You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akut.
Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/ streng, sedangkan diketahui
bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang
terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus. Setiap tahunnya 1
dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar
300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya. Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus
paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada
tahun 2010 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia.
Ada 3 hal yang tetap menarik untuk diketahui/diselidiki tentang obstruksi ileus, ialah :
1. Makin meningkatnya keterdapatan obstruksi ileus.
2. Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat universil; tetapi untuk mengetahui
proses patologik yang sebenarnya di dalam rongga abdomen tetap merupakan hal yang
sulit.
3. Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai gambaran klinik khas yang
dapat mendukungnya.
Untuk dapat melaksanakan penanggulangan penderita obstruksi ileus dengan cara yang
sebaik - baiknya, diperlukan konsultasi antara disiplin yang bekerja dalam satu tim dengan
tujuan untuk mencapai 4 keuntungan :
1. Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada saat keadaan umum
penderita optimal.
2. Dapat mencegah strangulasi yang terlambat.
3. Mencegah laparotomi negatif.
4. Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan penyebab obstruksinya.
Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis serta
tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan secepat yang layak
dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien
Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang devinisi obstruksi ileus, etiologi,
patofisioligi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis serta asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan intestinal pada ileus, sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar sehingga dapat meningkatkan derajat
kesembuhan pasien.

1.3 Tujuan penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui anatomi fisiologi ileus
1.3.2 Untuk mengetahui definisi ileus
1.3.3 Untuk mengetahui etiologi ileus
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi ileus
1.3.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis ileus
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada ileus
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada ileus
1.3.8 Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari ileus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi Fisiologi Ileus


A. Anatomi
Usus halus membentang dari pylorus hingga katup ileosekal. Panjang usus
halus sekitar 12 kaki atau 3,6 meter . usus ini mengisi bagian tengah dan rongga
abdomen. Ujung proksimalnya berdiameter sekitar 3,8 cm tetapi makin kebawah garis
tengahnya semakin berkurang sampai menjadi sekitar dua cm. usus halus dibagi
menjadi duodenum, jejunum dan ileum.
Panjang duedonum sekitar 25 cm mulai dari pylorus sampai jejunum.
Pemisahan duodenum dan jejunum ditandai oleh adanya ligamentum treitz yaitu suatu
pita muskulo fibrosa yang berperan sebagai Ligamentum Suspensorium
(penggantung). Sekitar 2/5 dari usus halus adalah jejunum, Jejunum terletak diregio
mid abdominalis sinistra dan ileum terletak di regio mid abdominalis dextra sebelah
bawah. Tiga perlima bagian akhir adalah ileum. Masuknya kimus kedalam usus halus
diatur oleh spingther pylorus, sedangkan pengeluaran zat yang telah tercerna kedalam
usus besar yang diatur oleh katup ileus sekal. Katup illeus sekal juga mencegah
terjadinya refluk dari usus besar ke dalam usus halus. Apendik fermivormis yang
berbentuk tabung buntu berukuran sebesar jari kelingking terletak pada daerah illeus
sekal yaitu pada apeks sekum.
Dinding usus halus terdiri dari empat lapisan dasar yang paling luar dibentuk
oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan visceral dan parietal. Ruang yang
terletak diantara lapisan-lapisan ini disebut sebagai rongga peritoneum. Omentum
memilik lipatan-lipatan yang diberi nama yaitu mesenterium yang merupakan lipatan
peritoneum lebar menyerupai kipas yang menggantung jejenum dan ileum dari
dinding posterior abdomen, dan memungkinkan usus bergerak dengan leluasa.
Omentum majus merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung dari kurva
tura mayor lambung dan berjalan turun kedepan visera abdomen. Omentum biasanya
mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi
peritoneum terhadap infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang
terbentuk dari kurvatura lambung dan bagian atas duodenum menuju ke hati,
membentuk ligamentum suspensorium hepatogastrika dan ligamentum
hepatoduodenale .
Usus halus mempunyai dua lapisan lapisan luar terdiri dari serabut serabut
longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam terdiri atas serabut serabut sirkuler.
Penataan yang demikian membantu gerakan peristaltic usus halus. Lapisan
submukosa terdiri atas jaringan ikat sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal
serta banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar yang berfungsi sebagai
absorbsi. Lapisan mukosa dan sub mukosa membentuk lipatan-lipatn sirkuler yang
disebut sebgai valvula coniventes atau lipatan kercking yang menonjol kedalam
lumen sekitar tiga sampai sepuluh millimeter. Villi merupakan tonjolan-tonjolan
mukosa seperti jari-jari yang jumlahnya sekitar 4 atau 5 juta yang terdapat di
sepanjang usus halus, dengan panjang 0,5 sampai 1,5 mm. Mikrovilli merupakan
tonjolan yang menyerupai jari-jari dengan panjang sekitar 1 mm pada permukaan luar
setiap villus. Valvula coni ventes vili dan mikrovilli sama sama-menambah luas
permukaan absorbsi hingga 1,6 juta cm2.
B. Fisiologi
Usus halus memepunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi
bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan yaitu proses pemecahan makanan
menjadi bentuk yang dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran
gastrointestinal. Proses pencernaan dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja
ptyalin, HCL, Pepsin, mucus dan lipase lambung terhadap makanan yang masuk.
Proses ini berlanjut dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pancreas yang
menghindrolisis karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana.
Mucus memberikan perlindungan terhadap asam sekeresi empedu dari hati membantu
proses pemecahan dengan mengemulsikan lemak. Sehingga memberikan permukaan
yang lebih luas bagi kerja lipase pancreas.
Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaaan karbohidrat, lemak dan
protein melalui dinding usus kedalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh
sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorbsi air, elektrolit dan vitamin. Walaupun banyak
zat yang diabsorbsi disepanjang usus halus namun terdapat tempat tempat absorbsi
khusus bagi zat-zat gizi tertentu. Absorbsi gula, asam amino dan lemak hampir selesai
pada saat kimus mencapai pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian besar
diabsorbsi dalam duodenum dan jejunum. Dan absorbsi kalium memerlukan vitamin
D, larut dalam lemak (A,D,E,K) diabsorsi dalam duodenum dengan bantuan garan-
garam empedu. Sebagian besar vitamin yang larut dalam air diabsorbsi dalam usus
halus bagian atas. Absorbsi vitamin B12 berlangsung dalam ileum terminalis melalui
mekanisme transport usus yang membutuhkan factor intrinsic lambung. Sebagian
asam empedu yang dikeluarkan kantung empedu kedalam duodenum untuk
membantu pencernaan lemak akan di reabsorbsi dalam ileum terminalis dan masuk
kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai sirkulasi entero hepatic garam empedu, dan
sangat penting untuk mempertahankan cadangan empedu.
2.2 Definisi
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau
total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan
perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini
dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
Ileus obstruktif adalah penyumbatan yang terjadi secara parsial atau komplit, mekanik
atau fungsional, yang terjadi bisa diusus halus ataupun diusus besar, dapat mengakibatkan
terhambatnya pasase cairan, flatus, dan makanan.

