You are on page 1of 13

Laporan Praktikum Hari/ tanggal : Senin/ 17 Mei 2010

Peralatan Industri Tempat : SEAFAST & PAU


Dosen : Ade Iskandar
Asisten : Pangeran Alex Sebastian
Dini Nur Hakiki

SEPARATION EQUIPMENT

Oleh:
Eko Nopianto (F34070102)
M. Arifyandi Sangun (F34070126)

2010
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu proses produksi terutama proses pengolahan hasil
pertanian, seringkali diperlukan suatu tahap operasi pemisahan komponen-
komponen tertentu dalam suatu campuran guna memperoleh produk yang
diinginkan. Pemisahan komponen-komponen menjadi fraksi-fraksinya dapat
dilakukan dari berbagai jenis campuran, yaitu campuran padatan-padatan,
campuran padatan-cairan, ataupun campuran cairan-cairan. Fraksi-fraksi dari
suatu campuran dapat berbeda satu dengan yang lainnya dalam ukuran
partikel, fasa, atau komposisi kimia.
Teknik pemisahan komponen-komponen suatu campuran dapat dibagi
menjadi dua, yaitu metode pemisahan mekanis dan operasi-operasi difusional.
Metode pemisahan mekanis biasa berguna untuk pemisahan partikel padat
atau bahan cair tetes, sedangkan operasi-operasi difusional melibatkan
perubahan fase atau pemindahan bahan dari suatu fasa ke fasa lainnya.
Metode pemisahan mekanis dibagi menjadi dua, yaitu pemisahan
campuran padatan dan pemisah sistem padatan-cairan. Pemisah campuran
padatan dapat dilakukan dengan melewatkan campuran bahan pada suatu
rangkaian penyaring yang memiliki lubang-lubang berukuran standar, dimana
partikel-partikel padatan akan terpisah berdasarkan ukuran. Pada pemisah
sistem padatan-cairan, dapat dilakukan dengan pengendapan, penyaringan
atau filtrasi, dan pengempaan atau expressi.

B. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat mengetahui fungsi,
prinsip kerja, konstruksi, dan kinerja dari beberapa jenis alat dan mesin
pemisah hasil pertanian.
II. METODOLOGI

A. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah singkong,
sedangkan alat-alat yang digunakan adalah vibrating sceener besar dan alat-
alat pendukung seperti pisau, alat parutan, stopwatch, gelas plastik, timbangan
besar, timbangan kecil, dan oven.

B. Metode

III.HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Praktikum
Kel. Berat awal (gr) Berat akhir (gr) Kadar air (%) Waktu
I II I II I II
pengendapan
sampel 6.42 5.46 4,25 4,3 15 14 3 jam
1 3,8 3,91 3,24 3,3 14 15 12 jam
2 4,44 4,09 3,77 4,02 15,09 17,12 2,5 jam
3 3,38 2,76 2,87 2,41 18,34 16,02 1 jam
4 4,6 4,24 4,03 3,71 13 12,5 5 jam
5 4,1 3,3 6 jam
6 3,67 3,60 3,12 3,04 14,99 15,5 1 jam

