You are on page 1of 36

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN GANGGUAN

MENSTRUASI

Disusun oleh

Deah Karina Saputri

Giofhani Apriansyah

Julie Puspitasari

Maya Permatasari

Tingkat 1 A

Dosen Pengampu : Herawaty, S.Kep., M.Kes.

DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2015/2016

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, dimana atas segala
rahmat dan izin-nya, kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Maternitas
Dengan Gangguan Menstruasi. Asuhan Keperawatan ini kami buat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini terutama kepada ibu Herawaty, S.Kep., M.Kes. selaku dosen
pembimbing penyusunan asuhan keperawatan ini.
Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan
khususnya kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam asuhan keperawatan ini.
Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan
penulisan yang akan datang.

Palembang, 13 April 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............. ii

Daftar Isi.. iii

Bab I Pendahuluan... 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3 Tujuan. 2

Bab II Tinjaun Pustaka.. 3

Bab III Asuhan Keperawatan........................................................................

Bab IV Penutup..

4.1 Kesimpulan..

4.2 Saran....

Daftar Pustaka....

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Haid atau yang sering disebut dengan menstruasi merupakan


pelepasan lapisan dalam (endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi
berulang setiap bulan secara periodik, kecuali pada saat hamil. Sedangkan
siklus haid adalah waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya haid
periode berikutnya.
Siklus haid setiap perempuan berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya, bukan saja antara beberapa perempuan, tetapi juga pada perempuan
yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar siklus haidnya
tidak terlalu sama.
Sebelum datangnya haid, setiap perempuan umumnya mengalami
sindrom bulanan atau yang lebih dikenal dengan sindrom pra-haid. Sindrom
ini sangat mengganggu aktifitas perempuan, terutama mereka yang aktif
bekerja diluar rumah.
Selain itu, gangguan haid juga sering terjadi seperti: dismenorea,
hipermenorea, hipemenorea, amenorea, dan masih banyak gangguan haid
lainnya yang sering dialami oleh para perempuan.
Karena kurangnya pengetahuan serta informasi yang dimiliki oleh
sebagian besar perempuan tentang siklus haid serta gangguan haid dalam
masa reproduksi, maka kami tertarik untuk membahas tentang masalah yang
sering dialami oleh setiap perempuan ini.

1.2 Rumusan Masalah


Apa pengertian gangguan haid?
Bagaimana klasifikasi haid?
Bagaimana klasifikasi haid yang tidak normal?

1
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa memahami gangguan menstruasi dan asuhan keperawatannya.
Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu memahami pengertian gangguan haid
- Mahasiswa mampu memahami klasifikasi haid yang tidak normal.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Terjadinya menstruasi atau haid merupakan perpaduan antara


kesehatan alat genitalia dan rangsangan hormonal yang kompleks yang

2
berasal dari mata rantai aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium (Manuaba,
1998). Oleh karena itu, gangguan haid dan gangguan siklus haid dapat terjadi
dari kelainan kedua faktor tersebut.
Gangguan menstruasi merupakan kelainan pada keadaan menstruasi
yang dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan
dan lamanya perdarahan.Konsep disfungsi menstruasi secara umum adalah
terjadinya gangguan dari pola perdarahan menstruasi, seperti menorraghia
(perdarahan banyak dan lama), oligomenorrhea (menstruasi yang jarang,
polymenorrhea (menstruasi yang sering),amenorrhea (tidak haid sama sekali)
(Eny K., 2011). Gangguan perdarahan menstruasi dapat menimbulkan risiko
patologis apabila dihubungkan dengan banyaknya kehilangan darah,
mengganggu aktivitas sehari-hari, adanya indikasi inkopatibel ovarium pada
saat kosepsi atau adanya tanda-tanda kanker.

2.2 Fisiologi Menstruasi

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium. Sekarang diketahui bahwa dalam
proses ovulasi, yang memegang peranan penting adalah hubungan
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamic-pituitary-ovarium axis).
Menurut teori neurohumoral yang dianut sekarang, hipotalamus mengawasi
sekresi hormon gonadotropin oleh adenohipofisis melalui sekresi
neurohormon yang disalurkan ke sel-sel adenohipofisis lewat sirkulasi portal
yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan
disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang
pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dari hipofisis.
a. Siklus Haid
Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:
- Fase Folikuler
Dimulai dari hari pertama sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat
dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler
karena terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada

3
pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga
merangsang pertumbuhan sekitar 3 30 folikel yang masing-masing
mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang
lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan
sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas
dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap
dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali
membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan
menstruasi berlangsung selama 3 7 hari, rata-rata selama 5 hari.
Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya
tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
- Fase ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini
dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 32
jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan
menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel
telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul
pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz,
yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.
- Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari.
Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan
membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian besar
progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat
selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai.
Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya
ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang
baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi,
korpus luteum mulai menghasilkan HCG (hormone chorionic
gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang

4
menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan
hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya
peningkatan kadar HCG.

