Professional Documents
Culture Documents
Untuk Furcation involvement diperlukan perawatan antara lain scaling dan root planing ,
furcation plasty, root resection, regenerasi dan ekstraksi
Furcation Plasty
Furcation plasty terdiri dari odontoplasty & osteoplasty, sebatas jalan masuk furkasi serta
dilakukan terutama pada furkasi bukal dan lingual.
Odontoplasty
Merupakan bedah yang mengkontur dari permukaan gigi untuk meningkatkan plak kontrol dan
gingiva . Dengan indikasi, pengasahan selektif grinding dan polishing untuk membuat plak
kurang retentif.
Menggunakan 12 blade flame (atau barel), FG diamond burs atau batu putih FG duri dengan air
coolant, diikuti dengan polishing menggunakan rubber cup dan fluoride untuk mengurangi
sensitivitas.(Veterinary, 2002)
Osteoplasty
Bedah perbaikan atau perubahan dari tulang. Juga disebut tulang okulasi. Dalam kedokteran
gigi, bedah resection dari struktur bertulang untuk membentuk atau memperbaiki kontur dari
Gusi.
Root Resection Therapy
Dalam kasus-kasus gigi dengan akar kedekatan.
Dalam kasus pencabangan kelas III.
Tinggal sedikit di sekitar daerah akan tipis, oleh karena itu terpengaruh root dapat
dihilangkan.
Tujuan dari prosedur Resective
Menghilangkan dan mengurangi poket
Jaringan fisiologis gingival diadaptasi ke tulang alveolar dan apical ke situs pra bedah.
Mempertahankan kondisi klinis.
Persyaratan untuk Resective prosedur
Akses root instrumentasi tepat.
Untuk akses yang alveolar crest
Mempertahankan memadai gingiva band yang terpasang.
Meminimalkan alveolar crest tinggi.
Mempertahankan tingkat klinis lampiran pada basis jangka panjang.
Mengurangi probing. (Fatin, 2009)
Ekstraksi
Px tdk dpt melakukan kontrol plak scr adequat, aktivitas karies tinggi, tdk dpt melakukan
program pemeliharaan yg sesuai atau mempunyai faktor sosial ekonomi yg dpt menghalangi
dilaku-dilakukannya perawatan yg lbh kompleks serta pada attachment loss yang lanjut dan pada
furcation involvement grade III dan IV
DAFTAR PUSTAKA
Erha, dhini. 2009.Dental Minded. http://dhinierha.blogspot.com/2009/08/kedalaman-penetrasi
menggunakan-insert.html
Rintoko, Bimo, 2009.Aspek Klinis Dental
implant.http://hiin.facebook.comtopi
php?uid=32159633485&topic=9563.
Syafril, Yuniarti. 1996.Regenerasi Jaringan Periodontium Setelah Perawatan
Periodontal.Jakarta: UI press.
Fatin. 2009. Surgery Periodontal. http://faculty.ksu.edu.sa/fatin/Pictures%2520Library/
per.sx.ppt&efurcation
Veterinary, Dentistry. 2002.http://www.link.vet.ed.ac.uk/clive/cal/Dentistry/Website/
Periodontal/perSurgery/odontoplasty.html
Gigi goyang
1. Etiologi
- Kehilangan jaringan tulang pendukungnya, periodontal poket, pelebaran ligamen periodontal,
kerusakan tulang angular akibat radang atau penyakit periodontal yang lanjut.
- Adanya abses pada ujung saluran akar (karena gigi berlubang). Goyah gigi karena abses
bersifat sementara. Bila abses sembuh, gigi bisa jadi kuat kembali.
- Penyakit Sistemik (DM)
- Trauma
Etiologi gigi goyang dibagi menjadi 3, yaitu :
- primer (trauma ,terjadi secara langsung)
- sekunder ( melalui proses, seperti penyakit periodontal)
hormon)- sementara (ibu hamil
Pemindahan atau dislokasi gigi dari soketnya, dapat sebagian atau seluruhnya.