B. Pembahasan
Salah satu proses yang dilakukan di dalam industri adalah proses
pemisahan atau separasi. Proses pemisahan ini perlu dilakukan karena bahan yang
digunakan atau produk yang dihasilkan dalam suatu industri tidak seragam
ukurannya. Padahal industri memiliki standar tertentu dalam hal ukuran tersebut.
Sehingga proses pemisahan ini merupakan salah satu cara untuk melakukan
sortasi. Menurut Sosrosoedirdjo (1982), pemisahan campuran partikel padatan
menurut ukuran dapat dilakukan pada suatu rangkaian penyaring yang memiliki
lubang-lubang berukuran standar. Pemisahan sistem padatan-cairan mempunyai
bidang aplikasi yang sangat luas dalam agroindustri. Banyak alat pemisahan
bahan cair dan padatan yang terbagi sangat halus ditemukan secara independen
dalam sejumlah industri sehingga mempunyai karakter yang berbeda. Sampai saat
ini seleksi peralatan untuk aplikasi pemisahan padatan-cairan spesifik lebih
merupakan proses scale-up yang didasarkan langsung pada pengalaman dengan
bahan proses.
Dalam pelaksanaan pemisahan paling tidak akan dilakukan tahap tahap berikut:
1. Pengayakan
Pengayakan sudah dikenal secara luas dalam pengolahan hasil pertanian
sebagai alat pembersih dan sortasi. Di dalam industri, bahan padat dijatuhkan
pada permukaan ayakan, ukuran yang kecil atau halus akan melewati ayakan
dengan gaya gravitasi (Idrial, 1987). Ayakan dibuat dari logam, pelat logam
yang berlubang-lubang, tenunan kain, dan sebagainya. Logam yang digunakan
adalah besi, besi tahan karat, tembaga, nikel dan perak. Ukuran lubang ayakan
antara 4 in sampai 400 mesh tapi ayakan yang sangat halus (100-150 mesh)
jarang digunakan. Ukuran lubang ayakan yang digunakan tergantung dari
ukuran bahan yang akan diayak (Idrial, 1987).
Sebuah ayakan dapat memisahkan bahan atas dua fraksi, tapi umumnya
ayakan terdiri dari dua macam ayakan, bahkan ada yang terdiri dari delapan
macam ayakan. Letak rangka ayakan dibuat miring agar bahan mudah mengalir
dari atas ke bawah (Idrial, 1987).
Pengayakan bahan yang kasar atau besar dapat dilakukan dengan
mengalirkan bahan di atas permukaan ayakan yang berdiri tetap (statis), tapi
pengayakan partikel yang halus, permukaan ayakan harus digerakkan (bergetar)
biasanya dilakukan dengan silinder ayakan yang berputar pada sumbu
horisontal atau dengan ayakan datar yang digoncang, diputar, atau digetarkan
dengan mekanik atau listrik (Idrial, 1987).

2. Penyaringan
Penyaringan adalah pemisahan bahan padat dari bahan cair dengan
mengalirkan campuran bahan menembus pori-pori yang cukup halus untuk
menahan padat akan tetapi dapat melalukan bahan cair. Partikel-partikel yang
tidak lolos melalui pori-pori tersebut disebut dengan “filter cake”. Pori-pori
yang dibutuhkan untuk penyaringan diperoleh dari kain penyaring dan lubang-
lubang saringan plastik atau logam atau tumpukan partikel-partikel padat.
Untuk operasi penyaringan, biasanya dilakukan bila jumlah bahan padat relatif
kecil jika dibandingkan dengan bahan cair.
Penyaringan merupakan proses yang lambat, karena kemampuan bahan
untuk menembus pori-pori saringan relatif kecil. Untuk mempercepat
penyaringan, terutama untuk bahan padat yang halus dalam cairan, maka sering
digunakan tekanan, misalnya filter press dan vakum filter (Idrial, 1987).
Dalam pengolahan hasil pertanian, tujuan penyaringan antara lain adalah
untuk menjernihkan atau memurnikan bahan yang diolah dan untuk
mendapatkan bahan cair. Peralatan yang sering digunakan dalam industri
pengolahan hasil pertanian antara lain adalah filter press dan vakum filter
(Idrial, 1987).
Menurut Wiraatmadja (1981), rancangan-rancangan pengayak (screen)
banyak ditemui dalam proses sortasi bahan pangan. Klasifikasinya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Celah yang berubah-ubah Celah atau lubang yang tetap (Fixed
(Variable Aperture) Aperture)
- Pemutar (roller) - Bersifat seimbang/tidak berubah
- Kabel kawat atau ban (stationary)
(belt) - Bergetar (Vibrators)
- Ban dan pemutar - Berputar (Rotary dan Gyrators)
- Baling-baling (screw) - Timbal balik (Recipro cuting)
Ayakan dibuat dari logam, pelat logam yang berlubang-lubang, tenunan
kain, dan sebagainya. Logam yang digunakan adalah besi, besi tahan karat,
tembaga, nikel dan perak. Ukuran lubang ayakan antara 4 inci sampai 400 mesh,
tapi ayakan yang sangat halus (100 – 150 mesh) jarang digunakan. Ukuran
lubang ayakan yang digunakan tergantung dari ukuran bahan yang akan diayak
(Idrial, 1987).
Sebuah ayakan dapat memisahkan bahan atas dua fraksi, tapi umumnya
ayakan terdiri dari dua macam ayakan, bahkan ada yang terdiri dari delapan
macam ayakan. Letak rangka ayakan dibuat miring agar bahan mudah mengalir
dari atas ke bawah. Pengayakan bahan yang kasar atau besar dapat dilakukan
dengan mengalirkan bahan di atas permukaan ayakan yang berdiri tetap (statis),
tapi pengayakan partikel yang halus, permukaan ayakan harus digerakkan
(bergetar) biasanya dilakukan dengan silinder ayakan yang berputar pada sumbu
horisontal atau dengan ayakan datar yang digoncang, diputar, atau digetarkan
dengan mekanik atau listrik (Idrial, 1987).
Mengayak berarti memisahkan suatu bahan dengan menuangkannya
melalui ayakan sehingga didapat butir-butir dengan berbagai daerah ukuran
(kelas-kelas butir) atau biasa disebut proses klarifikasi. Dalam proses
pengayakan, bahan dibagi menjadi dua bagian, yaitu bahan kasar yang tertinggal
dan bahan yang lebih halus yang lolos melalui ayakan. Nilai efisiensi mesin ini
menunjukan nilai penyimpangan atau perbandingan antara jumlah bahan yang
lolos dalam kenyataan dan jumlah bahan yang lolos secara teoritik (Handojo et
al., 1995).
Semakin halus bahan yang diayak, semakin cepat terjadinya
penyumbatan lubang ayakan. Oleh sebab itu pada ayakan umumnya dipakai
alat perlengkapan pembantu dalam bentuk sikat, rol, bola karet atau potongan-
potongan karet.
Penyaringan adalah pemisahan bahan padat dari bahan cair dengan
mengalirkan campuran bahan menembus pori-pori yang cukup halus untuk
menahan padat akan tetapi dapat melalukan bahan cair. Partikel-partikel yang
tidak lolos melalui pori-pori tersebut disebut dengan “filter cake”. Pori-pori
yang dibutuhkan untuk penyaringan diperoleh dari kain penyaring dan lubang-
lubang saringan plastik atau logam atau tumpukan partikel-partikel padat
(Idrial, 1987).

