You are on page 1of 23

1

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Juvenile Diabetes

Tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan dari beberapa sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada beberapa sumber yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini dan tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah ini ibu ( Fiki Wijayanti.,Ns.,M.kep ).

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan dan cara pengeditan kerapiaan dalam tugas ini. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari dosen pembibing dan pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk banyak orang dan
dapat memberikam manfaat maupun inspirasi terhadap para pembaca.

Ungaran, 8 maret 2017

Penyusun
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN

a Latar Belakang 3
b Tujuan 4
c Rumusan Masalah4

BAB II PEMBAHASAN

a. Definisi 6
b. Klasifikasi 6
c. Etiologi 7
d. Patofisiologi / Pathway 8
e. Manifestasi Klinis 12
f. Komplikasi 13
g. Pemeriksaan Penunjang 14
h. Penatalaksanaan Medis 15
i. Asuhan Keperawatan Pada Juvenil Diabetes 19

BAB III PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN BBLR DENGAN MENGGUNAKAN


NANDA, NOC, NIC
a. Pengkajian19
b. Diagnosa Keperawatan 21
c. Intervensi Keperawatan 21
BAB IV PENUTUP
a Kesimpulan25
b Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

BAB I

PENDAHULUAN
3

A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis pada
pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus bertambah
hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah menjadi
penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang
disebabkan oleh diabetes. Hampir 80 persen kematian pasien diabetes terjadi di negara
berpenghasilan rendah-menengah. Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak
umumnya masih terfokus pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes
tak kalah memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi
mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut
insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi
kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi
defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data
epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada
usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes, 5-10
persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe
1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari total keseluruhan. Mungkin ini
disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai si pasien
sudah mengalami komplikasi dan meninggal. Biasanya gejalanya timbul secara
mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma apabila tidak segera ditolong
dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika ada anak
dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri ) dan kadar gula darah
(GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan molekul gula terdapat di
dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung gula, sehingga sejak dulu disebut
penyakit kencing manis.
4

Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial
yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya
komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh penyandang DM maupun keluarganya
jika mereka memahami penyakitnya dan prinsip-prinsip penatalaksanaan
diabetes. Berhubungan dengan hal tersebut diatas kami tertarik untuk membuat asuhan
keperawatan pada anak dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes Melitus dengan
metode masalah yang sistematis melalui proses keperawatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep medis dari juvenile diabetes.?
2. Bagaimana pengaplikasian asuhan keperawatan dari juvenile diabetes dengan
menggunakan NANDA, NOC, dan NIC.?

C. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Untuk mengetahui pembaca mengenai asuhan keperawatan anak dengan Juvenile
Diabetes
2. Tujuan Intruksional Khusus
Tujuan khusus yang ingin capai dari makalah ini adalah penulis dapat mengetahui:
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
e. Manifestasi klinis
f. Komplikasi
g. Pemeriksaan penunjang
h. Penatalaksanaan medis
i. Asuhan keperawatan pada Juvenil Diabetes
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifetasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Juvenile Diabetes / Diabetes Tipe 1 merupakan kelainan sistematik akibat
gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini
disebabkan oleh kerusakan sel- pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik
sehingga produksi insulin berkurang atau berhenti.
Diabetes mellitus tipe 1 (Diabetes Juvenile), disebut insulin-dependent
diabetes (IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya sel-
penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin
pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
B. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
6