Klasifikasi luksasi gigi menurut WHO :
a. Konkusi : sensitif pada perkusi, tidak ada peningkatan mobilitas, gigi tidak berpindah
tempat, pulpa normal terhadap test, radiografi normal.
b. Subluksasi : mobilitas abnormal tapi tidak berpindah tempat, sensitive terhadap perkusi,
keadaan pulpa normal, gambaran radiografi tidak jelas, sering terjadi perdarahan pada sulkus itu
menunjukan kerusakan pada pembuluh darah dan sobeknya ligamen periodontal.
c. Luksasi : gigi goyah dan berpindah
o Ekstrusi : Gigi telah mengalami pergeseran dari soketnya sepanjang sumbu panjangnya atau
dengan kata lain gigi keluar dari soketnya sebagian, gigi ini sangat goyang, pada radiograf
terlihat pergeseran dan pada test pulpa (-)
o Lateral : Trauma dapat bergeser ke lingual, bukal, mesial, atau distal. Dengan demikian gigi
telah keluar dari posisi normalnya bila apeks telah mengalami translokasi selama pergeseran ini,
gigi mungkin cukup cekat, perkusi bisa +/-
o Intrusive : Gigi dipaksa masuk ke dalam soketnya dalam arah apikal, gigi tidak terlalu goyah
dan mirip ankilosis.
- Medical history.
Riwayat alergi terhadap obat-obatan.
Kelaianan seperti gangguan perdarahan, diabetes, epilepsi.
Obat-obatan yang sedang dipakai sekarang.
Status imunisasi tetanus. Untuk luka bersih, tidak diperlukan booster apabila imunisasi
dilakukan sejak 10 tahun yang lalu. Untuk luka kotor, diperlukan booster apabila imunisasi
dilakukan lebih dari 5 tahun.
Pemeriksaan Obyektif
- Pemeriksaan jaringan lunak.
Lakukan observasi dan palpasi pada jaringan lunak yang cedera. Apabila terjadi terjadi laserasi
jaringan lunak dan fraktur gigi perlu dilakukan pula pemeriksaan radiografi karena tidak jarang
fragmen gigi tertanam ke dalam jaringan lunak.
- Pemeriksaan tulang wajah.
Maksila, mandibula, dan TMJ perlu diperiksa secara visual, palpasi, untuk melihat adanya
distorsi, malalignment, atau adanya indikasi fraktur. Apabila ada indikasi fraktur lakukan pula
pemeriksaan radiografi. Catat juga apabila ada dislokasi dari gigi, sangkutan oklusal, dan
perkembangan dari pathosis apikal.
- Pemeriksaan gigi.
Gigi yang mengalami trauma harus diperiksa apakah gigi tersebut mengalami fraktur,
kegoyangan, perubahan posisi, cedera pada ligamen periodontal dan tulang alveolar, serta trauma
pada jaringan pulpa. Periksa pula adanya kemungkinan keterlibatan gigi yang berada di rahang
lawannya.
Fraktur email atau keretakan pada mahkota dapat diperiksa dengan indirect light atau
transluminasi atau dengan penggunaan dye. Apabila struktur gigi telah hilang, periksa luasnya
kehilangan apakah sampai pada batas email, dentin, atau sudah mencapai jaringan pulpa.
Kegoyangan gigi diperiksa dalam segala arah. Apabila ketika gigi digerakkan gigi sebelahnya
ikut bergerak, perlu dicurigai adanya fraktur pada tulang alveolar.
Perubahan posisi gigi yang terjadi dapat berupa intrusi, ekstrusi, lateral (labial atau lingual), dan
avulsi secara keseluruhan. Tanyakan kepada pasien apakah ada kontak prematur ataupun
sangkutan oklusal. Apabila ada perubahan oklusi, perlu dicurigai adanya kemungkinan fraktur
rahang atau akar gigi ataupun ekstrusi gigi.
Untuk memeriksa adanya cedera pada jaringan periodontal lakukanlah tes perkusi pada gigi.
Pada gigi yang mengalami trauma tanpa adanya fraktur atau perubahan posisi pemeriksaan ini
cukup penting untuk melihat adanya kerusakan pada neurovascular bundle yang masuk ke dalam
gigi melalui apeks. Kerusakan ini akan menimbulkan adanya kemungkinan terjadinya degenerasi
pulpa. Kerusakan ini biasanya ditandai dengan tes perkusi yang positif.
