You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGAIK II

PERCOBAAN VI
REASI KOMPLEKS EDTA

OLEH

NAMA : TAKDIR ANIS

NIM : F1C1 14 022

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN : AFANDI

LABORATORIAM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIFERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari tentang

unsur-unsur beserta reaksi yang terjadi antara unsur-unsur tersebut. Reaksi kimia

adalah suatu proses dimana zat-zat yaitu produk (hasil reaksi) terbentuk dari beberapa

zat yaitu pereaksi. Reaksi kimia dapat diketahui dengan mengamati perubahan-

perubahan. Perubahan tersebut antara lain terjadinya perubahan warna dan suhu serta

terbentuknya gas dan endapan. Suatu reaksi kimia dapat menghasilkan perubahan

warna. Pada reaksi kimia, warna zat pereaksi dan hasil reaksi dapat berbeda pada

reaksi tertentu. Reaksi kimia juga dapat diketahui dengan adanya perubahan suhu.

Suhu awal pencampuran zat pereaksi dengan suhu akhir zat hasil reaksi akan brbeda.

Perubahan suhu dapat terjadi karena adanya proses pemutusan maupun pembentukan

ikatan antar reaktan-reaktan yang bereaksi. Serta Banyak sekali reaksi yang

digunakan dalam analisis kimia anorganik kualitatif melibatkan pembentukan

endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagi suatu fase padat keluar

dari larutan. Ada beberapa macam reaksi-reaksi kimia, salah satunya yaitu reaksi

kompleks.
Reaksi pembentukan kompleks merupakan reaksi dimana Suatu ion (atau

molekul) kompleks terdiri dari satu atom pusat (ion pusat) dan sejumlah ligan yang

terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Atom pusat ini di tandai oleh bilangan

koordinasi, yang menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom ion pusat
dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masing dapat dihuni satu

ligan (monodentat) atau banyak (polidentat). Pembentukan kompleks sering dipaki

untuk pemisahan atau identifikasi. Salah satu fenomena paling umum yang muncul

bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna larutan. Berdasarkan latar

belakang diatas maka dilakukan percobaan mengenai reaksi kompleks DETA.


B. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini sebagai berikut :
Untuk mempelajari pengaruh ion logam terhadap sifat dari senyawa kompleks EDTA
C. Manfaat

Manfaat dari percobaan ini sebgai berikut :

Agar dapat mengetahui pengaruh ion logam terhadap sifat dari senyawa kompleks

EDTA
II. TINJAUAN PUSTAKA
EDTA (C10H16N2O8) merupakan pengkelat dengan ligan heksadentat yang

memiliki 6 pasangan elektron bebas yaitu di keempat gugus karboksilat dan dua atom

nitrogennya. Sedangkan asam sitrat (C6H8O7) merupakan ligan tridentat sebab asam

sitrat memiliki tiga gugus karboksilat. Adapun asam oksalat (C2H2O4) dan asam tartrat

merupakan ligan bidentat dengan dua gugus karboksilat. Hal inilah yang berpengaruh

pada kemampuan pengkelat dalam menarik logam dalam sampel minyak daun

cengkeh. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah

pasangan elektron bebas yang ada pada zat pengkelat maka semakin banyak logam

yang dapat terikat ( Saputri dkk., 2014).


Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam

pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya

kepada ion logam pusat. Ion logam pusat merupakan ion unsur transisi, yang dapat

menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Donasi pasangan elektron ligan kepada

ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks

juga disebut senyawa koordinasi. Banyaknya ikatan koordinasi dalam senyawa

kompleks, antara ion pusat dengan ligan disebut bilangan koordinasi. Bilangan

koordinasi dan struktur senyawa kompleks beragam mulai dari bilangan koordinasi

dua sampai dua belas dengan stuktur linear, tetrahedral, segi empat planar, trigonal

bipirimidal, dan oktahedral. Umumnya senyawa kompleks memiliki bilangan

koordinasi enam dengan struktur umum octahedral ( Yusthinius dkk., 2013).


Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang

berikatan dengan ligan secara kovalen kordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan
kofalen dimana ligan memberikan sepasang elektronya pada ion logam untuk

berikatan. Ikatan ini terjadi ketika ion logam menyediakan orbital kosong bagi

pasagan electron untuk berkordinasi ( Elmila dan fahimah, 2011).


Senyawa kompleks inti ganda Cu-EDTA telah berhasil disintesis melalui

reaksi antara tembaga sulfat dan etilendiamintetraasetat (EDTA). Dari metode variasi

kontinu didapatkan rumus molekul senyawa kompleks dengan perbandingan Cu dan

EDTA sebesar 3 : 2. Pembentukan senyawa kompleks Cu-EDTA optimum pada pH

2.7. Kristal hasil sintesis dikarakterisasi dengan spektroskopi UV-Vis dan inframerah.

Senyawa kompleks inti ganda Cu-EDTA memiliki panjang gelombang maksimum

sebesar 740 nm dan serapan khas yang menunjukkan vibrasi logam-ligan muncul

pada bilangan gelombang di bawah 500 cm-1 ( Inrayan dan Irmina., 2010).
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang

memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan

sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada

molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai

untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif ( Kusnoto, 2012).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 24 Maret 2016, pukul 10:00-12:30.

Bertempat di laboratorium Kimia Anorganik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan alam Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara.