2.3 Etiologi
a. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif,
sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi
intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang
disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus
obstruktif di dalam masa anak-anak.
b. Hernia inkarserata eksternal ( inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau
parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan
merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi
abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen
Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
c. Neoplasma.Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi
melalui kompresi eksternal.
d. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang
mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus
dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
e. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama
masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
f. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi
usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
g. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal
yang menyebabkan obstruksi.
h. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi,
atau trauma operasi.
i. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan
cairan.
j. Benda asing, seperti bezoar.
k. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.
l. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan
kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium
2.4 Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian
intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan
dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi
mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka
tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri
sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium
akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat
menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan
terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
stranggulasi akan menyebabkan kematian. (Pice and Wilson, hal 404)
Ileus obstruksi adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal.
Obstruksi usus dapat akut atau kronis, parsial atau total (komplit), keperahannya tergantung
pada usus yang terkena, derajat dimana lumen tersumbat dan khususnya derajar dimana
sirkulasi darah dalam dinding usus terganggu.
Ileus obstruktif adalah blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus, dan
makanan, dapat secara mekanis atau fungsional. Ileus obstruktif adalah kerusakan parsial atau
komplit ke arah depan dari isi usus. Obstruksi pada ileus sering terjadi karena mempunyai
segmen yang paling sempit. Ileus obstruksi adalah keadaan dimana usus terjadi sumbatan
mencegah aliran normal dari susu melalui saluran usus yang dapat bersifat parsial atau
komplit. Abstrak Ileus obstruktif merupakan gangguan pasase usus oleh sebab adanya
sumbatan atau obstruksi dan sebab lain yang menyebabkan menyempitnya atau tersumbatnya
lumen usus.
2.5 Manifestasi Klinik
a. Mekanik sederhana usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah, peningkatan
bising usus, nyeri tekan abdomen.
b. Mekanik sederhana usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat, nyeri tekan
abdomen.
c. Mekanik sederhana kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi
muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri
abdomen, distensi ringan dan diare.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan terlokalisir, distensi
sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat.
Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
b. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid
yang tertutup.
c. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum
amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
d. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.
2.7 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok
bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus
kembali normal.
a. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan
gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer
laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah
urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric
tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum
bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.
b. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
c. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis
sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau
pertimbangan untuk dilakukan operasi: Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple
obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi
maka reseksi intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan
bedah yang dilakukan pada obstruksi ileus:
1) Koreksi sederhana (simple correction).
Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan,
misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada
volvulus ringan.
2) Tindakan operatif by-pass.
Membuat saluran usus baru yang melewati bagian usus yang tersumbat, misalnya pada
tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya
pada Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma colon,
invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang
dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun
karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan
kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
2.8 Komplikasi
a. Nekrosis usus, perforasi usus, dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama
pada organ intra abdomen.
b. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
c. Syok-dehidrasi, terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
d. Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, karena absorbsi
toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat
pada intra abdomen.
e. Pneumonia aspirasi dari proses muntah,
f. Gangguan elektrolit, karena terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit pada usus.
g. Kematian