- Pemeriksaan vitalitas atau respon pulpa terhadap trauma harus diperiksa pada awal kunjungan
dan kunjungan-kunjungan kontrol berikutnya, karena adanya kemungkinan kematian pulpa
beberapa bulan setelah trauma. Setelah terjadi trauma, sering pulpa memperlihatkan hasil negatif
ketika dilakukan tes vitalitas. Namun, setelah pulpa mengalami pemulihan, dia dapat kembali
memperlihatkan hasil positif. Hal yang sebaliknya dapat pula terjadi.
- Pemeriksaan penunjang
a. Radiografi dengan panoramic untuk melihat semua gigi
b. radiografi dengan foto periapikal untuk satu gigi.
Konkusi : sensitif pada perkusi, tidak ada peningkatan mobilitas, gigi tidak berpindah tempat,
pulpa normal terhadap test, radiografi normal.
Subluksasi : mobilitas abnormal tapi tidak berpindah tempat, sensitive terhadap perkusi,
keadaan pulpa normal, gambaran radiografi tidak jelas, sering terjadi perdarahan pada sulkus itu
menunjukan kerusakan pada pembuluh darah dan sobeknya ligamen periodontal.
Luksasi : gigi goyah dan berpindah
o Ekstrusi : Gigi telah mengalami pergeseran dari soketnya sepanjang sumbu panjangnya atau
dengan kata lain gigi keluar dari soketnya sebagian, gigi ini sangat goyang, pada radiograf
terlihat pergeseran dan pada test pulpa (-)
o Lateral : Trauma dapat bergeser ke lingual, bukal, mesial, atau distal. Dengan demikian gigi
telah keluar dari posisi normalnya bila apeks telah mengalami translokasi selama pergeseran ini,
gigi mungkin cukup cekat, perkusi bisa +/-
o Intrusive : Gigi dipaksa masuk ke dalam soketnya dalam arah apikal, gigi tidak terlalu goyah
dan mirip ankilosis.
Perawatan
1. Macam perawatan gigi goyah (teknik)
- Fase terapi inisial (non bedah) : menghilangkan faktor etiologi.
- Fase terapi korektif (bedah)
- Fase terapi pemeliharaan : untuk mencegah kekambuhan pada hasil perawatan.
Perawatan gigi goyah berdasarkan kasus :
Concusion
Gigi yang mengalami concusion sering memberikan respon positif bila dilakukan pekusi. Tidak
diperlukan perawatan yang segera namun pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk
memastikan tidak terjadi jejas pada pulpa. Gigi harus di istirahatkan
Subluksasi
Lakukan splinting dan pasien diminta untuk memakan makanan lunak selama selama 1-2
minggu. Agar plak tidak meningkat maka pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan
klorheksidin. Splintnya yg sementara
Extrusive luxation
Prinsip perawatan yang diberikan adalah reposisi segera dan fiksasi. Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
(1). Lakukan anestesi lokal.
(2). Reposisi gigi dengan menggunakan jari perlahan-lahan dan tekanan ringan sampai batas
insisal sama dengan gigi kontralateral.
(3). Periksa posisi dengan membuat foto rontgen.
(4). Lakukan stabilisasi dengan menggunakan splint.
(5). Pertahanakan splint selama 2-3 minggu.
Lateral luxation
Lateral luxation umumnya terjadi pada arah palatal, bukal, mesial atau distal. Arah bukal
merupakan keadaan yang paling sering terjadi. Pada beberapa kasus sering terjadi bony lock
sehingga reposisi sulit dilakukan.
Langkah-langkah reposisi luksasi palatal:
(1). Lakukan anestesi lokal.
(2). Palpasi daerah lekukan sulkus dan pastikan letak apeks. Lakukan penekanan dengan
perlahan dan tekan daerah insisal agar gigi dapat bergerak ke arah asal melalui fenestrasi di
dalam soket.
(3). Reposisi gigi kembali ke posisi asal melalui arah tekan yang berlawanan.