3. Penghancuran
Dilihat dari bahannya, proses penghancuran atau pengecilan ukuran bahan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu proses pengecilan ukuran untuk bahan padat
dan proses pengecilan ukuran untuk bahan cair.
Pada proses pengecilan ukuran untuk bahan padat dikenal berbagai
macam istilah, misalnya pemotongan, penggilingan, penggerusan, dan lain
sebagainya. Sedangkan untuk bahan cair dikenal proses emulsifikasi atau
atomisasi (Idrial, 1987).
Penggunaan sistem penghancuran pada industri pengolahan hasil pertanian
diantaranya adalah penggilingan tebu, pengupasan kulit tanduk dan
penghancuran pada kopi, penggilingan cokelat, perajangan bahan yang akan
disuling (minyak atsiri), pemotongan pada pengolahan karet remah dan lain
sebagainya (Idrial, 1987). Penghancuran bahan padat dilakukan secara mekanis,
yaitu membaginya atau memecahnya menjadi komponen-komponen yang lebih
kecil. Di dalam proses penggilingan, ukuran bahan diperkecil dengan cara
diretak atau diremuk. Mekanismenya adalah bahan ditekan oleh gaya mekanis
dari mesin penghancur, penekanan awal masuk ke tengah sebagai energi
desakan (Idrial, 1987).
Kerapatan dan kekerasan bahan secara fisik berbeda, tapi keduanya perlu
dipertimbangkan bersama-sama. Kerapatan hasil pertanian secara khas
ditentukan oleh kadar selulosa kering dan kekuatan bahan. Kekerasan
dipengaruhi oleh kadar air, suhu dan umur bahan (Idrial, 1987).
Apabila proses penggilingan diulang kembali atau diteruskan, maka fraksi
yang berukuran kasar akan terus berkurang, sedangkan fraksi yang berukuran
halus agak tidak berubah. Analisa yang teliti memperlihatkan bahwa adanya
kecenderungan fraksi tertentu yang propersinya meningkat di dalam campuran
dan menjadi fraksi ukuran yang terbanyak pada campuran setelah proses
penggilingan dihentikan (Idrial, 1987). Apabila suatu bahan yang seragam
dipecahkan, setelah penggilingan pertama ukuran bahan yang dihasilkan akan
sangat bervariasi, yaitu dari yang berukuran kasar sampai halus.
Dalam penerapannya, waktu juga berpengaruh dalam proses penghancuran
bahan, dan terlihat bahwa bahan akan retak pada tingkat tekanan yang rendah
apabila tekanan itu berlangsung cukup lama (Idrial, 1987). Bentuk, ukuran,
kerapatan, spesifik gravity, kekerasan merupakan beberapa sifat fisik hasil
pertanian yang penting diperhatikan dalam proses penghancuran untuk
mendisain suatu mesin penghancur.
Vibrating screener
Dari pratikum yang dilakukan, telah dijelaskan tentang cara dan prinsip
kerja dari Vibrating screener, Vibrating screener adalah alat yang digunakan
untuk memisahkan padatan dengan cairan. Dalam praktikum kali ini tidak ada
pendemontrasian langsung pengoperasian peralatan tersebut, karena terkendala
tidak tersedianya bahan, dari penjelasan diketahui bahwa Vibrating screener
memiliki dua lapis penyaringan yaitu penyaringan 100 mesh dan 200 mesh
masing – masing dengan bak penampung. Penyaring 100 mesh berada di bagian
atas dan 200 mesh di bawahnya. Tujuan penyaringan dilakukan dengan dua lapis
penyaringan ini adalah agar padatan dan cairan tersaring pada penyaringan 100
mesh bisa diperhalus filtratnya dengan penyaringan 200 mesh.
Vibrating screener merupakan gabungan antara prinsip penyaringan dan
pengayakan dengan adanya getaran. Getaran ini mengakibatkan proses
penyaringan berjalan lebih efektif. Sehingga semakin banyak filtrat yang
dihasilkan. Untuk mencegah kelebihan volume pada bak penyaringan 100 mesh,
maka pada bak bagian atas dan bawah diberi lubang keluaran. Lubang keluaran
bagian atas berfungsi untuk mengalirkan bahan yang masih kasar dan tidak
sempat tersaring karena getaran yang ada mengakibatkan bahan terus bergerak
dan sebagian keluar ke lubang pengeluaran pertama (bagian atas). Bahan yang
lolos pada bagian ini dimasukkan lagi ke dalam bak bagian atas dari vibrator
screener untuk disaring ulang. Sedangkan bak bagian bawah (penyaringan 200