Menurut ADA (American Diabetes Association) tahun 2002 diabetes melitus dibagi
menjadi :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, baik melalui
proses imunologik atau idiopatik.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
a. Defek genetik fungsi sel beta
kromosom 12, kromosom 7, kromosom 20, deoxyribonucleid acid (DNA)
Mitokondria.
b. Defek genetik kerja insulin
Resistance insulin type A, leprechaunism, sindrom Rabson-Mendenhall, diabetes
lipoatrofik, lainnya.
c. Penyakit Eksokrin Pankreas
Pankreatitis, trauma/pankreatektomi, Neoplasma, Cystic fibrosis,
hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus.
d. Endokrinopati
Akromegali, sindroma cushing, feokromositoma, hipertiroidisme,
somatostatinoma, aldosteronoma.
e. Karena Obat/Zat kimia
Vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, tiazid, dilantin,
interferon alfa, diazoxide, agonis -adrenergic.
f. Infeksi
Rubella kongenital dan cytomegalovirus (CMV).
g. Imunologi (jarang)
antibodi anti reseptor insulin, sindrom Stiff-man.
h. Sindroma genetik lain
Sindrom Down, Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Sindrom Prader Willi,
ataksia friedreichs, sindrom laurence-Moon-Biedl.
4. Diabetes Melitus Gestasional (Kehamilan).
Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini
sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak
ditangani dengan benar.

C. ETIOLOGI
7

Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe- 1. Namun
yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor genetik/keturunan. Resiko
perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui faktor genetik.
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
(human leucosite antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
sel beta.

D. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang orang
dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu
respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik
yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus,
seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang
bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang
disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan
dengan replikasi atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya
kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga
meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan
gen-gen yang merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi
pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of
Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya
ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin
8

tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang
atau tidak ada sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur
metabolik antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air dan
karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa),
terjadinya glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari
asam amino, laktat, dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon,
epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin, sintesis dan pengambilan protein, trigliserida ,
asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya terjadi lipogenesis namun
yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan keton.Glukosa menjadi menumpuk
dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Kadar glukosa lebih
dari 180 mg/dL ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul
glikosuria. Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan menyebabkan
poliuria. Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urin, terutama natrium, klorida,
kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel
tubuh kekurangan bahan bakar (cell starvation) pasien merasa lapar dan peningkatan
asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-kadang juga
terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusia lanjut
ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan
katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi,
glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus
insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki
katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan
kadar glukosa darah.
9
10

E. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya
tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering
ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c. Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah
cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan
lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
11

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
f. Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang
disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi
dengan baik.
g. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl )
h. Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat katabolisme
abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma.

D. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori mayor :
Komlikasi metabolik akut dan komplikasi-komplikasi vaskuler jangka panjang.
a. Komlikasi Metabolik Akut
1. Ketoasidosis diabetic (DAK), merupakan komlikasi diabetic akut yang paling
serius pada diabetes tipe 1dan ditandai dengan adanya hiperglikemia (>300 mg /
dl) asidosis metabolic akibat penimbunan asam keton, serta dieresis osmotic.
Ketosis terjadi akibat sangat meningkatnya pelepasan asam lemak bebasdari
adiposity, yang menyababkan bergesernya sintesis badan keton dalam hati. DAK
dapat di cetuskan dengan hal-hal menyebabkan meningkatkan deficit insulin.
2. Hipoglikemia (syok atau reaksi insulin), merupakan kadar glukosa darah yang
abnormal rendah. Terjadi kalau kadar glukosa darah turun dibawah 50 60 mg/dl
(2,7-3,3 mmol/L) keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang sedikit atau karena aktivitas fisik
yang berat.
3. HHNK (juga disebut koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik atau HONK
[hiperosmoler nonketotik]), merupakan suatu suatu komlikasi akut yang terjadi
pada diabetes tipe 2 di tandai dengan hiperglikemia berat (>600 mg/dl) yang
menyebakan hiperosmoraritas yang berat, dieresis osmotic, dan dehidrasi. HHNK
menyurupai DAK namun hiperglikemia, penurun volume, dan penurunan air
bebas yang lebih berat. Tidak terdapat ketosis.
b. Komplikasi-Komplikasi Vaskuler Jangka Panjang
1. Makrovaskuler, perubahan ateroskerosis dalam pembuluh darah besar sering
terjadi pada diabtes, perubahan arteroskelerosis ini serupa dengan yang terlihat
12