Siklus menstruasi dapat dibedakan 4 fase, yaitu :


- Fase Menstruasi atau dekuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
perdarahan, hanya lapisan tipis yg disebut stratum basale yang tinggal
selama empat hari. Dengan haid keluar darah, potongan endometrium,
dan lendir dari servik. Darah ini tidak membeku karena ada fermen
( Biokatalisator ) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan
potongan mukosa, banyaknya perdarahan selam haid kira-kira 50 cc.
- Fase post haid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru
yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Pada masa ini tebal
endometrium kira-kira 0,5 mm dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
- Fase Proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm.
kelenjar-kelenjar tumbuh lebih cepat dari jaringan laen, berlangsung
dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase proliferasi
dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
1. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)

Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat
dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi
epitel, terutama dari mulut kelenjar.

2. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)

Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini


merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan
yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya banyak mitosis
dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus).

5
3. Fase proliferasi akhir (late proliferation)

Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini
dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan
banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi.
Stoma bertumbuh aktif dan padat.

- Fase pra haid atau fase sekresi


Pada fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah
menjadi panjang, berliku-liku, dan mengeluarkan getah. Di dalam
endometrium tertimbun glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai
makanan untuk telur yang dibuahi. Pada endometrium sudah dapat
dibedakan lapisan atas yang padat ( Stratum kompaktum) yang hanya
di tembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar, lapisan stratum
spongeosum yang banyak lubang-lubangnya karena disini terdapat
rongga dari kelenjar dan lapisan bawah disebut stratum bassale. Fase
ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai
ke-28, jika tidak terjadi kehamilan maka endometrium dilepas dengan
perdarahan dan berulang lagi siklus menstruasi. Fase sekresi dibagi
dalam 2 tahap, yaitu :

a. Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase
sebelumnya karena kehilangan cairan.
b. Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium
berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai
mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir
masa ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua,
terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial.
Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi (Hanafiah, 1997).

b. Normal Haid

6
Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, menstruasi terjadi
setiap 25-35 hari dengan siklus haid 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik,
selang waktu antara awal menstruasi hingga ovulasi fase folikular
bervariasi lamanya. Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang mengalami
ovulasi. Selang waktu antara awal perdarahan menstruasi fase luteal relatif
konstan dengan rata-rata 14 2 hari pada kebanyakan wanita (Grenspan,
1998).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi. Pada umumnya
lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap
normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan
endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu.
Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar,
bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Rata-rata
banyaknya darah yang keluar pada wanita normal selama satu periode
menstruasi menurut beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi
Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini
mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama
dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut.
(Cunningham, 1995).

c. Gangguan Haid
Gangguan haid adalah perdarahan haid yang tidak normal dalam hal:
panjang siklus haid, lama haid, dan jumlah darah haid. Melibatkan
hipotalamus, hipofisis, ovarium dan endometrium fisiologi haid normal. (Dr.
Asrul Sani)
Gangguan haid merupakan suatu permasalahan yang berhubungan
dengan haid, baik itu gangguan menurut ritme (siklus menstruasi), gangguan
menurut perdarahan (banyaknya dan lamanya) maupun gangguan yang terjadi
diluar haid dan pada saat haid. Gangguan yang terjadi saat haid dinilai masih
normal jika terjadi selama dua tahun pertama setelah haid kali pertama.
Artinya, bila seorang perempuan telah mendapatkan haid pertamanya saat
berusia 11 tahun, maka hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur. Tapi

7
bila setelah usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur juga, dipastikan ia
mengalami gangguan haid.

2.3 Klasifikasi
Menurut Manuaba (1998 & 2004) terdapat beberapa bentuk kelainan haid
dan siklus haid masa reproduksi aktif sebagai berikut:
1 Kelainan tentang banyak dan lama perdarahan
- Hipermenorea/ menoragia
Jadwal siklus haid tetap, tetapi kelainan terletak pada jumlah
perdarahan lebih bayak dan disertai gumpalan darah dan lamaya
perdarahan lebih dari 8 hari (Manuaba, 1998). Menurut Manuaba
(2004), hipermenorea dapat disertai dengan gangguan psikosomatik.
Terjadinya hipermenorea berkaitan dengan kelainan pada rahim, yaitu
mioma uteri, polip endometrium dan gangguan pelepasan
endometrium.
- Hipomenorea
Siklus menstruasi (haid) tetap, tetapi lama perdarahan memendek
kurang dari 3 hari (Manuaba, 1998). Hipomenorea dapat disebabkan
kesuburan endometrium kurang karena keadaan gizi penderita yag
rendah, penyakit menahun dan gangguan hormonal.
2 Kelainan siklus haid
- Polimenorea
Terdapat siklus menstruasi yang memendek dari biasa yaitu kurang
dari 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif tetap (Manuaba,
1998).
- Oligomenorea
Siklus di atas 35 hari (Manuaba, 1998), namun perdarahannya
biasanya kurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, ansietas
dan stress, penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat
kerja dan lingkungan, status penyakit nutrisi yang buruk, olahraga
yang berat, penurunan berat badan yang signifikan.
- Amenorea

