You are on page 1of 65

BAB II

ACUAN TEORETIK

A. Konsep Pembelajaran
1. Teori Belajar

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat

mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir. Aktualisasi ini

sangat berguna bagi manusia untuk dapat menyesuaikan diri demi pemenuhan

kebutuhannya. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan tersebut. Kebutuhan belajar dan pembelajaran dapat

berlangsung dimana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah, dan di

masyarakat (Darsono, dkk, 2000 : 1). Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa

belajar bukan merupakan tujuan melainkan suatu proses untuk mencapai

tujuan. Jadi, belajar merupakan langkahlangkah atau prosedur yang ditempuh

(Hamalik 2001:29), sehingga dapat disimpulkan, bahwa belajar merupakan

suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam

setiap penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti,

bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu tergantung dari

proses yang dialami siswa, baik ketika di sekolah, lingkungan rumah atau

keluarga. Belajar mempunyai pengertian yang sangat kompleks, sehingga

banyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar dengan ungkapan dan

pandangan yang berbedabeda.

25
Berikut ini beberapa pendapat tentang pengertian belajar yaitu

menurut Ella Yulaelawati (2004 : 50-54) pengertian belajar dibagi menjadi

tiga, yaitu:

a) Behavioris
Behavioris berdasarkan pada perubahan perilaku dan menekankan

pada pola perilaku baru yang diulang-ulang sampai menjadi otomatis.

Implikasi dari teori Behavioris dalam pendidikan sangat mendalam.

Guru menulis tujuan instruksional dalam persiapan mengajar, yang

kemudian akan diukur pada akhir pembelajaran. Guru tidak

memperhatikan hal-hal apa yang telah diketahui peserta didik, atau

apa yang peserta didik pikirkan selama proses pengajaran

berlangsung. Guru mengatur strategi dengan memberikan ganjaran

(berupa nilai atau pujian) dan hukuman (nilai rendah atau hukuman

lain). Guru lebih menekankan pada tingkah laku apa yang harus

dikerjakan peserta didik bukan pada pemahaman peserta didik

terhadap sesuatu.
b) Kognitif
Kognitif merupakan teori yang berdasarkan proses berpikir di

belakang perilaku. Perubahan perilaku diamati dan digunakan sebagai

indikator terhadap apa yang terjadi dalam otak peserta didik. Penganut

teori kognitif mengakui bahwa belajar melibatkan penggabungan-

penggabungan (associations) yang dibangun melalui keterkaitan atau

pengulangan. Mereka juga mengakui pentingnya penguatan

(reinforcement), walaupun lebih menekankan pada pemberian balikan

26
(feedback) pada tanggapan yang benar dalam perannya sebagai

pendorong (motivator).
c) Konstruktivis
Menurut paham konstruktivis, pengetahuan dibina secara aktif oleh

seorang yang berpikir. Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan

dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta

didik akan menyesuaikan informasi baru atau pengetahuan yang

disampaikan guru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah

dimilikinya melalui berinteraksi sosial dengan peserta didik lain atau

dengan gurunya.

Belajar adalah berubah, di mana dalam hal ini yang dimaksudkan

belajar memiliki pengertian sebagai bentuk usaha mengubah tingkah laku. Jadi,

belajar akan membawa perubahan pada individu-individu yang belajar.

Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan,

tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,

minat, watak, penyesuaian diri (Sardiman A.M, 1996 : 10).

Menurut Dimyati dkk (2002 : 17) belajar merupakan peristiwa sehari-

hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks, di mana kompleksitas

belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari

guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami

proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa

keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah

terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Sedangkan dari segi guru, proses

belajar tersebut sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal.

27
Berikut ini adalah pemaparan konsep-konsep belajar menurut para ahli

yaitu :

a) Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relative tetap dan

terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. (Morgan dalam Saptorini

2004:3)
b) Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan seseorang yang

dicapai melalui upaya yang dilakukan dan perubahan itu bukan

diperoleh secara langsung dari proses pertumbuhan dirinya secara

alamiah. (Gagne dalam Saptorini 2004:3).


c) Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu

berkat adanya interaksi anatar individu dengan individu dan

lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan

lingkungannya. (Burton W. H dalam Usman 1994:4).


d) Belajar adalah suatu proses dimana ditimbulkan atau diubahnya suatu

kegiatan karena mereaksi dengan keadaan (Hilgrad E.R dalam Usman

1994:5).
e) Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian

(Witherington H. C., dalam Usman 1994:5).

Dari berbagai pendapat mengenai belajar tersebut, maka dapat

dirumuskan suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku

dan kemampuan seseorang karena bereaksi dengan keadaan.

2. Pembelajaran

28
a. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction

yang berarti self instruction (dari internal) dan external instructionI (dari

eksternal) (Sugandi 2004:9). Sedangkan pembelajaran secara umum adalah

kegiatan yang dilakukan guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa

berubah ke arah yang lebih baik. Arti pembelajaran secara khusus yakni secara

behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru untuk membentuk tingkah laku

yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus (Darsono

2000: 24).

Selain itu, Hamalik (1995:57) berpendapat, bahwa pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi

mencapai tujuan pembelajaran.

Secara umum, pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke

arah yang lebih baik (Darsono dkk, 2000:24) sedangkan secara khusus,

pengertian pembelajaran adalah sebagai berikut :


1) Menurut pandangan behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru

membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan

lingkungan yang merangsang belajar (stimulus).


2) Menurut pandangan kognitif, pembelajaran adalah cara guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal

dan memahami apa yang sedang dipelajari.

29
3) Menurut pandangan gestalt, pembelajaran adalah usaha guru untuk

memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa

lebih mudah mengorganisirkan menjadi gestalt (pola bermakna).


4) Menurut pandangan humanistik, pembelajaran adalah memberikan

kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara

mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. (Darsono

dkk, 2000:24-25).

Berdasarkan teori belajar, menurut Nana Sudjana (2005 : 70) ada

beberapa macam pengertian pembelajaran yaitu :

a. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk

menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.


b. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk

menjadi warga masyarakat yang baik.


c. Pembelajaran adalah suatu proses membawa siswa menghadapi

masyarakat sehari-hari.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 17) pembelajaran

adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Proses

belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Proses

belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan

guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Moch. Uzer Usman dalam

Suryobroto, 2002 : 19). Menurut Buku Pedoman Guru Pendidikan Agama

Islam terbitan Depag RI dalam Suryobroto (2002 : 19) belajar mengajar

sebagai proses dapat mengandung dua pengertian yaitu rentetan tahapan atau

30
fase dalam mempelajari sesuatu, dan dapat pula berarti sebagai rentetan

kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan

program tindak lanjut.


Proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru dari

perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

pengajaran. Kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah

kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana

komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi

kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu

berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar

tercapai tujuan pengajaran. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa

yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan

sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda

benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan

belajar. Tindakan belajar tentang sesuatu hal tersebut sebagai perilaku belajar

yang tampak dari luar (Dimyati dkk, 2002 : 7).


Menurut Suryobroto (2002 : 36) pelaksanaan proses belajar mengajar

adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti

dari kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan proses belajar mengajar

terjadi interaksi guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan

31
pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Pelaksanaan proses

belajar mengajar meliputi 3 tahap sebagai berikut:


1. Tahap pra Instruksional
Tahap pra Instruksional yakni tahap yang ditempuh pada saat memulai

suatu proses belajar mengajar, yaitu: guru menanyakan kehadiran

siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,

mengajukan pertanyaan kepada siswa, mengulang bahan pelajaran.


2. Tahap Instruksional
Tahap Instruksional yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang

dapat diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai berikut:

menjelaskan tujuan pengajaran, menjelaskan pokok materi, membahas

pokok materi, pokok materi yang dibahas diberikan contoh-contoh

yang kongkret, penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas

pembahasan, menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok

materi.
3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap

instruksional; kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini antara

lain: mengajukan pertanyaan kepada kelas atau beberapa murid

mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap

instruksional, bila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab

(kurang dari 70%) maka guru harus mengulang pengajaran, untuk

memperkaya pengetahuan siswa, guru dapat memberikan tugas atau

PR, akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberikan pokok

materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

3. Ciri-ciri Pembelajaran

32
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran,

Hamalik (2003:66) menjelaskan ketiga ciri-ciri tersebut yaitu :

a. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang

merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana

khusus.

b. Salingketergantungan (interdependence), yaitu antara unsur-unsur sistem

pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat

esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem

pembelajaran.

c. Tujuan, yakni sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang

hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaaan antara sistem yang

dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural). Tujuan utama

sistem pembelajaran adalah agar siswa belajar. Tugas seorang perancang

sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa

belajar secara efisien dan efektif.

Menurut Darsono dkk (2000: 25), ciri-ciri pembelajaran dapat

dikemukakan sebagai berikut.

1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara

sistematis.
2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa

dalam belajar.
3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik

dan menantang bagi siswa.

33
4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat

dan menarik.
5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenangkan bagi siswa.


6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran

baik secara fisik maupun psikologis.

4. Tujuan Pembelajaran

Dalam upaya mencapai tujuan kurikuler program pendidikan di suatu

lembaga pendidikan, maka perlu dirumuskan tujuan pembelajaran, baik tujuan

pembelajaran umum maupun tujuan pembelajaran khusus. Apabila tujuan

pembelajaran suatu program atau bidang pelajaran itu ditinjau dari hasil belajar

akan muncul aspek psikologis atau human ability, yakni sebagaimana fungsi

pendidikan pada hakekatnya adalah untuk mengembangkan potensi manusia

atau human ability (Sugandi 2006:23).

Klausmire dalam Sugandi (2006:23) menyatakan bahwa human

ability dapat dibedakan atas potensi cognitive domain, affective domain, dan

physchomotor domain.

a. Tujuan pembelajaran ranah kognitif

Taksonomi ini mengelompokan ranah kognitif ke dalam enam

kategori. Keenam kategori itu mencakup keterampilan intelektual dari

tingkat rendah sampai dengan tinggkat tinggi. Keenam kategori itu

tersusun secara hirarkis yang berarti tujuan pada tingkat diatasnya

34
dapat dicapai apabila tujuan pada tingkat dibawahnya telah dikuasai.

Adapun keenam kategori tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan

Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan adalah kemampuan

untuk mengingat (recall) akan informasi yang telah diterima,

misalnya informasi mengenai fakta, konsep, rumus, dan

sebagainya.

2) Kemampuan kognitif tingkat pemahaman

Kemampuan kognitif tingkat pemahaman adalah kemampuan

mental untuk menjelaskan informasi yang telah diketahui dengan

bahasa atau ungkapannya sendiri.

