You are on page 1of 4

ANALISA SENTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

PEMBERIAN OKSIGEN NON REBREATHING MASKER

Nama klien : Tn. M


Diagnosa Medis : Edema paru pada CKD
No register : 517610

1. Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran


a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan cairan akibat
oedem.
Data Subjektif:
1. Klien mengatakan sesak nafas sejak tadi malam
2. Klien biasa tidur dengan 2 bantal kadang sambil duduk ketika di rumah.
Data Objektif:
1. Pemeriksaan Fisik paru
a. Inspeksi Paru: Pernafasan cepat, dangkal, frekuensi nafas 36 x/menit,
terdapat penggunaan otot bantu nafas,ada retraksi intercostalis dan
penembangan paru kurang maksimal.
b. Palpasi : Ekspansi paru kanan dan kiri sama
c. Perkusi terdengar bunyi dullness pada seluruh lapang paru
d. Auskultasi: terdengar bunyi crakles dan ronkhi basah kasar diarea
basal paru kanan dan kiri.
2. TTV : Nadi: 131 x/menit, TD: 189/105 mmHg, suhu: 36.7 C.
3. Capillary refill ekstremitas atas dan bawah > 2 detik
4. Akral atas dan bawah teraba dingin dan pucat
5. SPO2: 74%

b. Dasar pemikiran
Pada gagal ginjal terjadi retensi cairan yang menyebabkan volume overload dan
diikuti terjadinya edema paru. Edema Paru adalah penimbunan cairan serosa atau
serosanguinosa yang berlebihan dalam ruang intersisial dan alveolus paru (Price,
2005). Edema paru disebabkan oleh peningkatan tekanan pada pembuluh kapiler
paru dan akibat peningkatan premeabilitas kapiler alveolar. Jika tekanan hidrastotik
dari anyaman kapiler paru melebihi tekanan onkotik vaskuler, maka akan terjadi
transudasi cairan kedalam intertisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi
kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial (antara kapiler dan
alveoli) sehingga menganggu difusi gas (oksigen) pada membrane alveolarkapiler.
Pada edema paru pemeriksaan analisa gas darah memperlihatkan hipoksemia berat.
Gejala yang paling umum dari pulmonary edema adalah sesak napas dan mudah lelah
Pada kasus Tn. M ditemukan tanda-tanda sesak nafas dan spo2 64%, Hal ini
menyebabkan kurangnya suplai oksigen ke seluruh jaringan. Maka dari itu Tn.M
harus diberi tambahan oksigen non rebreathing mask dengan konsentrasi yang
adekuat untuk mengurangi hipoksia dan dispneu. Bila tanda-tanda hipoksia menetap,
oksigen harus diberikan dengan tekanan positif intermitten atau kontinu.

2. Tindakan keperawatan yang dilakukan


Pemberian O2 non rebreathing mask 10 L/menit.

3. Prinsip-prinsip tindakan
a. Bersih
b. Tindakan dilakukan secara tepat dan benar
c. Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi/advis dokter
d. Prosedur pemberian O2 non rebreathing mask 10 L/menit.
1. Persiapan alat
- Selang O2 non rebreathing mask
- Humidifier dengan air aquadest
2. Prosedur tindakan
a) Cuci tangan
b) Jelaskan tindakan
c) Pasangkan alat O2 non rebreathing mask ke saluran humidifier
d) Atur tekanan O2 yang akan diberikan yaitu 10 L/menit
e) Pasangkan selang O2 non rebreathing mask hingga tepat di hidung dan
mulut klien
f) Pastikan O2 yang diberikan bisa masuk ke dalam saluran pernapasan
klien.
4. Analisa tindakan keperawatan
Pemberian oksigen dimaksudkan untuk mensuport transport oksigen yang
adekuat dalam darah sehingga jaringan dalam tubuh tidak kekurangan O2. Dengan
mempertahankan oksigen jaringan yang adekuat diharapkan masalah gangguan
pemenuhan oksigen di jaringan dapat teratasi. Faktor yang menentukan oksigenasi
jaringan termasuk konsentrasi oksigen alveolar, difusi gas (oksigen) pada membran
alveokapilar, jumlah dan kapasitas yang dibawa oleh hemoglobin, dan curah jantung.
Pada klien dengan edema paru dengan hipoksia berat, pemberian oksigen yang
adekuat dapat mengiurangi kelelahan dan sesak nafas pada klien. Pemberian oksigen
dengan non rebreathing masker dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan oksigen
jaringan tubuh mencapai 80-90%. Pemberian O non rebreathing mask 10 L/menit ini
cocok untuk pasien CKD dengan komplikasi edema paru karena mengalami gangguan
difusi gas diantara alveolikapiler akibat penimbunan cairan di intertisial paru.

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan cara pencegahannya


Bahaya yang dapat terjadi untuk pemberian O2 yang berlebihan adalah timbulnya
kondisi Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah yang terlalu tinggi. Sedangkan
untuk prosedur yang tidak sesuai dengan teori diantaranya adalah untuk tindakan tidak
mencuci tangan dapat memperbesar penularan penyakit, penggunaan selang O2 non
rebreathing mask yang tidak steril juga memperbesar penularan penyakit melalui secret
dari satu pasien ke pasien lain. Penggunaan cairan humidifier yang tidak steril
meningkatkan kemungkinan kuman-kuman yang terkandung dalam air akan terhirup oleh
klien.
Jika klien terdapat obstruksi selang maka hindari pemakaian selang O2 non
rebreathing mask . Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau
kurang dari batas. Hal ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan
membantu untuk mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien. Pada klien dengan
masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan perawatan kulit dan mulut
secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat menyebabkan efek kekeringan di
sekitar area tersebut.

6. Hasil yang di dapat dan maknanya


Hasil yang di dapat ssetelah pemberian oksigen non rebreathing mask 10 L/menit :
DS:
klien mengatakan lebih lega setelah dipasang oksigen meskipun masih merasakan
sesak nafas.
DO:
Capillary refill ekstremitas atas dan bawah > 2 detik, akral atas dan bawah teraba
hangat.
Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD: 170/100mmHg, HR: 105x/ menit, RR:32
x/menit , spo2 94%

Maknanya : Dengan pemberian O2 non rebreathing mask 10 L/menit mampu efektif


meningkatkan spo2 yang awalnya 64% menjadi 95% sehingga kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dapat tercukupi dan hipoksia jaringan dapat
diatasi.
7. Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan di atas
Mandiri:
Observasi tanda-tanda vital
Berikan posisi semi fowler atau fowler
Pertahankan tirah baring
Pantau saturasi oksigen
Kolaboratif:
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan AGD
8. Evaluasi Diri
Tindakan ini dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Hal yang perlu dilakukan
setelah pemberian O2 non rebreathing mask 10 L/menit yaitu kaji respon klien dengan
pemantauan perkembangan pola napas, pemantauan saturasi oksigen, TTV, tanda-tanda
perfusi jaringan tubuh dan dilakukan pengambilan BGA.

9. Kepustakaan

Gallo& Hudak, Keperawatan Kritis, edisiVI,1997, EGC, Jakarta


NANDA. 2009. Nursing Diagnoses-Definitions & Classificaions. Philadelphia : Mosby
Company
Price, Sylvia Anderson. 2002. Patofisiologi: Konsep-konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. 2005. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 1997.Buku Ajar Keperawataan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Vol 1. 2002. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Jakarta: EGC.

You might also like