mesh) berfungsi untuk menyaring bahan dari bak bagian atas. Pada bagian ini juga
terdapat lubang pengeluaran. Hasil dari penyaringan 200 mesh ini merupakan
filtrat yang akan diambil.
Menurut Idrial (1987), pelaksanaan pemisahan dilakukan dengan gaya
fisik yang bekerja pada partikel atau bahan cair, gaya ini termasuk gaya gravitasi,
gaya sentrifugasi dan gaya kinetik yang timbul dari aliran. Pemisahan juga dapat
dilakukan dengan gaya mekanis antara lain dengan pengayakan, penyaringan,
pengendapan dan sentrifugasi. Pemisahan mekanis digunakan pada campuran
yang heterogen, dan larutan yang tidak homogen, terutama pada partikel yang
berukuran lebih besar dari 0.1 m (Idrial, 1987). Pemisahan dengan gaya mekanis
ini dapat digunakan untuk memisahkan bahan padat atau cairan. Oleh karena itu
pemisahan cairan dan padatan menggunakan Vibrating Screener memberikan
filtrat yang lebih baik dan efesien dalam prosesnya karena penggabungan
pemisahan mekanik dan grafitasi di satupadukan untuk memberikan hasil yang
maksimal.
Untuk campuran yang terdiri dari bahan cair dan padatan, bila ingin
didapatkan produk yang berupa partikel padat, maka campuran tersebut harus
diendapkan terlebih dahulu. Lamanya waktu pengendapan dapat dipengaruhi oleh
lamanya waktu pemisahan. Semakin lama waktu pemisahan, maka jumlah pati
yang terkandung dalam campuran lebih sedikit, dan jumlah airnya lebih banyak.
Hal ini menyebabkan waktu yang dibutuhkan pati untuk mengendap juga semakin
sedikit. Sebaliknya, pada menit-menit awal pemisahan, jumlah pati yang
terekstrak lebih banyak daripada jumlah airnya sehingga waktu yang dibutuhkan
untuk mengendap juga semakin lama.
Percobaan dilakukan dengan melarutkan 2 kg pati kedalam 50 liter air
kedalam bejana, sesaat setelah pelarutan dilakukan pengambilan sampel,
pengambilan sampel dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu bagian
atas/permukaan larutan, bagian tengah dan bagian bawah/dasar bejana.
Pengambilan sampel pertama dilakukan sesaat setelah pencampuran air dan 2 kg
pati pada waktu 0 menit, setelah 30 menit pengambilan sampel dilakukan
kembali, dan pada begitu pula pad menit ke 60. Pengambilan sampel secara
periodik ditujukan untuk melihat kecepatan pengendapan yang terjadi pada
larutan pati. Dari hasil pengambilan sampel tersebut diketahui bahwa kadar pati
pada kondisi 0 menit menunjukkan bahwa kandungan pati pada setiap bagian
(atas,tengah,bawah) relatif sama, pada kondisi 30 menit kandungan pati pada
bagian atas berkurang, sedangkan bagian tengah dan bawah relatif sama. Setelah
kondisi 60 menit kandungan pati pada bagian atas dan tengah berkurang drastis,
sedangkan bagian bawah mengandung begitu banyak pati hal ini disebabkan oleh
berat molekul pati yang lebih berat dari berat molekul air sehingga padatan pati
tesuspensi di dasar bejana.
Banyaknya pati yang terdapat dalam sampel yang diambil, berbanding
lurus dengan lamanya waktu pengendapan. Semakin banyak pati yang terkandung
dalam campuran, maka waktu yang dibutuhkan untuk pengendapan juga semakin
lama. Akan tetapi, dari hasil percobaan hal ini tidak terbukti, karena ketika
campuran belum terpisah sempurna, air bagian atas sudah dibuang, sedangkan
dalam air yang dibuang tersebut masih terdapat kandungan pati, sehingga waktu
pengendapannya lebih sebentar dibandingkan waktu yang dibutuhkan oleh pati
untuk mengendap secara sempurna.
Kasar halusnya filtrat yang dihasilkan dipengaruhi oleh ukuran mesh yang
digunakan saat pemisahan. Semakin besar ukuran mesh yang digunakan maka
semakin halus filtrat yang dihasilkan. Karena semakin besar ukuran mesh maka
semakin banyak pula lubang pori penyaringan dalam satu luasan sehingga
semakin kecil lubang penyaringan. Hal ini menyebabkan semakin kecil diameter
partikel yang dapat melewatinya. Jika bahan yang digunakan adalah bahan cair
maka akan semakin homogen larutan yang dapat melewatinya karena partikel
yang kasar tidak dapat melalui lubang pori penyaringan.

