You are on page 1of 10

I.

Tujuan
- Dapat mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat
diare yang disebabkan oleum ricini pada hewan percobaan
- Dapat mengetahui efek obat diare

II. Teori
Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan. Makanan
dari lambung akan dicerna membentuk chymus (masa seperti bubur), masuk ke
usus kecil dengan adanya enzim pencernaan makana akan dirombak, kemudian
bahan diresorpsi, sisanya berupa serat dan 90% air, masuk ke usus besar. Didalam
usus besar air akan diresorpsi sehingga sisa makanan yang encer memadat. Diare
ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi normal, serta konsistensi
feses yang encer. Diare dapat bersifat akut atau kronis. Penyebab diare pun
bermacam-macam.
Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding
usus sehingga menimbulkan refleks mempercepat peristaltik usus. Diare akut
disebabkan oleh infeksi dengan bakteri seperti: E.Coli, Shigella, Salmonella,
V.cholerae. diare kronis mungkin berkaitan dengan berbagai gangguan
gastrointestinal, ada pula diare yang berlatar belakang kelainan psikhomatik,
alergi oleh makanan atau obat-obatan tertentu. Kelainan pada sistem endokrin dan
metabolisme kekurangan vitamin dan sebagai akibat dari radiasi.
Peningkatan frekuensi defekasi terjadi karena menurunnya waktu transit
chymus dalam saluran cerna akibat meningkatnya pergerakan (motilitas) saluran
cerna. Meningkatnya waktu transit chymus dalam saluran cerna juga
menyebabkan tidak cukupnya waktu untuk absorpsi air. Hal ini menyebabkan
feses yang dikeluarkan menjadi lebih lembek atau cair.
Diare hebat sering disertai muntah sehingga tubuh kehilangan banyak air
dan garam-garam terutama Na dan K sehingga terjadi kekeringan (dehidrasi)
kurang K (hipokilemia) dan acidosis (darah jadi asam). Pada anak-anak dan bayi
lebih bahaya karena cadangan cairan intra sel sedikit, sedangkan cairan ekstra sel
lebih mudah dilepaskan dibanding orang dewasa. Gejala dehidrasi, perasaan haus,
mulut dan bibir kering, kulit keriput, air seni berkurang, berat badan turun,
gelisah, ngantuk, lemah otot dan sesak napas. Hampir seluruh masyarakat
Indonesia pernah mengalami diare. Masyarakat Indonesia sering menganggap
diare terjadi karena memakan makanan yang pedas, asam atau bersantan secara
berlebihan. Diare yang berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi hingga kematian
Diare yang berkepanjangan sangat melemahkan penderitanya karena tubuh
banyak kehilangan energi cairan dan elektrolit tubuh, sehingga memerlukan terapi
pengganti dengan cairan dan elektrolit serta kalori, obat anti bakteri atau anti
amuba tergantung penyebab diare maupun obat-obat lain yang bekerja
memperlambat peristaltik usus, menghilangkan nyeri dan menenangkan.
Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau
mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau
keracunan makanan. Diare dapat ditimbulkan oleh :
1. Infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri coli.
2. Infeksi oleh kumanthypus (kadang-kadang) dan kolera.
3. Infeksi oleh virus misalnya influenza perut dan travellers diarre (masuk angin
akibat perjalanan).
4. Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita).
5. Keracunan makanan atau minuman.
6. Gangguan gizi.
7. Pengaruh enzim tertentu.
8. Pengaruh saraf (terkejut, takut).
Berdasarkan mekanisme kerjanya dalam menghentikan diare (terapi
simptomatis), maka anti diare dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Menekan peristaltik usus, misalnya loperamide.
2. Menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya tannin.
3. Pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau racun
penyebab diare yang lain, misalnya carbo-adsorben, kaolin.
4. Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lendir yang luka.
Obat-obat lain yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
1. Kemoterapi, untuk terapi kasual yaitu memusnahkan bakteri penyebab
penyakit digunakan obat golongan sulfonamida atau antibiotika.
2. Spasmolitik, zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut)
pada diare misalnya atropin sulfat.
3. Oralit, sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama
pengobatan diare akut seperti pada gastro enteritis ialah mencegah atau
mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi)
terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat
menyebabkan kematian.
Loperamide hydrochloride atau 4-(4-p-Chlorophenyl-4-

