You are on page 1of 16

Landasan Teoritis

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang timbul secara mendadak, progresif cepat, berupa
deficit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatic ( Arif, Mansjoer, 2000 ).
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun global akut dengan tanda
dan gejala sesuai bagian otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan dan yang dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan cepat atau kematian, akibat gangguan aliran darah ke otak
karena perdarahan atau pun non perdarahan. ( Dr. Iskandar, J 2004 )
Klasifikasi stroke
Bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga
jam ( kebanyakan 10 20 menit), tapi kurang dari 24 jam disebut sebagai serangan iskemia otak
sepintas ( transient ischemia attack = TIA)
Stroke dapat dibagi menjadi dua :
1. Stroke Hemoragik adalah robek atau pecahnya pembuluh darah diotak sehingga iskemia (
Pengurangan aliran ). Terjadi dalam keadaan santai dan istirahat maupun sedang bangun
dari tempat tidur
2. Stroke Non Hemoragik adalah gangguan aliran darah yang berkurang atau terhenti pada
sebagian daerah di otak. Gangguan peredaran darah ini mengakibatkan fungsi otak
terganggu dan bila berat dapat mengakibatkan kematian sebagian sel-sel otak ( disebut
infark ). Terjadi pada saat melakukan aktifitas.
.

2. Anatomi Fisiologi
Struktur susunan saraf
Susunan saraf adalah suatu sistem yang mengkontrol tubuh kita yang terus-menerus
menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistem hormon. Susunan
saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan tubuh, organ dan
sistem organ manusia
a. Susunan saraf sadar ( Voluntary neurous system ) mengkontrol fungsi yang dikendalikan
oleh keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot rangka dan menghantarkan
impuls sensoris ke otak : melalui saraf ini kita dapat melakukan gerak aktif dan
menyadari keadaan diluar tubuh kita dan secara sadar mengendalikannya
b. Susunan saraf otonom / tak sadar ( automatic neuros system ) saraf ini menjaga organ
tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik, seperti : hati, paru-paru, jantung dan
saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti makan, metabolisme,
sirkulasi darah dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan susunan saraf otonom.
Susunan saraf otonom dibagi lagi menjadi susuna saraf simpatis ( menyebabkan tubuh
dalam keadaan aktif ) dan susuna saraf parasimpatis ( sistem pengontrol konstruktif dan
yang menenangkan )
Kalsifikasi secara anatomi saraf terdiri dari
a. susunan saraf pusat ( central nervous System ) terdiri dari otak dan medulla spinalis.
Merupakan pusat pengendali tubuh / memberikan respons yang seduai dengan stimulus
yang datang
b. Susunan saraf tepi ( peripheral nervous system ) ialah semua saraf selain otak dan medulla
spinalis. Saraf ini merupakan penghubung antara otak dan organ-organ target seperti : otot,
kulit, organ-organ bagian daam. Serabut saraf yang menghantarkan impuls dan dari organ
target kesusunan saraf pusat disebut saraf aferen. Lalu informasinya diterima oleh alat
penerima khusus yang disebut reseptor sebaliknya serabut saraf eferen membawa impuls
dari susunan saraf pusat ke target organ sehingga terjadi reaksi tubuh seperti pergerakan,
meningkatkan tekanan darah atau denyut jantung dan lain-lain.
Struktur Otak
Otak merupakan kumpulan sel-sel saraf yang paling besar dalam tubuh manusia.
Beratnya sekitar 1400 gram. Dari dalam kea rah luar, otak diselubungi oleh tiga lapisan
meningen, lapisan pelindung yang paling luar adalah tengkorak. Otak bukan massa yang
uniform, melainkan suatu organ yang sangat kompleks. Secara fungsional dan anatomis
otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Batang otak yang menghubungkan medulla Spinalis dengan Serebrum, terdiri dari
Medulla Oblongata, pons dan Mesensfalon (otak tengah)
- Medulla Oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan
medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari Serebrum dan
berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Di medulla oblongata berkas ini
menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut jalur poramidalis, itu sebabnya
jika kerusakan otak bagian kiri akan menyebbkan kelumpuhan bagian kanan tubuh
dan sebaliknya. Selain traktus piramidalis, ada kelumpuhn sel-sel sraf yang terlrtak
di medulla oblongata, yakni pusat otonom,yang mengontrol fungsi vital seperti
pernafasan, denyut jantung dan tonus pembuluh darah.
- Pons berupa inti ( nucleus ) pons, merupakan switch dari jalur yang
menghubungkan kortreks serebri dan serebellum.
- Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla
oblongata dan diensefalon pada Mesensefalon terdaapat formation retikularis, suatu
rangkaian penting yang antara lain mengatur irama tidur dan bangun, mengontrol
reflek menelan dan muntah
b. Otak Kecil (Cerebellum)
Cerebellum terletak dibelakang Fossa kranialis dan melekat kebagian belakang
batang otak. Cerebellum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan
mengatur koordinasi gerakan yang diterima dari segmen posterior medulla spinalis
yang memberi informasi tentang keregangan otot dan tendo serta posisi-posisi sendi
c. Otak Besar (Cerebrum)
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu:
hemisper kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemisper dipisahkan oleh pistura
longitudinal. Dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar (korpus
kolosum)
d. Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah
- Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls aferen dari seluruh
tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya kesegmen otak yang lebih tinggi
kekapsulla interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas saraf penting
yang datang dari serebri dan di kompres kedalam rongga yang kecil
e. Hipothalamus
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom, juga
mempengaruhi metabolisme, absorpsi makanan dan mengatur suhu tubuh, karena
letaknya sangat dekat dengan kelenjar Pituiteri.
f. Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat
menimbulkan diskinesia dramatis yang disebut hemibalismus yang ditandai oleh
gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Gerakan
infolunter biasanya lebih nyata pada tangan dari pada kaki
g. Epitalamus