3) Kemampuan kognitif tingkat penerapan

Kemampuan kognitif tingkat penerapan adalah kemampuan untuk

menggunakan atau menerapkan informasi yang telah diketahui

kedalam situasi atau konteks baru.

4) Kemampuan kognitif tingkat analisis

Kemampuan kognitif tingkat analisis adalah kemampuan

menguraikan suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi dan

semacamnya atas elemen-elemennya, sehingga dapat menentukan

hubungan masing-masing elemen.

5) Kemampuan kognitif tingkat sintesis

35
Kemampuan kognitif tingkat sintesis adalah kemampuan

mengkombinasikan elemen-elemen kedalam kesatuan atau

struktur.

6) Kemampuan kognitif tingkat evaluasi

Kemampuan kognitif tingkat evaluasi adalah kemampuan menilai

suatu pendapat, gagasan, produk, metode, dan semacamnya

dengan suatu kriteria tertentu.

b. Tujuan pembelajaran ranah Afektif

Tujuan pembelajaran ranah afektif berorientasi pada nilai dan sikap.

Tujuan pembelajaran tersebut menggambarkan proses seseorang

dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu

menjadi pedoman dalam bertingkah laku. Krathwol dalam Sugandi

(2006:26-27) membagi taksonomi tujuan pembelajaran ranah afektif

kedalam lima kategori yaitu :

1) Pengenalan (Receiving)

Pengenalan (Receiving) adalah katergori jenis perilaku ranah

afektif yang menunjukan kesadaran, kemauan, perhatian individu

untuk menerima dan memperhatikan berbagai stimulus dari

lingkungannya.

2) Pemberian respon (Responding)

36
Pemberian respon atau partisipasi adalah kategori jenis perilaku

ranah afektif yang menunjukan adanya rasa kepatuhan individu

dalam hal mematuhi dan ikut serta terhadap sesuatu gagasan,

benda, atau sistem nilai.

3) Penghargaan terhadap nilai (Valuing)

Penghargaan terhadap nilai adalah kategori jenis perilaku ranah

afektif yang menunjukan menyukai, menghargai dari seseorang

individu terhadap sesuatu gagasan, pendapat atau sistem nilai.

4) Pengorganisasian (Organization)

Pengorganisasian adalah kategori jenis perilaku ranah afektif yang

menunjukan kemauan membentuk sistem nilai dari berbagai nilai

yang dipilih.

5) Pengamalan (Characterization)

Pengamalan adalah kategori jenis perilaku ranah afektif yang

menunjukan kepercayaan diri untuk mengintegrasikan nilai-nilai

kedalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan.

c. Tujuan pembelajaran ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik dikembangkan oleh

Sympson dam Harrow (1969). Taksonomi Sympson dalam Sugandi

(2006:27-28) juga menyusun tujuan psikomotorik secara hirarkis

dalam lima kategori yaitu :

37
1) Peniruan (Imitation)

Kemampuan melakukan perilaku meniru apa yang dilihat atau di

dengar. Pada tingkat meniru perilaku yang ditamkan belum

bersifat otomatis, bahkan mungkin masih salah tidak sesuai

dengan yang ditiru.

2) Manipulasi (Manipulation)

Kemampuan melakukan perilaku tanpa contoh atau bantuan

visual, tetapi dengan petunjuk tulisan secara verbal.

3) Ketepatan gerakan (Precision)

Kemampuan melakukan perilaku tertentu dengan lancar, tepat dan

akurat tanpa contoh dan petunjuk tertulis.

4) Artikulasi (Articulation)

Keterampilan menunjukan perilaku serangkaian gerakan dengan

akurat, urutan benar, cepat dan tepat.

5) Naturalisasi (Naturalization)

Keterampilan menunjukan perilaku gerakan tertentu secara

automatically artinya cara melakukan gerakan secara wajar dan

efisien.

B. Konsep Manajemen Pembelajaran


1. Pengertian Manajemen

38
Secara etimologi kata manajemen berasal dari bahasa Latin yaitu

managere. Secara morfologi kata ini terdiri dari dua kata yakni manus

yang artinya tangan dan are yang artinya melakukan. Gabungan kedua kata

tersebut menjadi managere yang berarti menangani atau mengendalikan

(Kambey 2006:1). Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni

untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang-orang (the art of gettings

done through people) (Kambey 2006:3). Definisi ini mengandung pengertian,

bahwa sorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk

mencapai tujuan organisasi.

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada

dan melekat di dalam proses manajemen sebagai acuan manajer dalam

melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen dapat

dikatakan sebagai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seorang manajer.

Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh Henry Fayol pada awal

abad ke 20 yaitu planning, organizing, coordinating, controlling (Kambey

2006:12).

Fungsi manajemen menurut Fayol tersebut, diuraikan sebagai berikut :

1) Perencanaaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan

dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan

tujuan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan

tersebut. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alterbatif sebelum

mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih

cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai.

39
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen

karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lain tak dapat berjalan.


2) Fungsi kedua adalah pengorganisasian atau organizing. Pengorganisasian

dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-

kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer

dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan

untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.

Pengorganisasian dapat dilakukan denga cara menentukan tugas apa yang

harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-

tugas itu tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas

tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.


3) Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar

semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan

perencanaan manjerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi dalam hal ini

menggerakkan orang agar mau bekerja sendirinya atau penuh kesadaran

secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara

efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan(leadership).


4) Pengevaluasian atau evaluating adalah proses pengawasan dan

pengendalian untuk memastikan apakah pelaksanaan suatu program

berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

2. Manajemen Pembelajaran

Manajemen pembelajaran mengandung pengertian proses untuk

mencapai tujuan belajar mengajar. Proses itu dimulai dari perencanaan,

40
pengorganisasian, pengarahan, pemantauan dan penilaian. Perencanaan

meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai,

berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biayanya.

Mary Parker Fallet mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Handoko, 1995: 3). Definisi ini

mengandung arti, bahwa para manajer dalam mencapai tujuan organisasi

melalui pengaturan orang lain untuk melakukan tugas-tugas yang mungkin

diperlukan. Jadi manager tidak bekerja sendirian. Sementara itu James A.F

Stoner mengartikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,

kepemimpinan, dan pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan

menggunakan semua sumber daya organisasi untuk tujuan yang telah

ditetapkan (Subardi, 2001: 5). Dari definisi tersebut di atas, maka manajemen

pembelajaran adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian usaha-usaha personal pembelajaran untuk mendayagunakan

semua sumber daya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

daya manusia (SDM) dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan

efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2001: 2) Pembelajaran

adalah membimbing aktivitas siswa, membimbing pengalaman siswa,

membantu siswa berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.

Manajemen pembelajaran adalah pemanfaatan kemampuan dan pengetahuan

guru secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran dan

pembentukan struktur kognitif baru siswa melalui aktivitas guru dalam

41
mengelola proses pembelajaran di kelas. Ruang kelas adalah lingkungan

paedagogis di mana berlangsung komunikasi antara guru dan siswa.

Kemampuan seorang guru untuk merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi proses pembelajaran adalah sangat menentukan mutu pribadi

seorang guru. Dalam kondisi negatif, apabila mutu pribadi, keilmuan dan

kecakapan dari seorang guru jelek, maka dapat diduga proses serta hasil belajar

siswa jelek, dan demikianlah sebaliknya.

Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses yang

sistematik, sistemik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan

pendidikan (Muhajir, 2003: 200). Manajemen pendidikan juga dapat diartikan

sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek,

menengah maupun panjang. Dengan demikian, manajemen merupakan

komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara

keseluruhan, alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan

dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Konsep tersebut berlaku

di sekolah yang memerlukan manajemen yang efektif dan efisien (Mulyasa,

2003:20).

Manajemen pembelajaran adalah upaya pendidik dalam merencanakan,

melaksanakan dan memfasilitasi proses pembelajaran serta mengevaluasi hasil

pembelajaran. Seorang pendidik harus memiliki keterampilan dalam

pengelolaan (manajemen) pembelajaran yang meliputi tiga tahap kegiatan

42
yaitu : (1) membuat perencanaan pembelajaran, (2) melakukan proses

pembelajaran, dan (3) melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Sebagaimana belajar pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang

mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang senang belajar

(Diknas, 2004), maka dari konsep inilah muncul istilah pembelajaran. Gagne

dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events

(kondisi, peristiwa, kejadian, dan sebagainya) yang secara sengaja dirancang

untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses belajar dapat berlangsung

mudah (Diknas, 2004). Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kegiatan

yang dilakukan guru, seperti halnya konsep mengajar.

Menurut Oliva (1984:67)

Rencana pengajaran dapat membantu guru mncegah


kemungkinan tertinggalnya variabel-variabel penting dalam
pengajaran karena faktor lupa, terabaikan dengan hal yang
menarik, atau materi pengajaran yang tidak teratur rapi.

Selanjutnya Oliva (1984:6) menyatakan bahwa :

Semua guru harus dapat meningkatkan keterampilan dalam


perencanaan, karena perencanaan adalah tahap pertama
yangdiikuti oleh tahap pelaksanaan atau presentasi dan kemudian
masuk dalam tahap evaluasi.

Sudjana (1991:15) menyatakan, bahwa strategi pembelajaran adalah

taktik guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat

mempengruhi pserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Dalam konteks

pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru

dan peserta didik dalam manifestasi aktivitas pembelajaran.

43
Dari kerangka inilah tumbuh kesadaran untuk melakukan upaya

perubahan peningkatan kualitas manajemen pendidikan, baik yang dilakukan

oleh pemerintah ataupun lembaga-lembaga pendidikan. Tentunya model

manajemen yang sentralistik harus diubah menjadi manajemen yang sesuai

dengan semangat otonomi daerah. Jadi, peningkatan mutu sekolah sangat

tergantung pada manajemen pendidikan di sekolah. Apabila manajemen

pendidikan di sekolah dikelola dengan baik, maka hampir dapat dipastikan

mutu pendidikan di sekolah tersebut akan meningkat.

Manajemen pembelajaran adalah aplikasi prinsif, konsep dan teori

manajemen dalam aktivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

(diadaptasi dari Syafarudin, 2002: 18) Untuk mengorganisir pelaksanaan

pembelajaran diperlukan pengelolaan pembelajaran dengan efektif.

Pembelajaran yang dikelola dengan manajemen yang efektif diharapkan dapat

mengembangkan potensi siswa, sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai-nilai yang mengakar pada individu siswa.