8
Merupakan gejala atau keadaan klinis dengan ciri belum mendapatkan
menstruasi atau terlambat menstruasi selama tiga bulan berturut-turut
(Manuaba, 1998). Menurut Manuaba (2004), amenorea dapat bersifat:
a. Fisiologis:
Amenore bersifat fisiologis pada perempuan usia pra-pubertas,
hamil pascamenopause, di luar itu amenore menunjukkan adanya
disfungsi atau abnormalitas dari sistem reproduksi (Sylvia &
Lorraine, 2006).
b. Bersifat patologis
o Primer amenorea : Amenore primer adalah tidak terjadiya
menstruasi sampai usia 17 tahun, dengan atau tanpa tanda
perkembangan seksual sekunder (Sylvia & Lorraine,
2006).Amenorea primer adalah tidak terdapatnya menstruasi
pada pasien berusia 16 tahun dengan ciri-ciri seksual sekunder
yang normal atau tidak terdapatya menstruasi pada pasien
berusia 14 tahun tanpa tanda-tanda pematagan seksual (Linda
J. & Danny J., 2008).
o Sekunder amenorea : Amenorea sekunder adalah tidak
terdapatnya tiga siklus menstruasi atau tidak adaya perdarahan
menstruasi selama 6 bulan (Linda J. & Danny J., 2008).
Amenore sekunder berarti tidak terjadinya menstruasi selama 3
bulan atau lebih pada orang yang telah mengalami siklus
menstruasi (Sylvia & Lorraine, 2006).
- Perdarahan di luar haid
a. Metroragia
Merupakan kondisi dimana perdarahan terjadi terus menerus dan
berkepanjangan yang biasanya terjadi karena penyakitpenyakit
organic misalnya fibroid dan karsinoma.
- Keadaan lain berkaitan dengan haid
a. Ketegangan pra-haid/Premenstrual tention
Merupakan keluhan yang menyertai menstruasi dan sering
dijumpai pada masa reproduksi aktif (Manuaba, 1998). Sindrom
pramenstruasi (PMS/Premenstrual syndrome) atau premenstrual

9
tension (PMT) adalah gabungan dari gejala-gejala fisik dan
psikologis yang terjadi selama fase luteal siklus menstruasi dan
menghilang setelah menstruasi dimulai (Sylvia & Lorraine, 2006).
Pada sekitar 10% perempuan gejala pramestruasi cukup berat
hingga memerlukan perawatan medis (Sylvia & Lorraine, 2006).
Faktor penyebabnya adalah kejiwaan yang labil dan angguan
keseimbangan estrogen-progesteron. Adapun gejala yang muncul
berupa kelainan hubungan di lingkungan keluarga dan terlalu peka
terhadap perubahan hormonal. PMS dapat menyebabkan retensi
natrium dan air, payudara terasa bengkak dan sakit; dan berat
badan bertambahdisertai edema tungkai.
Penanganan PMS tidak memerlukan pengobatan, karena akan
hilang setelah menstruasi. Namun demikian, dapat diberikan obat
penenang dan untuk mengurangi gejala klinis dapat diberikan
diuretik ringan dan testosteron sebaga anti estrogen sebanyak 5
mgr selama 7 hari.
b. Mastodinia/ Mastalgia
Merupakan rasa berat dan bengkak pada payudara menjelang
menstruasi (Manuaba, 1998). Hal ini disebabkan oleh pengaruh
estrogen yang menyebabkan retensi natrium dan air pada payudara
serta terjadi tekanan ujung saraf yang menimbulkan rasa nyeri.
c. Perdarahan ovulasi/ Mittelschmer
Merupakan rasa nyeri yang terjadi saat ovulasi. Namun, hal ini
jarang diasakan oleh wanita (Manuaba, 1998).
d. Dismenorea
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh
kejang otot uterus (Sylvia & Lorraine, 2006). Rasa nyeri sering
digambarka sebagai nyeri kram pada abdomen bagian bawah yang
terjadi selama haid (William M., 2005). Dismenore primer apabila
tidak terdapat gangguan fisik yang menjadi peyebab dan hanya
terjadi selama siklus-siklus ovulatorik (Sylvia & Lorraine, 2006).
Penyebabnya adalah adanya jumlah prostaglandin F2 yang

10
berlebihan pada darah menstruasi, yang meragsang aktivitas uterus
(Sylvia & Lorraine, 2006).
Gejala utama adalah nyeri, dimulai pada saat awitn menstruasi.
Nyeri dapat tajam, tumpul, siklik atau menetap; dapat berlangsung
dalam beberapa jam sampai 1 hari, namun dapat melebihi 1 hari
namun tidak sampai lebih dari 72 jam. Gejala-gejala sistemik yang
menyertai berupa mual, diare, sakit kepala dan perubahan
emosional. Dismenore sekunder timbul karena adanya masalah
fisik seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis serviks
atau penyakit radang panggul (PID) (Sylvia & Lorraine, 2006).
e. Various menstruasi
Merupakan perdarahan yang terjadi pada organ lainnya yang tidak
ada hubungan endometrium (Manuaba, 2004). Pada organ tersebut
dapat terjadi perdarahan sesuai dengan siklus menstruasi. Organ
tersebut yaitu hidung meimbulkan epistaksis dan lambung.

2.4 Etiologi

Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik atau


disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaan keadaan
stress dan gangguan emosi atau gangguan biologik dan psikologik. Siklus
menstruasi mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik dan
psikologik wanita. Banyak penyebab gangguan haid , yaitu berdasarkan
kelainan yang dijumpai seperti:
1. Fungsi hormon terganggu
Haid terkait dengan system hormone yang diatur otak, tepatnya dikelenjar
hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk
memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis
terjadi gangguan pada menstruasi.
2. Kelainan sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haid
karena sistem metabolism di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik,
atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi
sistem merabolisme sehingga haid pun tidak teratur.