2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien
Data yang terdapat berupa nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor registrasi,
diagnosa medik. (Umumnya terjadi pada semua umur, terutama dewasa laki
laki maupun perempuan).
2) Identitas penanggung jawab
Mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan klien.

b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada
umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya
terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji
dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus-
menerus.
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric 1
s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan
keluhan.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Klien dengan ileus obstruktif mempunyai riwayat pernah dioperasi padabagian
abdomen, yang mengakibatkan terjadinya adhesi. Klien post laparatomi
biasanya mempunyai riwayat penyakit pada system pencernaan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat dalam keluarga sedikit sekali kemungkinan mempunyai ileus
obstruktif karena kelainan ini bukan merupakan kelainan genetik, ada
kemungkinan pada keluarga dengan ileus obstruktif dan post laparatomi
mempunyai riwayat penyakit kanker dan dapat pula mempunyai riwayat
cacingan pada keluarga.
c. Pemeriksan fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
2) Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
3) Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
4) Makanan/cairan
Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-pecah. Kulit
buruk.
5) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
6) Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
7) Diagnostik Test
o Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan
dalam usus.
o Pemeriksaan simtologi
o Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
o Leukosit: normal atau sedikit meningkat
o Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah
o Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
o Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu,
volvulus, hernia)
o Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien obstruksi usus sebagai berikut :
1) Laboratorium : BUN, hematokrit, berat jenis urin meningkat, penurunan kadar
serum natrium, klorida dan kalium, leukosit meningkat, terdapat penurunan sodium
dan potassium.
2) Enema barium membantu menentukan bila obstruksi didalam kolon.
3) Pemeriksaan radiologis abdomen, foto rontgen bisa menunjukan lingkaran usus
yang melebar, yang menunjukkan lokasi dari penyumbatan dan juga bisa
menunjukkan adanya udara di sekitar usus di dalam perut yang merupakan tanda
adanya perforasi.
4) Skan CT, MRI (magnetic resonance imaging), atau ultrasound membantu
memastikan diagnosis.
5) Proktosigmoidoskopi membantu menentukan penyebab obstruksi bila didalam
kolon klien setelah laparotomi dibutuhkan pemeriksaan penunjang
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon


manusia (status kesehatan, resiko perubahan pola hidup) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi
pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah.
Diagnosa keperawatan merupakan respon klien terhadap adanya masalah
kesehatan. Oleh karena itu diagnosa keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar
manusia berdasarkan teori kebutuhan dasar Abraham Maslow.
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan ileus
obstruksi adalah sebagai berikut :
1. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/ usus.
2. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan muntah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b/d kurangnya pemanjanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.
C. Rencana Keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,


mengurangi atau mengoreksi. Beberapa komponen yang perlu diperhatikan untuk
mengevaluasi tindakan keperawatan meliputi menentukan prioritas, menentukan
kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi (Nursalam, 2001, hal
52) Adapun renana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
dengan obstruksi usus antara lain:
1. Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/ usus.
NOC: Pain Level, pain control, comfort level
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang sampai hilang.
Ekspresi wajah rileks.
TTV dalam batas normal.