(4). Lakukan reposisi tulang yang fraktur menggunakan tekanan jari.
(5). Lakukan foto rontgen untuk memastikan posisi yang benar.
(6). Stabilisasi gigi dengan menggunakan splint.
(7). Pertahankan splint minimal 3-4 minggu.
(8). Pembuatan foto rontgen setelah kira-kira 3 minggu bila tidak menunjukkan keretakan pada
tulang marginal maka splint dipertahankan sampai 3-4 minggu berikutnya
Intrusive luxation
Intrusive luxation merupakan kasus luksasi yang sulit dan keberhasilan perawatan masih
diperdebatkan, masih perlu dilihat dari akar giginya dilihat dari apeks giginya. Beberapa
petunjuk dalam merawat intrusive luxation adalah sebagai berikut:
(1). Reposisi segera melalui tindakan pembedahan merupakan tindakan beresiko oleh karena
dapat menyebabkan resorpsi akar eksternal dan hilangnya jaringan pendukung marginal.
Reposisi secara bedah hendaknya dihindari apabila gigi masuk ke dalam dasar hidung atau
keluar dari jaringan lunak vestibulum.
(2). Beberapa kasus gigi intrusi dapat dikembalikan ke posisi semula melalui perawatan
ortodontik dan reerupsi spontan. Pemilihan teknik perawatan bergantung pada tingkat keparahan
intrusi dan kemungkinan terjadinya resorpsi eksternal. Perawatan endodontik dapat mulai
dilakukan setelah 2-3 minggu kemudian. Apabila reerupsi spontan dirasakan cukup memakan
waktu lama maka dipertimbangkan untuk dilakukan dengan menggunakan alat-alat ortodontik.
Avulsi
Cara-cara replantasi gigi avulsi yang dilakukan di tempat terjadinya
trauma:
(1). Tekan gigi yang mengalami avulsi dalam posisi yang benar pada soketnya sesegera mungkin.
(2). Cara lain adalah menempatkan gigi diantara bibir bawah dan gigi atau bila tidak
memungkinkan letakkan gigi pada segelas air susu.
(3). Periksakan ke dokter gigi sesegera mungkin.
Splinting
1. Definisi
- Splin merupakan alat yang dibuat untuk menstabilkan atau mengencangkan gigi-gigi yang
goyang akibat suatu injuri atau penyakit.
- Alat stabilisasi dan immobilisasi gigi yang goyah karena suatu lesi atau trauma atau penyakit
periodontial.
Indikasi
3. Kontraindikasi
1) Jika perawatan inflamasi penyakit periodontal belum dilakukan
2) Jika penyesuaian oklusal untuk mengurangi trauma dan/atau gangguan belum pernah
dilakukan.
3) Jika tujuan splinting hanya untuk mengurangi mobilitas gigi setelah splint dilepas
4) Kegoyahan gigi yang tidak mengganggu fungsi pengunyahan
4. Klasifkasi
Temporer: splint yang hanya dipasang pada waktu tertentu, bila gigi tidak goyah lagi splint
dilepas. Macamnya=> silk ligature,wire ligature,wire dan acrylic ligature, composite resin, dental
night guard
Temporary splint digunakan untuk :
- Mengurangi kegoyahan gigi dan memperceoat proses penyembuhan gigi goyah.
tulang dan jaringan ikat sempurna. pengisian - Perawatan kerusakan tulang alveolar atau
soket akibat kuretase
- Penyembuhan acute periodontitis gigi extruden
- Pengobatan gigi goyah yang kronis
- Sebagai gigi pegangan splint permanen
Permanen: splint yang digunakan terus menerus dan permanen selamanya dengan tujuan
mengimobilisasi gigi. Macamnya => acrylic continous spring.
Permanen splint hanya digunakan bila benar-benar dipergunakan untuk menambah stabilisasi
tekanan oklusal dan menggantikan gigi yang hilang. Penggunaan splint permanen pada
umumnya dikaitkan dengan protesa periodontal.
