You are on page 1of 26

LAPORAN TUTORIAL

Skenario 2

Tutor : dr. Esa Indah Ayudia Tan


Anggota kelompok 3 :

Meitri Wijaya Kusuma G1A113019


George Dyand D. U. W G1A113020
Zakaun Rais G1A113021
Joni Kurniawan G1A113022
Yuni Azoya G1A113023
Isip Roman Syakura G1A113024
Yogi Prasetyo G1A113025
Siti Rahmah G1A113026
Andi Ammar R. A G1A113027
Novita Dian Syafitri G1A113028
Ayyuhumah Amalia G1A113029
Oktovia Rezka N. G1A113030

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2015/2016
Skenario 2 :
Ny. S, 50 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik obstetri dan ginekologi karena
post coital bleeding sejak 6 bulan lalu. Siklus menstruasi normal. Riwayat KB suntik 1
bulan sejak 15 tahun yang lalu. Sebelum melakukan pemeriksaan, Dokter menjelaskan
mengenai gangguan Haid dan siklus menstruasi. Dokter kemudian melakukan
pemeriksaan ginekologi dan paps smear. Dari hasil pemeriksaan paps smear dokter
menyimpulkan sel cervix shanti mengalami dysplasia ringan. Dokter menjelaskan
bahwa dysplasia ini dapat berkembang menjadi kanker cervix jika tidak ditangani
dengan baik. Dokter juga menyarankan Ny. S untuk melakukan pemeriksaan paps
smear secara berkala. Dari anamnesia lebih lanjut dokter mendapatkan informasi bahwa
Ny. S tidak memiliki banyak pasangan, belum pernah mendapatkan imunisasi HPV,
memiliki 6 anak dan ternyata saudara Ny. S juga ada yang menderita kanker ovarium.

Klarifikasi Istilah
1. Obstetri
Spesialis pembedahan yang menangani pelayanan kesehatan wanita selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas.1
2. Gynekology
Ilmu yang mempelajari dan menangani kesehatan alat reproduksi wanita.1
3. Post coital gleeding
Perdarahan yang terjadi setelah/selama hubungan seksual, tidak berhubungan
dengan menstruasi.2
4. Paps smear
Tes skrining untuk mendeteksi dini perubahan/abnormalitas dalam serviks
sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker.3
5. Dysplasia
Suatu keadaan dimana terjadi perubahan sel.1
6. Imunisasi HPV
Imunisasi yang dapat melindungi wanita terhadap jenis infeksi human papiloma
virus mungkin bisa menurunkan resiko kanker serviks.3

Identifikasi Masalah
1. Apa penyebab post coital bleeding?
2. Bagaimana mekanisme post coital bleeding?
3. Bagaimana hubungan riwayat Kb suntik dengan keluhan?
4. Apa jenis, indikasi, kontraindikasi, mekanisme, efek dari kontrasepsi?
5. Bagaimana siklus menstruasi normal?
6. Apa saja abnormalitas siklus menstruasi?
7. Apa tujuan, indikasi dan prosedur melakukan pemeriksaan ginekologi?
8. Apa tujuan, manfaat, cara, indikasi, dan jadwal melakukan pemeriksaan
paps smear?
9. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan paps smear?
10. Apa saja faktor penyebab terjadinya dysplasia?
11. Bagaimana mekanisme terjadinya dysplasia?
12. Apa saja klasifikasi dysplasia?
13. Apa etiologi kanker serviks?
14. Apa saja faktor resiko kanker serviks?
15. Bagaimana menifestasi klinis kanker serviks?
16. Bagaimana patofisiologi kanker serviks?
17. Apa saja stadium kanker serviks?
18. Bagimana tatalaksana kanker serviks?
19. Bagimana pencegahan kanker serviks?
20. Mengapa dysplasia ringan dapat menyebabkan kanker?
21. Apa maknaklinis dari hasil anamnesis Ny. S?
22. Apa tujuan, manfaat, dan kapan waktu pemberian imunisasi HPV?
23. Apa etiologi dan faktor resiko kanker ovarium?
24. Bagaimana menifestasi klinis kanker ovarium?
25. Bagimana patofisiologi kanker ovarium?
26. Apa saja stadium kanker ovarium?
27. Bagaimana tatalaksana kanker ovarium?
28. Bagimana pencegahan kanker serviks?