Berhubungan dengan sistem limbik dan berperan pada beberapa dorongan emosi
dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Pembuluh darah yang mendarahi otak terdiri dari :
1) Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita
raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula. Sepasang
pembuluh darah ini setelah masuk kerongga
tengkorak akan bercabang menjadi tiga :
a. sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
b. sebagian menuju otak bagian tengah (arteri serebri Postorior)
c. sebagian menuju otak bagian belakang (arteri serebri Postorior)
ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut
arteri komunikan postorior
2) Sepasang pembuluh darah vertebraris : denyut pembuluh darah ini tidak dapat
diraba oleh karena kedua pembuluh darah ini menyelusup kebagian samping
tulang leher. Pembuluh darah ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil.
Kedua pembuluh darah tersebut akan saling berhubungan pada permukaan
otak pembuluh darah yang disebut anastomosis.
3. Etiologi
Stroke dapat disebabkan oleh :
1) Aneurisma (pelebaran pembuluh darah setempat karena salah perkembangan atau
kemunduran dinding pembuluh)
2) Angioma (tumbuhan jinak yang berasal dari pembuluh-pembuluh)
3) Lesi aterosklerotik (kerusakan jaringan karena timbunan zat lemak didalam dan
dibawah dinding pembuluh nadi)
4) Trauma kepala
Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan terhadap
serangan struke, dimana faktor resiko ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
1) Yang tidak dapat dikontrol :
a. faktor genetik atau keturunan, sampai sekarang masih belum dapat dipastikan gen
mana penentu terjadinya stroke.
b. Umur, insiden stroke meningkat seiring bertambahnya usia, setelah umur 55 tahun
resiko stroke iskemik meningkat dua kali lipat tiap decade. Menurut Schutz
penderita yang berumur antara 70 79 tahun banyak menderita perdarahan
intracranial
c. Jenis kelamin, laki-laki lebih cenderung terkena stroke lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut, laki-laki dan
wanita hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berusia 45 tahun bila bertahan hidup
sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke 25%, sedangkan resiko bagi wanita
hanya 20 %. Pada laki-laki cenderung terkena stroke iskemik, sedangkan wanita
lebih sering menderita perdarahan subaraknoid dan kematiannya dua kali lebih
tinggi dibandingkan laki-laki
d. Ras, tingkat kejadian stroke diseluruh dunia tertinggi dialami oleh orang Jepang
dan Cina
2) Yang dapat dikontrol
a. Hypertensi (tekanan darah tinggi), dapat menyebabkan stroke iskemik maupun
perdarahan, tetapi kejadian stroke perdarahan akibat hypertensi lebih banyak
sekitar 80%. Pada perdarahan hipertensi kronis diduga hanya menyebabkan lipo
hialinosis parenkim pada pembuluh darah kecil. Hypertensi pada kasus stroke
iskemik terjadi karena adanya injury (cedera) pada sel endotel pembuluh darah
yang kemudia berkembang menjadi plak aterosklerotik yang dapat mempersempit
lumen pembuluh darah.
b. Diabetes Melitus (kencing manis), menyebabkan stroke iskemik karena
terbentuknya plak arterosklerotik pada dinding pembuluh darah yang disebabkan
gangguan metabolisme glukosa sistemik. Peningkatan resiko stroke pada pasien
DM diduga karena hyperinsulinemia, peningkatan kadar kadar trigliserida total,
kolesterol HDL turun, berkurangnya fungsi fasodilatasi arterior serebral.
c. Alkohol, konsumsi alkohol mempunyai efek ganda atas resiko stroke apabila