hydroxypiperidino)-NN-dimethyl-2,2-diphenylbutyramide. C29H33ClN2O2,HCl
merupakan zat aktif yang terkandung dalam obat diare. Loperamid merupakan
turunan sintetis Pethidine yang dapat menghambat motilitas usus dan juga
mengurangi sekresi gastrointestinal.6 Loperamid diyakini bekerja dengan cara
mengganggu mekanisme kolinergik dan non kolinergik yang terlibat dalam refleks
peristaltik, menurunkan aktivitas otot circular dan longitudinal pada dinding usus.
Efek samping loperamid tidak terjadi tapi pada anak-anakdibawah 2 tahun
tidak boleh diberikan karena akan terjadi penekanan peristaltik usus kuat sehingga
timbul konstipasi. Dosis: Diare akut, permulaan 2 tablet berisi 2 mg, lalu 2 jam 1
tablet sampai maksimum 8 tablet sehari. Anak-anak 2-8 tahun : 2-3 kali sehari 0,1
mg/kg BB Anak-anak 8-12 tahun : pertama 2 mg, maksimal 8-12 mg sehari.

Struktur Loperamid

Oleumricini (minyak jarak) merupakan trigliserida yang berkhasiat


sebagai laksansia. Di dalam usus halus, minyak ini mengalami hidrolisis dan
menghasilkan asam risinoleat yang merangsang mukosa usus, sehingga
mempercepat gerak peristaltiknya dan mengakibatkan pengeluaran isi usus
dengan cepat.Dosis oleum ricini adalah 2 sampai 3 sendok makan (15 sampai 30
ml), diberikan sewaktu perut kosong. Efeknya timbul 1 sampai 6 jam setelah
pemberian, berupa pengeluaran buang air besar berbentuk encer.
III. Alat dan Bahan
A. Alat
- Alat suntik sonde oral
- Stopwatch
- Timbangan elektrik
- Wadah kotak / nampan
- Beaker glass
- Botol semprot
- Mortir dan stemper

B. Bahan
- Mencit percobaan
- Loperamid HCl 0,06 mg/ml dan 0,12 mg/ml
- Oleum ricini

IV. Cara kerja


1. Ditimbang berat badan mencit kemudian dicatat
2. Satu jam sebelum percobaan dimulai mencit dipuasakan
3. Sesuai dengan perlakuan yang akan dialaminya mencit disakiti dahulu dengan
oleum ricini kemudian diobati dengan loperamid HCl
4. Diberikan oleum ricini kepada mencit sebanyak 0,75 ml selama 1 jam atau
sampai mencit mengalami diare
5. Diberikan obat diare atau loperamid kepada mencit sebanyak 0,06 mg/ml
selama satu jam atau sampai mencit tidak mengalami diare lagi
6. Diamati waktu muncul diare, frekuensi konsisten diare dan jumlah feses serta
jangka waktu berlangsung diare
V. Data pengamatan

1. Mencegah diare

No Loperamid Waktu Ol. Waktu


. 0,06 ml 30 60 Ricini 30 60 90 120
0,75 ml
Berat Berat
mencit mencit
1. 23,80 2 - 23,80 5 - - -
2. 30,26 - - 30,26 2 8 - -
3. 39,10 - 1 39,10 1 1 - 5
Jumlah 2 1 8 9 - 5
Loperamid Ol.
0,12 ml Ricini
0,75 ml
Berat Berat
mencit mencit
4. 24,40 1 - 24,40 1 - - -
5. 24,47 - - 24,47 - 2 - -
6. 21,03 - - 21,03 - - - -
Jumlah 1 - 1 2 - -

2. Mengobati diare

No Ol. Ricini Waktu Loperamid Waktu


. 0,75 ml 30 60 0,06 ml 30 60 90 120
Berat Berat
mencit mencit
7. 22,11 5 - 22,11 3 - - -
8. 34,02 - 2 34,02 - - - -
9. 28,29 - 2 28,29 - - - -
Rata rata 5 4 3 - - -
Ol. Ricini Loperamid
0,75 ml 0,12 ml
Berat Berat
mencit mencit
10. 32,60 3 - 32,60 - - - -
11. 32,60 3 - 32,60 - - - -
12. 32,60 3 - 32,60 - - - -
Rata - rata 9 - - - - -
VI. Peritungan
Pembuatan lopemarid 2mg