11
3. Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena
stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan menurun drastis,
bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Jika metabolisme
terganggu, haid pun juga ikut terganggu.
4. Kelenjar gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menyebabkan tidak
teraturnya haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang
terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid) yang dapat
mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
5. Hormon prolaktin berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena
memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak
sedang menyusui hormon prolaktin juga bisa tinggi, biasanya disebabkan
kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala.

2.5 Manifestasi Klinis

Tanda-tanda gangguan datang bulan (haid) : (David Werner, dkk 2010)


:
Bagi wanita-wanita tertentu, tidak teraturnya datang bulan merupakan
keadaan yang wajar, namun bagi wanita lainnya, keadaan ini dapat merupakan
tanda bagi penyakit menahun, kekurangan darah (anemia), gangguan gizi
(malnutrisi), atau mungkin adanya infeksi atau tumor dalam rahim (uterus)
Apabila datang bulan (haid) tidak terjadi pada saat yang seharusnya,
hal ini mungkin menunjukkan tanda kehamilan. Akan tetapi masa datang
bulan yang tidak teratur atau tidak mendapatkan bulanan sering merupakan
keadaan yang wajar bagi banyak gadis yang baru saja mendapatkan
bulanannya dan bagi wanita yang berusia di atas 40 tahun. Kecemasan dan
gangguan emosional dapat menyebabkan seorang wanita tidak mendapatkan
bulanannya.
Apabila perdarahan mulai terjadi selama kehamilan, hal ini hampir
selalu menjadi tanda permulaan suatu keguguran atau abortus (kematian bayi
di dalam kandungan). Apabila masa haid berlangsung lebih dari 6 hari, dan

12
daerah yang dikeluarkan banyak dan tidak seperti biasanya, atau datang haid
lebih dari satu kali dalam sebulan, maka pasien harus segera meminta nasihat
dari dokter.
Menurut Dr. Salma dalam majalahkesehatan.com pada 14 Oktober
2010, perempuan dapat memiliki berbagai masalah dengan menstruasi/haid
mereka. Masalah tersebut dapat berupa tidak mengalami menstruasi sama
sekali sampai menstruasi berat dan berkepanjangan.
Pola haid boleh saja tidak teratur, tetapi jika jarak antar menstruasi
kurang dari 21 hari atau lebih dari 3 bulan, atau jika haid berlangsung lebih
dari 10 hari maka Anda harus mewaspadai adanya masalah ovulasi atau
kondisi medis lainnya.
1. Amenore
Amenore adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk
perempuan yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore
primer) dan yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya
pernah menstruasi (amenore sekunder).
Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau
masalah pertumbuhan. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh
rendahnya hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid),
menyusui, stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem,
gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, kista ovarium dan masalah organ
reproduksi lainnya.
Pada usia remaja dan tengah baya, amenore tidak selalu menunjukkan
gangguan. Menstruasi cenderung sangat tidak teratur pada beberapa tahun
pertama menstruasi dan dapat menjadi tidak teratur lagi saat seorang
wanita mendekati menopause.
2. Sindrom Pramenstruasi (SPM)
Sindrom pramenstruasi (SPM) adalah sekelompok gejala fisik, emosi, dan
perilaku yang umumnya terjadi pada minggu terakhir fase luteal
(seminggu sebelum haid). Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari
sebelum siklus, dan selesai dalam waktu 4 hari setelah perdarahan
dimulai. SPM mempengaruhi sebanyak 75% wanita.
Beberapa gejala SPM yang sering dirasakan:

13
Kram perut
Nyeri payudara
Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood
swing)
Tidak tertarik seks (libido menurun)
Jerawat berkala
Perut kembung
Sakit kepala atau sakit persendian
Sulit tidur
Sulit buang air besar (BAB)

Sebagian besar wanita yang menderita SPM hanya mengalami beberapa


dari gejala di atas. Ketika gejala SPM sangat parah, kondisinya disebut
gangguan pra-menstruasi disforik (pre-menstrual dysphoric disorder).
Sekitar tujuh persen wanita mengalaminya (sumber: MayoClinic).

Penyebab SPM tidak diketahui dengan pasti. Namun, ada teori tentang
faktor-faktor yang dapat menyebabkan sindrom. Gejala tampaknya
berubah mengikuti fluktuasi hormon, yang menunjukkan bahwa siklus
perubahan hormon dapat menjadi penyebab utamanya. Perubahan kadar
serotonin, suatu neurotransmitter yang terlibat dalam pengendalian mood,
juga dapat menyebabkan SPM. Aspek-aspek tertentu dari diet seperti
rendahnya tingkat vitamin dan mineral juga dapat bertanggung jawab atas
beberapa gejala SPM. Makanan asin dapat menyebabkan SPM dengan
meningkatkan retensi air.

Tipe dan gejalanya Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham,


ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS,
membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D.
Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe
A dan D secara bersamaan. Berikut gejala-gejala yang timbul sesuai tipe
PMS masing-masing:

14
1. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas,
sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita
mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid.
Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan
hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang
dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti
mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan
magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi
makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
2. PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan),
perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki,
peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga
dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi
akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena
tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat
diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada
tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya
gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula
pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
3. PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi
makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat
sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah
menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia
seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-
kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran
hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap
makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet
makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau
kurangnya magnesium.