(NIC)Intervensi:
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) dan faktor
pemberat/penghilang.
Rasional: Nyeri distensi abdomen, dan mual. Membiarkan pasien rentang
ketidaknyamanannya sendiri membantu mengidentifikasi intervensi yang tepat dan
mengevaluasi keefektifan analgesia.
b. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional: Respon autonomik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernafasan,
yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan energi. Abnormalitas tanda vital
terus menerus memerlukan evaluasi lanjut.
c. Memberikan tindakan kenyamanan. Mis: gosokan punggung, pembebatan insisi
selama perubahan posisi dan latihan batuk/bernafas; lingkungan tenang. Anjurkan
penggunaan bimbingan imajinasi, tehnik relaksasi. Berikan aktivitas hiburan.
Rasional: Memberikan dukungan (fisik, emosional), menurunkan tegangan otot,
meningkatkan relaksasi, mengfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol
dan kemampuan koping.
d. Palpasi kandung kemih terhadap distensi bila berkemih ditunda. Tingkatkan privasi
dan gunakan tindakan keperawatan untuk meningkatkan relaksasi bila pasien
berupaya untuk berkemih. Tempatkan pada posisi semi-fowler atau berdiri sesuai
kebutuhan.
Rasional: Faktor psikologis dan nyeri dapat meningkatkan tegangan otot. Posisi tegak
meningkatkan tekanan intra-abdomen, yang dapat membantu dalam berkemih.
Kolaborasi :
e. Berikan analgesik, narkotik, sesuai indikasi.
Rasional: Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik.
f. Kateterisasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Kateterisasi tunggal/multifel dapat digunakan untuk mengosongkan
kandung kemih sampai fungsinya kembali.
2. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan muntah.
NOC: Volume cairan seimbang.
Kriteria hasil :
Klien mendapat cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang.
Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.
Intervensi:
a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi, perubahan
TD, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24 jam
pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang atau bengkak insisi
berlebihan. Rasional: Tanda-tanda awal hemoragi usus atau pembentukan
hematoma, yang dapat menyebabkan syok hipovolemik.
b. Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membran
mukosa.
Rasional: Memberi informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.
c. Perhatikan adanya edema.
Rasional: Edema dapat terjadi kerena perpindahan cairan berkenaan dengan
penurunan kadar albumin serum/protein.
d. Pantau masukan dan haluaran, perhatikan haluaran urine, berat jenis,. Kalkulasi
keseimbangan 24 jam, dan timbang berat badan setiap hari.
Rasional: Indikator langsung dari hidrasi/perfusi organ dan fungsi. Memberikan
pedoman untuk penggantian cairan.
e. Perhatikan adanya/ukur distensi abdomen.
Rasional: Perpindahan cairan dari ruang vaskuler menurunkan volume sirkulasi
dan merusak perfusi ginjal.
f. Observasi/catat kuantitas, jumlah dan karakter drainase NGT. tes pH sesuai
indikasi. Anjurkan dan bantu dengan perubahan posisi sering.
Rasional: Haluaran cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan
eletrolit dan alkalosis metabolik dengan kehilangan lanjut kalium oleh ginjal yang
berupaya untuk mengkompensasi. Hiperasiditas, ditunjukkan oleh pH kurang dari
5, menunjukkan pasien beresiko ulkus stres. Pengubahan posisi mencegah
pembentukan magenstrase di lambung, yang dapat menyalurkan cairan gastrik dan
udara melalui selang NGT ke dalam duodenum. Kolaborasi:
g. Pertahankan potensi penghisap NGT/usus.
Rasional: Meningkatkan dekompresi usus untuk menurunkan distensi/tekanan di
garis jahitan dan menurunkan mual/muntah, yang dapat menyertai anastesia,
manipulasi usus atau kondisi yang sebelumnya ada, mis: kanker.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
NOC: Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
Berat badan stabil.
Pasien tidak mengalami mual muntah.
(NIC)Intervensi:
a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna
makanan, mis: status puasa, mual, ileus paralitik setelah selang dilepas.
Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi.
b. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen; catat pasase flatus.
Rasional: Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2-4 hari).
c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan
tinggi protein dan vitamin
Rasional: Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet. Protein/vitamin C
adalah kontributor utuma untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi
adalah fator dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi.
d. Observasi terhadap terjadinya diare; makanan bau busuk dan berminyak.
Rasional: Sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah pembedahan usus halus,
memerlukan evaluasi lanjut dan perubahan diet, mis: diet rendah serat.
Kolaborasi :
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis: proklorperazin (Compazine).
Antasida dan inhibitor histamin, mis: simetidin (tagamet).
Rasional: Mencegah muntah. Menetralkan atau menurunkan pembentukan asam
untuk mencegah erosi mukosa dan kemungkinan ulserasi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosi dan kebutuhan pengobatan b/d
kurangnya pemanjanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi, keterbatasan kognitif.
NOC: Menyatakan paham terhadap proses penyakitnya.
Kriteria hasil :
Klien dan keluarga mengetahui penyakit yang diderita
Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses belajar
Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengobatan

(NIC)Intervensi:
a. Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat dan kebutuhan diet.
Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi usus.
b. Tinjau ulang perawatan selang gastrostomi bila pasien dipulangkan dengan alat
ini.
Rasional: Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan kemampuan perawatan
diri.
c. Tinjau perawatan kulit disekitar selang.
Rasional: Membantu mencegah kerusakan kulit dan menurunkan resiko infeksi.
d. Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis, mis demam
menetap, bengkak, eritema, atau terbukanya tepi luka, perubahan karakteristik
drainase.
Rasional: Pengenalan dini dari komplikasi dan intervensi segera dapat mencegah
progresi situasi serius dan mengancam hidup.
e. Tinjau ulang keterbatasan/pembatasan aktivitas, mis: tidak mengangkat benda
berat selama 6-8 minggu dan menghindari latihan dan olahraga keras.
Rasional: Menurunkan resiko pembentukan hernia.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY D
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN ILEUS OBSTRUKSI
DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TANGGAL 19 MEI 2015

