Professional Documents
Culture Documents
2. Anatomi fisiologi
Makanan masuk mulut, dikunyah dimana terjadi perubahan bentuk makanan
menjadi lebih sederhana (pencernaan makanan) dan pemecahan protein, karbohidrat dan
lemak menjadi bahan yang bisa diabsorbsi (secara Kimia). Menelan dan peristaltik adalah
mekanisme dimana terdorongnya bolus makanan ke esofagus dan diteruskan ke lambung.
Makanan masuk lambung diatur oleh spincter cardiac yang mencegah refluk isi
lambung kembali ke sofagus. Lambung adalah tempat untuk menanpung makanan.
Kelenjar mukosa lambung mengeluarkan juice gastric (cairan/enzim).
Adapun fungsi lambung adalah:
sebagai penampung makanan
mengeluarkan cairan lambung
mengubah bolus makanan menjadi chimus
absorbsi air, alkohol dan obat-obatan.
Pada spinhcter pilorik pengaturan pengeluaran makanan dari lambung oleh reflek
introgastrik, chimus yang sangat asam mulai masuk ke usus halus. Seperti lambung,
duodenum juga mengeluarkan cairan yang jumlahnya sedikit dengan gelombang
peristaltik 20 detik. Pengosongan lambung memerlukan waktu 1-4 jam.
Pada permukaan duodenum terdapat villi yang berukuran mikroskopik, jumlahnya
sangat banyak. Fungsinya untuk pencernaan dan absorbsi. Chimus memerlukan waktu 6
jam untuk melewati duodenum. Fungsi utama usus halus adalah:
Melanjutkan pencernaan makanan.
Absorbsi akhirnya hasil pencernaan dari darah dan sistem limpatik.
Sekresi hormon yang diatur oleh aliran empedu dan cairan penkreas.
Saat massa masuk ke usus besar hanya sedikit terjadi proses pencernaan dan
makanan-makanan yang tidak diabsorsi usus halus tidak dicerna dan akan disekresi.
Peristaltik dan kontraksi mendorong sisa makanan melalui kolon asenden lalu ke kolon
desenden kemudian di sigmoid dan terakhir ke rektum. (lihat gambar)
3. Etiologi
Etiologi dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi pada saluran pencernaan dan merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi:
Infeksi Bakteri : E.Coli, Salmonella, Shigella SPP, Vibrio Cholera
Infeksi Virus : Enterovirus, Protozoa, Adenovirus
Infeksi Jamur : Protozoa, Candida SPP, Entamoeba Histolityca
b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti OMA, Broncopneumonia, Tonsilofaringitais.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
3. Obat-obatan : Zat besi, Antibiotika
4. Post pembedahan usus
4. Patofisiologi
Virus dan bakteri keduanya masuk ke dalam sistem intestinal yang menyebabkan
inflamasi dan menimbulkan gejala gastroenteritis melalui beberapa cara yaitu:
- Saluran pencernaan : dimana bakteri masuk kedalam lambung dan usus halus sehingga
dapat merusak dinding sel epitelium, akibat dari inflamasi yang lama pada mukosa dapat
mengakibatkan destruksi dan ulserasi pada mukosa superfisial sehingga dapat
menurunkan absorbsi usus maka terjadi pergeseran air dan elektrolit (diare), menurunkan
motilitas usus sehingga bakteri berkembang biak (diare), meningkatkan motilitas usus
maka terjadi penurunan penyerapan makanan (diare).
- Parenteral (Pembuluh darah) dimana bakteri menembus pembuluh darah yang ada di usus
sehingga terjadi penetrasi dan invasi sistemik, masuknya kuman kedalam tubuh dapat
merusak sirkulasi darah sistemik.
- Post pembedahan usus: dimana usus diistirahatkan maka terjadi penurunan motilitas
sehingga makanan tidak dapat diabsorbsi.
Semua keadaan ini berakibat berkurangnya matilitas gastrointestinal dengan
cairan dan elektrolit yang disekresikan ke dalam usus lebih cepat, pH yang normal
mempertahankan usus dari serangan organisme dan bila pHnya tinggi seperti pada
penggunaan antasida maka mekanisme pertahanannya tidak seefektif biasanya.