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

daya manusia (SDM) dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan

efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2001: 2) yang mana

dikaitkan dengan manajemen pembelajaran adalah menyangkut pengelolaan

aktivitas siswa, membimbing pengalaman siswa, membantu siswa berkembang

dan menyesuaikan diri kepada lingkungan (Nasution, 2000: 5-6).

Dalam pengertian ini mengandung cara guru membelajarkan siswa

dalam proses belajar guna memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap di

44
lingkungan kelas. Hal ini menegaskan pengertian pembelajaran sebagai upaya

menghubungkan pengetahuan lama dan pengetahuan yang baru guna

membentuk struktur kognitif siswa yang baru, dengan melibatkan unsur SDM

dalam manajemen pembelajaran (seperti siswa, guru, kepala sekolah dan

tenaga administrasi dan laboratorium).

Manajemen pembelajaran diartikan sebagai pemanfaatan kemampuan

dan pengetahuan guru secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

pembelajaran dan pembentukan struktur kognitif baru siswa melalui aktivitas

guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Ruang kelas adalah

lingkungan paedagogis di mana berlangsung komunikasi antara guru dan

siswa. Melalui komunikasi timbal balik antara guru dan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung diusahakan tercapainya berbagai tujuan pendidikan,

yang di antaranya semua tujuan umum pembelajaran dan tujuan khusus

pembelajaran mendapatkan porsi perhatian yang cukup besar. Untuk ini perlu

diciptakan suasana belajar yang mendukung berlangsungnya proses

pembelajaran di ruang kelas.

Menciptakan dan mempertahankan suasana belajar yang mendukung

terbangunnya suasana akademis, membantu siswa untuk dapat berkonsentrasi

dalam belajarnya dan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, yang

selanjutnya upaya menciptakan dan mempertahankan suasana belajar di kelas

sekarang lebih dikenal dengan istilah manajemen kelas. Manajemen kelas ini

dibangun oleh guru sebagai landasan operasional penerapan manajemen

pembelajaran (Winkel, 1999: 380). Manajemen di sini searti dengan

45
pengelolaan, maka yang dimaksud dengan manajemen kelas adalah usaha

pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru.

Dengan demikian tugas guru yang pertama adalah menciptakan kondisi

yang sebaik-baiknya agar siswa dapat belajar dengan baik, merasa nyaman,

mendapatkan sesuatu yang diinginkan, bersedia membuka diri dan bebas dari

rasa tertekan. Kedua menyelenggarakan proses pembelajaran secara baik,

sehingga hasil yang diharapkan dapat optimal, artinya proses pembelajaran

tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Manajemen pembelajaran pada dasarnya menyangkut beragam aspek

pembelajaran, maka pelaksanaannya hendaknya memperhatikan tahap-tahap

yang harus direncanakan dan disusun secara terarah.

Adapun pentahapan dalam manajemen pembelajaran secara garis besar

adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan data atau segala sesuatu yang akan dikelola dan

berhubungan dengan tugas manajemen pembelajaran.


b. Perencanaan terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan dan

menindaklanjuti data yang terkumpul.


c. Pengorganisasian data dan personal agar semua menjadi jelas dan

terinci.
d. Pelaksanaan manajemen kelas dan usaha untuk menciptakan kondisi

yang optimal untuk proses pembelajaran.


e. Pengawasan terhadap jalannya program yang telah ditentukan dalam

manajemen kelas.
f. Evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mengetahui

keberhasilan manajemen kelas secara menyeluruh.

46
Dalam melaksanakan manajemen pembelajaran terdapat beberapa

macam pendekatan yang dapat dipilih guru sesuai dengan karakteristik mata

pelajaran yang dihadapi serta aplikasi di dalam kelas. Pendekatan tersebut

antara lain sebagai berikut :

a. Pendekatan managerial yaitu pendekatan yang berdasarkan pada

program kepemimpinan yang diterapkan dalam manajemen kelas

(model kepemimpinan otoriter di sini guru yang paling tahu dan

berkuasa, siswa harus patuh dan tunduk, model kepemimpinan permisif

kepada siswa diberi kebebasan penuh, model kepemimpinan demokratis

siswa diberi kebebasan tetapi dibatasi sesuai kemampuan dan potensi

yang dimiliki).
b. Pendekatan psikologis yaitu pendekatan yang berdasarkan pada teori-

teori psikologis tertentu (seperti teori behavioral modification : semua

perilaku yang tidak diharapkan diubah menjadi perilaku yang

diharapkan, teori social emotional situation : menekankan hubungan

antar pribadi yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa

yang mendukung proses pembelajaran).


c. Pendekatan sistem yaitu pendekatan yang menekankan bahwa

pengelolaan kelas merupakan rangkaian komponen yang saling terkait

tidak dapat dipisahkan, sehingga dalam pembelajaran menyangkut

komponen-komponen input proses pembelajaran output, instrument dan

lingkungan pembelajaran.

47
Manajemen pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan yang

diinginkan dan manajemen pembelajaran yang baik akan memudahkan

terwujudnya tujuan pembelajaran. Manajemen ini terdiri dari enam (6) unsur

(6M) yaitu Men, Money, Method, Materials, Machines, dan Market. Unsur

manusia (Men) ini berkembang menjadi satu bidang ilmu manajemen yang

disebut Manajemen Sumber Daya Manusia (terjemahan dari Man Power

Management) (Hasibuan, 2001: 9). Implementasi manajemen SDM di sekolah

dalam konteks pembelajaran lebih memfokuskan pada pengetahuan dan

kemampuan guru dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengendalian, pengadaan, pengembangan kompensasi, kedisiplinan,

pemeliharaan dan pengintegrasian, untuk membantu terwujudnya tujuan

pembelajaran.

Manifestasi manajemen bidang ekonomi yang diadopsi ke dalam

pengelolaan pembelajaran adalah sebagai berikut (Nawawi, 2000: 52-105):

1. Perencanaan program pembelajaran (planning)


2. Pengorganisasian bahan ajar (organizing)
3. Pelaksanaan proses pembelajaran (actuating)
4. Pengalokasian waktu pembelajaran (coordinating)
5. Penilaian hasil pembelajaran (controlling)

Pandangan yang lain kelima fungsi manajemen ini secara terperinci

terdiri dari langkah-langkah pengelolaan pembelajaran yang konstruktif yaitu :

1. Kegiatan sebelum guru mengajar


2. Kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung
3. Kegiatan evaluasi sesudah pembelajaran (Supriono, 2002: 45-56).

48
49
Manifestasi manajemen yang disebutkan di atas, dalam pembelajaran

diuraikan sebagai berikut :

1. Planning

Kegiatan sebelum guru mengajar, adalah perencanaan program

pembelajaran (planning). Salah satu pengertian perencanaan yang dapat

dikemukakan di sini adalah bahwa perencanaan adalah kegiatan persiapan yang

dilakukan melalui perumusan dan penetapan keputusan, yang berisi langkah-

langkah penyelesaian suatu masalah atau penyelesaian suatu pekerjaan yang

terarah pada pencapaian tujuan tertentu.

Essensi perencanaan sebagai fungsi manajemen dalam pembelajaran

adalah pengambilan keputusan (yang dimaksud adalah penentuan tujuan

pembelajaran, mengidentifikasi kemampuan awal siswa, pretest) dengan

memilah dan memilih alternatif kegiatan pembelajaran yang akan atau tidak

dilaksanakan, agar usaha mencapai tujuan pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif dan efisien.

Perencanaan khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran berusaha

mewujudkan sistem pembelajaran yang secara teknis dapat dilaksanakan

berdasarkan sumber daya manusia dan sumber dana yang tersedia. Perencanaan

pembelajaran harus bersifat akseptabel dalam arti mampu memprediksi dan

mengadaptasi karakteristik siswa ke depan. Salah satu syarat akseptabel dalam

perencanaan pembelajaran adalah harus layak secara ekonomis dan tidak

membebani secara mental, dengan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap

50
peningkatan dan pertumbuhan kecerdasan siswa dalam rangka memberdayakan

siswa untuk meraih kepuasan atas keinginannya.

2. Organizing

Pengorganisasian bahan ajar (organizing). Pengorganisasian bahan ajar

adalah sistem kerjasama antara guru dengan sejumlah individu siswa di kelas,

yang dilakukan dalam satuan perbidang studi dengan membentuk sejumlah

satuan pelajaran, dilanjutkan dengan pembagian tugas dan kewajiban masing-

masing berdasarkan hubungan vertikal (hubungan guru dengan seniornya,

pakar/ahlinya dan hubungan guru dengan siswa) maupun horizontal (hubungan

antara guru dengan teman sejawat, teman seprofesi) dalam konteks

pembelajaran (Nanawi, 2000: 108-117).

Satuan pelajaran merupakan satu jaringan kerja internal guru yang akan

diwujudkan dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam pengertian lain disebut

prosedur pengembangan pembelajaran (instructional procedure), yang berarti

sebagai strategi penyampaian bahan ajar. Dengan demikian pengorganisasian

bahan ajar dalam konteks manajemen pembelajaran sebagai proses

mewujudkan, memelihara, mempertahankan, mengembangkan strategi

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan bertumpu pada

kepuasan siswa.

3. Actuating

Pelaksanaan proses pembelajaran (actuating). Selama proses

pembelajaran berlangsung di kelas yang menjadi inti aktivitas adalah

terciptanya komunikasi pembelajaran (instructional communication) yang

51
efektif. Komunikasi pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian dan

penerimaan bahan ajar dari guru kepada siswa, untuk memperoleh,

mempengaruhi atau merubah respon siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Untuk mewujudkan komunikasi yang efektif dalam komunikasi pembelajaran

pada umumnya harus dipenuhi beberapa asas yaitu sebagai berikut (Nawawi,

2000: 105-107):

1. Asas kejelasan pesan (clearity)


Pesan yang disampaikan dalam komunikasi pembelajaran hendaknya

jelas mudah dimengerti tidak menimbulkan berbagai penafsiran. Jika

pesan tidak jelas akan menyulitkan siswa menangkap isinya, hal ini

bisa dikurangi dengan cara penggunaan bahasa, bahasa harus

sederhana, penggunaan istilah tidak berlebihan, penggunaan ini harus

mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.


2. Asas konsistensi (consistency)
Pesan pembelajaran yang disampaikan secara berulang-ulang atau

bertahap harus konsisten supaya tidak membingungkan, tidak

bertentangan dengan informasi sebelumnya.


3. Asas ketepatan (adequacy)
Pesan pembelajaran hendaknya tepat dalam arti cukup lengkap, karena

bila tidak akan berakibat sulit memahami, respons yang muncul tidak

seperti yang diharapkan guru pada akhir pembelajaran.