Gambar dari “Vibro screen”


V. KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemisahan perlu
dilakukan karena bahan yang digunakan atau produk yang dihasilkan dalam
suatu industri tidak seragam ukurannya. Pemisahan bertujuan untuk
mendapatkan zat-zat/komponen-komponen tertentu dari fraksi-fraksi tersebut,
karena fraksi-fraksi dari suatu campuran dapat berbeda satu dengan yang
lainnya dalam ukuran partikel, fasa atau komposisi kimia. Vibrating Screen
merupakan alat pemisah bahan yang menggunakan getaran yang memusat dan
menahan bahan yang diayak.
Getaran yang dihasilkan akan memisahkan bahan berdasarkan perbedaan
ukuran bahan dengan memisahkan bahan berukuran besar dari bahan yang
berukuran kecil dengan klasifikasi padatan basah. Selain padatan basah,
pemisahan juga dapat dilakukan secara kering. Untuk melakukan hal tersebut
digunakan vibratin screen yang berukuran kecil.
Banyaknya pati yang terdapat dalam sampel, berbanding lurus dengan
lamanya waktu pengendapan. Semakin banyak pati yang terkandung dalam
campuran, maka waktu yang dibutuhkan untuk pengendapan juga semakin
lama. Akan tetapi, dari hasil percobaan hal ini tidak terbukti, karena ketika
campuran belum terpisah sempurna, air bagian atas sudah dibuang, sedangkan
dalam air yang dibuang tersebut masih terdapat kandungan pati, sehingga
waktu pengendapannya lebih sebentar dibandingkan waktu yang dibutuhkan
oleh pati untuk mengendap secara sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Handojo et al,. 1995. Suatu Teknik Pengamanan Pati Singkong. Fakultas


Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Idrial. 1987. Peralatan Pengolahan Hasil Pertanian. Skripsi. Fakultas Teknologi


Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Sosrosoedirdjo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Ketela Pohon. CV. Yasaguna,


Jakarta.

Swinkels. 1985. Sources of Starch, its Chemistry & Physics Di dalam G.M.A,
Van Begnum and J. A , Roels, 1985. Starch Convention Tech. Marcell
Dekker, Inc. New York

Wiraatmadja, Sutedja. 1981. Peralatan Industri. Fakultas Teknologi Pertanian,


Institut Pertanian Bogor, Bogor.

www.ultra fibtech.pvt.ltd

You might also like