Profesional / diagnostik splint : splint yang digunakan dlm kondisi ragu-ragu merupakan
diagnostik apakah dirawat dengan splint atau tindakan perawatan lain. Digunakan untuk
beberapa bulan sampai beberapa tahun dengan tujuan diagnostik.
menurut bentuk splint : cekat dan lepasan
5. Karakteristik splinting
1. Mudah dibuat di dalam mulut tanpa menambah trauma.
2. Bersifat pasif kecuali bila diperlukan gaya-gaya ortodonti
3. Memungkinkan pergerakan fisiologis (kecuali pada fraktur akar)
4. Tidak mengiritasi jaringan lunak
5. Tidak mengganggu oklusi
6. Memungkinkan akses endodonti
7. Mudah dibersihkan dan mudah dibuka
8. Estetika memuaskan
9. Tidak menggangu oklusi
10.Tidak menyebabkan iritasi
11.Mudah dibersihkan
Oklusal adjusment
1. Definisi
- tindakan untuk mengembalikan hubungan fungsional yang menguntungkan bagi
periodonsium
- tindakan untuk menyingkirkan tekanan oklusal yang mencederai dan untuk menciptakan
stimulasi fungsional yang dibutuhkan untuk dapat dipertahankannya kesehatan periodonsium.
- Tindakan untuk menciptakan kontak oklusi harmonis yang disebabkan oleh trauma dan
penyakit periodontal.
2. Indikasi
1)Untuk mengurangi tekanan traumatik gigi-geligi yang menimbulkan:
- Peningkatan mobilitas atau fremitus agar terjadi perbaikan apparatus perlekatan periodontal
- Ketidaknyamanan selama kontak atau fungsi oklusal
2)Untuk memperoleh hubungan fungsional dan efisiensi pengunyahan melalui perawatan
restoratif, ortodontik, bedah ortognatik, ataupun trauma rahang jika diindikasikan.
3)Sebagai terapi tambahan untuk mengurangi kerusakan akibat kebiasaan parafungsional
4)Reshape gigi-geligi yang berperan dalam perlukaan jaringan lunak ini
5)Untuk menyesuaikan relasi marginal ridge dan cusp yang menyebabkan impaksi makanan
3. Kontraindikasi
1)Penyesuaian oklusal tanpa pemeriksaan, dokumentasi, dan penyuluhan pasien pra-perawatan
yang cermat
2)Penyesuaian profilaktik tanpa tanda dan gejala trauma oklusal
3)Sebagai perawatan primer inflamasi penyakit periodontal yang diinduksi oleh mikroba
4)Jika status emosional pasien tidak memberikan hasil yang memuaskan
5)Kasus ekstrusi parah, mobilitas atau malposisi gigi-geligi yang tidak akan memberikan respon
jika hanya dilakukan penyesuaian oklusal saja.
4. Klasifkasi
- Teknik fungsional : Teknik ini didasarkan pada kebiasaan oklusi yang menyimpang dari oklusi
sentrik, termasuk premature kontak gigi. Cara memperbaiki premature kontak gigi :
Groving : Tindakan untuk memperbaiki lekuk-lekuk, fisur-fisur, dan grove yang telah hilang
karena pemakaian.
Spheroiding : Pengurangan premature kontak dan kemudian mengembalikan bentuk atau
kontur gigi sesuai dengan bentuk aslinya (membulatkan).
Pointing : Membentuk tonjol-tonjol gigi.
- Coronoplasti :
Coronoplasti dibagi menjadi 2,yaitu :
a. Komperhensif : dilakukan apabila cedera akibat trauma yang melibatkan banyak gigi
sehingga diperlukan perubahan posisi mandibula.
b. Setempat : dilakukan apabila cedera akibat trauma hanya melibatkan satu atau beberapa gigi
saja.