pada pasien-pasien nondiabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut


cendrung terjadi pada usia yang lebih muda dengan frekuensi yang lebih besar
pada pasien-pasien diabetes. Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi.
2. Mikrovaskuler, merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler da
ateriola retina (retinopati diabetic), glomelurus ginjal (netropati diabetic) dan
saraf-saraf perifer (neuropti diabetic), otot-otot serta luka.
3. Neuropati, dalam diabetes menangacu kepada sekelompok penyakit yang
menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor), otonom dan
spinal. Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis dan bergantung pada
reaksi sel saraf yang terkena.
c. Komplikasi Oftalmologi Yang Lain
1. Katarak
2. Perubahan lensa
3. Hipoglikemia
4. Kelumpuhan otot ekstraokuler
5. Glaukoma

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK


Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh
berbeda.
1. Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5. Elektrolit
a. Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b. Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
c. Fosfor : lebih sering menurun
6. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM)
dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak
adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
7. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah : HT mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi : merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
13

10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahkan sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody. ( autoantibody)
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.

F. PENATALAKSANAAN
a. Diet
Makanan harus adekuat untuk pertumbuhan dan aktivitas normal sebaiknya
makanan tidak banyak berbeda dengan makanan anak lain dan disesuaikan
dengan makanan keluarga. Diet bebas berarti bahwa anak boleh makan sesukanya
pada waktu makan, tetapi tidak boleh berlebihan dan harus menjauhkan diri dari
makanan yang manis (gula) dan banyak mengandung karbohidrat.
Prinsip diet ini, yaitu:
1. Kalori cukup untuk pertumbuhan dan aktivitas.
2. Protein tidak kurang dari 2-3 gram/kg bb/hari
3. 40-50% daripada kalori terdiri dari karbohidrat
4. Cukup vitamin dan mineral
b. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan
terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi. Tujuan terapi insulin ini
terutama untuk :
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati
normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam
keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet
(perencanaan makanan).
14

c. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif


maksimal.
c. Terapi Pompa Insulin pada pasien Diabetes Melitus Tipe 1
Pompa insulin merupakan suatu alat yang tampak seperti pager yang digunakan
untuk mengelola masuknya insulin ke dalam tubuh pasien diabetes. Sebuah
pompa insulin terdiri dari sebuah tabung kecil (Syringe) yang berisikan insulin
dan microcomputer yang membantu pasien untuk menentukan berapa banyak
insulin yang diperlukan. Insulin dipompakan melalui selang infus yang terpasang
dengan sebuah tube plastic ramping yang disebut cannula, yang dipasang pada
kulit subkutan perut pasien. Selang infus harus diganti secara teratur setiap
minggunya. Di Indonesia, alat ini masih jarang digunakan walaupun sudah ada
distributornya. Akan tetapi di negara lain seperti Amerika, penggunaan alat ini
kini menjadi favorit pasien diabetes karena keefektifan penggunaanya.
Indikasi penggunaan terapi insulin harus memenuhi kriteria di bawah ini :
1. Menggunakan insulin lebih dari 3 kali sehari
2. Kadar glukosa darah sering tidak teratur
3. Lelah menggunakan terapi injeksi insulin
4. Ingin mengurangi resiko hipoglikemi
5. Ingin mengurangi resiko komplikasi yang berkelanjutan
6. Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel
Ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan terapi pompa insulin, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yakni :
1. Mengecek kadar glukosa darah ( setidaknya 4 hari sekali, sebelum makan)
untuk mengetahui berapa dosis insulin yang diperlukan untuk mengontrol
kadar glukosa darah tubuh
2. Mulai memahami makanan yang anda makan. Apakah makanan tersebut
membuat kadar glukosa darah tinggi atau tidak.
3. Perhatikan secara teratur ( setiap setelah makan) pompa insulin untuk
meminimalisir kerusakan.
Terapi pompa insulin atau yang dikenal dengan sebutan Continuous Subcutaneous
Insulin Infusion (CSII) merupakan terapi yang paling menyerupai metode fisiologi
tranfer insulin ke dalam tubuh. Insulin yang dipergunakan dalam pompa insulin
adalah insulin prandial (short atau rapid acting insulin), sehingga dosis basal
15

