You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA LANSIA

A. DEFINISI

Sistem muskuluskeletal adalah sistem yang memberi dukungan tubuh dan


memungkinkan pergerakan bagi otot (klien gangguan muskuloskeletal. Suratun;2008)

Sistem muskuloskeletal adalah sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan
tulang-tulang yang membentuk rangka atau skelet. (Histologi dasar anthony;2004)

Jadi bisa disimpulkan sistem muskulokeletal adalah sistem yang memberikan


dukungan bagi tubuh yang bertanggung jawab terhadap pergerakan yang terdiri dari otot
(muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Sistem ini terdiri dari tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligament, bursa, dan jaringan jaringan khusus yang
menghubungkan struktur tersebut.

Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan
tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan
lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya gangguan muskuloskeletal. Adanya
gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga
fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna
mengaktifkan fungsi otot. Di daerah urban, dilaporkan bahwa keluhan nyeri otot sendi-tulang
(gangguan sistem musculoskeletal) merupakan keluhan terbanyak pada usia lanjut.

Adapun sebab-sebab gangguan muskuloskeletal pada lansia dapat dikelompokkan sebagai


berikut :

1. Mekanik : penyakit sendi degeneratif (osteoarthritis), stenosis spinal

2. Metabolik : osteoporosis, myxedema, penyakit paget

3. Berkaitan dengan keganasan : dermatomyositis, neuromiopati

4. Radang : polymyalgia rheumatica, temporal (giant cell) arthritis, gout

5. Pengaruh obat

1
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

A.Sendi

Sendi adalah pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai
cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot.

Ada tiga tipe sendi, yaitu :

1. Sendi fibrosa (sinarthroidal), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.

2. Sendi kartilaginosa (amphiarthroidal), merupakan sendi yang sedikit bergerak.

3. Sendi sinovial (diarthroidal), merupakan sendi yang dapat bergerak dengan bebas.

A.1. Sendi fibrosa ( Sinarthroidal )

Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu

dengan yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya terdapat
pada sutura tulang-tulang tengkorak. Yang kedua disebut sindesmosis, dan terdiri dari suatu
membrane interosseus atau suatu ligament antara tulang. Hubungan ini memungkinkan
sedikit gerakan, tetapi bukan gerakan sejati. Contohnya ialah perlekatan tulang tibia dan
fibula bagian distal.

A.2. Sendi kartilaginosa ( amphiarthroidal )

Sendi kartilaginosa adalah sendi dimana ujung ujung tulangnya dibungkus oleh
rawan hialin dan disokong oleh ligamen, sehingga hanya memungkinkan suatu gerakan yang
terbatas. Ada dua tipe sendi kartilaginosa.

Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang


rawan hialin Sendi-sendi kostokondral adalah contoh dari sinkondrosis. Simfisis adalah sendi
yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago, dan selapis tipis tulang rawan
hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Simfisis pubis dan sendi-sendi pada tulang
punggung adalah contoh-contohnya.

A.3. Sendi sinovial ( diarthroidal )

Sendi sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi-sendi ini
memiliki rongga sendi dan permukaan rongga sendi dilapisi tulang rawan hialin.

2
Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang
terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium yang
membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon
yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat
sehingga sehinagga memungkinkan gerakan sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa
diseluruh persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak melewati kapsul.

Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi.
Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku dan tidak berwarna. Jumlah yang
ditemukan pada tiap-tiap sendi relatif kecil (1 sampai 3 ml). Hitung sel darah putih pada
cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuklear. Asam
hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan
disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial diperkirakan
berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi
tulang rawan sendi.

Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh pada sendi
sinovial. Tulang rawan ini memegang peranan penting dalam membagi beban tubuh. Rawan
sendi tersusun dari sedikit sel dan sebagian besar substansi dasar. Substansi dasar ini terdiri
dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang berasal dari sel-sel tulang rawan. Proteoglikan
yang ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik sehingga memungkinkan tulang
rawan tersebut menerima beban yang berat.

Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe, atau
persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang
membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen pembentukan proteoglikan
dapat terjadi setelah cedera atau usia yang bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap ini
mulai membentuk kolagen tipe I yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian
kemampuan hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan
kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat.

Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-perubahan hidrostatik yang
terjadi pada cairan interstitial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan
mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang mendapat tekanan. Sejalan dengan
pergeseran sendi ke depan, cairan yang bergerak ini juga bergeser ke depan mendahului
beban. Cairan kemudian akan bergerak kebelakang ke bagian tulang rawan ketika tekanan
berkurang. Tulang rawan sendi dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya terpisah
selama gerakan selaput cairan ini. Selama terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan
tidak dapat aus meskipun dipakai terlalu banyak.

Aliran darah ke sendi banyak yang menuju ke sinovium. Pembuluh darah mulai
masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat tebal di
bagian sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini memungkinkan bahan-
bahan di dalam plasma berdifusi dengan mudah ke dalam ruang sendi. Proses peradangan
dapat sangat menonjol di sinovium karena di dalam daerah tersebut banyak mengandung

3
aliran darah, dan disamping itu juga terdapat banyak sel mast dan sel lain dan zat kimia yang
secara dinamis berinteraksi untuk merangsang dan memperkuat respons peradangan.

Saraf-saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul sendi, dan
sinovium. Saraf-saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur-struktur ini
terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung saraf pada kapsul, ligamen, dan adventisia
pembuluh darah sangat sensitif terhadap peregangan dan perputaran. Nyeri yang timbul dari
kapsul sendi atau sinovium cenderung difus dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersarafi oleh
saraf-saraf perifer yang menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri yang berasal dari satu sendi
mungkin dapat dirasakan pada sendi yang lainnya, misalnya nyeri pada sendi panggul dapat
dirasakan sebagai nyeri lutut.

B.Jaringan Penyambung

Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang berdekatan terutama
adalah jaringan penyambung yang tersusun dari sel-sel dan substansi dasar. Dua macam sel
yang ditemukan pada jaringan penyambung adalah sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada
pada pada jaringan penyambung seperti pada sel mast, sel plasma, limfosit, monosit, dan
leukosit polimorfonuklear. Sel-sel ini memegang peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas
dan peradangan yang terlihat pada penyakit-penyakit rheumatik. Jenis sel yang kedua dalam
jaringan penyambung ini adalah sel-sel yang tetap berada dalam jaringan, seperti kondrosit,
fibroblas, dan osteoblas. Sel-sel ini mensintesis berbagai macam serat dan proteoglikan dari
substansi dasar dan membuat tiap jenis jaringan penyambung memiliki susunan sel yang
tersendiri.

Serat-serat yang didapatkan di dalam substansi dasar adalah kolagen dan elastin.
Setidaknya terdapat 11 bentuk kolagen yang dapat diklasifikasikan menurut rantai molekul,
lokasi dan fungsinya. Kolagen dapat dipecahkan oleh kerja kolagenase. Enzim proteolitik ini
membuat molekul stabil berubah menjadi molekul tidak stabil pada suhu fisiologik dan
selanjutnya dihidrolisis oleh proses lain. Perubahan sintesis kolagen tulang rawan terjadi pada
orang-orang yang usianya makin lanjut. Peningkatan aktivitas kolagenase terlihat pada
bentuk-bentuk penyakit reumatik yang diperantarai oleh imunitas seperti pada arthritis
reumatoid.

Serat-serat elastin memiliki sifat elastin yang penting. Serat ini didapat dalam
ligamen, dinding pembuluh darah besar dan kulit. Elastin dipecah-pecah oleh enzim yang
disebut elastase. Elastase dapat menjadi penting pada proses pembentukan arteriosklerosis
dan emfisema. Ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa perubahan dalam sistem
kardiovaskuler karena penuaan, dapat terjadi oleh karena peningkatan pemecahan serat
elastin

Selain serat-serat, proteoglikan adalah zat penting yang ditemukan dalam substansi
dasar. Proteoglikan adalah molekul besar terbuat dari rantai polisakarida panjang yang
melekat pada pusat polipeptida. Proteoglikan pada tulang rawan sendi berfungsi sebagai

4
bantalan pada sendi sehingga sendi dapat menahan beban-beban fisik yang berat. Hubungan
proteoglikan dan dengan proses imunologi dengan proses peradangan adalah kompleks.
Limfokin dapat menginduksi sel-sel jaringan penyambung untuk memproduksi proteoglikan
baru, menghambat produksi, atau meningkatkan pemecahan. Proteoglikan dapat menjadi
fokus aksi autoimun pada gangguan seperti arthritis reumatoid. Pertambahan usia mengubah
proteoglikan di dalam tulang rawan, proteoglikan ini akan kurang melekat satu dengan
lainnya dan berinteraksi dengan kolagen. Perubahan fungsional dan struktural utama yang
menjadi bagian dari proses penuaan normal menyebabkan perubahan biokimia dari jaringan
penyambung dan terjadi terutama pada serat dan proteoglikan.