A. PENGKAJIAN
1. Identitas NO RM : 442226
Klien
Nama : Ny. D
Umur : 56 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Bugis
Alamat : Lepo-lepo
Tanggal masuk :16-05-2015
Tanggal Pengkajian :19-05-2015
Sumber Informasi : Klien
Diagnosa Masuk : Ileus Obstruksi Parsial
Penanggung
Nama : Ny R
Hubungan dengan pasien : Anak

2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama (saat ini)
Klien mengatakan tidak bisa BAB seminggu
Keluhan yang menyertai
- Klien mengatakan ingin minum
- Klien mengatakan tenggorokannya terasa kering
- Klien mengatakan masih berpuasa
- Klien mengatakan belum bisa buang angin (flatus)
- Klien mengatakan tidak usah operasi, klien ingin pengobatan alterrnatif
- Klien mengatakan khawatir akan tindakan operasi
Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Klien masuk ke IGD tanggal 15-05-2015 pukul 19.45 dengan keluhan tidak
bisa BAB 4 hari yang lalu, muntah 4x, klien sempat berobat ke Rs Aliyah dan
di rujuk ke Rs Bahtramas.Tanggal 16-05-2015 klien pindah ke ruang mawar
bedah untuk menjalani perawatan lanjutan.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien langsung datang berobat ke Rs.
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan pernah menderita penyakit yang sama
Pernah dirawat
Klien mengatakan pernah menjalani operasi laparatomi dengan penyakit yang
sama 6 bulan yll
Riwayat alergi : Ya Tidak
Jelaskan:
............................................................................................................................
......
Riwayat Transfusi : Ya Tidak
Kebiasaan :
Merokok Ya Tidak

Sejak : ................................. Jumlah : ..............................................

Minum Kopi Ya Tidak
Sejak : ................................. Jumlah : ..............................................
Penggunaan Alkohol Ya Tidak

Sejak : ................................. Jumlah : ..............................................
Lain-lain : .........................................................................................
Jelaskan :...........................................................................................
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit kronis atau
penyakit menular
4. Diagnosa Medis dan Therapy
Dx :Ileus obstruksi
Therapy : IVFD infus RL : D5% (2:2)
Ranitidine 1A/IV/12 jam
Ceftriaxone 1gr/IV/12 jam
5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
- Klien mengatakan jika ada keluarga yang sakit mereka segera membawa ke
puskesmas atau RS terdekat.
b. Nutrisi/metabolik
- Klien mengatakan masih disuruh berpuasa
- Klien mengatakan mual
c. Pola eliminasi
- Klien mengatakan belum bisa BAB seminggu
- Klien mengatakan tidak bisa buang angin (flatus)
d. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4
: tergantung total
e. Oksigenasi
- Tidak terpasang oksigen
f. Pola tidur dan istirahat
- Klien mengatakan tidak ada masalah
g. Pola kognitif-perseptual
- Saat pengkajian klien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan
penglihatan normal
h. Pola persepsi diri/konsep diri
- Harga diri : tidak terganggu
- Ideal diri : tidak terganggu
- Identitas diri : tidak terganggu
- Gambaran diri: tidak terganggu
- Peran diri : klien mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa
i. Pola seksual dan produksi
- Klien mengatakan tidak ada keluhan
j. Pola peran-hubungan
- Klien mengatakan selama sakit klien tidak bisa menjalankan perannya
sebagai ibu rumah tangga.
k. Pola manajemen koping stress
- Klien mengatakan ingin cepat sembuh
- Klien mengatakan tidak usah operasi, klien ingin pengobatan alternatif lain
l. Pola keyakinan-nilai
- Klien beragama Islam. Klien mengatakan sebelum sakit rajin beribadah
namun selama dirawat klien tidak pernah beribadah.
6. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Klien tampak sedang
Kesadaran : 15
GCS : E: 4 V: 5 M: 6
TTV : TD : 140/80mmhg Nadi : 80x/m Suhu :3650 C RR : 20x/m
a. Kulit, Rambut, dan Kuku
Distribusi rambut :


Lesi Ya Tidak
Warna kulit Ikterik Sianosis Kemerahan Pucat
Akral Hangat Panas Dingin Kering

Turgor : tidakl elastic

Oedem Ya Tidak Lokasi :


Warna kuku : Pink Sianosis Lain-lain
Lain-lain :

..................................................................................................................................
......
b. Kepala dan Leher
Kepala Simetris Asimetris, Lesi : Ya
Tidak
Deviasi Trakea Ya Tidak
Pembesaran kelenjar tiroid Ya Tidak
Lain-lain :