Obat peroral

2mg loperamid diencerkan dalam 10ml air = 0,2mg/ml

Konsentrasi yang diberikan pada mencit : 0,06mg/ml

Maka diambil 0,3ml dari larutan loperamid 0,2mg/ml

0,3x0,2 = 0,06mg/ml

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji pada obat antidiare. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat
menghambat diare yang disebabkan oleum ricini pada hewan uji (mencit). Prinsip
dari percobaan ini adalah pencegahan yang artinya hewan uji (mencit) diberi obat
antidiare terdahulu dan setelah itu diinduksi dengan oleum ricini, dan mengobati
yang artinya hewan uji (mencit) diinduksi dengan oleum ricini terlebih dahulu
kemudian diberi obat antidiare.
Pada percobaan ini kami membentuk 2 kelompok besar, kelompok A
memberi perlakuan mencegah diare dengan cara mengobati mencit terlebih dahulu
dengan loperamid HCl kemudian menginduksi mencit dengan oleum ricini,
sedangkan untuk kelompok B memberi perlakuan mengobati diare dengan cara
menginduksi terlebih dahulu mencitnya dengan oleum ricini kemudian diobati
dengan loperamid HCl. Disini kami pun menggunakan 2 dosis loperamid HCl
0,06 mg/ml dan 0,12 mg/ml yang bertujuan agar kami dapat mengetahui dosis
mana yang akan terlebih dahulu menyembuhkan diare.
Pemberian oleum ricini pada mencit dapat menyebabkan diare karena
oleum ricini mengandung kandungan trigliserida asam risinolat yang dihidrolisis
didalam usus halus oleh lioase pankreas menjadi gliserin dan asam risinolat
sebagai cairan dan elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus. Loperamid HCl
berkhasiat sebagi obat antidiare dengan bekerja memperlambat proses peristaltik
usus sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses.
Pada percobaan ini digunakan obat antidiare berupa loperamide HCl. Obat
ini merupakan analog meperidin dan memiliki efek seperti opioid pada usus,
mengaktifkan reseptor opioid presinaptik di dalam sistem saraf enterik untuk
menghambat pelepasan asetilkolin dan menurunkan peristaltik. Obat ini
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan
longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek
konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamide dengan reseptor tersebut. Efek
samping termasuk rasa kantuk, kejang perut dan pusing. Karena obat ini dapat
menyebabkan megakolon yang toksik, maka tidak digunakan pada anak-anak atau
pasien dengan kolitis berat.
Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan, diare
ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi normal, serta konsistensi
feses yang encer, diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di
dinding usus sehingga menimbulkan refleks mempercepat peristaltik usus
Percobaan diawali dengan mempersiapkan semua alat untuk percobaan dan bahan
yaitu obat yang akan digunakan pada percobaan.
Pada pengamatan ini diawali dengan menguji hewan percobaan (mencit)
melalui perlakuan pencegahan obat antidiare, kami menggunakan 6 hewan uji
(mencit) untuk perlakuan pencegahan obat antidiare. Dosis antidiare yang
diberikan untuk hewan uji (mencit) berbeda, 3 hewan uji (mencit) diberikan
loperamid HCl dengan dosis 0,06 mg/ml, dan 3 hewan uji lainnya diberikan
loperamid HCl dengan dosis 0,12 mg/ml. Setelah masing-masing hewan uji
(mencit) diberikan loperamid HCl, hewan uji (mencit) dengan dosis 0,06 mg/ml
pada menit ke 30 mengeluarkan feses sebanyak 2 kali dan pada menit ke 60
mengeluarkan feses sebanyak 1 kali. Sedangkan hewan uji (mencit) dengan dosis
0,12 mg/ml hanya mengeluarkan feses 1 kali pada menit ke 30.
Setelah pemberian loperamid HCl dan hewan percobaan pun telah
mengeluarkan feses kami pun segera menginduksi 6 hewan uji (mencit) tersebut
dengan oleum ricini 0,75 ml. Untuk hewan uji (mencit) yang diberikan dosis 0,06