Analisis masalah

1. Apa penyebab post coital bleeding?


Jawab :
Displasia serviks: merupakan perubahan pra-kanker pada leher
rahim. Dalam teorinya dikatakan disebabkan oleh Human Papilloma
Virus (HPV). Cara deteksi displasia dilakukan dengan
pemeriksaan Paps Smear.
Infeksi di vagina atau serviks: yang disebabkan oleh Chlamidia,
Gonorea (kencing nanah), Trikomonas, dan infeksi jamur.
Polip serviks, massa bertangkai pada serviks.
Kanker leher rahim (Carcinoma Cervix)
Endometriosis terutama adenomiosis yaitu adanya pertumbuhan
endometrium (lapisan dalam rahim yang keluar waktu haid) yang
masuk /infiltrasi ke otot2 rahim.
Polip rahim, mirip dengan polip serviks, cuma yang ini tumbuhnya
didalam rongga rahim
Infeksi menular seksual
Uterina fibroid tumor.2

2. Bagaimana mekanisme post coital bleeding?


Jawab :
Aktivitas seksual HPV (tergantung status imun, kerentanan
genetic, faktor lain) Intergrasi virus HPV resiko tinggi (16,18)
CIN (jika terjadi infeksi persisten) CIN derajat berat
Polipus Serviks Uteri karena radang / virus.
Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat
juga mengalami metaplasi menjadi lebih semakin kompleks. Apabila
polip terkena trauma karena penis berdarah.
Erosio Portionis Uteri
Epitel toraks endoserviks dengan stroma vaskular dibawahnya
tumbuh sampai di luar ostium uteri eksternum dengan mendesak
epitel yang normal ditemukan ditempat tersebut.
Vulnus Traumatikum Post Koitum
Infeksi gonore/infeksi post partum (streptococcus, stafilococcus,
dll Terjadi nekrosis sel-sel cervix).2

3. Bagaimana hubungan riwayat Kb suntik dengan keluhan?


Jawab :
Penggunaan kontrasepsi KB suntik jangka panjang berhubungan dengan
peningkatan angka kejadian kanker serviks.2

4. Apa jenis, indikasi, kontraindikasi, mekanisme, efek dari kontrasepsi?


Jawab :
Jenis kontra sepsi :
Hormonal
Pil kontrasepsi kombinasi
Pil sequensial
Mini pil
Post coital kontrasepsi/ morning after pil
Amnore pasca pil
Kontra sepsi suntikan : depoprofera tiap 3 bulan monthly injecteble (tiap
1 bulan).2
Non Hormonal

Coitus interruptus
Postcoital douche tanpa obat dan alat
Proloaged lactation
Rhytem method
Kondom alat sederhana
Pessarium
Obat spermitesida
AKDR / alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
Kontrasepsi mantap
- Cara pumeroy
- Cara irving perempuan
- Cara aldridge
- Cara kroener
- Sterilisasi : vasektomi laki-laki.2

Indikasi

Membatasi/ mencegah kehamilan


Adanya keganasan ginekologi
Infeksi TORCH

Kontraindikasi

Hormonal kontrasepsi
Tumor estrogen
Penyakit hepar yang aktif
Tersangka hamil
Perdarahan ginekologi ( perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui.2,3,5

Mekanisme

Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan

Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum


untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing
faktor dari hipotalamus.
Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh
spermatozoa.
Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk
implantasi dari hasil konsepsi.4,5

Waktu Pemberian
a. Pasca persalinan

1). Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu

post partum dan sebelum berkumpul dengan suami.

2). Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.

b. Pasca Abortus

1). Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.

2). Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.

c. Interval

1). Hari kelima menstruasi

2). Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.

Efek

1) Perdarahan yang tidak menentu

2) terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan

3) Berat badan yang bertambah

4) Sakit kepala

5) Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan

6) Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat ditarik lagi.

7) Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka kegagalan 0.7%.

8) Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.

9) Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan.4,5

5. Bagaimana siklus menstruasi normal?


Jawab :
1. Siklus ovarium
a. Fase pertumbuhan folikel
Pada sekitar permulaan siklus menstruasi konsentrasi FSH dan LH
meningkat yang akan menyebabkan percepatan pertumbuhan sel teka dan sel
granulosa dalam sekitar 20 folikel ovarium setiap bulan. Sel teka dan sel
granulosa juga menyekresikan cairan folikular yang mengandung estrogen.
Penimbunan cairan ini dalam folikel menyebabkan terbentuknya antrum.
Setelah antrum terbentuk, sel teka dan sel granulosa terus mengadakan
proliferasi , dan setiap folikel yang sedang tumbuh menjadi folikel vesicular.
Bila folikel ini terus berkembang, sel teka dan sel granulosa terus
berkembang pada satu kutub folikel. Dalam massa ini terletak ovum.
Setelah pertumbuhan selama satu minggu atau lebih, salah satu folikel
mulai tumbuh keluar dari semua lumen, sisanya mulai mengalami involusi
(atresia). Hal ini disebabkan folikel yang berkembang pesat menyekresikan
lebih banyak estrogen sehingga menimbulkan penghambatan umpan balik
sekresi hormone gonadotropin FSH. Kekurangan rangsangan FSH pada
folikel yang tidak berkembang inilah yang menyebabkan folikel atresia.