..................................................................................................................................
......
c. Mata dan Telinga
Gangguan penglihatan Ya Tidak
Menggunakan kacamata Ya Tidak Visus :
Pupil Isokor Anisokor Ukuran :
Sklera/konjungtiva Anemis Ikterus
Gangguan pendengaran Ya Tidak
Menggunakan alat bantu dengar Ya Tidak
d. Sistem Pernafasan
Batuk Ya Tidak
Sesak Ya Tidak
- Inspeksi :
- Hidung tampak simetris
- Tidak ada epistaksis
- Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada polip
- Perkusi :
- Suara paru sonor
- Auskultasi :
- Suara napas vesikuler

e. Sistem Kardiovaskuler
Nyeri dada Ya Tidak
Palpitasi Ya Tidak
CRT <3 dtk >3 dtk
- Inspeksi :

- Dada tampak simetris
- Tidak ada udema
- Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
- Perkusi :
- Suara jantung pekak
- Auskultasi :
- Tidak ada suara jantung tambahan

f. Payudara Wanita dan Pria


Tidak ada keluhan
g. Sistem Gastrointestinal
Mulut Bersih Kotor Berbau
Mukosa Lembap Kering Stomatitis

Pembesaran hepar Ya Tidak
Abdomen Meteorismus Asites Nyeri tekan
Peristaltik : 15x/mnt
Lain-lain :
- Perkusi : suara hipertimpani
h. Sistem Urinarius
Penggunaan alat bantu/kateter Ya Tidak
Kandung kencing, nyeri tekan Ya Tidak

Gangguan Anuria Oliguria Retensi

Inkontinensia
Nokturia Lain-lain :

i. Sistem Reproduksi Wanita/Pria


- Tidak ada masalah

j. Sistem Saraf
GCS : 15 Eye : 4 Verbal : 5
Motorik : 6
Rangsangan meningeal Kaku kuduk Kering
Brudzinski I Brudzinski II
Refleks fisiologis Patela Trisep Bisep Achiles
Refleks patologis Babinski chaddock Oppenheim
Rossolimo Gordon Schaefer
Stransky Gonda
Gerakaninvolunter : .................................................................................................
.....
k. Sistem Muskuloskeletal
Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
Deformitas Ya Tidak Lokasi :
Fraktur Ya Tidak Lokasi :
Kekakuan Ya Tidak
Nyeri Sendi/otot Ya Tidak
Kekuatan otot :
Lain-lain :
..................................................................................................................................
......
l. Sistem Imun
Perdarahan gusi Ya Tidak
Perdarahan lama Ya Tidak


Pembengkakan KGB Ya Tidak Lokasi :

Keletihan/kelemahan Ya Tidak


Lain-lain :
..................................................................................................................................
......
m. Sistem Endokrin
Hiperglikemia Ya Tidak
Hipoglikemia Ya Tidak
Luka gangrene Ya Tidak
Lain-lain :

..................................................................................................................................
......
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium yang berhubungan
Pemeriksaan darah lengkap
Parameter Result Ref.Range
WBC 21.4 x 103 UL (4.0-12)
Lymp# 1.8 x 103 UL (0.8-4.0)
Midh# 1.2 x 103 UL (0.1-1.2)
Grand# 18,4 x 103 UL (2.0-7.0)
Lymp% 8.6 % (20.0-40.0)
Midh% 5.4% (3.0-14.0)
Grand% 86% (50.0-70.0)
HGB 10.1 g/dL (12-16)
RBC 4.41 x 103 UL (4.00-5.50)
HCT 30.2 % (40.0-54.0)
MCV 68.5 fI (80.0-100.0)
MCH 22.9 pg (27.0-34.0)
MCHC 33.4 g/dL (32.0-36.0)
RDW-CV 16.0% (11.0-16.0)
RDW-SD 32.5 fL (35.0-56.0)
PLT 274 x 103 UL (150-400)
MPV 8.8 fL (6.5-12)
PDW 15.0 (9.0-17.0)
PCT 0.241 (0.108-0.282)
b. Pemeriksaan radiologi
- Foto polos abdomen tiga posisi

c. Hasil konsultasi
- Distribusi udara tidak sampai di distal colon
- Tampak dilatasi loop2 usus halus, colon kesan colaps
- Tidak tampak udara bebas subdiafragma
- Psoas line & preferitonial fat line intake
Kesan : Ileus obstruksi letak tinggi

d. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain


GDS 69 mg/dl (70-180)

FORMAT
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Analisa Data
Nama Pasien :Ny D No. RM : 442226
Umur :56 tahun

N TANGGAL DATA MASALAH


O
1. 19-05-2015 Ds: Kekurangan volume
- Klien mengatakan masih berpuasa cairan
- Klien mengatakan ingin minum
- Klien mengatakan tenggorokannya terasa kering

Do:
- Mukosa bibir klien tampak kering
- Bibir tampak pecah-pecah
- Turgor kulit tidak elastis