Evaluasi Cairan Sinovial

Tiap gangguan rheumatik dapat mempengaruhi perubahan cairan sinovial secara


berbeda-beda. Uji beku musin dilakukan dengan menambahkan asam asetat pada cairan
sinovial. Zat ini akan membentuk presipitasi karena berinteraksi dengan asam hialuronat. Uji
ini akan memberikan hasil yang semakin tidak akurat dengan semakin banyaknya cairan
peradangan, karena asam hialuronat telah dipecahkan oleh enzim-enzim lisosomal sehingga
jumlahnya tidak cukup lagi untuk membentuk presipitasi ketika ditetesi asam asetat.
Kejernihan cairan sinovial normal akan menghilang dengan peningkatan sel-sel dan protein
pada keadaan patologik.

5
C. Pathway

6
D. MASALAH MUSKULOSKELETAL YANG SERING TERJADI

1. Osteoporosis

a. Definisi

Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangya masa tulang sedemikian sehingga hanya
dengan trauma minimal tulang akan patah. WHO memberikan definisi terakhir sbb: Adalah
penurunan masa tulang lebih 2,5 kali standar deviasi masa tulang rata-rata dari populasi usia
muda disertai perubahan pada mikro-arsitektus tulang yang menyebabkan tulang lebih mudah
patah.

Menurut pembagian dapat dibedakan atas : (Peck, 1989; Chestnut, 1989)

b. Klasifikasi

1. Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit lain, yang dibedakan
atas:

- Osteoporosis tipe I (pasca menopause),yang kehilangan tulang terutama dibagian


trabekula.

- Osteoporosis tipe II (senelis),terutama kehilangan massa tulang daerah korteks

- Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan penyebab tak diketahui

2. Osteoporosis sekunder,yang terjadi pada usia muda dengan penyebab tak di ketahui.

a. Gambaran klinik

Gejala usia lanjut bervariasi,beberapa tidak menunjukkan gejala,yang sering kali


menunjukkan gejala klasik berupa nyeri punggung,yang sering kali akibat fraktur kompresi
dari satu atau lebih vertebra.Nyeri seringkali dipicu oleh adanya stress fisik ,sering kali akan
hilang sendirinya setelah 4-6 minggu. Penderita lain mungkin datang dengan gejala patah
tulang,turunnya tinggi badan, bungkuk punggung (Dowagers hump),yaitu suatu deformitas
akibat kolaps dan fraktur pada vertebra torakal tengah .Fraktur yang mengenai leher femur
dan radius sering terjadi. Sekitar 30% wanita dengan fraktur leher femur menderita
Osteoporosis ,dibandingkan hanya 15% pada pria.Fraktur terjadi bukan saja karena
osteoporosis ,tetapi juga karena kecendrungan usia lanjut untuk jatuh.

b. Pemeriksan lain

Pemeriksaan laboratorium (kadar kalsiun dan fosfat serum/urin)

Hidroksi prolin urin dan osteokalsin(bone-gla protein) dan pirolidin cross-link urin.

7
Absorpsiometri foton tunggal maupun ganda dan sinar X (DEXA).

c. Penatalaksanaan

Penderita lanjut usia dengan fraktur osteoporosis terutama bila akibat jatuh,memerlukan
asesmen bertingkat,antara lain:

Asesmen mengenai sebab jatuh ,apa yang menyebabkannya apakah akibat factor
lingkungan,gangguan intra-atau ekstra serebral dan lain sebagainya.

Asesmen mengenai osteoporosisnya ,primer atu sekunder,manisfestasi di tempat lain.