b. Fase ovulasi
Dengan bertambah matang folikel hingga akhirnya matang benar, dan
oleh karena pembentukan cairan folikel makin bertambah, maka folikel
makinterdesak ke permukaan ovarium, malahan menonjol keluar. Sel-sel
pada permukaan ovarium menjadi tipis, folikel pecah dan keluarlah cairan
dari folikel bersama-sama ovum yang dikelilingi sel-sel kumulus oofurus.
Ovulasi terjadi pada hari ke 14 setelah timbulnya menstruasi.

c. Fase Luteal
Selama hari terakhir sebelum ovulasi dan diteruskan selama sehari atau
lebih setelah ovulasi dibawah rangsangan hormon luteinisasi, sel-sel teka
dan sel granulose mengalami luteinisasi. Jadi massa sel yang masih tetap
pada tempat folikel yang pecah menjadi korpus luteum yang menyekresikan
hormone progesterone dan estrogen. Setelah itu ia mulai mengalami involusi
dan kehilangan fungsi sekresinya serta sifat lipidnya sekitar 12 hari setelah
ovulasi yang kemudian menjadi korpus albikans.
2. Siklus endometrium
a. Fase Proliferasi (fase estrogen)

Setelah menstruasi hanya lapisan tipis stroma endometrium tersisa pada


basis endometrium asli, dan satu-satu nya sel epitel yang tertinggal terletak
pada bagian dalam sisa-sisa kelenjar dan kriptus endometrium. Di bawah
pengaruh estrogen yang sekresinya ditingkatkan oleh ovarium selama bagian
pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel-sel epitel dengan cepat
berproliferasi. Permukaan endometrium mengalami reepitelisasi dalam 3-7
hari setelah permulaan menstruasi.

b. Fase Sekresi (fase progesterone)


Selam separuh terakhir siklus seksual, progesterone dan estrogen
disekresikan dalam jumlah besar oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan
proliferasi sel tambahan dan progesterone menyebabkan pembengkakan
hebat dan pembentukan sekresi endometrium. Kelenjar tambah berkelok-
kelok, zat yang disekresikan.2
6. Apa saja abnormalitas siklus menstruasi?
Jawab :
Gangguan haid dan siklusnya :
a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid
Hipermenorea / menoragia
Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal / lebih lama
dari normal (lebih dari 8 hari). Penyebab : Mioma uteri, polip
endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu
haid.
Hipomenorea
Perdarahan haid yang lebih pendak dan / atau lebih kurang
dari biasa. Penyebab : Sesudah miomektomi, pada gangguan
endokrin
b. Kelainan siklus
Polimenorea
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dan biasa (kurang
21 hari)
Mekanisme : Gangguan hormonal gangguan ovulasi,
kongesti ovarium. Penyebab : Karena peradangan,
endometriosis, dan sebagainya
Oligomenorea
Siklus haid lebih panjang.
Amenorea
Keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya bulan berturut-
turut
Amenorea primer 18 tahun tidak pernah haid (kelainan
urogenital dan genetik)
Amenorea sekunder gangguan gizi, gangguan
metabolisme, tumor.
Perdarahan di luar haid
Gangguan lain yang berhubungan dengan haid :
Premenstruasi tension (ketegangan prahaid)
merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu
minggu beberapa hari sebelum datangnya haid & menghilang
sesudah haid datang walaupun kadang- kadang berlangsung
terus sampai haid terhenti. 30-45 tahun tidak seberapa
berat
Dismenorea
Nyeri haid
Dismenorea Primer (esensial, intrinsik, idiopatik) : Tidak
terdapat hubungan dengan kelainan ginekologi.
Dismenorea sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh,
acquired) : Disebabkan kelainan ginekologik (salpingitis
uronika, endometrosis, adenomiosis uteri, stenosis serviks
uteri, dll).2

7. Apa tujuan, indikasi dan prosedur melakukan pemeriksaan ginekologi?


Jawab :
Tujuan
Untuk mengetahui kesehatan alat reproduksi wanita
Untuk membantu dalam menegakkan diagnosis dan menentukan
terapi
Indikasi
Indikasi dilakukannya pemeriksaan ginekologi adalah kecurigaan
terhadap adanya tumor seperti mioma uteri, kistoma ovarii, infeksi pada saluran
genitalia dan adanya perdarahan.2,3
prosedur pemeriksaan ginekologi.2,3