akan tertutupi oleh dosis prandial bolus yang diberikan secara intensif selama
24 jam.
Keuntungan penggunaan pompa insulin yakni :
1. Terbebas dari penggunan multiple daily injection insulin
2. Penurunan kadar HbA1C yang terkontrol
3. Mengurangi frekuensi terkena hipoglikemia
4. Mengurangi variasi kadar glukosa darah
5. Meningkatkan fleksibilitas dan manajemen diabetes
Kekurangan Penggunaan pompa insulin yakni :
1. Ada resiko infeksi jika tidak mengganti insertion site pada cannula secara
eratur
2. Pemeriksaan gula darah yang lebih sering
3. Memiliki resiko terkena hiperglikemi yang dapat mengakibatkan diabetic
ketoacidosis yang lebih besar jika tidak mempergunakan pompa dalam jangka
waktu yang lama.

d. Aktivitas / Latihan
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan berolahraga
akanmembantu mempertahankan berat badan ideal, menurunkan berat
badanapabila menjadi obes serta meningkatkan percaya diri. Olahraga akan
membantu menurunkan kadar gula darah serta meningkatkan sensitivitas tubuh
terhadap insulin. Namun perlu diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan
risiko hipoglikemia maupun hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Sehingga pada
anak DM memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan
olahraga, di antaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan untuk
olahraga, penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang aman.
Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta didapatkan adanya
ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar gula darah di bawah 90
mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu menambahkan diet karbohidrat untuk
mencegah hipoglikemia.
16

BAB III
PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN JUVENIL DIABETES DENGAN
MENGGUNAKAN NANDA, NOC, NIC

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan / kronologis dari permulaan klien merasakan keluhan
sampai dengan dibawa kerumah sakit dan mencari bantuan pengobatan.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat
ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit
yang diderita klien saat ini.
d. Riwayat keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien .?
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini berhubungan
dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus berpeluang
untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
3. Pemeriksaan Fisik
1 Keadaan Umum
17

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda tanda vital.

2 Head to Toe
a. Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b. Sistem integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji
pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis, kaji
juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
d. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
e. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
f. Sistem musculoskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa
otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
g. Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien
sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
18

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (Domain


2.Nutrisi, Kelas 5. Hidrasi 00027)
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (domain 2.nutrisi, kelas 1
makan 00002)
3. Resiko ketidakstabialan kadar glukosa darah (domain 2.nutrisi, kelas 4.metabolisme
00179).

C. NANDA. NOC, NIC

NO DIAGNOSA NANDA NOC NIC

1 Kekurangan volume Setelah diberikan tindakan Domain 2. G. 2080 (Fisiologi


cairan berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam Kompleks, Manajemen Elektrolit Asam
dengan kehilangan diharapkan dengan Kriteria Hasil Dan Basa, Manajemen Elektroli /
cairan aktif (Domain a. Keseimbangan cairan (0601) Cairan).
- 060107 keseimbangan
2.Nutrisi, Kelas 5. 03. pantau adanya tanda dan gejala
intake dan output dalam 24
Hidrasi 00027) overhidrasiyang memburuk atau
jam
dehidrasi (misalnya poliuria / oliguria).
(dipertahankan pada skala 4,
04. dapatkan specimen laboratorium
di tingkatkan ke skala 5).
- 060116 turgo kulit untuk pemantauan perubahan cairan /
(dipertahankan pada skala 4,
eletrolit (misalnya, hematokrit, BUN,
di tingkatkan ke skala 5).
protein, natrium dan kadar kalium)
- 060115 kehausan
(dipertahankan pada skala 4, 05. timbang berat badan harian dan
di tingkatkan ke skala 5). pantau gejala.
06. berikan cairan yang sesuai
07. tingkan entake cairan per-oral
(misalnya, memberikan cairan oral
sesuai prepensi pasien, tempatkan
(cairan) ditempat yang muda dijangkau,
memberika sedotan, dan menyediakan
air segar), yang sesuai.
20. pantau adanya tanda dan gejala
19