konsumsi alkohol kurang dari 40 ml perhari secara merata akan mengurangi
kejadian stroke iskemik dengan jalan meningkatkan kadar HDL dalam darah.
Tetapi jika konsumsi alcohol lebih dari 60 ml/hari maka akan menambah resiko
stroke.
d. Kelainana anatomis, seperti kelanaina vaskuler berupa malformasi pembuluh
darah intracranial.
e. Penyakit jantung, emoli dari jantung merupakan penyebab stroke sebesar 15
20% berupa atrial vibrilasi, katub frostetik, stenosis mitral, endokarditis, mixoma
atrial, infark miocard akut, prolaps katub mitral.
f. Transient Ishemic Attack (TIA) atau serangan stroke sementara merupakan
predictor stroke yang kuat. Resiko ancaman terkena stroke ulangan setelah
serangan TIA pada bulan pertama sebesar 4 8% dalam tahun pertama 12 13%
dalam lima tahun sebesar 24 29%.
g. Merokok, berefek pada proses pembentukan plak aterosklerotik, hematologik dan
reologik. Terutama rokok sigaret merupakan suatu factor resiko dari
perkembangan atero sklerotik karena meningkatkan oksidasi lemak.
h. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah,
meningkatkan kadar kolestrol HDL dan menurunkan kolesterol LDL, menurunkan
berat badan pendorong berhenti merokok.
i. Diit, pola makan dapat mempengaruhi resiko stroke melalui efeknya pada tekanan
darah, kadar kolesterol serum, gula darah, berat badan, sebagai precursor
aterosklerosis lainnya. Pengurangan asupan garam, natrium pada penelitian dapat
menurunkan kejadian stroke, melalui efeknya terhadap penurunan natrium yang
dapat meningkatkan tekanan darah. Studi Zulphen menyatakan bahwa konsumsi
ikan lebih dari 20 gram sehari menurunkan resiko stroke.
j. Obesitas belum diketahui secara pasti hubungannya dengan kejadian stroke.
Obesitas memicu proses aterosclerosis yang dihubungkan dengan hipertensi,
hiperlipidemia dan kencing manis. Obisitas dapat menyebabkan terjadinya stroke
lewat efek snoring atau mendengkur. Karena terhentinya suplai oksigen secara
mendadak diotak.
k. Stress, dapat mengakibatkan hati memproduksi radikal bebas lebih banyak selain
itu stress dapat menurunkan fungsi imunitas tubuh serta juga menyebabkan
gangguan fungsi hormonal. Beberapa bentuk stress yaitu:
- Stress biologis, berupa infeksi oleh bakteri, virus, jamur, dan lain-lain pada
sel-sel tubuh.
- Stress psikis, seperti mental atau emosional. Pada stress psikis jika tidak
dikontrol dengan baik akan menimbulkan kesan pada tubuh adanya keadaan
bahaya, respon tubuh secara berlebihan dengan menghasilkan hormon-hormon
yang membuat tubuh waspada seperti, kortisol, katekolamin, epinefrin dan
adrenalin yang berdampak buruk bagi tubuh.
- Stress fisik dapat berupa aktivitas fisik yang berlebihan, misalnya bekerja
keras secara berlebihan
4. Patofisiologi
Besarnya otak kira-kira 2% dari berat badan, namun otak menggunakan 20% dari
curah jantung per menit dan memerlukan 400 Kkal glukosa per hari. Rata-rata aliran
darah serebral adalah 750 ml/menit dan pada saat istirahat mengkonsumsi 25% dari
kebutuhan oksigen seluruh tubuh. Dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan
untuk metabolisme otak yang mana 90% aerobic dan 10% anairobik. Bila otak tidak
mendapat aliran darah selama 3 6 menit akan timbul gangguan fungsional dan
kerusakan struktural secara menetap.
Kekurangan oksigen pada awalnya bersifat iskemik umum atau hipoksia karena
proses anemi atau kerusakan bernafas. Suatu sumbatan pada arterikoroner dapat
mengakibatkan suatu area infark adalah jaringan yang marginalnya mengalami
kekurangan oksigen.