Asesmen mengenai frakturnya .Operabel atau tidak ,kalau operable harus dilakukan
dengan pendekatan pada dokter bedah .Setelah dilakukan operasi,tindakan rehabilitasi yang
baik disertai pemberian obat untuk upaya perbaikan osteoporosis bisa dikerjakan.

Penatalaksanaan osteoporosisnya :

Tindakan diebetik:diet tinggi kalsium (sayur hijau,dan lain-lain). Terapi ini lebih
bermanfaat sebagai tindakan pencegahan.

Olah raga. Yang terbaik adalah yang bersifat mendukung beban (weight bearing),
misalnya jogging, berjalan cepat, dll. Lebih baik dilakukan di bawah sinar matahari pagi
karena membantu pembuatan vitamin D.

Obat-obatan. Yang membantu pembentukan tulang (steroid anabolic, flourida). Yang


mengurangi perusakan tulang (estrogen, kalsium, dofosfonat, kalsitonin).

2. Osteomalasia

a. Defenisi

Adalah suatu penyakit tulang metabolic yang ditandai dengan terjadinya kekurangan
kalsifikasi matriks tulang yang normal. Prevalensi pada usia lanjut diperkirakan 3,7%.
Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan vitamin D oleh berbagai sebab.

b. Penyebab utamanya adalah:

Penyakit hati kronis, termasuk kholestasis

Penyakit ginjal

Malabsorbsi

Gastrektomi

Obat-obatan, antara lain barbiturat.

8
c. Gambaran klinik

Penderita mengeluh nyeri tekan tulang, kelemahan otot an tampak sakit. Nyeri, rasa sakit dan
jatuh sering kali menyebabkan imobilitas. Nyeri tulang sering terjadi pada tulang dada,
punggung, paha dan tungkai. Kelemahan otot terutama mengenai otot proksimal dan sering
menyebabkan penderita sukar bangkit dari kursi atau tempat tidur, dan kadang-kadang
disertai abnormalitas langkah yang lebar. Pemeriksaaan lain yang penting meliputi
biokimiawi tulang, radiologi, scan isotop tulang dan biopsy tulang.

d. Pengobatan

Terapi osteomalasia adalah pemberian vitamin D yang dapat diberikan peroral 3atau
perenteral atau dengan meningkatkan produksi vitamin D dengan penyinaran UV. Panderita
usia lamjtu sering kali mengkonsumsi diet yang kandungan kalsiumnya rendah, oleh karena
itu pada penderita inin pada penderita ini sebaiknya diberikan terapai berupa tablet kalsium
yang mengandung vitamin D atau kalsiferol oral atau perenterla 1000-1500 unit perhari.

2. Fraktur

Pada usia lanjut sering terjadi hanya dengan trauma ringan atau bahkan tanpa adanya
kekerasan yang nyata, (Brocklehurst, 1987).

Jenis fraktur terutama sebagai akibat osteoporosis, terdapat tiga jenis fraktur yaitu :

a. Fraktur leher femur

b. Fraktur colle

c. Fraktur kolumna vertebralis

3. Penyakit Radang Sendi: Artritis Reumatoid

a. Patofisiologi

Artritis adalah suatu penyakit kronis, sitemik, yang secara khas berkembang perlahan- lahan
dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi- sendi diartrodial dan
struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan dodul- nodul rheumatoid, arthritis,
neuropati, skleritis, limfadenopati dan splenomegali. AR ditandai oleh periode- periode
remisi dan bertambah parahnya penyakit.

b. Manifestasi Klinik

Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan


produksi cairan synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi.

Secara radiologi kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien
mungkin mengalami keterbatsan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.

Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus sehingga mengurangi ruang
gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan

9
kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan
tulang.

Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan


terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak
seperti nodula- nodula mungkin terjadi.

c. Penatalaksanaan

Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens antiinflamasi, obat yang dapat
dipilih adalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang
dari 12 tablet per hari, yang dapat menyebabkan gejala siste,mgastrointestinal dan system
saraf pusat. Obat anti inflamasi non-steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk
menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pasbrik dan pemantauan efek samping
secara hati- hati perlu dilakukan. Terrapin kortikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi
mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat
dihubungkan dengan nekrosisi dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya injeksi yang
diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan
pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.

Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat AR kronis dan


kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien
harus ingat bahwa walaupunpengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi,
mereka harus pula mempertahankan peregerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas
sendi. Suatu origram aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah
peningkatan tekanan pada sendi.

3. OSTEOARTHRITIS

A. DEFINISI

steoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang terutama terjadi pada orang yang
berusia lanjut dan ditandai oleh degenerasi kartilago artikularis, perubahan pada membran
sinovia serta hipertrofi tulang pada tepinya. Rasa nyeri dan kaku, khususnya setelah
melakukan aktivitas yang lama akan menyertai perubahan degeneratif tersebut.

C. TANDA DAN GEJALA

Gejala klinis osteoartritis bervariasi, bergantung pada sendi yang terkena, lama dan intensitas
penyakitnya, serta respons penderita terhadap penyakit yang dideritanya. Pada umumnya
pasien osteoartritis mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi
berkembang secara perlahan-lahan.

Secara klinis, osteoartritis dapat dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :

1. Subklinis

10
Pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lainnya. Kelainan baru terbatas pada
tingkat seluler dan biokimiawi sendi.

2. Manifestasi

Pada tingkat ini biasanya penderita datang ke dokter. Kerusakan rawan sendi bertambah luas
disertai reaksi peradangan.

3. Dekompensasi

Rawan sendi telah rusak sama sekali, mungkin terjadi deformitas dan kontraktur. Pada tahap
ini biasanya diperlukan tindakan bedah.

Keluhan-keluhan umum yang sering dirasakan penderita osteoartritis adalah sebagai berikut :

1. Nyeri Sendi

Merupakan keluhan utama yang sering kali membawa pasien datang ke dokter.Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.Beberapa gerakan tertentu
menimbulkan rasa sakit yang berlebih dibanding gerakan lain. Pada osteoartritis terdapat
hambatan sendi yang biasanya bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri. Asal nyeri dapat dibedakan, yaitu :

a. Peradangan

Nyeri yang berasal dari peradangan biasanya bertambah pada pagi hari atau setelah istirahat
beberapa saat dan berkurang setelah bergerak. Hal ini karena sinovitis sekunder, penurunan
pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi yang menimbulkan pembengkakan dan
peregangan simpai sendi. Semua ini menimbulkan rasa nyeri.

b. Mekanik

Nyeri akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu
istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana
rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya terlokalisasi hanya pada sendi yang terkena,
tetapi dapat juga menjalar

2. Kaku Sendi

Merupakan keluhan pada hampir semua penyakit sendi dan osteoartritis yang tidak begitu
berat. Pada beberapa pasien, nyeri dan kaku sendi dapat timbul setelah istirahat beberapa saat
misalnya sehabis duduk lama atau bangun tidur. Berlawanan dengan penyakit inflamasi sendi
seperti artritis rheumatoid, dimana pada artritis rheumatoid kekakuan sendi pada pagi hari
berlangsung lebih dari 1 jam,maka pada osteoartritis kekakuan sendi jarang melebihi 30
menit.

3. Pembengkakan Sendi

11
Merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi. Biasanya
teraba panas tanpa adanya kemerahan. Pada sendi yang terkena akan terlihat deformitas yang
disebabkan terbentuknya osteofit. Tanda-tanda adanya reaksi peradangan pada sendi (nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) mungkin dijumpai
pada osteoartritis karena adanya sinovitis.

4. Perubahan Gaya Jalan

Salah satu gejala yang menyusahkan pada pasien osteoartritis adalah adanya perubahan gaya
jalan. Hampir pada semua pasien osteoartritis, pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggulnya
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman besar untuk kemandirian pasien lanjut usia.

5. Gangguan Fungsi

Timbul karena ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi. Adanya kontraktur,


kemungkinan adanya osteofit, nyeri dan bengkak merupakan penyebab yang menimbulkan
gangguan fungsi. Pada osteoartritis tidak terdapat gejala-gejala sistemik seperti kelelahan,
penurunan berat badan atau demam.