retensi cairan
25. monitor respon pasienterhadap
terapi elektrolit yang diresepkan
27. berikan resep diet yang tepat untuk
cairan tertentu / pada
ketidakseimbangan elektrolit.
32. konsultasikan dengan dokter jika
tanda dan gejala ketidakaseimbangan
cairan / eletrolit menetap / memburuk.

2 Ketidak seimbangan Setelah diberikan tindakan Domain 1. D .1100 (Fisiologi : Dasar,


nutrisi : kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam Dukungan Nutrisi, Manajemen Nutrisi)
kebutuhan tubuh diharapkan dengan Kriteria Hasil 1. Tentukan status gizi pasien dan
berhubungan dengan a. Status nutrisi : Asupan nutrisi kemempuan (pasien) untuk
ketidakmampuan (1009) memenuhi kebutuhan gizi.
- 100901 asupan kalori
makan. (Domain 2 04. intruksikan pasien mengenai
(dipertahankan pada skala 4,
nutrisi, kelas 1 makan, kebutuhan nutrisi (yaitu membahas
ditingkatkan ke 5).
(00002)). pedoman diet dan piramida makanan)
- 100902 asupan protein
06. tentukan jumlah kalori dan jenis
(Dipertahankan pada skala 3,
nutrisi yang dibutuhkan untuk
ditingkatkan ke skala 4).
- 100903 asupan lemak memenuhui persyaratan gizi
(Dipertahankan pada skala 3, 08. aturan diet yang diperlukan (yaitu
ditingkatkan ke skala 4). menyediakan makanan protein tinggi,
- 100904 asupan karbohidrat
menyarankan mengguanakan bumbu dan
(Dipertahankan pada skala 3,
rempah sebagai alternatif untuk garam,
ditingkatkan ke skala 4).
menyediakan pengganti
- 100910 asupan serat
gula,menambah / mengurangi kalori,
(Dipertahankan pada skala 3,
menambah / mengurangi vitamin,
ditingkatkan ke skala 4).
- 100905 asupan vitamin mineral, atau suplemen.
(Dipertahankan pada skala 3, 14. pastikan makanan di sajikan dengan
ditingkatkan ke skala 4). cara yang menarik dan pada suhu yang
- 100906 asupan mineral
20

(Dipertahankan pada skala 3, paling cocok untuk dikomsumsi secara


ditingkatkan ke skala 4). optimal.
- 100907 asupan zat besi
17. anjurkan pasien mengenai
(Dipertahankan pada skala 3,
modifikasi deit yang diperlukan.
ditingkatkan ke skala 4).
21. monitor kalori dan asupan makanan
- 100908 asupan kalsium
22. monitor kecendrungan terjadinya
(Dipertahankan pada skala 3,
penurunan dan kenaikan berat badan.
ditingkatkan ke skala 4).
- 100911 asupan natruim
(Dipertahankan pada skala 3,
ditingkatkan ke skala 4).