4. Asas ketepatan waktu (timelessness)


Pesan pembelajaran atau bahan ajar dari suatu bidang studi waktu

penyampaiannya harus mempertimbangkan waktu. Jam-jam pelajaran

waktu pagi dipasang bidang studi yang memerlukan konsentrasi dan

52
tingkat keseriusan siswa yang tinggi, makin siang dipilih bidang studi

yang ringan dan tidak memerlukan konsentrasi otak penuh.


5. Asas distribusi pesan (massage distribution)
Pendistribusian pesan pembelajaran atau bahan ajar harus didasarkan

pada tingkat pengalaman siswa dan jenjang kelasnya, untuk pokok

bahasan yang sama tetapi jenjang kelas berbeda seperti di SD, SLTP,

SMU dan Perguruan Tinggi, harus dibedakan dalam penjelasan,

pemberian contoh, dan illustrasinya.


6. Asas pesan yang menarik dan mudah dipahami (interest &

acceptance)
Artinya pesan pembelajaran yang disampaikan guru pada siswa harus

dikemas dalam format yang menarik perhatian siswa. Pesan atau

bahan ajar disajikan dengan berorientasi pada masalah yang aktual

dan tidak kadaluwarsa, sesuai dengan dunia dan alam pikiran siswa

yang dihadapi
4. Coordinating

Pengalokasian waktu pembelajaran (coordinating). Bahan ajar yang

dipaketkan dalam satu tahun terbagi dalam satuan semester, dari satuan

semester dijabarkan dalam satuan pelajaran, kemudian satuan pelajaran

disampaikan dalam satuan jam pelajaran pertatap muka di kelas. Setiap tatap

muka di kelas diurai menjadi tiga tahap yaitu (1) persiapan sebelum mengajar,

(2) proses pembelajaran, (3) evaluasi pembelajaran. Guru sebelum mengajar

dituntut mempersiapkan beberapa instrument yaitu satuan pelajaran, rencana

pretest, media pembelajaran, buku sumber untuk guru, buku siswa, dan lembar

kerja siswa. Selama proses pembelajaran berlangsung guru menerapkan

53
strategi pembelajaran, metode mengajar yang dipilih, menyampaikan bahan

ajar sesuai dengan peta konsep yang disusun. Pada akhir tatap muka di kelas

guru selanjutnya mengadakan posttest dengan menggunakan lembar kerja

siswa yang telah disiapkan, dan mengadakan test formatif untuk akhir pokok

bahasan, serta mengkoreksi hasil pekerjaan siswa dan mengembalikan kepada

siswa. Pada akhir tahun pelajaran atau akhir jenjang direncanakan dan

dilaksanakan test sumatif sebagai indek prestasi siswa untuk dapat naik kelas

atau lulus dari sekolah kemudian melanjutkan belajar ke jenjang di atasnya.

5. Controlling

Tahap akhir dari aktifitas pembelajaran adalah mengadakan penilaian

hasil pembelajaran (controlling). Kontrol atau penilaian dalam pembelajaran

diartikan sebagai proses mengukur (measurement), menilai (evaluation) tingkat

efektifitas belajar siswa dalam melaksanakana tugas pembelajaran dan

mengukur tingkat efisiensi penggunaan sarana pembelajaran dan kontribusinya

pada pencapaian tujuan pembelajaran. Setiap kegiatan penilaian (evaluasi)

memerlukan tolok ukur atau kriteria untuk mengukur keberhasilan dalam

aktivitas pembelajaran, tanpa tolok ukur atau standard penilaian, maka evaluasi

tidak bisa dilaksanakan secara efektif. Penilaian pembelajaran biasanya terdiri

dari (1) menentukan standar penilaian menggunakan penilaian acuan patokan

(PAP) atau penilaian acuan norma (PAN), (2) proses penilaian menggunakan

instrumen berupa test obyektif, essay test, tugas observasi atau penelitian, (3)

koreksi pekerjaan siswa dan memberikan hasil belajar siswa dan menyusun

54
peringkat siswa, (4) tindak lanjut terdiri dari program pengayaan atau

perbaikan prestasi siswa.

Jadi, manajemen pembelajaran merupakan penerapan manajemen

dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan manajemen

sumber daya manusia dan memanfaatkannya untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan. Keberhasilan pada sektor ekonomi

dengan penerapan fungsi manajemennya telah mampu menunjukkan kualitas

produk yang lebih menjanjikan dan dapat memenuhi kepuasan dan permintaan

masyarakat pelanggannya. Penerapan manajemen dalam proses pembelajaran

ini diharapkan akan berdampak pula pada kualitas produk pembelajaran yang

bisa memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat pelanggan dan

pemakainya.

Ditjen Didasmen (2001: 21) memberi isyarat tentang dimensi-dimensi

yang dapat digarap oleh sekolah dalam kerangka peningkatan mutu adalah

sebagai berikut :

1) Perencanaan
2) Pengelolaan kurikulum
3) Pengelolaan proses belajar mengajar
4) Pengelolaan keteanagaan
5) Pengelolaan peralatan dan perlengkapan
6) Pengelolaan keuangan
7) Pengelolaan siswa
8) Hubungan sekolah dengan masyarakat
9) Pengelolaan iklim sekolah.
Kesembilan komponen tersebut haruslah dikelola atau diatur dengan

baik agar tercipta suatu proses belajar mengajar yang lancar, sehingga nantinya

output dari lembaga pendidikan tersebut dapat dibanggakan kualitasnya.

55
Namun, apabila pengelolaan terhadap komponen-komponen manajemen

pendidikan tersebut tidak profesional, maka hal itu dapat berpengaruh terhadap

kualitas pembelajaran pada lembaga pendidikan tersebut.

Demikian uraian mengenai konsep manajemen pembelajaran di atas,

dengan maksud memperoleh pemahaman dalam kaitannya dengan kajian

manajemen pembelajaran musik.

C. Manajemen Pembelajaran Musik


1. Konsep Musik

Musik begitu erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia

merupakan pihak yang terlibat langsung dengan musik, baik sebagai penikmat

musik, maupun sebagai objek radiasi pengaruh musik dalam aktifitas

kehidupannya. Manusia menghasilkan karya musik untuk berbagai

kepentingan; kepuasan batin, pengungkapan gagasan dan perasaan, bahkan

bisnis/komersil.

Kebutuhan yang timbul akibat pengaruh musik atau pun kebutuhan

akan musik, memunculkan persepsi yang berbedabeda dalam memberikan

gambaran dan definisi yang tepat terhadap musik. Persepsi ini dapat pula

disebabkan oleh latar belakang setiap orang. Sejauh ini, belum dapat ditentukan

batasan yang bersifat definitif mengenai musik. Pada umumnya, konsep musik

dibuat berdasar pada apa, untuk kebutuhan apa, atau dari sudut pandang apa.

Demikian sampai saat ini, terdapat begitu banyak pandangan dan konsep

mengenai musik tersebut.

56
Pandangan umum mengenai musik ialah bunyi yang diterima oleh

individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera

seseorang (Wikipedia : 2005). Ada pula konsep-konsep yang menyatakan

bahwa; musik adalah bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya, musik

adalah segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau

kumpulan dan disajikan sebagai musik.

Willi Apel mengatakan, Music, however, is a poor orphan whose

father and mother nobody can name, bahwa musik itu seperti seorang yatim

piatu yang tidak memiliki ibu dan bapa, dan tidak ada orang yang bisa

menamainya. Mantle Hood berpendapat, bahwa musik merupakan gejala fisik,

psikis, estetik dan budaya dari manusia. Phytagoras (555 B.C) mencoba

menerangkan, bahwa musik sebagai ungkapan dari harmoni secara universal

yang direalisasikan dalam aritmatika dan astronomi. Plato (400 B.C)

mengatakan, bahwa musik merupakan satu kecocokan tertinggi dari sosial dan

pendidikan politik. Plotinus (270 D) berpendapat, bahwa musik sebagai satu

kekuatan yang mistik dan rahasia. Adapun musik menurut Boethius (524 D)

dibagi dalam tiga bidang yaitu, musica munda (musik dunia) atau oleh

Phytagorian mengistilahkannya sebagai harmoni atau keselarasan semesta,

musica humana (musik manusia) yakni, keseimbangan antara jiwa dan badan,

dan musik sebagai bunyi aktual (musica instrumentalis) (Apel, 1965:17).

Dalam kaitan antara pemahaman mengenai musik dan seni, hal ini

diungkapkan oleh Jamalus (1998:64) sebagai berikut :

57
Seni musik adalah bahasa emosi yang bersifat universal. Orang
dapat mengungkapkan emosinya melalui musik. Kemampuan
untuk dapat mengungkapkan emosi melalui musik ini merupakan
keterampilan yang unik terhadap perasaan.

Jamalus (1998:65) menyatakan pula bahwa :

Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau
komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi,
harmoni, bentuk/struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan.

Menurut Wijaya (2006:3), dalam bahasa Sanskerta kata seni disebut

clipa. Sebagai kata sifat, clipa berarti berwarna, dan juga berarti bentuk-bentuk

yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda, clipa berarti

pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kriteria yang

artistik.

Selanjutnya Edy (2005:9) menyimpulkan bahwa :

Seni musik adalah perwujudan/manifestasi dari kehidupan cipta,


rasa dan karsa seseorang dalam bentuk suara dan irama yang
memuaskan. Di dalam seni musik suara merupakan hal yang
penting, sebab keberhasilan cipta seni musik terletak pada vokal di
samping irama, melodi, syair dan instrumen.

Berikut ini ditunjukkan rumusan elemen musikal yang mana berguna

untuk memahami konsep musik dalam pembelajarannya. Perry Rumengan

(2007:70) menguraikan mengenai konsep musikal sebagai berikut:

58
Musik adalah ekspresi. Wujud ekspresi musik adalah bunyi. Bunyi
musikal merupakan hasil interaksi antara getaran dan waktu untuk
mengungkapkan satu ide.

Adapun elemen-elemen musikal yang mendukung terbentuknya suatu

bunyi musikal antara lain (Perry Rumengan: 2007:75) :

1. Organ

Alat atau instrumen atau media yang digunakan sebagai sumber bunyi.

Organ dalam musik tidak terbatas pada organ-organ konvensional yang

dikenal, tetapi apa saja yang digunakan dalam rangka mengeluarkan

bunyi.

2. Ritme

Ritme adalah interaksi durasi (nilai waktu) dari setiap bunyi termasuk

dalam hal ini durasi antara bunyi dengan saat diam (dalam pemahaman

musik, diam merupakan bagian dari musik).