Berkurangnya motilitas intestinal yang dapat terjadi dalam berbagai kondisi
seperti immobilisasi intake makanan yang tidak adekuat, kurang makanan yang berserat
dan terapi obat menambah resiko terbukanya kontak patogen (infeksi) dengan dinding
usus sehingga terjadi gangguan pada sistem sirkulasi darah.
6. Test Diagnostik
- Pemeriksaan feses makroskopis, bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan
resistensi
- Pemeriksaan darah : leukositosis 13.000-22.000/mm3
- Serum elektrolit: terjadi penurunan natrium
7. Therapi
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan peroral
- Formula lengkap: oralit
- Formula sederhana: larutan gula garam, larutan tajin garam, larutan tepung
beras garam
b. Pemberian cairan parenteral
Untuk mengganti cairan elektrolit yang hilang
c. Obat-obatan
- obat anti diare
- oabt anti spasmolitik
- antibiotika
- obat anti piretik
8. Komplikasi
Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat
terjadi berbagai macam komplikasi,seperti :
Renjatan hipovolemik
Terjadi pada dehidrasi berat akibat kehilangan cairan yang besar, maka jantung
akan bekerja lebih cepat
Hipokalemia
Kalium rendah < 3,5 keletihan otot, kembung.
Ileus paralitik terjadi karena kurangnya total kalium tubuh (deplesi kalium)
Kejang dan malnutrisi energi protein
Dapat terjadi karena serum natrium > 165 m.mol kehilangan air sama dengan
kehilangan natrium, biasa terjadi setelah inteke cairan hypertonik selama diare.
Pada pasien diare terjadi kejang karena kehilangan cairan yang banyak dan
pemasukan air dan elektrolit berkurang dalam jangka waktu yang lama.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
2. Kurang volume caiaran dan ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
pengeluaran cairan yang berlebihan : diare, muntah.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan tidak
nafsu makan.
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan penyebab penyakit pada anak.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diare.
6. Potensial terjadi penularan berhubungan dengan infeksi virus.
3. Rencana Keperawatan
Dp 1 : Hypertermi Berhubungan dengan proses infeksi
Hasil yang diharapkan:
- Suhu tubuh dalam batas normal (36 0 370C)
Intervensi:
- Monitor tanda-tanda vital (suhu) tiap 1-2 jam.
Rasional : Suhu yang tinggi indikator adanya infeksi.
- Periksa feses kultur.
Rasional : Mengetahui penyebab penyakit dapat digunakan untuk landasan terapi
yang tepat .
- Berikan terapi antibiotika sesuai dengan program medik.
Rasional : Kuman penyakit mati , infeksi hilang, suhu akan turun.
- Berikan antipiretika dan evaluasi penurun suhu tubuh.
Rasional : Antiviretik mempengaruhi hipotalamus sebagai pusat pengaturan suhu
tubuh
Dp 3 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan
anak tidak mau makan
Hasil yang diharapkan :
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi yang ditandai dengan tidak terjadinya penurunan berat
badan
Intervensi :
- Jika b.a.b membaik berikan diet lunak secara bertahap.
Rasional : Mengembalikan fungsi pencernaan anak secara bertahap.
- Timbang berat badan perhari, monitor makanan yang masuk dan catat masukan
kalorinya.
Rasional : Indikator terpenuhinya kebutuhan anak
- Kaji dan catat feses anak
Rasional : Saluran cerna post infeksi yang sudah baik akan toleran terhadap
makanan yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dalam perubahan feses.
- Kolaborasi dengan dokter diet untuk kebutuhan nutrisi anak
Rasional : Pemberian diet atau nutrisi yang tepat mempercepat penyembuhan anak,
sehingga tidak menggangu tumbuh kembang.
- Libatkan dan support pada anak dan keluarga dalam program keperawatan
Rasional : Kehadiran orang terdekat akan meningkatkan rasa aman anak.
Ball, Jane, Bindler, Ruth, Pediatrik Nursing : Caring For Children Appleton lange . 1995.
Jacobson, Anette, RN, MSN,Clinical Care plans. Pediatric Nursing Mc. Grow Hill
Internasional Edition, Singapura, 1995.
Markum, A. H. Buku ajar ilmu kesehatan anak , Jilid pertama. Bagian Ilmu Kesehatan UI,
Jakarta. 1991.
Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi
ketiga FKUI, Jakarta. 1996.
Scipien Chard Company. Bernard. Pediatrik Nursing Care The CV. Mosby Company.
Philadelpia. 1990.