Prosedur coronoplasti :
Menjelaskan coronoplasti pada pasien
Menyingkirkan premature retrusif
Penyelarasan posisi interkuspal untuk mendapatkan kontak yang simultan dengan banyak titik
kontak
Penyingkiran kotak yang berlebihan pada gigi insisivus dalam posisi interkuspal
Penyingkiran hambatan protusif pada gigi posterior
Penyingkiran / pengurangan hambatan mediotrusif/balancing
Pengurangan hambatan laterotrusif atau working
Penyingkiran disharmonis oklusal yang menyolok
Pengecekan ulang hubungan kontak gigi geligi
Pemolesan permukaan gigi
Pada coronoplasti komprehensif kesepuluh prosedur tersebut dilakukan, tetapi pada coronoplasti
setempat dilakukan tahap 1, 3, 4, dan 10
Skenario
1. Gambaran radiologi periodontal space
- Adanya area radiolusen antara sementum dan alveolar yang lebih besar daripada bentuk
normal. Pada kondisi normal antara gigi dan tulang alveolar ada serat2 ligamen periodontal pada
radiografi tampak sedikit radiopak ,jadi bila ada periodontal space terlihat radiolusennya lebih
jelas.
2. Perawatn untuk gigi yang luksasi derajat 3
- Reposisi gigi
- Splinting
3. Perawatan untuk gigi 32 ,31 yang ekstrusi
reposisi dan pemasangan spint ,orthodonsi
4. Mengapa pada pemeriksaaan radiografik tidak terdapat fraktur rahang namun gigi
goyah(mekanisme gigi goyah karena periodontal space)
bentuk benturan yang mengenai gigi sejajar dengantrauma mendadak trauma jaringansumbu
panjang gigi daripada sumbu tegak sudut gigi makin besar drajat menggangu saraf dan darah
ke pulpa penyangga gigi luksasi.
5. Perawatan untuk ekstraoral
- Suturing
6. Kenapa ada rasa sakit dan mengganjal bila rahang di tutup
Karena ada gigi yang ekstrusi
7. Mekanisme remodelling
reattachment atau perlekatan kembali digunakan untuk menerangkan proses regenerasi struktur
jaringan penyangga gigi setelah suatu perawatan. Perlekatan kembali lebih ditujukan untuk
menerangkan adanya reunion jaringan ikat dengan akar gigi yang terpisah karena adanya injury
atau insisi. Keadaan tersebut misalnya: setelah suatu tindakan bedah, trauma daerah sementum,
fraktur gigi, atau perawatan lesi periapikal. Istilah new attachment atau perlekatan baru
menerangkan proses reunion jaringan ikat dengan permukaan akar gigi yang terbuka karena
proses patologis. Pada keadaan ini terjadi pembentukan serat ligamentum baru yang tertanam
pada sementum baru dan melekatnya epitel gingiva pada permukaan akar gigi yang terbuka
sebelumnya karena proses penyakit. Adaptasi epitel atau epithelial adaptation berbeda dengan
perlekatan baru. Pada keadaan ini epitel gingiva melekat ke permukaan akar gigi, karena
perawatan poket yang tidak sempurna sebelumnya.
Jika tekanan yang biasa dikenakan pada gigi sewaktu beroklusi dihentikan, gigi akan kembali ke
posisi semula dalam dua stadium : stadium pertama adalah elastic recoil yang cepat seperti per,
stadium kedua adalah gerak pemulihan (recovery) yang lambat dan asimtomatis. Gerak
pemulihan adalah berupa denyutan yang tampaknya berhubungan dengan denyut normal
pembuluh darah jaringan periodontal, yang sinkron dengan denyut jantung.
Mobility Patologis
Mobility di luar batas fisiologis dinyatakan sebagai mobility yang abnormal atau patologis.
Dikatakan patologis karena melampaui batas mobility normal, dan bukan dari adanya proses
penyakit periodontal pada waktu pemeriksaan.Mobility patologis disebabkan oleh beberapa
faktor :
1. Kehilangan dukungan gigi (kehilangan tulang). Tingkat mobility tergantung pada keparahan
dan distribusi kehilangan jaringan pada setiap permukaan akar gigi, panjang dan bentuk akar, dan
ukuran akar gigi dibandingkan dengan mahkota. Dalam hal jumlah kehilangan tulang yang sama,
gigi dengan akar yang pendek dan lancip lebih cenderung menjadi goyang dibandingkan gigi
dengan ukuran akar yang normal atau bulat. Karena kehilangan tulang bukanlah satu-satunya
penyebab terjadinya mobility gigi dan mobility biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, maka
keparahan mobility gigi tidak selalu berkaitan dengan kehilangan tulang.