15
4. PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin
menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam
mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul
rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D
berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari
selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D murni
disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen,
di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi
dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D
dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres,
kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal
di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6).
Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan
magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang
terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
Untuk mengatasi PMS, biasanya dokter memberikan pengobatan
diuretika untuk mengatasi retensi cairan atau edema (pembengkakan)
pada kaki dan tangan. Pemberian hormon progesteron dosis kecil
dapat dilakukan selama 8 10 hari sebelum haid untuk mengimbangi
kelebihan relatif estrogen. Pemberian hormon testosteron dalam
bentuk methiltestosteron sebagai tablet isap dapat pula diberikan untuk
mengurangi kelebihan estrogen.
3. Dismenore
Dismenore adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di
perut bagian bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan
paha. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut
berasal dari kontraksi dalam rahim, yang merupakan bagian normal proses
menstruasi, dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan
terus berlangsung hingga 32 48 jam.
Dismenore yang dialami remaja umumnya bukan karena penyakit
(dismenore primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan

16
oleh kondisi/penyakit tertentu (dismenore sekunder), seperti fibroid
uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore primer dapat diperingan gejalanya dengan obat penghilang
nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen dan naproxen. Berolah
raga, kompres dengan botol air panas, dan mandi air hangat juga dapat
mengurangi rasa sakit. Bila nyeri menstruasi tidak hilang dengan obat
pereda nyeri, maka kemungkinan merupakan dismenore sekunder yang
disebabkan penyakit/kondisi tertentu.
4. Menoragia
Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang
berlebihan. Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-
rata kehilangan sekitar 30 ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila
perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (melebihi 80 ml), maka
dikategorikan menoragia.
Penyebab utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah
estrogen dan progesteron dalam tubuh. Ketidakseimbangan
tersebut menyebabkan endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh
membuang endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi
parah. Menoragia juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit
darah, dan peradangan/infeksi pada vagina atau leher rahim.
5. Perdarahan Abnormal
Perdarahan vagina abnormal (di luar menstruasi) antara lain:
Pendarahan di antara periode menstruasi
Pendarahan setelah berhubungan seks
Perdarahan setelah menopause

Perdarahan abnormal disebabkan banyak hal. Dokter mungkin


memulai dengan memeriksa masalah yang paling umum dalam kelompok
usia pasien. Masalah serius seperti fibroid uterus, polip, atau bahkan
kanker dapat menjadi sebab perdarahan abnormal.

Menurut Prof. Dr.Med. Ali Baziad, SpOG(K) Divisi Imuno Endokronologi


-Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM Jakarta , Gangguan

17
haid adalah darah haid yang keluar tidak memenuhi syarat suatu haid yang
normal, dan darah yang keluar biasanya disebut sebagai perdarahan yang
menyerupai haid. Gangguan haid atau perdarahan dapat disebabkan oleh
penyakit tertentu, misalnya tumor jinak/ ganas pada rahim, mulut rahim
atau pada indung telur, atau disebabkan oleh infeksi pada alat kelamin
perempuan. Perdarahan dapat juga disebbakan oleh efek samping obat-
obat tertentu yang kebetulan sedang digunakan oleh seorang perempuan.
Kelainan sistem hormonal pada seorang perempuan dapat juga
menyebabkan perdarahan.

Berbagai gangguan haid yaitu antara lain :

a. Bila haid datang sebulan dua kali (<21 hari), yang disebut dengan
istilah polimenorea
b. Seorang perempuan mendapatkan haid terlalu jarang, di atas 35 hari
sekali, yang disebut sebagai oligomenorea

c. Tidak mendapatkan haid 6 bulan atau lebih, yang disebut sebagai


amenorea

d. Seorang perempuan mendapatkan haid tidak teratur, bisa 2 atau 3, 4


bulan sekali

e. Mengalami perdarahan bercak (spotting) sebelum haid datang, atau


pada pertengahan siklus, ataupun setelah selesainya haid

f. Keluarnya darah haid terlalu banyak, ganti pembalut sampai 6-7


kali/hari, yang disebut sebagai hipermenorea

g. Keluarnya darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut <2 kali/hari,


disebut dengan hipomenorea

h. Keluarnya darah haid lebih dari 6-7 hari, yang disebut sebagai
menoragia. Darah yang keluar dapat sedikit ataupun banyak

18
2.6 Patofisiologi Gangguan Haid

Berikut ini akan dijelaskan patofisiologi dari beberapa macam gangguan haid.
1. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)
Meningkatnya kadar estrogen dan menurunnya kadar progresteron di
dalam darah akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan
mental. Kadar estrogen yang meningkat akan mengganggu proses kimia
tubuh termasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti-
depresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin
penting sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini
dapat mengakibatkan depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi
adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan dapat
mempengaruhi jumlah estrogen dan progresteron yang dihasilkan pada
setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu
keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua
hormone tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi dapat
memiliki kadar prolaktin yang tinggu atau normal.
Selanjutnya adalah karena gangguan metabolisme prostaglandin akibat
kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah
untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormone estrogen dan
progresteron), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
2. Disminorea
- Disminorea Primer : bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum
akan mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan
kadar progresteron. Penurunan ini akan menyebabkan labilisasi
membrane lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim
fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis senyawa
fosfolipid yang ada di membrane sel endometrium dan menghasilkan
asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan
kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat
yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2
alfa. Wanita dengan disminorea primer didapatkan adanya peningkatan