Tekanan intracranial metupakan tekanan yang ditimbulkan oleh kekuatan statik dan
dinamik didalam rongga kepala akibat pergerakan volume intrakranial rongga kepala
berisi jaringan otak dan pembuluh darah ( 80%), volume darah (sekitar 10%), dan cairan
serebrospinal. Ketiga unsure volume ini berperan dalam mempertahankan TIK yang
normal bergisar antara 4-15 mm Hg atau 50-200 mm H2O. dampak peningkatan TIK :
perubahan tingkat kesadaran, perubahan pupil, gangguan penglihatan, perubahan tanda-
tanda vital, perubahan motoris dan sensoris, cekukan Stroke embolus dapat merupakan
akibat dari bekuan darah, plak atromatosa frakmen, lemak atau udara.
Emboli pada otak kebanyakan berasal dari jantung sekunder terhadap infark miocard
atau vibrilasi atrium. Jika infark hemisper dominant maka akan terjadi masalah-masalah
bicara dan disfasia
Stroke trombolik maupun embolik maka besarnya bagian otak yang mengalami
iskemik sulit ditentukan. Ada peluang dimana stroke akan meluas setealah serangan
pertama.
5. Tanda dan gejala
a. kelumpuhan wajah/anggota badan ( biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak
b. gangguan sensibilitas pada satu atau lebih aggota badan (gangguan hemisensorik)
c. perubahan mendadak status mental (Konfusi,Delirium, Letargi, Stupor atau koma)
d. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan kesulitan memahami ucapan)
e. Disartria (Bicara pelo/cadel)
f. Gangguan penglihatan (Hemianopia/monokuler) atau diplopia
g. Hipertensi
h. Ataksia (Gangguan koordinasi gerakan)
i. Vertigo (pusing tujuh keliling)
j. Mual, muntah
k. Nyeri kepala
6. Penatalaksanaan medis
a. Stroke embolik dapat diterapi dengan antikoagulan
b. Stroke Hemoragik diobati dengan penekanan pada penghentian pendarahan atau
pencegahan kekambuhan mungkin diperlukan tindakan bedah
c. Semua stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsang eksternal untuk
mengurangi kebutuhan O2 Serebrum dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan tekanan dan Edema Intrakranium
Tes rutin pada pasien stroke :
a. Jumlah sel darah total : Hemoglobin, hematokrit, eritrosit, lekosit,
b. Trombosit, waktu perdarahan dan waktu pembukuan laju endap darah
c. Glukosa darah sewaktu, puasa dua jam setelah makan kolesterol total
d. Urea, Protein Darah, Asam urat, Kreatinin, dan urin lengkap
e. Elektrokardiograpi (EKG)
f. Thorax foto
7 Komplikasi
a. Peningkatan TIK
b. Aspirasi (menarik nafas )
c. Gagal pernafasan
d. Disritmia jantung
e. Atelektasis
f. Herniasis Otak
g. Malnutrisi (gangguan gizi)
h. Kontraktur
i. Kematian, bagi individu yang mengalami stroke berat pada bagian otak yang
mengontrol respon pernafasan atau Kardiovaskuler
B. Konsep dasar keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
- Adanya riwayat Hipertensi, Stroke pada keluarga
- Kecanduan Alkohol, perokok berat
- Mengkonsumsi multivitamin untuk menjaga kesehatan
b. Pola nutrisi metabolik
- nafsu makan hilang
- adanya mual, muntah selama fase akut
- kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
- kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
- obesitas
c. Pola eliminasi
- Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
- Bising usus negative
adanya konstipasi
d. Pola aktifitas dan latihan
- gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran
- gangguan penglihatan
- merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)
e. Pola tidur dan istirahat
- susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
-apabila tidur mudah terbangun