F. PENATALAKSANAAN OSTEOARTHRITIS

Stadium awal osteoarthritis paling baik bila ditangani dengan tindakan konservatif, termasuk
pengobatan dengan obat-obat anti inflamasi non steroid (NSAID) seperti preparat piroxicam
10mg 2x1 hari, preparat naproxen 250-500 mg 2x1 hari,tetapi harus mewaspadai efek yang
timbul di lambung dan reaksi alergi.Dapat juga dengan latihan-latihan fisioterapi atau tanpa
pengobatan sama sekali. Intervensi pembedahan merupakan tindakan yang terlambat setelah
terjadi perkembangan penyakit yang berarti.

Penggunaan injeksi sodium hyaluronate yang berfungsi sama seperti cairan sinovial pada
rongga sendi dapat juga digunakan. Dosis yang dipakai adalah 1 X 2 ml/minggu selama 5
minggu berturut-turut.

Indikasi bedah dilakukan bila nyeri dan pengurangan fungsi masih ada setelah pemberian
obat-obat anti inlamasi non steroid, suntikan steroid ke dalam sendi dan penggunaan bidai
kecil. Osteoarthritis lanjut pada persendian perifer sering memerlukan pembedahan untuk
meringankan rasa nyeri dan memperbaiki fungsi sendi, misalnya tindakan menyatukan sendi
atau arthroplasti reseksi untuk menyumbat rongga sendi, osteotomi untuk menghasilkan
kembali keseimbangan berbagai gaya mekanis, atau artroplasti penggantian sendi secara total
untuk membentuk kembali permukaan artikulasi sendi.

Selain dari pengobatan medis seperti diatas, dapat juga disertai dengan penatalaksanaan lain
seperti sebagai berikut :

1. Meyakinkan penderita bahwa penyakitnya tidak progresif karena biasanya penderita takut
sekali menjadi lumpuh atau cacat. Rencana pengobatan selanjutnya dijelaskan dan

12
disesuaikan dengan keadaan umum penderita, sendi-sendi yang terkena, keluhan dan sikap
hidup sehari-hari.

2. Istirahat atau proteksi terhadap sendi yang terkena

3. Koreksi semua faktor-faktor yang menimbulkan stress berlebihan pada rawan sendi.
Tindakan ini bukan saja akan mengurangi beban pada rawan sendi, tetapi juga memperlambat
proses degenerasi sehingga akan lebih memberi kesempatan proses regenerasi berlangsung.

4. Diet, selain untuk mengurangi berat badan, tidak ada bukti bahwa diet berperan langsung
terhadap pengobatan osteoartritis. Dengan menghilangkan kegemukan penderita osteoartritis
sendi penyokong berat badan maka akan mengurangi keluhan.

5. Fisioterapi, terutama pemanasan dan latihan yang adekuat. Pemanasan badan (moist
health) lebih nyaman daripada pemanasan kering. Massage, penggunaannya sangat terbatas
karena hanya berefek pada otot yang melingkupi sendi, sedang sendinya sendiri tidak dapat
dicapai. Massage berguna untuk mengurangi nyeri karena spasme otot.

6. Alat bantu, misalnya traksi atau pemakaian soft collar untuk spondilosis leher, korset untuk
spondilosis lumbal, tongkat untuk osteoartritis lutut atau pinggul.

4. ARTHRITIS GOUT

A. DEFINISI

Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada
jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok
gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia).

Gout arthritis atau lebih dikenal dengan asam urat atau encok merupakan radang sendi akut
yang disebabkan oleh terlalu banyaknya produksi asam urat (uric acid) yaitu produk buangan
yang menumpuk dalam jaringan tubuh, atau karena kegagalan ginjal untuk membuang asam
urat dalam jumlah cukup banyak. Dalam keadaan normal, produk asam urat akan dibuang
dari darah lewat air kemih (urin). Pada kejadian gout, kristal-kristal asam urat diendapkan di
dalam dan sekitar sendi yang bergerak, yang menyebabkan sakit dan peradangan yang akut.

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan terapi artritis gout sebaiknya mengikuti pedoman terapi sebagai berikut :

1. Hentikan serangan nyeri yang hebat pada serangan artritis gout akut.

2. Berikan kolkisin sebagai pencegahan terhadap serangan berulang dari artritis gout.

3. Evaluasi kadar asam urat dalam urine selama 24 jam setelah terapi nonfarmakologi
diberikan yaitu diet rendah purin dijalankan.

13
4. Penanggulangan untuk artritis gout kronis.

14
15

You might also like