2. Ds:
- Klien mengatakan belum bisa BAB seminggu Konstipasi
- Klien mengatakan belum bisa buang angin
(flatus)
- Klien mengatakan perasaan penuh dibagian
perut

Do:

- Perut klien tampak kembung


- Peristaltik usus 15x/menit

3.
Ds:
Ancietas
- Klien mengatakan tidak usah operasi, klien
ingin pengobatan alternatif
- Klien mengatakan khawatir akan dioperasi
- Klien mengatakan ingin cepat sembuh

Do:
- Klien tampak cemas
- Tampak klien menolak tindakan operasi
- TTV.TD: 140/80mmhg

2. Pathway Kasus Masalah Keperawatan


3. Diagnosis Keperawatan ( Berdasarkan Prioritas)

N Tanggal Diagnosis Keperawatan Paraf


O
1. 19-05-2015 Kekurangan volume cairan b/d intake tidak adekuat ditandai
dengan :
Ds :
- Klien mengatakan masih berpuasa
- Klien mengatakan ingin minum
- Klien mengatakan tenggorokannya terasa kering
Do:
- Mukosa bibir klien tampak kering
- Bibir tampak pecah-pecah
- Turgor kulit tidak elastis

2. Konstipasi b/d disfungsi motilitas gastrointestinal ditandai


dengan :
Ds:
- Klien mengatakan belum bisa BAB seminggu
- Klien mengatakan belum bisa buang angin (flatus)
- Klien mengatakan perasaan penuh dibagian perut
- Klien mengatakan perutnya kembung
Do:
- Perkusi: hipertimpani
- Peristaltik usus 15x/menit

3.

Ancietas b/d tindakan pembedahan, prosedur preoperative


ditandai dengan:
Ds:
- Klien mengatakan tidak usah operasi, klien ingin
pengobatan alternatif
- Klien mengatakan sudah pernah operasi sebelumnya
- Klien mengatakan ingin cepat sembuh
Do:
- Klien tampak cemas
- Tampak klien menolak tindakan operasi
- TTV : TD 140/80 mmhg

FORMAT
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien :Ny D No. RM : 442226


Umur : 56 Tahun Hari/Tanggal` : Selasa/19-05-2015
Jam Tindakan Keperawatan Dx. Keperawatan Paraf
15.00 Memonitor vital sign
Hasil: TD Hasil TD: 110/80mmhg, N:76x/m, S: 360C,
R: 18x/m
15.05 Monitor status hidrasi
Hasil : mukosa bibir tampak kering, turgor kulit tidak
elastis
15.10
Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
15.15 Auskultasi bising usus
Hasil 15x/m
15.16 Kaji adanya flatus
Hasil: tdk ada
15.17 Kaji adanya distensi abdomen
Hasil: ada
15.18 Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga penyebab
terjadinya gangguan dalam BAB
Hasil: klien &keluarga mengerti penyebab
penyakitnya
16.00
Monitor berat badan
Hasil: sebelum sakit 50 kg
16.05 Kolaborasi pemberian cairan IV
Hasil: terpasang IVFD RL 20x/m
16.10 Menggunakan pendekatan yang menenangkan
Hasil : klien merasa nyaman berkomunikasi
16.15 Mengidentifikasi tingkat kecemasan
Hasil : kecemasan sedang
16.20 Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan
kecemasan
Hasil: klien mampu mengungkapkan kecemasannya
16.30 Memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis,tindakan prognosis
16.35 Hasil:klien masih kurang paham
Melibatkan keluarga untuk mendampingi klien.
Hasil : keluarga kooperatif

FORMAT
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien :Ny D No. RM : 442226


Umur : 56 Tahun Hari/Tanggal` : Rabu/20-05-2015

Jam Tindakan Keperawatan Dx. Keperawatan Paraf


15.00 Memonitor vital sign
Hasil: TD Hasil TD: 120/80mmhg, N:76x/m, S:
360C, R: 18x/m
15.05 Monitor status hidrasi
Hasil : mukosa bibir tampak kering, turgor kulit
tidak elastis
15.10
Monitor status cairan termasuk intake dan output
15.15 cairan
Auskultasi bising usus
15.16 Hasil 17x/m
Kaji adanya flatus
15.17 Hasil: tdk ada
Kaji adanya distensi abdomen
15.18 Hasil: tidak ada
Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga
penyebab terjadinya gangguan dalam BAB
Hasil: klien &keluarga mengerti penyebab
16.00
penyakitnya
Monitor berat badan
16.05 Hasil: sebelum sakit 50 kg
Kolaborasi pemberian cairan IV
16.10 Hasil: terpasang IVFD RL 20x/m
Menggunakan pendekatan yang menenangkan
16.15 Hasil : klien merasa nyaman berkomunikasi
Mengidentifikasi tingkat kecemasan
16.20 Hasil : kecemasan sedang
Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan
kecemasan
16.30
Hasil: klien mampu mengungkapkan kecemasannya
16.35 Melibatkan keluarga untuk mendampingi klien.
Hasil : keluarga kooperatif
Memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis,tindakan prognosis
Hasil:klien mengatakan sudah paham