19
kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang
miometrium dengan akibat terjadinya pningkatan kontraksi dan
disritmi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke
uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya
menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus
pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.
- Disminorea Sekunder : adanya kelainan pelvis, misalnya :
endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau
adanya IUD akan menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa
nyeri.
3. Perdarahan Uterus Abnormal
Perdarahan abnormal biasanya merupakan gejala dari penyakit lain.
Banyak penyebab perdarahan uterus abnormal, yang dapat dikelompokkan
dalam empat kategori utama, yaitu komplikasi kehamilan, lesi organic,
penyakit konstitusional, dan perdarahan uterus disfungsi sejati. Berikut ini
adalah patofisiologi beberapa kasus terkait perdarahan uterus abnormal
yang paling sering terjadi :
- Hipermenorea (Menorraghia) : pada siklus ovulasi normal,
hipotalamus mensekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH),
yang menstimulasi pituitary agar melepaskan follicle stimulating
hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan folikel di
ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan
leteinzing hormone (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi.
Perkembangan folikel menghasilkan estrogen yang berfungsi
menstrimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum
dilepaskan, kadah FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan
ovum akan berkembang menjadi korpus luteum yang akan mensekresi
progresteron. Progresteron menyebabkan poliferasi endometrium
untuk berdeferensiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah
menstruasi. Menstruasi berasal dari peluruhan endometrium sebagai

20
akibat dari penurunan kadar estrogen dan progresteron akibat involusi
korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah
menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang.
Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya
stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi
tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan
tidak ada progresteron yang disekresi. Endometrium berproliferasi
dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi estrogen
menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi
berlangsung dengan perdarahan yang normal, namun ketidakstabilan
poliferasi endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan
perdarahan hebat.
4. Amenorea
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagau bagian
dari sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab
utama dari amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh
kelainan genetic. Pasien dengan amenorea primer yang diakibatkan oleh
hal ini menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang
normal, memiliki tubuh feminism. Vagina kadang-kadang tidak ada atau
mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut
berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang
secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti
ini yang menyebabkan pasien mengalami amenorea yang permanen.
Amenorea primer juga dapat disebabkan karena kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropik amenorrhoea
menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan LH
dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormone ini menyebabkan
kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan
progresteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progresteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang

21
merangsang. Terjadilah amenorea. Hal ini adalah tipe keterlambatan
pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofisis anterior, seperi
adenoma pituitary.
Hypergonadotropik amenorrhoea merupakan salah satu penyebab
amenorea primer. Hypergonadotropik amenorrhoea adalah kondisi dimana
terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium
tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progresteron. Hal
ini menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap
rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau
premature menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes
kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropik amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang
wanita tidak pernah mengalami menstruasi dan tidak memiliki tanda seks
sekunder. Hal ini dikarenakan gonad (ovarium) tidak berkembang dan
hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenorea sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenorea yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang
akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi
ovarium seperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary
syndrome.

2.7 Pemeriksaan Gangguan Haid

Pemeriksaan umum
Keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk, penderita
pendek atau tinggi, ciri kelamin sekunder, hirsutisme.
Pemeriksaan ginekologik
Biasanya didapatkan adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia
uteri, tumor ovarium
Pemeriksaan Psikologi (distress/tidak)
Pemeriksaan Penunjang

22
Apabila pemeriksaan klinis tidak memberikan gambaran yang jelas dapat
dilakukan pemeriksaan :
Rontgen : thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika
Sitologi vagina
Tes toleransi glukosa
Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise
Kerokan uterus
Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid
Laparoskopi
Pemeriksaan kromatin seks
Pemeriksaan kadar hormone

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


Diagnosa dismenore didasari oleh ketidaknyamanan saat mengalami
menstruasi. Perubahan apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan
badan yang dirasa sakit dan perubahan pada jumlah dan lamanya menstruasi,
memerlukan pemeriksaan ginekologis; perubahan-perubahan seperti itu dapat
menandakan sebab dari dismenore sekunder. Secara umum pemeriksaan untuk
menentukan diagnosa biasanya harus dilakukan anamnesis terlebih dahulu,
pemeriksaan fisik, USG, hysterosalpinogogram, laparoskopi, histeroskopi,
dilatasi dan kuretasi. Untuk pemeriksaan dismenore primer, pada pemeriksaan
fisik biasanya normal, tidak didapatkan massa pada bagian abdomen dan
pelvis. Pemeriksaan rectovaginal juga normal. Diluar dari pemeriksaan nyeri
atau kram pelvis, biasanya didapatkan nyeri sedang pada pergerakan dan
tekanan dari uterus dan cerviks. Evaluasi episode pertama nyeri, kemungkinan
infeksi pelvis dan kehamilan pasien juga harus dievaluasi (Gunawan, 2002).

2.8 Penatalaksanaan

1. Amenorea
Penatalaksanaan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau
obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.