B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia, pipet

tetes, gelas ukur, pengaduk.


2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan MgCl2

0,1 M, CuCl2 0,1 M, EDTA, aquades.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan

No Perbandinga Perubahan Warna Absorbans Gambar

n
1:1 Untuk larutan CuCl2 + EDTA 0,660
dari warna biru muda menjadi
biru tua

MgCl2 + EDTA warnya tetap 0.046


bening

2. 1:2 Larutan CuCl2 + EDTA dari 0,616


warna biru muda menajdi
warna iru tua

MgCl2 + EDTA warnya tetap 0,048


bening

3. 2:1 Larutan CuCl2 + EDTA dari 0,525


warna biru muda menajdi
warna iru tua

MgCl2 + EDTA warnya tetap 0,044


bening
B. Pembahasan

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari ion logam

dengan satu atau lebih ligan, Interaksi antara logam dengan ligan-ligan dapat

diibaratkan seperti reaksi asam basa lewis, di mana basa lewis merupakan zat

yang mampu memberikan satu atau lebih pasangan electron ( ligan).

EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]2) adalah antikoagulan

yang paling umum dan banyak digunakan untuk parameter pemeriksaan

hematologi. EDTA umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau

potassium (kalium), EDTA dalam bentuk garam Kalium 15 kali lebih larut dalam

air dibandingkan dalam bentuk garam Natrium.

Percobaan reaksi kompleks EDTA dilakukan dengan menggunakan bahan

larutan MgCl2 0,1 M, Cu 1 M, EDTA. Dimana larutan MgCl2 dan CuCl2 digunakan

sebagai zat yang akan di ukur nilai adsorpsinya dengan larutan EDTA menggunakan

tigga perbandingan untuk melihat pengaruh perbandingan dari larutan dengan nilai

adsorpsinya. Berdasarkan hasil pengamatan pada latan CuCl 2 + EDTA didapatkan

semakin banyak larutan CuCl2 nya semakin tinggi nilai adsorbansinya dan semakin

banyak larutan EDTA nya semakin tingi nilai adsorbansinya. Sedangkan pada

campuran larutan MgCl2 + EDTA didapatkan pada penambahan pertama nilai

adsorbansinya meningkat namun pada penambahan ke dua nilai adsorbansinya

menurun, hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada dimana pada teori dijelaskan
bahwa semakain tinggi konsentrasi dari laruta maka semakin tinggi nilai

adsorbansinya. Kesalahan yang didapatkan dipengaruhi oleh kesalahan pengamatan

saat mengukur nilai adsorbans pada alar spektrovotometri uv-vis.

Berdasarkan hokum lamber bir yang menyatakan bahwa apabila suatu sinar

monokromatis melewati suatu bidang atau senyawa maka sebagian sinarnya akan

dipantulkan, sebagiannya diteruskan dan sebagiannya lagi diserap. Hasil pengamatan

yang didapatkan dalam campuran larutan EDTA + CuCl 2 pada perbandingan 1:1, 1:2,

2:1, didapatkan nilai adsobans (0,660), (0,616), (0,525). Sedangkan dalam campuran

MgCl2 pada perbandingan 1:1, 1:2, 2:1, didapatkan nilai adsorbans ( 0,046), (0,048),

(0,044). Perbedaan nilai adsorbans yang dihasilkan disebabkan karena larutan CuCl2

merupakan larutan berwarna yang memiliki tingkat kepekatan dan kerapatan

molekul-molekul yang lebih tinggi sehingga daya adsorbansnya lebih tinggi

dibandingkan larutan MgCl2 yang jerni.


V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi konsentrasi ion logam maka nilai adsorban semakin tinggi, namun

pada ion logam magnesium klorida tidak sesuai dengan teori dikarenakan kesalahan

pada saat mengukur nilai adsorban, dimana nilai adsorbens pada perbandingan 1:1,

1:2, 2:1, untuk ion Cu adalah (0,660), (0,616), (0,525). Sedangkan untuk ion Mg

adalah ( 0,046), (0,048), (0,044).


DAFTAR PUSTAKA

Elmila I., Fahimah M., 2011, Peningkatan Sifat Magnetik Kompleks Polimer Oksalat
[N(C4H9)4] [MnCr(C2O4)3] Dengan Menggunakan Kation Organik Tetrabutil
Amonium, Prosinding Kimia FMIPA.

Indrayana S., Irmina K. M., 2010, Studi Spekroskopi UV-VIS dan Invramerah
Senyawa Kompleks Inti Ganda Cu-EDTA, Seminar Nasional Kimia.

Kusnato M. W. M., 2012, Analisis Spektroskopi UV-VIS Penentuan Konsentrasi


Permanganat (KMnO4), Fisika Fakultas MIPA.

Saputri F., Rahman R., dan Musafira, 2014, Kajian Menggunakan Pengkelat Untuk
Menurunkan Kandungan Besi Dalam Minyak Daun Cengkeh, Online Jurnal
Of Natural Science, Vol. 3, No. 2.

Yusthinius T, M., 2013., Shinthesis Of Binuclear Complex Compound Of {[Fe(L)


(NCS)2]2oks},(L=1,10-Phenantrolin and 2,2,-Bypiridine, Ind. J. Chem. Res,
Vol. 1, No. 15.

You might also like