3 Resiko Setelah diberikan tindakan Domain 2. G. 2120 (domain 2 fisiologi


ketidakstabialan kadar keperawatan selama 3 x 24 jam komplek, manajemen elktrolit dan asam
glukosa darah diharapkan dengan Kriteria Hasil: basa, manajemen hiperglikemia).
(domain 2.nutrisi, a. Kadar glukosa darah (2300) 1. Monitor kadar glukosa darah, sesuai
kelas 4.metabolisme 230001 glukosa darah indikasi
2. Monitor tanda dan gejala,
00179) (dipertahankan pada skala 3,
hiperglikemia : poliuria, polidipsia,
ditingkatkan ke skala 4)
polipagia, kelemahan, alergi,
230004 hemoglobin glikosilat
malaise, pandangan kabur atau sakit
(dipertahankan pada skala 3,
kepala.
ditingkatkan ke skala 4)
3. Monitor ketonurin sesui indikasi
230005 fruktosamin 06. berikan insulin sesuai resep
11. konsultasikan dengan dokter tanda
(dipertahankan pada skala 3,
dan gejala hiperglikemia yang menetap
ditingkatkan ke skala 4)
atau memburuk.
230007 urin glukosa
15. antisipasi situasi dimana aka nada
dipertahankan pada skala 3,
kebutuhan penungkatan insuin
ditingkatkan ke skala 4)
(misalnya penyakit penyerta)
230008 urin keton dipertahankan 16. batasi aktivitas ketika kadar glukosa
pada skala 3, ditingkatkan ke darah lebih dari 250 mg /dl khususnya
skala 4). jika ketonurin terjadi
17. dorong pemamntauan sendiri kadar
glukosa darah
21

21. intruksikan pentingnya pemeriksaan


ketonurin, dan indikasi, sesuai
kebutuhan.
23. instruksikan pada pasien dan
keluarga mengenai manajeman diabetes
selama periode sakit, termasuk
pengguanaan insulin dan / obat oarl,
monitor asupan cairan, pengganti
karbohidrat, dan kapan mencari bantuan
patugas kesehatan, sesuai kebutuhan.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Juvenile Diabetes / Diabetes Tipe 1 merupakan kelainan sistematik akibat gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan
oleh kerusakan sel- pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga
produksi insulin berkurang atau berhenti.
Diabetes tipe I / Insulin Dependent Diabetus Mellitus (IDDM) diabetes tergantung
dengan insulin. Sebagai suatu gangguan kesehatan, diabetes memberikan beban besar
22

sebagai masalah kesehatan dengan melihat bahwa : Gejala-gejala DM tipe 1 sendiri


cukup banyak dan berat, masing-masing gangguan cukup memberi tantangan dalam
mengatasinya. Mengahadapi gangguan perasaan lapar saja, misalnya suatu bentuk
gangguan yang cukup berat dihadapi oleh setiap pasien terutama anak dimana keinginan
untuk menahan diri tidak makan akan memepengaruhi terjadi penurunan nutris dan
cairan. epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak
adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita
diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Apalagi Diabetes tidak dapat
disembuhkan, tetapai hanya bisa dikendalikan dan dicegah, salah satunya dengan
menjaga pola hidup sehat dan pemberian obat yang tepat guna menghindari komplikasi.
Jika DM memasuki tahap komplikasi, komplikasi DM dimasuki semua jalur sistem tubuh
manusia dan akan menyebabkan kematian
B. SARAN
Saran yang saya berikan sebagai pembuat makalah agar bagi para tenaga kesehatan
maupun mahasiswa keperawatan serta bagi para pembaca lebih membuka buku-buku
yang berkaitan dengan segala jenis penyakit agar mengetahaui berbagai jenis penyakit
salah satunya penyakit juvenile diabetes mellitus ini, dimana agar dapat membuka
wawasan pengetahuan si pembaca mengenai penyakit. Mengingat diabetes merupakan
penyakit yang menyebabkan kematian, sehingga bagi para tenaga kesehatan dapat
menyampaikan ke masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

A Price Sylvia & M Wilson Lorraine.2005.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit.E/6.Vol.2.Jakarta EGC.

Bunner & Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah.Ed 8.Vol 2.Jakarta EGC.

Nanda Internasional Inc.Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi.2015-2017.Ed


10.Jakarta EGC
23

Sue Moorhead, Mario Jonhson.Dkk.2016.Nursing Outcome Classification (Noc).5th


Edition.Cv.Mocomedia Elsevier Inc.

M. Bulechek Gloria, K. Butcher Howard.Dkk.2016.Nursing Interventions Classification


(Nic).6Th.Edition.Cv.Mocomedia Elsevier Inc.

You might also like