23
Pengobatan di berikan bergantung pada penyebab amenorea. Terapi
hormonal dan konseling sebagai gangguan konsep diri dapat diberikan
kepada pasien Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan,
penderita dianjurkan untuk menguranginya. Jika seorang anak perempuan
yang belum pernah mengalami menstruasi (amenore primer ) dan selama
hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 6 bulan
untuk memantau perkembangan pubertasnya.
Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk
merangsang perubahan pubertas pada anak perempuan yang payudaranya
belum membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh,
bisa diberikan estrogen. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan
pembedahan untuk mengangkat tumor tesebut.
2. Oligomenorea
Penatalaksanaan yang diberikan kepada penderita oligomenorea akan
disesuaikan dengan penyebabnya. Oligomenorea yang terjadi pada tahun-
tahun pertama setelah haid pertama dan oligomenorea yang terjadi
menjelang menopause tidak memerlukan pengobatan yang khusus.
Sementara oligomenorea yang terjadi pada gangguan nutrisi dapat diatasi
dengan terapi nutrisi dan akan didapatkan siklus menstruasi yang reguler
kembali.
Pada umumnya, disamping mengatasi faktor yang menjadi penyebab
timbulnya,penderita oligomenorea juga akan diterapi dengan
menggunakan terapi hormone.Jenis hormon yang diberikan akan
disesuaikan dengan jenis hormon yang mengalami penurunan dalam tubuh
(yang tidak seimbang). Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya
dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk
reevaluasi efek yang terjadi.
3. Polimenorea
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter
jika polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang
berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik

24
tubuh akibat darah yang keluar terus menerus.Disamping itu, polimenorea
dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena
gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi
(proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali
mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.
4. Menoragia atau Hipermenore
Pengobatan menorrhagia sangat tergantung kepada penyebabnya. Untuk
memastikan penyebabnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan
seperti pemeriksaan darah, tes pap smear, biopsi dinding rahim,
pemeriksaan USG, dan lain sebagainya. Jika menoragia diikuti oleh
adanya anemia, maka zat besi perlu diberikan untuk menormalkan jumlah
hemoglobin darah.
Terapi zat besi perlu diberikan untuk periode waktu tertentu untuk
menggantikan cadangan zat besi dalam tubuh. Selain itu, menorrhagia
juga dapat diterapi dengan pemberian hormon dari luar, terutama untuk
menorrhagia yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.
Terapi hormonal yang diberikan iasanya berupa obat kontrasepsi
kombinasi atau pill kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron.
Menorrhagia yang terjadi akibat adanya mioma dapat diterapi dengan
melakukan terapi hormonal atau dengan pengangkatan mioma dalam
rahim baik dengan kuretase ataupun dengan tindakan operasi.
5. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih
kurang dari biasa. Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah
darah haid sangat sedikit (<30cc). Hipomenorea disebabkan oleh karena
kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun
maupun gangguan hormonal(kekurangan estrogen maupun progesteron)
6. Metroragia
Suatu perdarahan vagina antara periode menstruasi teratur merupakan
bentuk disfungsi disfungsi menstruasi yang paling signifikan karena hal
itu dapat menunjukkan adanya kanker, tumor jinak uterus, dan masalah-
masalah psikologi lainnya. Kondisi ini menegakkan diagnosa dan
pengobatan dini. Meskipun pendarahan antara periode menstruasi pada

25
wanita yang menggunakan kontraseptif oral biasanya bukan masalah yang
serius, namun perdarahan tak teratur pada wanita yang mendapat terapi
penggantian hormon harus dievaluasi lebih lanjut.
7. Dismenorea
Terapi medis untuk klien disminorea diantaranya :
Pemberian obat analgesic
Terapi hormonal
Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Dilatasi kanalis serviksalis (dapat memberikan keringanan karena
memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di
dalamnya)
Komplikasi yang sering timbul adalah syok dan penurunan
kesadaran
8. PMS (Sindrom Premenstruasi)
Kurangi asupan makanan manis, garam, kopi, teh, cokelat,
minuman bersoda, lemak hewan, susu, keju, mentega, dan
utamakan istirahat
Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10
hari sebelum haid penggunaan garam di batasi dan minum sehari-
hari dikurangi
Tingkatkan asupan vitamin B dan sayur-sayuran hijau
Pemberian obat diuretic
Progesteron sintetik dapat diberikan selama 8-10hari sebelum haid
untuk mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen
Pemberian testosteron dalam bentuk methiltestosteron dapat
diberikan dalam mengurangi kelebihan estrogen.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Identitas : nama, jenis kelamin, umur, status, pekerjaan, alamat, suku, dll.
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu

26
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Menstruasi
Pemeriksaan Fisik : kepala, mata, hidung, mulut dan tenggorokan, dada
dan axilla, pernafasan, sirkulasi jantung, abdomen, genitourinary,
ekstremitas (integumen/muskuloskletal)
Analisa Data

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus,


hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia , mual dan muntah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri
abdomen

3.3 Intervensi Keperawatan

No: Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan meningkatnya Pain Level - Lakukan
kontraktilitas uterus, Pain control pengkajian nyeri
hipersensitivitas, dan Comfort level secara
saraf nyeri uterus Kriteria Hasil : komprehensif
- Mampu mengontrol termasuk lokasi,
Definisi : nyeri (tahu karakteristik,
Sensori yang tidak penyebab nyeri, durasi, frekuensi,
menyenangkan dan mampu kualitas dan
pengalaman emosional menggunakan faktor presipitasi
- Observasi reaksi
yang muncul secara tehnik