f. Pola persepsi kognitif dan sensori


- pusing
-sakit kepala
- kelemahan, kesemutan
- hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
- gangguan rasa pengecapan dan penciuman
- penurunan memori, pemecahan masalah
- kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
- penurunan kesadaran sampai dengan koma.
g. Pola persepsi dan konsep diri
- perasaan tidak berdaya dan putus asa
- emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
- masalah bicara

- ketidak mampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/ bicara pelo


)

i. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

- perasaan tidak berdaya, putas asa

- emosi labil

- mudah tersinggung

-menyelesaikan masalah dengan keluarga


j. pola system kepercayaan

- percaya bahwa tuhan harapan hidupnya

- percaya bahwa ini merupakan cobaan dari kehidupan

2. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan interupsi aliran darah,
gangguan oklusif, hemoragi : vasospasme serebral, edema serebral
2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan terpasang
NGT, kelemahan, sesak nafas dan produksi sekret
3. kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan parestesis, kerusakan
perseptual/ kognitif
4. kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral,
kehilangan tonus otot fasial
5. kerusakan intregitas kulit yang berhubungan dengan mobilisasi yang lama, kelemahan
6. kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan pengobatan yang berhubungan
dengan kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber-
sumber informasi
3. Rencana Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan interupsi aliran darah,
gangguan oklusif,hemoragi : vaso spasme serebral, edema serebral
Tujuan : Perubahan perfusi jaringan serebral dapat di minimalkan.
Sasaran :
1. klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran membaik
2. mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil dan tidak adanya tanda-tanda
peningkatan TIK
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital seperti adanya hipertensi atau hipotensi
rasional : variasi munghkin terjadi oleh karena tekanan/ trauma serebral pada
daerah vasomotor otak. Hipertensi atau hipotensi postural dapat menjadi faktor
pencetus
2. Pertahankan tirah baring, ciptakan lingkungan yang tenang batasi pengunjung/
aktivitas klien sesuai dengan indikasi.
Rasional : Aktivitas yang continue dapat juga meningkatkan TIK
3. Kaji tanda dan gejala penurunan perfusi jaringan serebral seperti : mengantuk,
pusing
Rasional : merupakan indikator dari lokasi atau derajat gangguan serebral dan
mungkin mengindikasikan penurunan atau peningkatan TIK
4. Evaluasi pupil catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksinnya terhadap cahaya.
Rasional : reaksi pupil diatur oleh syarat cranial okulomotor (N-III) dan berguna
dalam menentukan apakah batang otak tersebut masih baik
5 Kolaborasi dengan Dokter untuk meningkatkan atau memperbaiki aliran darah
serebral
Rasional : agar mendapat terapy yang tepat untuk meningkatkan atau
memperbaiki aliran darah serebral.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan terpasang
NGT, kelemahan, sesak nafas, dan produksi sekret.
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Sasaran : Klien dapat menghabiskan 1 porsi makanan
Intervensi :
1. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti :makan dan minum
Rasional : memenuhi kebutuhan makan dan minum klien
2. Berikan perawatan oral setiap pagi
Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan klien
3. Pantau jumlah pemasukan makan dan minum klien
Rasional : untuk mengetahui jumlah pemasukan
4. Jelaskan pentingnya pemberian masukan nutrisi harian optimal
Rasional : pemahaman yang tepat akan mendukung kerja sama yang baik dengan
pasien
5. Kolaborasi dengan :
- Ahli gizi
Rasional : berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi yang tepat