FORMAT
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien :Ny D No. RM : 442226


Umur : 56 Tahun Hari/Tanggal` : Kamis/21-05-2015

Jam Tindakan Keperawatan Dx. Keperawatan Paraf


09.00 Memonitor vital sign
Hasil: TD Hasil TD: 140/90mmhg,
N:76x/m, S: 360C, R: 20x/m
Monitor status hidrasi
09.05
Hasil : mukosa bibir tampak kering,
turgor kulit tidak elastis
Monitor status cairan termasuk intake
09.10
dan output cairan
Auskultasi bising usus
09.15
09.16 Hasil 20x/m
Kaji adanya flatus
09.17 Hasil: tdk ada
09.18 Kaji adanya distensi abdomen
Hasil: tidak ada
Berikan penjelasan kepada klien dan
11.00 keluarga penyebab terjadinya
gangguan dalam BAB
11.05 Hasil: klien &keluarga mengerti
11.10
penyebab penyakitnya
Monitor berat badan
11.15 Hasil: sebelum sakit 50 kg
11.20 Kolaborasi pemberian cairan IV
Hasil: terpasang IVFD RL 20x/m
Menggunakan pendekatan yang
11.30 menenangkan
Hasil : klien merasa nyaman
11.35 berkomunikasi
Mengidentifikasi tingkat kecemasan
Hasil : kecemasan sedang
Mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan kecemasan
Hasil: klien mampu mengungkapkan
kecemasannya
Melibatkan keluarga untuk
mendampingi klien.
Hasil : keluarga kooperatif
Memberikan informasi faktual
mengenai diagnosis,tindakan
prognosis
Hasil:klien mengatakan sudah paham

FORMAT

EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. D No. RM : 442226
Umur : 56 Tahun Hari/Tanggal` : selasa/ 19-05-2015

Jam Dx. Keperawatan Evaluasi Keperawatan (SOAP) Paraf


Kekurangan S : - Klien bertanya sampai kapan disuruh berpuasa. D/s
19.00
volume cairan b/d O : - Mukosa bibir tampak kering
intake tidak - Turgor kulit tidak elastis
adekuat A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan

Konstipasi b/d
disfungsi motilitas
S : - Klien mengatakan belum bisa BAB seminggu
19.05
gastrointestinal
O : - perut kembung
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
Ancietas b/d
tindakan
pembedahan,
19.10 prosedur S : - Klien bertanya tentang tindakan yang akan
preoperative dilakukan
- Klien mengatakan mau di operasi
O: - Klien tampak cemas
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

FORMAT

EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. D No. RM : 442226
Umur : 56 Tahun Hari/Tanggal` : Rabu/ 20-05-2015

Jam Dx. Keperawatan Evaluasi Keperawatan (SOAP) Paraf


Kekurangan S : - Klien mengatakan bibirnya hanya bisa diolesi air D/s
19.00
volume cairan b/d minum
intake tidak O : - Mukosa bibir tampak kering dan pecah-pecah
adekuat - Turgor kulit tidak elastic
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan

Konstipasi b/d
disfungsi motilitas
gastrointestinal S : - Klien mengatakan belum bisa BAB dan buang
19.10
angin
O : - perut kembung
A: Masalah belum teratasi
Ancietas b/d
P: Intervensi di lanjutkan
tindakan
pembedahan,
prosedur
S : -Klien menanyakan kapan jadwal operasinya
preoperative
19.25
dilakukan
O: -Tampak klien kooperatif
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

FORMAT

EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. D No. RM : 442226
Umur : 56 Tahun Hari/Tanggal` : kamis/ 21-05-2015

Jam Dx. Keperawatan Evaluasi Keperawatan (SOAP) Paraf


Kekurangan S : - Klien mengatakan mukosa bibirnya kering D/p
13.00
volume cairan b/d O : - Mukosa bibir tampak kering
intake tidak Turgor kulit tidak elastic
adekuat A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan

Konstipasi b/d
disfungsi motilitas
S : - Klien mengatakan belum bisa BAB
13.05
gastrointestinal
O : - perut kembung
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
Ancietas b/d
tindakan
pembedahan,
13.10 prosedur S : - Klien mengatakan sudah siap jika akan dilakukan
preoperative operasi
- Klien minta di doakan semoga cepat sembuh
O: -Klien tampak cemas
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus. Peristiwa
patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah
obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya
pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya
hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas (70
% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan
pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah.

B. Saran
-

You might also like