27
aktual atau potensial nonfarmakologi nonverbal dari
kerusakan jaringan atau untuk mengurangi ketidaknyamanan
- Gunakan teknik
menggambarkan adanya nyeri, mencari
komunikasi
kerusakan (Asosiasi Studi bantuan)
- Melaporkan bahwa terapeutik untuk
Nyeri Internasional).
nyeri berkurang mengetahui
Batasan karakteristik :
dengan pengalaman nyeri
Laporan secara verbal
menggunakan pasien
atau non verbal
- Kaji kultur yang
manajemen nyeri
Fakta dari observasi
- Mampu mengenali mempengaruhi
Posisi antalgic untuk
nyeri (skala, respon nyeri
menghindari nyeri - Evaluasi
intensitas, frekuensi
Gerakan melindungi pengalaman nyeri
dan tanda nyeri)
Tingkah laku berhati-hati - Menyatakan rasa masa lampau
- Evaluasi bersama
Muka topeng nyaman setelah
pasien dan tim
Gangguan tidur (mata nyeri berkurang.
kesehatan lain
sayu, tampak capek, sulit
tentang
atau gerakan kacau,
ketidakefektifan
menyeringai)
kontrol nyeri
Terfokus pada diri sendiri
masa lampau
Fokus menyempit
- Bantu pasien dan
(penurunan persepsi
keluarga untuk
waktu, kerusakan proses
mencari dan
berpikir, penurunan
menemukan
interaksi dengan orang
dukungan
dan lingkungan) - Kontrol
Tingkah laku distraksi, lingkungan yang
contoh : jalan-jalan, dapat
menemui orang lain mempengaruhi
dan/atau aktivitas, nyeri seperti suhu
aktivitas berulang-ulang) ruangan,

28
Respon autonom (seperti pencahayaan dan
diaphoresis, perubahan kebisingan
- Ajarkan tentang
tekanan darah, perubahan
teknik non
nafas, nadi dan dilatasi
farmakologi
pupil)
- Berikan analgetik
Perubahan autonomic
untuk
dalam tonus otot
mengurangi nyeri
(mungkin dalam rentang - Evaluasi
dari lemah ke kaku) keefektifan
Tingkah laku ekspresif kontrol nyeri
- Tingkatkan
(contoh : gelisah,
istirahat
merintih, menangis,
- Kolaborasikan
waspada, iritabel, nafas
dengan dokter
panjang/berkeluh kesah)
jika ada keluhan
Perubahan dalam nafsu
dan tindakan
makan dan minum.
nyeri tidak
berhasil
- Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri.
2. Ketidakseimbangan NOC NIC
Setelah dilakukan Nutrition
nutrisi kurang dari
tindakan keperawatan managemen
kebutuhan tubuh
selama ... x 24 jam, - Kaji keadaan
berhubungan dengan
pasien akan : umum klien
anoreksia , mual dan
- Beri makanan
- Menunjukkan
muntah.
sesuai kebutuhan
kebutuhan nutrisi
tubuh klien.
terpenuhi.
- Anjurkan orang
- Memperlihatkan
tua klien untuk
adanya selera

29
makan memberi
makanan sedikit
tapi sering.
- Anjurkan orang
tua klien
memberi
makanan TKTP
dalam bentuk
lunak.
Nutrition
Monitoring
- Timbang berat
badan klien tiap
hari.
- Monitor mual
dan muntah
pasien

3. Intoleransi aktivitas NOC NIC


Setelah dilakukan Activity Therapy
berhubungan dengan
tindakan keperawatan - Kaji hal-hal yang
kelemahan akibat nyeri
selama ... x 24 jam, mampu
abdomen.
pasien akan : dilakukan klien.
- Bantu klien
- Dapat
memenuhi
berpartisipasi
kebutuhan
dalam aktivitas
aktivitasnya
fisik
- Dapat melakukan sesuai dengan
aktivitas sehari- tingkat
hari keterbatasan
- TTV normal
klien
- Beri penjelasan

30
tentang hal-hal
yang dapat
membantu dan
meningkatkan
kekuatan fisik
klien.
- Libatkan
keluarga dalam
pemenuhan ADL
klien
- Jelaskan pada
keluarga dan
klien tentang
pentingnya
bedrest ditempat
tidur.

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gangguan menstruasi merupakan kelainan pada keadaan menstruasi


yang dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan
dan lamanya perdarahan.Konsep disfungsi menstruasi secara umum adalah
terjadinya gangguan dari pola perdarahan menstruasi, seperti menorraghia
(perdarahan banyak dan lama), oligomenorrhea (menstruasi yang jarang,
polymenorrhea (menstruasi yang sering), amenorrhea (tidak haid sama sekali).

4.2 Saran

Kita sebagai Perawat dapat memberikan tindakan keperawatan yang


sesuai bagi pasien dengan gangguan menstruasi dan lebih memahami berbagai
tindakan keperawatan tersebut sebelum diterapkan kepada pasien.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://janisarwestri.blogspot.co.id/2013/05/gangguan-haid-dismenore.html
( diunduh, 10 mei 2016 ).

http://sakinahkreatif.blogspot.co.id/2015/01/gangguan-menstruasi.html
( diunduh, 10 mei 2016 ).

http://kumpulanaskepidhastikes.blogspot.co.id/2012/01/askep-gangguan
haid.html

http://perawathati.blogspot.co.id/2012/06/askep-gangguan-menstruasi.html
(diakses tanggal 10 mei 2016)

http://awlianteka.blogspot.co.id/2014/06/asuhan-keperawatan-demam-
berdarah-dengue.html ( diunduh, 10 Mei 2016 ).

33

You might also like