- Dokter pemberian vitamin.
Rasional :vitamin dapat membantu atau mempertahankan nafsu makan
3. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan parestesis, kerusakan
perseptual/ kognitif
Tujuan : kerusakan mobilitas dapat di atasi.
Sasaran :
1. Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan tidak adanya
kontraktur
2. Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena
Intervensi :
1. Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal dan dengan cara
yang teratur, klasifikasi dengan skala 0 4
Rasional : mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan dapat memberikan
informasi mengenai pemulihan
2. Ubah posisi minimal 2 jam ( terlentang, miring dan sebagainya )
Rasional : menurunkan resiko terjadinya Iskemia jaringan
3. Melakukan latihan rentang gerak aktif dan padif pada semua ekstremitas saat
masuk
Rasional : meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur
4. Anjurkan pasien/keluarga pasien untuk membantu pergerakan dan latihan
Rasional : mamaerlukan dorongan serta latihan pasif/ aktif untuk memulihkan
bagian tubuhnya sendiri.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral,
kehilangan tonus otot fasial
Tujuan : Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di
ekspresikan
Sasaran :
1. Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
2. Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
3. Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi :
1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau
mangalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
Rasional : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang
terjadi dan kesulitan pasien dalam bebrapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
Rasional : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapn yang
keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata.
3. Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana
Rasional : menilai adanya kerusakan motorik
4. Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang
Rasional : menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan
respon pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.
5. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan Mobilisasi yang lama,
kelemahan,
Tujuan : Integritas kulit menunjukkan kearah yang lebih baik
Sasarannya : Integritas kulit dapat teratasi
Intervensi :
1) Tinggikan area luka
Rasional : untuk menurunkan atau meminimalkan penekanan
2) Lakukan mobilisasi secara bertahap
Rasional : mencegah penekanan yang lama
3) Berikan perawatan luka yang tepat/steril
Rasional : mempercepat penyembuhan luka dan menurunkan resiko infeksi
4) Kaji / catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan
kondisi luka
Rasional : memberikan informasi tentang keadaan luka
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Rasional : anti inflamasi untuk peradangan
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan pengobatan yang berhubungan
dengan kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber-
sumber informasi
Tujuan : Pengetahuan bertambah tentang proses penyakit,
Sasaran : Pemahaman tentang proses penyakit
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit,
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan klien dan keluarga
2) Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang proses penyakit
Rasional : agar klien dan keluarga mengerti dan memahami tentang proses
penyakit
3) Lakukan penyuluhan tentang proses penyakit
Rasional : agar lebih mengerti tentang proses penyakit
4. Evaluasi
Adapun evaluasi yang diharapkan :
a. Fungsi serebral membaik / meningkat, penurunan fungsi nerologis dapat
diminimalkan
b. Kebutuhan akan nutrisi akan terpenuhi
c. Kebutuhan sehari-hari pasien dapat terpenuhi oleh pasien sendiri atau bantuan yang
minimal dari orang lain
d. Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
e. Menunjukkan regenerasi jaringan

You might also like