2. Trauma dari oklusi. Kerusakan yang disebabkan oleh tekanan oklusal yang berlebihan atau
yang terjadi karena kebiasaan oklusal seperti bruxism dan clenching, yang diperhebat oleh stres
emosional sering merupakan penyebab mobility gigi. Mobility juga meningkat karena
hipofungsi. Mobility yang disebabkan oleh trauma dari oklusi pada awalnya terjadi akibat
resorpsi lapisan cortical tulang, dan belakangan sebagai fenomena adaptasi yang disertai
pelebaran ruang ligamen periodontal.
3. Penjalaran inflamasi dari gingiva ke ligamen periodontal menyebabkan perubahan degeneratif
yang meningkatkan mobility. Perubahan biasanya terjadi pada penyakit periodontal yang telah
mulai melanjut, tetapi kadang-kadang mobility dijumpai juga pada gingivitis yang parah.
Penyebaran inflamasi dari abses periapikal akut menyebabkan mobility gigi yang temporer tanpa
dijumpainya penyakit periodontal. Mobility juga meningkat secara temporer beberapa waktu
setelah bedah periodontal.
4. Mobility gigi meningkat pada waktu kehamilan, dan kadang-kadang berkaitan dengan siklus
menstruasi atau penggunaan kontrasepsi hormonal. Peningkatan mobility ini terjadi pada pasien
dengan atau tanpa penyakit periodontal, yang diduga disebabkan oleh perubahan fisikokhemikal
pada jaringan periodonsium. Mobility bisa juga disebabkan oleh proses penyakit pada rahang
yang merusak tulang alveolar dan/atau akar gigi, seperti osteomielitis dan tumor rahang.
Migrasi Patologis
Migrasi patologis adalah pergeseran gigi yang terjadi jika kesimbangan di antara faktor-faktor
yang mempertahankan posisi gigi terganggu oleh penyakit periodontal. Migrasi patologis relatif
sering terjadi dan bisa merupakan tanda dini dari penyakit, atau bisa terjadi menyertai inflamasi
gingiva dan pembentukan saku dengan berkembangnya penyakit.
Migrasi patologis terjadi paling sering pada regio anterior, tetapi bisa juga terjadi pada gigi
posterior. Gigi bisa bergerak ke segala arah, dan migrasi biasanya disertai mobility dan rotasi.
Migrasi patologis ke arah oklusal atau incisal disebut dengan elongasi atau ekstrusi (istilah
pertama dianggap lebih tepat). Migrasi patologis bisa dijumpai dalam beberapa derajat
keparahan, dan bisa melibatkan satu atau lebih gigi. Migrasi patologis perlu dideteksi pada
stadium dini, dan mencegah akibat yang lebih serius dengan jalan menyingkirkan faktor-faktor
penyebab. Walaupun migrasi patologis masih pada stadium dini, telah terjadi kehilangan tulang
meskipun sedikit.
Patogenesa
Dua faktor utama yang berperan dalam mempertahankan posisi gigi yang normal adalah :
(1) kesehatan dan tinggi jaringan periodontium yang normal.
(2) Tekanan yang mengenai gigi. Tekanan yang mengenai gigi bisa merupakan tekanan dari
oklusi atau tekanan dari bibir, pipi dan lidah.
Dalam hubungannya dengan tekanan dari oklusi, faktor berikut adalah penting : morfologi gigi
dan inklinasi tonjol; adanya komplemen gigi yang lengkap; kecenderungan bermigrasi ke mesial
secara fisiologis; keadaan dan lokasi hubungan titik kontak; atrisi proksimal, insisal dan oklusal;
inklinasi aksial dari gigi.
Perubahan pada salah satu atau beberapa faktor-faktor tersebut akan memulai serangkaian
perubahan yang saling berkaitan pada lingkungan dari satu atau sekelompok gigi yang akan
menyebabkan migrasi patologis. Migrasi patologis terjadi pada kondisi-kondisi yang
melemahkan dukungan periodontal dan/atau meningkat atau dimodifikasinya tekanan yang
mengenai gigi.