3. Tempo

Tempo adalah kecepatan bergerak, dalam hal ini berhubungan dengan

nilai nada atau lamanya waktu bunyi berbunyi, termasuk lamanya

waktu diam berlangsung. Tempo juga berarti kecepatan atau lamanya

satu musik berlangsung.

4. Bunyi

59
Bunyi adalah sesuatu yang didengar, yang keluar dari satu atau lebih

organ yang digetarkan. Bunyi yang dimaksud baik yang bersifat nada

maupun non nada; baik yang bersifat frekuensif maupun amplitudis.

5. Style

Style dalam musik adalah gaya dari satu atau lebih (satu bunyi hasil

kombinasi beberapa bunyi) bunyi yang termasuk karakter atau sifat

bunyi tersebut. Dalam hal ini amat banyak dipengaruhi oleh teknik

membunyikannya. Hal ini sangat berhubungan juga dengan dinamika.

6. Teknik

Teknik adalah cara mengekspresikan sebuah bunyi. Hal ini sangat

terkait dengan dinamika dan style.

7. Dinamika

Dinamika adalah sebenarnya atau pada hakikatnya segala hal yang

dibuat untuk memberi jiwa pada satu bunyi, namun kenyataan secara

umum pengertian dinamika lebih banyak diasosiasikan pada kuat

lemahnya atau keras lembutnya satu bunyi. Yang termasuk dalam objek

penelitian elemen ini antara lain hal-hal yang menyangkut volume atau

atau dinamika proses, tetapi juga dinamika register (dinamika register

adalah dinamika yang terjadi akibat penggunaan suara instrumen yang

berbeda sebagai contoh, trombone, terompet, dan mixture untuk

menghasilkan dinamika kuat, sedangkan flute atau klarinet terkesan

dinamika lembut) termasuk ekspresi-ekspresi lain yang dengan jelas

memberikan bentuk/karakter pada satu bunyi.

60
8. Interval

Interval adalah jarak antara bunyi yang satu dengan bunyi yang lain,

yang dalam hal ini dimaksudkan untuk interval antar bunyi vertikal

maupun antar bunyi secara horisontal.

9. Aksentuasi

Yang dimaksud dengan aksentuasi adalah penekanan yang dalam hal ini

memiliki kaitan dengan intensitas, bahkan kualitas dari satu bunyi

termasuk style, dinamika, teknik dan ritme.

10. Harmoni

Harmoni adalah keselarasan yang ditimbulkan akibat interaksi bunyi-

bunyi termasuk antara bunyi dengan yang bukan bunyi. Biasanya

kriteria keselarasan tergantung dari sistem yang digunakan dan konsep

musik apa yang dibuat.

11. Tekstur

Tekstur adalah interaksi gerakan-gerakan bunyi yang secara fisik dapat

dilihat dalam interaksi melodi atau bunyi musikal. Dalam hal tertentu

bisa juga dikatakan sebagai bentuk fisiknya harmoni.

12. Figur

Yang dimaksudkan dengan figur adalah kelompok nada terkecil

(minimal dua bunyi yang sudah mengandungi unsur karakter bunyi dan

karakter waktu).

13. Motif

61
Motif adalah sekelompok nada (bisa juga bunyi) yang telah memiliki

karakter tertentu serta membawa ide atau kesan tertentu. Pengertian

umum adalah sekelompok nada atau bunyi yang menjadi penggerak

dari sebuah lagu atau rangkaian nada yang telah menjadi tema. Apabila

figur telah berperan sebagai tema, maka disebut motif.

14. Form

Form adalah kesatuan bentuk musikal yang terdiri dari struktur-struktur.

Dalam musik dikenal dengan form of music dan form in music. Yang

dimaksud dengan form of music adalah bentuk fisik dari karya musik

yang dapat dilihat secara fisik dalam partitur, sedangkan form in music

adalah kesatuan bentuk musikal yang ditangkap dari pendengaran.

Sering bentuk ini disebut bentuk psikis atau bentuk batin dari satu karya

musik.

15. Ornamen

Ornamen adalah hiasan-hiasan yang diberikan pada satu bunyi atau

kelompok nada atau bunyi yang merupakan hiasan dari satu nada.

Ornamen ini sangat berhubungan dengan style, figur, motif dan teks

serta status-status nada. Dalam buku-buku analisis musik Barat, elemen

ornamen ini terkadang dianggap sebagai elemen tambahan, namun

dalam penelitian musik-musik Etnik, elemen ornamen mendapat

perhatian yang cukup besar, sebab ornamen bagi musik-musik Etnik

sering bukan sekadar hiasan, tetapi juga merupakan elemen penunjuk

62
identitas, baik identitas pribadi seniman, identitas masa, maupun

identitas wilayah atau daerah, bahkan identitas budaya.

16. Modus atau Tangga Nada

Yang dimaksud dengan tangga nada adalah nada-nada atau susunan

nada yang terdiri dari nada terendah hingga nada yang tertinggi yang

disusun secara bertahap, yang membentuk satu kesatuan nada-nada

yang digunakan dalam satu komposisi. Biasanya, rangkaian nada-nada

ini membawa karakter atau sifat bunyi tertentu.

2. Konsep Pembelajaran Musik


Dengan musik, manusia dapat menyatakan ungkapan perasaan

prilakunya. Meskipun tanggapan terhadap ungkapan perasaan melalui musik

ini akan berbeda bagi setiap orang. Hal ini tergantung kepada pengalaman

tingkat pengenalan dan pengertian orang itu terhadap unsur-unsur musik yang

membentuk komposisi musik atau lagu itu. Pembelajaran musik di

sekolah diberikan secara bertahap yang sesuai dengan tingkat perkembangan

anak. Pembelajaran musik itu harus diberikan sedemikian rupa, sehingga anak

dapat merasakan bahwa musik itu adalah sumber rasa keindahan.

Musik adalah bunyi yang disusun dalam pola yang menarik dan

menyenangkan merupakan suatu bagian penting dari bermacam-macam

budaya dan kegiatan sosial. Manusia menggunakan musik untuk

mengekspresikan kepuasan dan ide, musik merupakan bentuk hiburan dan

rekreasi (Anonim b 1984:786).

63
Dalam kaitannya dengan pembelajaran musik, Dimyati dan Mujiono

(1994:1) menyatakan, bahwa pembelajaran adalah upaya guru dalam

mendesain intruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar atau

membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa hasil pengajaran. Di

sisi lain Hamalik (1995:51) menyatakan, bahwa

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi


unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

Nana Sudjana (1989:40) menyatakan bahwa :

Pengajaran pada dasarnya tidak lain ialah proses mengkoordinasi


sejumlah komponen pengajaran agar satu sama lain saling
berhubungan dan saling berpengaruh, sehingga menumbuhkan
kegiatan belajar pada siswa seoptimal mungkin menuju terjadinya
perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.

Pernyataan senada diungkapkan pula oleh Jamalus (1981:90), bahwa

pelaksanaan pengajaran seni sangat tergantung pada komponen-komponen

yang memegang pada proses belajar-mengajar seperti guru, murid, tujuan yang

ingin dicapai, materi yang disampaikan, metode penyajian yang tepat dan

sarana penunjang proses belajar mengajar tersebut.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa di dalam pembelajaran

terdapat tiga unsur yang penting yang saling berhubungan bahkan memiliki

keterkaitan yang sangat erat yaitu guru, siswa, dan sumber belajar. Namun

pada kenyataannya sampai saat ini masih ada guru yang sudah memahami

konsep pembelajaran khususnya seni musik, yang masih menggunakan sistem

64
teacher oriented yaitu transfer informasi dari guru ke siswa, atau bahkan

memaksakan sesuatu yang diberikan kepada siswa. Di samping itu, adanya

ketidakserasian antara kurikulum dan penerapannya mengakibatkan kurang

tertatanya pembelajaran seni musik di sekolah. Inilah alasan utama mengapa

pembelajaran harus mampu membina peserta didik secara kreatif untuk

menghadapi situasi yang rutin, malahan walaupun situasi yang baru harus

dihadapi dengan cara yang memuaskan.

Musik merupakan salah satu dimensi pengembangan kreativitas, yang

merupakan intisari dari pengembangan musik di sekolah, khususnya diarahkan

pada kreativitas estetis. Pengajaran musik di sekolah merupakan salah satu

komponen pengajaran yang mendukung tercapainya pengembangan pribadi

manusia Indonesia seutuhnya terutama peserta didik, dengan maksud

meningkatkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki

melalui pengalaman dan penghayatan musik. Peningkatan rasa suka,

penghargaan, dan tumbuhnya rasa musik (sense of music) lebih diutamakan

dibanding penekanan pada unsur-unsur musik sebagai materi pengajaran.

Pembelajaran musik di sekolah secara umum, diberikan bertahap

menurut tingkat perkembangan anak. Pembelajaran musik haruslah

memperhatikan bagian-bagian dari semua unsur musik. Hal ini disebabkan,

bahwa setiap lagu atau komposisi musik yang digunakan sebagai model atau

65
media pembelajaran terbentuk dari unsur-unsur musik yang esensial sebagai

kesatuan musik.

3. Manajemen Pelaksanaan Pembelajaran Musik

Manajemen pembelajaran musik adalah suatu bentuk upaya

pengelolaan pembelajaran musik dengan memberdayakan segala komponen

yang ada dan terlibat dalam proses pembelajaran musik. Dalam manajemen

pembelajaran musik, bahkan secara umum dalam pembelajaran bidangstudi

yang lain, perlu diketahui unsure-unsur atau komponen dasar sebagai

instrumen dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut.

a. Murid sebagai Subjek Didik

Pembelajaran berlangsung jika terdapat interaksi yang baik antara

guru dan murid. Interaksi terjadi jika guru mampu mengenal, memahami

menerima anak apa adanya dan bertindak sesuai dengan keadaan masing-

masing individu anak. Anak yang berada pada lingkungan klasikal, akan

mudah lebih tumbuh rasa musiknya dibanding anak yang tinggal pada

masyarakat atau keluarga yang awam. Hal ini terjadi pengalaman anak telah

teridentifikasi dan kadang terinternalisasi dalam dirinya, sehingga akan

mempengaruhi sikap dan perilakunya. Pengalaman mendengar, meniru akan

memberikan kemampuan pada anak dalam bernyanyi.

66
b. Guru sebagai Fasilitator

Pembinaan kemahiran peserta didik tidak bisa luput dari peran guru

sebagai unsur pendidik dalam pembelajaran. Dalam Undang-Undang Guru dan

Dosen, No.14 tahun 2005 bahwa syarat guru yang profesional harus dipenuhi

antara lain :

a. Guru adalah pendidik professional dengan utama mendidik, mengajar,

membimbing mengarahkan, melatih menilai dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah.

