jumlah leukosit dan bakteri yang ada. Pengobatan yang umum
diberikan pada penyakit ini adalah pereda nyeri dan antibiotik. Pencegahan
pada penyakit ISK adalah menjaga kebersihan tangan sebelum membersihkan
area genital, juga membersihkan are genital dengan cara yang tepat.

5.2 Saran
Untuk pembaca, teman sejawat dan penulis agar dapat memprioritaskan
masalah sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut,
juga ajarkan pada klien cara perawatan diri yang benar seperti langkah

23
mencuci tangan yang benar dan langkah membersihkan genetalia yang tepat.
Untuk mencegah kurangnya informasi pada pasien. Ajarkan tanda-tanda
infeksi pada klien dan dorong klien untuk memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan saat terjadinya tanda-tanda infeksi

24

You might also like