mg/ml setelah diinduksi dengan oleum ricini 0,75 ml mengeluarkan feses pada 30
menit 8 kali feses , 60 menit 9 kali feses, 120 menit 5 kali feses. Sedangkan untuk
hewan uji (mencit) yang diberikan dosis 0,12 mg/ml setelah diinduksi dengan
oleum ricini 0,75 ml mengeluarkan feses pada menit ke 30 sebanyak 1 kali dan
menit ke 60 sebanyak 2 kali.
Hasil pengamatan dengan perlakuan pencegahan obat antidiare yang
diperoleh telah sesuai dengan literatur, karna hanya ada sedikit hewan uji (mencit)
yang memperlihatkan efek diare pada dosis loperamid HCl 0,12 mg/ml,
dibandingkan hewan uji (mencit) dengan dosis loperamid HCl 0,06 mg/ml
memperlihatkan efek diare lebih banyak. Literatur menjelaskan bahwa loperamid
HCl dengan dosis yang lebih tinggi memberikan persen inhibisi atau keefektifan
yang lebih baik daripada loperamid HCl dengan dosis yang lebih kecil.
Pada pengamatan kedua yaitu menguji hewan uji (mencit) dengan
perlakuan mengobati diare. kami menggunakan 6 hewan uji (mencit) untuk
perlakuan mengobati diare. Pertama kami menginduksi 6 hewan uji (mencit)
dengan oleum ricini untuk 3 hewan uji (mencit) dengan dosis loperamid HCl 0,06
mg/ml mengeluarkan 5 kali feses pada menit ke 30 dan menit ke 60 4 kali feses,
Sedangkan untuk 3 hewan uji (mencit) yang diberikan dosis 0,12 mg/ml
mengeluarkan 9 feses pada menit ke 30. Setelah diinduksi dengan oleum ricini
0,75 ml dan hewan uji (mencit) mengeluarkan feses kemudian diberi obat
loperamid HCl, untuk 3 hewan uji yang diberi loperamid HCl 0,06 mg/ml
mengeluarkan feses sebanyak 3 kali pada menit ke 30 dan untuk 3 hewan uji yang
diberi loperamid HCl 0,12 mg/ml tidak mengeluarkan feses.
Hasil pengamatan dengan perlakuan mengobati diare yang diperoleh telah
sesuai dengan literatur, yang menjelaskan bahwa loperamid HCl dengan dosis
yang lebih tinggi memberikan persen inhibisi atau keefektifan yang lebih baik
daripada loperamid HCl dengan dosis yang lebih kecil. karna hewan uji (mencit)
tidak memperlihatkan efek diare pada dosis loperamid HCl 0,12 mg/ml,
dibandingkan hewan uji (mencit) dengan dosis loperamid HCl 0,06 mg/ml yang
memperlihatkan efek diare.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa aktivitas obat
anti diare yaitu loperamid HCl dapat menghambat diare dengan metode uji
antidiare berdasarkan perbedaan dosisnya, kami menggunakan dosis loperamid
HCl 0,06 mg/ml dan loperamid HCl 0,12 mg/ml.
Keefektivan suatu obat, khususnya antidiare dapat dilihat dari
perbandingan presentase rasio panjang usus marker terhadap panjang usus total,
sehingga obat antidiare yang paling efektif adalah loperamid HCl dengan dosis
0,12 mg/ml. Makin besar dosis loperamid HCl yang diberikan, makin besar
pengurangan gerak peristaltik usus hewan uji (mencit) dan makin pendek ukuran
usus yang dilewati marker.

IX. Daftar pustaka


- Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika.
Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5.
Jakarta : Penerbit UI Press.
- Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
- Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat. Bandung : Penerbit ITB.
- Yulia A. 2011. Aktivitas Obat Antehelmintik. Bandung : Universitas Islam
Bandung Press.
- Durianto, Darmadi. 2004. Brand Equity Ten Strategi Memimpin Pasar. Jakarta
: PT. Gramedia Pustaka Utama.
- Yulia A. 2011. Aktivitas Obat Antehelmintik. Bandung : Universitas Islam
Bandung Press.
- Durianto, Darmadi. 2004. Brand Equity Ten Strategi Memimpin Pasar. Jakarta
: PT. Gramedia Pustaka Utama.
- Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika.
X. Lampiran

Diinduksi oleh oleum ricini Diobati dengan loperamid HCl

Mencit lemas saat diinduksi feses mencit

You might also like