(Pasal 1:1)
b. Profesi guru dilaksanakan berdasarkan prinsip: memiliki bakat,

memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, latar

belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, memiliki tanggung

jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. (Pasal7:1)


c. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. (Pasal 8)


d. Beban kerja guru, yang mencakup kegiatan kegiatan pokok yaitu

merencanakan, melaksanakan, menilai hasil pembelajaran,

membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas

tambahan (Pasal 35:1)

Menurut Davis dan Thomas dalam Mintarjo, 2009) mengemukakan

ciri-ciri guru yang efektif dalam pembelajaran yaitu :

a. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar kelas.

67
b. Memiliki kemampuan yang terkait dengan manjemen pembelajaran,

yaitu bagaimana merencanakan, melaksanakan maupun mengevaluasi

pembelajaran.

Amijaya yang dikutip Partini (1997), menyatakan bahwa kualitas

pendidikan banyak bergantung pada tenaga kependidikan yang mengelola

sekolah, sebab makin disadari bahwa titik manapun dari pembangunan akan

dilaksanakan faktor tenaga kependidikan harus menjadi perhatian utama untuk

menyusun gagasan menjadi realitis. Partini (1997), dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa guru merupakan ujung tombak dalam pembangunan

pendidikan dan sekaligus merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan pendidikan.

Seorang guru dituntut untuk dapat menterjemahkan ke dalam program-

program pengajaran guna pencapaian program belajar dari aspek kognitif,

afektif maupun psikomotorik. Pembelajaran siswa sebaiknya dititikberatkan

pada upaya guru dalam mendorong dan membiasakan siswa untuk berfikir

kreatif, guru harus memikirkan cara-cara baru agar materi pelajaran yang

diberikan kepada siswa tidak hanya mudah untuk dipelajari dan dipahami,

tetapi juga menjadikan mata pelajaran itu disukai, sehingga pada akhirnya akan

membantu siswa mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang dialami di

sekolah maupun di masyarakat.

Penelitian yang ada menunjukkan, bahwa adanya guru yang tidak

memiliki kemampuan yang memadai untuk mengajarkan materi-materi seni,

lebih khusus seni musik. Adanya anggapan-anggapan tertentu menyangkut

68
keahlian dan bakat pengajar, sehingga memunculkan pendapat bahwa guru

yang mengajar pendidikan seni musik haruslah guru yang berbakat. Di

samping itu, pada umumnya dipandang, bahwa pendidikan seni merupakan

pelajaran yang tidak penting. Alasan utama adalah mata pelajaran ini tidak

termasuk mata pelajaran yang di UAN-kan. Bahkan ada sebagian pengajar

berpendapat, bahwa sebaiknya mata pelajaran seni dihapus dari struktur

program kurikulum (Syafii 2003: 13). Kondisi tersebut menunjukkan betapa

buruknya kegiatan pembelajaran seni, lebih khusus seni musik saat ini.

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran musik di sekolah dengan

baik, guru paling tidak harus memiliki pengetahuan bagaimana membelajarkan

musik pada anak, memiliki rasa suka pada musik, kemauan untuk mengajarkan

pada anak, pemahaman bahwa pembelajaran musik mengutamakan tumbuhnya

rasa musik, meliputi : rasa irama, rasa nada, harmonisasi, kesukaan, dan

penghayatan musik.

c. Sarana dan Media Musik

Pembelajaran musik dilaksanakan melalui kegiatan pengalaman musik

yang senantiasa berkenaan dengan bunyi. Untuk itu idealnya musik

mempunyai tempat yang terpisah agar tidak mengganggu kelas yang lain.

Belajar musik melalui pengalaman musik memerlukan alat musik aktif. Alat

musik aktif berupa alat-alat musik yang dapat dimainkan, sedangkan alat musik

pasif, misalnya: tape recorder, VCD. Alat musik pasif efektif untuk

69
pengembangan rasa tetapi kurang tepat untuk pengembangan keterampilan,

maka praktek langsung berbagai kegiatan pengalaman musik sangat mutlak,

misalnya: bergerak sesuai gerak musik, bernyanyi, menulis, membaca, bermain

musik, improvisasi, dan kreativitas. Alat musik atau instrumen musikal yang

digunakan dalam pembelajaran musik di tingkat SMP dapat dibedakan atas :


(1) Alat musik Nusantara atau biasa pula disebut alat musik tradisional

yakni alat musik yang dianggap milik etnis di wilayah Nusantara

seperti suling bambu, talempong, dsb.


(2) Alat musik konvensional yakni alat musik non-tradisional seperti

gitar, piano, biola, drum, saxophone, dan lain-lain.


(3) Alat musik non konvensional yakni segala alat/bahan yang dapat

menjadi sum-ber bunyi seperti batu, kayu, logam, plastik, dan

sebagainya.

d. Materi Musik

Pembelajaran musik adalah pembelajaran tentang kemampuan

bermusik dengan didasarkan pada fundasi rasa bermusik (sense of music). Rasa

bermusik ditandai dengan tumbuhnya rasa irama, bayangan nada, dan rasa

harmoni. Pengembangan kemampuan bermusik harus diawali dengan

pemahaman makna dan ciri unsur-unsur musik yang membentuk lagu atau

komposisi. Penyampaian kajian unsur-unsur musik hendaknya dilakukan

melalui pengalaman musik, sehingga kajian musik menjadi praktis dan mudah

dalam pemahamannya. Unsur musik yang dikembangkan antara lain: dasar

70
teknik bernyanyi, irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu, serta

ekspresi.

e. Metode Pembelajaran Musik

Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan belajar musik

agar mencapai tujuan pembelajaran musik, yaitu tumbuhnya rasa musik dan

pada akhirnya tumbuhlah kreativitas estetis anak sebagi media ungkap

ekspresi. Pembelajaran dilaksanakan dengan penekanan pengalaman musik

agar anak secara urut memiliki pengetahuan, pemahaman dan apresiasi musik,

keterampilan musik, dan pada akhirnya tumbuhlah kreativitas estetis.

Obrien 91983) mengemukakan bahwa berdasarkan teori Piaget dan

Bruner tentang tahap berpikir anak telah menyimpulkan bagaimana seharusnya

memberikan pengajaran musik sebagai berikut:

a) Cara belajar yang terbaik bagi anak seharusnya melalui pengalaman

musik, dan pengalaman tersebut harus bermacam-macam sebagai

perkembangan mental yang disebut pembentukan konsep. Konsep

tersebut sebagai dasar menarik kesimpulan dalam cara

melambangkannya dengan notasi musik.

b) Anak mempunyai tahap perkembangan yang perlu diperhatikan dan

disesuaikan dalam pelaksanaan kelas musik. Anak kecil dapat

menguasai otot besar tetapi tidak untuk otot kecil.

71
c) Anak memiliki kebutuhan dan emosi yang berbeda, mereka masih

memiliki egosentris, mungkin belum dapat menikmati kegiatan musik

bersama-sama, sedang anak besar lebih suka pengembangan musik

ansambel yang dilakukan bersama-sama.

d) Pengajaran musik yang ideal menggunakan unsur-unsur musik yang

terdapat dalam lagu model untuk pengalaman musik, irama, melodi,

harmoni, bentuk dan struktur lagu serta ekspresi dan selanjutnya

dianalisis hingga memperoleh kesimpulan pada tingkat berpikir

abstrak, melambangkan dan menuliskan notasinya. Pola yang dapat

digunakan adalah pengalaman, pengkategorian, perlambangan, dan

penulisan.

Secara umum, manajemen pelaksanaan pembelajaran musik ditempuh

melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.

a. Perencanaan Pembelajaran Musik

Pelaksanaan pembelajaran yang baik akan mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran ini, telah ditata

sedemikian rupa melalui perencanaan yang matang. Tujuan perencanaan

pembelajaran adalah sebagai pijakan pelaksanaan pembelajaran itu sendiri

demi mencapai tujuan yang diharapkan.

72
Dalam pembelajaran terdapat tiga ciri khas yang terkandung di

dalamnya tidak terkecuali pada pembelajaran seni musik. Ciri khas tersebut

adalah :

1. Rencana, yang mana merupakan suatu penataan ketenagaan, material,

dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam

suatu rencana khusus (Oemar 1994:66). Dalam pembelajaran seni

musik, rencana ini disusun oleh guru sebagai tenaga pengajar. Materi

yang akan disampaikan berpedoman pada kurikulum yang berlaku.

Prosedur pembelajaran yang meliputi jadwal. Praktik dan ujian selain

direncanakan oleh guru kelas, dapat juga direncanakan berdasarkan

kerjasama antar guru.


2. Saling ketergantungan, dalam pembelajaran terdapat saling

ketergantungan antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi

dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat essensial dan masing-

masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran

(Oemar 1994 :66). Dalam pembelajaran seni musik, masing-masing

unsur pembelajaran tersebut memiliki hubungan saling

ketergantungan apabila salah satu unsur tidak ada maka hasil

pembelajaran tidak akan tercapai.


3. Tujuan sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak

dicapai. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Karena

tujuan utama sistem pembelajaran adalah agar siswa belajar, maka

tugas perancang sistem adalah mengorganisasikan tenaga, material,

dan prosedur agar siswa belajar secara efektif dan efisien (Oemar

73
1994: 66). Agar tujuan pembelajaran seni musik tercapai, guru sebagai

perancang sistem membuat rancangan untuk memberikan kemudahan

dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran tersebut.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran, perencanaan pembelajaran

perlu disusun dengan baik agar dapat menunjang tercapainya hasil belajar yang

baik. Begitupun sebaliknya jika perencanaan pembelajaran yang disusun oleh

guru kurang baik, maka sulit untuk mencapai keberhasilan pembelajaran.

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan

pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Program Tahunan (Prota). Program ini adalah bagian perencanaan

yang di dalamnya terdapat program-program yang akan dilaksanakan

selama satu tahun ajaran yang terdiri dari program selama dua

semester. Untuk mencapai hasil yang optimal program ini disusun

dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kalender pendidikan

yang ada.
2) Program semester (Prosem), di dalamnya memuat tentang program

yang akan dijalankan selama satu semester menyangkut pencapaian

hasil belejar atau target materi belajar selama enam bulan.


3) Silabus mata Pelajaran, merupakan acuan dalam menyususn rencana

pelaksanaan pembelajaran di mana di dalamnya terdapat standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, merumuskan indikator, penilaian, alokasi waktu,

74
sumber belajar dengan adanya silabus mata pelajaran, maka guru akan

lebih mudah untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.


4) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) adalah satu persiapan guru

yang sangat penting dimana dengan adanya RPP, maka didalam

mengajar guru akan mudah untuk menyampaikan materi dan

melaksanakan pembelajaran karena langkah-langkah yang akan

dilakukan oleh guru maupun siswa sudah tercantum dalam RPP.

Tanpa adanya RPP maka proses pembelajaran akan kurang terarah

bahkan hasil pembelajaran tidak akan mencapai hasil yang

diharapkan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Musik

Pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh manajemen

pembelajaran yang baik pula. Pembelajaran musik sebaiknya selalu

disesuaikan dengan subjek didik, sehingga pembelajaran seni musik juga

disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, kesukaan anak, dan

karakteristik masing-masing individu. Peserta didik dituntun untuk belajar

melalui cara-cara informal, nyata dalam kehidupan sehari-hari, langsung,

dikemas dalam situasi informil, praktis dan bermakna. Dengan demikian,

belajar musik melalui pengalaman musik merupakan salah satu alternatif yang

memberi jalan kemudahan bagi murid.

Pengalaman musik dimanfaatkan untuk memupuk pengetahuan,

apresiasi, sekaligus mengembangkan keterampilan, sehingga mendorong

75
kegiatan anak dalam mengungkapkan ekspresinya secara kreatif estetis.

Pembelajaran musik juga dipengaruhi oleh karakteristik musik atau kajian yang

akan dibahas, kemampuan dan kemauan guru serta peserta didik, tersedianya

berbagai media, dan hakikat pembelajaran musik bagi anak.

Merujuk pada hal-hal tersebut di atas, diketahui bahwa pembelajaran

musik adalah kegiatan aktif dalam pengalaman musik. Pembahasan unsur-

unsur musik disampaikan bersamaan dengan kegiatan pengalaman musik

dengan cara alamiah yaitu bernyanyi, bermain, bergerak, dan analisis lagu

model dalam kajian teoritis, sehingga akan lebih mudah untuk dimengerti anak.

Dalam pengajaran musik, terlebih dahulu ditekankan rasa irama, rasa

nada atau bayangan nada untuk bernyanyi dengan tingggi rendah nada secara

tepat dan denyutan-denyutan pulsa secara benar. Pengajaran diharapkan tidak

menekankan pada perihal bagaimana menghafalkan melodi terlebih dahulu

atau bahkan menterjemahkan not angka. Dengan model pembelajaran yang

demikian, akan membuat anak mengalami kesulitan dan justru menghambat

tumbuhnya rasa musikal peserta didik.

Kemampuan dasar yang pertama-tama harus dimiliki oleh anak yang

belajar musik ialah kemampuan membayangkan penginderaan gerak pulsa

lagu, ayunan biramanya, kemudian gerak pola iramanya dalam ayunan birama,

dan kemampuan penginderaan nada dalam pola melodi. Pola-pola irama

76
haruslah dikuasai sebelum mempelajari pola-pola melodi, karena pola-pola

irama adalah landasan untuk mempelajari pola-pola melodi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas guru adalah

mambantu anak-anak untuk meningkatkan rasa keindahan musiknya dengan

mendengarkan bermacam-macam jenis musik yang mereka senangi. Selain itu,

guru juga perlu memilih musik yang bermutu baik untuk dijadikan bahan

pengajaran, sehingga anak akan selalu semangat, tertarik dan menyukai

pembelajaran musik.

Pelaksanaan pembelajaran musik haruslah senantiasa memperhatikan

pertambahan kemampuan, perkembangan sikap estetis, dan keterampilan

musik secara gradual menurut tata urutan yang logis, dengan memperhatikan

kesenangan dan keterpaduan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari.

c. Evaluasi Pembelajaran Musik

Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses pembelajaran. Melalui

evaluasi, diukur seberapa jauh dan seberapa besar keberhasilan pembelajaran

yang dilksanakan. Evaluasi mengacu dari perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran yang telah ditetapkan dan dilaksanakan sebelumnya.

Bentuk-bentuk evaluasi pembelajaran musik antara lain sebagai

berikut.

a) Pengamatan dengan lembar penilaian.

77
Penilaian kemajuan pengajaran musik dapat dilakukan dengan

pengamatan terhadap tingkah laku murid sebagai hasil dari belajar

musik. Dari masing-masing kegiatan musik itu dapat diamati tingkat

kemajuan atas materi pengajaran yang diberikan. Untuk memudahkan

penilaian, dapat disusun sesuatu lembar penilaian yang berisi butir-

butir sebagai bagian dari unsur musik yang akan diamati, dengan

menyediakan tempat mencatat tingkat penguasaan dari butir-butir

yang diamati itu. Sebagai contoh, dibuat lembar penilaian, misalnya

untuk kegiatan bermain musik ansambel.

b) Tes Tertulis
Tes tertulis diadakan untuk mengetahui tingkat pemahaman murid

tentang teori musik yang sudah dipelajari. Tes tertulis dapat berbentuk

tes objetif dan dapat pula berbentuk tes essay.


c) Nilai Akhir
Penilaian hasil pembelajaran musik ini harus dilakukan secara

berkesinambungan, agar pengajar atau guru dapat mengetahui tingkat

ketepatan cara mengajar yang telah dilakukan, dan untuk

merencanakan pengajaran musik selanjutnya dengan lebih baik.

4. Tujuan Pembelajaran Musik

Pendidikan kesenian, sebagaimana yang dinyatakan Ki Hajar

Dewantara (dalam Bastomi, 1993: 20), merupakan salah satu faktor penentu

78
dalam membentuk kepribadian anak. Pendidikan seni di sekolah, dapat

dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan kepribadian

(berakhlak karimah). Hal ini sejalan sebagaimana yang dinyatakan oleh Plato

(dalam Rohidi, 2000: 5), bahwa pendidikan seni dapat dijadikan dasar

pendidikan, karena untuk membentuk suatu kepribadian yang baik dilakukan

melalui pendidikan seni. Arti lainnya yaitu, bahwa kesenian merupakan elemen

yang esensial dalam pembentukan watak setiap individu dan faktor yang

mendasari setiap penciptaan karya seni, oleh karena itu pendidikan seni;

sebagai subsistem dalam pendidikan nasional tidak dapat diabaikan.

Sebelum diuraikan lebih lanjut mengenai tujuan pendidikan seni,

secara khusus dalam pembeljaran musik, perlu diketahui apa yang menjadi

standar kompetensi pencapaian tujuan pembelajaran musik secara khusus untuk

tingkat SMP.

Standar kompetensi seni musik untuk SMP yaitu mengapresiasi karya

seni musik dan mengekspresikan diri melalui karya seni musik. Sedang

kompetensi dasar seni musik mencakup :

a. Mengidentifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi

yang dihasilkan tubuh manusia.


b. Mengelompokkan bunyi berdasarkan sumber bunyi yang dihasilkan

tubuh manusia.
c. Menunjukkan sikap apresiatif terhadap sumber bunyi yang dihasilkan

tubuh manusia.
d. Menampilkan permainan pola irama sederha-na.
e. Mengekspresikan diri melalui vokal.

79
f. Mengekspresikan diri melalui alat musik atau sumber bunyi yang

dihasilkan tubuh manusia.


g. Melafalkan lagu anak-anak.
h. Menyanyikan lagu anak-anak secara individual, kelompok maupun

klasikal.

Sedang elemennya terdiri atas empat unsur yakni: (1) pitch (nada,

melodi, harmoni); (2) tempo (irama); (3) warna suara; dan (4) dinamika (keras-

lembut). Dinamik adalah semua hal yang berhubungan dengan perbandingan

volume nada (keras lembut). Sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia

adalah siulan, tepukan tangan, dan sebagainya.

Kompetensi dasar lain untuk tingkatan lebih tinggi adalah :

a. Mengidentifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi

yang dihasilkan alam.


b. Mengelompokkan bunyi berdasarkan sumber bunyi yang dihasilkan

alam.
c. Mengidentifikasi irama dan melodi sederhana.
d. Menampilkan permainan pola irama dan melodi sederhana.
e. Memeragakan dinamik sederhana.
f. Mengekspresikan diri melalui vokal, alat musik atau sumber bunyi

sederhana.
g. Menyanyikan lagu anak-anak dan lagu wajib.
h. Sumber bunyi yang dihasilkan alam: bunyi tetesan air, kicauan

burung.

Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

kompetensi yang diharapkan dari pendidikan seni musik untuk siswa SMP

adalah (Depdiknas, 2001: 8) :

80
1) Agar siswa mampu memadukan unsur etika, logika dan estetika,

meliputi: pengetahuan, pema-haman, persepsi, analisis, evaluasi,

apresiasi, dan berproduksi.


2) Memiliki kepekaan inderawi, perasaan estetis dan artistik melalui

pengalaman bereksplorasi, berekspresi dan berkreasi dalam

mendukung kecerdasan emosional, intelektual, moral, spiritual dan

adversitas sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.


3) Mampu berkreasi dalam mengembangkan kemampuan perseptual,

pemahaman, apresiasi, kreativitas, dalam berpro-duksi.


4) Memiliki keterampilan dasar dan mampu berkreasi berdasarkan

inspirasi yang bersumber pada alam dan lingkungan sekitar anak

dalam mengolah medium seni musik.


5) Mampu menghargai karya sendiri dan karya orang lain serta

keragaman seni budaya setempat dan nusantara.


6) Mampu mempergelarkan, menyajikan karya seni dan atau merancang,

dan memamerkannya di kelas atau di lingkungan sekolah.

Pendidikan seni sebagai mata pelajaran di sekolah karena pendidikan

seni memiliki sifat multilingual, multi-dimensional, dan multikultural.

Multilingual berarti seni bertujuan mengembangkan kemampuan

mengekspresikan diri dengan berbagai cara seperti melalui bahasa rupa, bunyi,

gerak dan paduannya. Multidimensional berarti seni mengembangkan

kompetensi kemampuan dasar siswa yang mencakup persepsi, pengetahuan,

pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan produktivitas dalam

menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, dengan memadukan unsur logika,

81
etika dan estetika, dan multikultural berarti seni bertujuan

menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap

keragaman budaya lokal dan global sebagai pembentukan sikap menghargai,

toleran, demokratis, beradab dan hidup rukun dalam masyarakat dan budaya

yang majemuk (Depdiknas 2001: 7).

Pendidikan seni di sekolah memiliki fungsi dan tujuan untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan agar siswa mampu berkreasi dan peka

dalam berkesenian, atau memberikan kemampuan dalam berkarya dan

berapresiasi seni. Kedua jenis kemampuan ini menjadi penting artinya karena

dinamika kehidupan sosial manusia dan nilai-nilai estetis mempunyai

sumbangan terhadap kebahagiaan manusia di samping mencerdaskannya.

Materi pendidikan seni di sekolah mencakup seni musik, seni tari, seni drama,

dan seni rupa.

Pembelajaran musik di sekolah dapat dirumuskan sebagai suatu

bentuk upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi rasa

keindahan yang dimiliki peserta didik melalui pengalaman dan penghayatan

musik. Peningkatan rasa suka, penghargaan, dan tumbuhnya rasa musik lebih

dipentingkan dibanding penekanan pada unsur-unsur musik sebagai materi

pengajaran. Musik merupakan bagian dalam hidup manusia, karena musik

dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas estetik (keindahan).

Pembelajaran musik dipandang penting karena dapat meningkatkan dan

mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki anak, membantu anak

untuk dapat memiliki kemampuan perasaan dan pikirannya melalui

82
pengalaman dan penghayatan musik. Guru hendaknya membantu anak

memiliki kemampuan menilai musik melalui selera intelektual dan selera

artistiknya, mengembangkan kepekaan anak terhadap lingkungannya, serta

memberi kesempatan pada anak untuk dapat meningkatkan sendiri

pengetahuan dan keterampilannya dalam bidang musik.

Tujuan umum pengajaran musik yaitu murid memiliki pengetahuan

tentang irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu, dan ekspresi. Oleh

karena itu, pembelajaran musik di sekolah harus diberikan secara bertahap

menurut tingkat perkembangan anak. Seorang guru yang akan mengajarkan

pendidikan musik harus bisa merencanakan pengajaran yang dapat langsung

melibatkan anak dengan kegiatan musik yang aktif, yang dapat memberikan

sentuhan pribadi pada anak baik secara emosi, maupun secara fisik, melalui

kegiatan yang aktif.

Pengalaman mendengar, meniru dan mempraktikan musik akan

memberikan kemampuan pada anak. Pengalaman musik di sekolah harus

mengantarkan peserta didik pada pengalaman yang menyenangkan, sehingga

anak dapat merasakan, bahwa musik itu adalah sumber rasa keindahan.

Pengajaran yang baik harus selalu menampilkan bunyi musik itu sendiri.

Pembelajaran musik adalah pembelajaran tentang kemampuan

bermusik dengan didasarkan pada fondasi rasa bermusik. Rasa bermusik

ditandai dengan tumbuhnya rasa irama, bayangan nada, dan rasa harmoni.

Pengembangan kemampuan bermusik harus diawali dengan pemahaman

makna dan ciri unsur-unsur musik yang membentuk lagu atau komposisi,

83
sehingga dalam penyampaiannya dilakukan melalui pengalaman musik.

Pembelajaran musik selalu memperhatikan bagian-bagian dari semua unsur

musik, hal ini disebabkan bahwa setiap lagu atau komposisi musik yang

digunakan sebagai model atau media pembelajaran terbentuk dari unsur-unsur

musik yang esensial sebagai kesatuan musik. Pelaksanaan pembelajaran selalu

memperhatikan pertambahan kemampuan, perkembangan sikap estetis, dan

keterampilan musik secara bertahap dengan memperhatikan kesenangan dan

keterpaduan dengan kehidupan anak sehari-hari.

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, pendidikan seni

musik sangat memberi kontribusi yang besar dalam pembentukan manusia

Indonesia seutuhnya. Untuk itu perlu merumuskan materi pembelajaran seni

musik yang lebih matang. Tujuan pendidikan seni musik berbasis seni budaya

merupakan salah satu alternatifnya, karena bertujuan untuk (Slamet, 2001: 4) :

1) Mendekatkan pendidikan seni dan dunia kerja seni


2) Menjamin adanya com-mon basis pendidikan seni
3) Memfokuskan pada hasil dan proses sekaligus
4) Mengenalkan pembelajaran yang luwes;
5) Mengakui pembelajaran sebelumnya
6) Menjamin adanya multiple entry and exit

5. Kurikulum

Konsep pendidikan seni berbasis seni budaya untuk SMP telah

diaktualisasikan dalam bentuk desain kurikulum pendidikan seni musik tingkat

satuan pendidikan (KTSP) SMP yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum Badan

84
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Ada harapan

dan sambutan yang besar dengan munculnya kurikulum tersebut. Melalui

kurikulum seni budaya ini, dipandang perlu untuk mengetahui sejauh mana

kemungkinan optimalisasi penerapannya dalam pembelajaran seni.

Melalui kurikulum ini diharapakan dapat memberikan kontribusi yang

berarti dalam rangka mendorong creative thinking siswa, memberi bekal life

skills kepada siswa, dan menciptakan suasana belajar siswa yang

menyenangkan (joyfull learning) dengan memperhatikan :

1) Kemampuan guru menterjemahkan isi kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) seni musik berbasis kompetensi.


2) Kemampuan guru mengoptimalkan potensi seni musik anak (menjadi

kreatif dan aktif)


3) Metode guru yang digunakan dalam pembelajaran seni musik,
4) Kemampuan akademis musik anak
5) Ketersediaan sarana pembelajaran musik
6) Pemanfaatan lingkungan alam sekitar dalam menunjang kegiatan

pembelajaran musik
7) Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran musik.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006

pendidikan kesenian di SMP dilaksanakan melalui mata pelajaran seni budaya

dan keterampilan, yang didalamnya mencakup sub mata pelajaran seni rupa,

seni musik, seni tari, dan keterampilan. Sedangkan standar kompetensi lulusan

pembelajaran seni musik sebagai salah satu mata pelajaran seni budaya dan

keterampilan di SMP adalah (Tim Pustaka Yustisia 2007: 95-96) :

85
1) Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan

memperhatikan dinamika melalui berbagai ragam lagu daerah dan wajib

dengan alat iringan alat musik sederhana daerah setempat.


2) Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan ansambel

sejenis dan gabungan terhadap berbagai musik/ wajib, daerah, dan

nusantara.
3) Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan

menyanyikan lagu wajib, daerah, dan nusantara dengan memainkan alat

musik sederhana daerah setempat.

Oleh karena itu setelah mengikuti pembelajaran seni musik sebagai

salah satu aspek dalam mata pelajaran seni budaya di SMP, siswa diharapkan

memiliki kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik,

apresiasi karya musik serta berketerampilan yang mencakup segala aspek

kecakapan hidup (life skills) yang meliputi keterampilan personal, keterampilan

sosial, keterampilan vokasional dan keterampilan akademik.

Fakta yang ditemukan, bahwa pelaksanaan pembelajaran seni lebih

khusus seni musik di SMP, pada umumnya masih menggunakan pendekatan

subject-centered curriculum. Tidak jelas, kompetensi apa yang harus dicapai

oleh peserta didik setelah mereka mengikuti serentetan pelajaran tersebut.

Tidak jelas pula artikulasi isi mata pelajaran antara jenis dan jenjang

pendidikan, sehingga sering dijumpai ucapan yang terlontar dari pendidik yang

penting kegiatan pembelajaran seni musik ada, sehingga terjadi pengulangan-

pengulangan pelajaran sebelumnya. Link and match lemah, sehingga terjadi

86
pemborosan (Slamet 2001: 3). Karena kurangnya pemahaman para pendidik

terhadap seni musik, lebih khusus lagi tentang pendidikan seni musik,

menyebabkan pelaksanaan pembelajaran kehilangan kelenturannya untuk

disesuaikan dengan keadaan lingkungan setempat dan kebutuhan batin anak

(Garha 1995: 4).

Pendidikan seni musik dengan pendekatan seni budaya merupakan

suatu alternatif solusi dan antisipasi pada persaingan global yang kompetitif.

Pendidikan berbasis seni budaya penekanan kompetensi adalah pendidikan seni

musik yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan atau kompetensi

untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu (ability to do something). Tentunya

untuk bisa mengerjakan sesuatu yang dimaksud, diperlukan penguasaan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan untuk mengerjakan

sesuatu tersebut. Misalnya untuk bisa menyanyi, diperlukan penguasaan

kompetensi yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap

musik. Singkatnya, untuk dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan seni musik,

diperlukan kompetensi yang mencakup aspek-aspek kognitif, psikomotor dan

afektif (Slamet 2001: 4).

Dalam kaitannya dengan pendidikan seni, Nursito (2000: 9-11)

menyatakan, bahwa permasalahan rendahnya pengembangan kreatifitas siswa

lebih banyak disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam mengembangkan

kreativitas siswa. Keadaan ini lebih diperburuk dengan tidak mantapnya

keterampilan dalam berkarya seni, serta minimnya wawasan guru terhadap

materi, tujuan dan hakikat pendidikan seni, bahkan lebih daripada itu

87
kurangnya sarana yang ada di sekolah. Kelemahan ini seringkali menyebabkan

pengambilan keputusan-keputusan kurikuler atau kependidikan menjadi kurang

tepat.

Seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena

budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran

Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri

tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya dan

Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki peranan dalam

pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan

kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri

atas kecerdasan intrapersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik

matematik, naturalis, kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan

spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional. Bidang musik, memiliki

kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan kesenimusikan. Dalam

pendidikan aktivitas berkesenian, harus menampung kekhasan tersebut yang

tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi,

dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip,

proses, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.

Mata pelajaran Seni Budaya bertujuan agar peserta didik memiliki ke-

mampuan :

88
1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan.
2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan.
3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan.
4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam

tingkat lokal, regional, maupun global.

D. Kajian Penelitian yang relevan

Udan Suheli 2007 dalam penelitiannya yang berjudul: Manajemen

Pembelajaran pada Panti Sosial Bina Netra Manado menemukan bahwa: 1)

Perencanaan pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik dengan mengikuti

langkah-langkah yang ada di dalam skenario pembelajaran, 2) Pelaksanaan

pembelajaran sudah dilaksanakan secara optimal dan menyeluruh, tetapi masih

terdapat kendala, 3) Evaluasi pembelajaran telah dilaksanakan dengan baik dan

sudah terprogram dimulai dari proses pembelajaran sedang berlangsung, satu

topik pembahasan berakhir dan akhir semester. Evaluasi pembelajaran

instruktur, yang dilakukan oleh kepala panti sebagai penyelia sudah

dilaksanakan dengan baik.

Hubungan penelitian Suheli dengan penelitian ini adalah

menggunakan metodologi yang sama, dan membahas hal manajemen

pembelajaran. Hal yang membedakan adalah bahwa penelitian ini mengkaji

lebih spesifik tentang pembelajaran seni musik dan dengan lokasi, waktu dan

objek penelitian yang berbeda.

89

You might also like