No Langkah
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan dan imformed consent


3. Persiapkan alat yang dibutuhkan : sarung tangan steril, kapas DTT, pelumas/jelli,
speculum, larutan klorin 0,5 %
4. Cuci tangan dan kenakan handscoon

5. Persilahkan pasien berbaring dalam posisi litotomi dan pemeriksa berdiri


didepan vulva
6. Lakukan tindakan aseptic antiseptic pada vulva dengan menggunakab kapas
sublimat dari arah atas ke bawah
Inspeksi:
7. Nilai kondisi : mons pubis, labia mayora dan minora, klitoris, hymen, anus, dan
perineum (hematoma/ edema, sikatrik, benjolan, tanda radang)
Inspekulo:
8. Beri pelumas/jelli pada speculum , usahakan speculum telah dihangatkan

9. Masukkan speculum dengan ukuran sesuai secara miring, agar tidak mengenai
meatus uretra eksternum
10. Spekullum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina lalu dibuka hungga
serviks terlihat jelas
11. Kencangkan/kunci speculum

12. Nilai kondisi serviks : warna, ulserasi, tumor, perdarahan, keputihan

13. Sekrup speculum dikendurkan dan speculum diputar kembali pada posisi semula
(miring). Speculum perlahan-lahan ditarik keluar
Pemeriksaan bimanual:
14. Beri jeli pada jari telunjuk dan jari tengah

15. Ibu jari dan telunjuk tanagn kiri membuka labia

16. Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan kearah
komisura posterior yang kemudian diikuti jari telunjuk
17. Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk, tangan kiri dipindahkan
keatas sympisis untuk memfiksasi uterus
18. Nilai kondisi serviks: posisi , ukuran, nyeri goyang portio

19. Nilai kondisi uterus: ukuran, bentuk, nyeri tekanm benjolan

20. Letakkan tangan kanan disamping serviks, tangan kiri pada sisi yang sama diatas
perut
Nilai kondisi ovarium : ukuran, konsistensi, nyeri, mobilitas
21. Keluarkan tangan pelan-pelan

22. Cuci tangan pada larutan klorin, sarung tangan dibuka dan rendam dalam
keadaan terbalik

8. Apa tujuan, manfaat, cara, indikasi, dan jadwal melakukan pemeriksaan


paps smear?
Jawab :
Tujuan dan manfaat
Dilakukan untuk kepentingan diagnosis dini karsinona serviks uteri
dan karsinoma korpus uteri
Secara tidak langsung untuk mengetahui fungsi hormonal karena
pengaruh esterogen dan progesteron menyebabkan perubahan-
perubahan khas pada sel-sel selaput lendir vagina.2,3

Cara pemeriksaan

Teknik pengambilan PAP smear :


a. Beri label nama pada ujung kaca objek
b. Masukkan spekulum, dapat diberikan air atau salin jika perlu
c. Lihat adanya abnormalitas serviks
d. Identifikasi zona transformasi
e. Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan zona
transformasi
f. Putar spatula 3600 disekitar mulut serviks sambil mempertahankan
kotak dengan permukaan epitelial
g. Dengan putaran searah jarum jam diawali dan diakhiri pada jam 9
(atau berlawanan arah jarum jam dari jam 3 ke jam 3), hasil yang
terkumpul dipertahankan horizontal pada permukaan atasnya ketika
instrumen dikeluarkan.
h. Jangan memulas sampel pada saat ini jika belum akan difiksasi.
Pegang spatula antara jari dari tangan yang tidak mengambil sampel
(atau letakkan pada kaca objek dengan spesimen muka diatas),
sementara sempel dari cytobrush dikumpulkan.
i. Cytobrush mempunyai bulu sikat sirkumferen yang dapat kontak
dengan seluruh permukaan mulut serviks ketika dimasukkan.
j. Cytobrush hanya perlu diputar minimal -1 putaran searah jarum
jam, tergantung keadaan ostium serviks
k. Pulas sampel pada spatula pada kaca objek dengan satu gerakan
halus
l. Kemudian pulas cytobrush tepat diatas sampel sebelumnya dengan
memutar ganggangnya berlawanan dengan arah jarum jam
m. Pulasan harus rata dan terdiri dari satu lapisan, hindari gumpalan
besar sebisanya tapi juga hindari manipulasi berlebihan yang dapat
merusak sel, pindahkan sampel dari kedua instrumen ke kaca objek
dalam beberapa detik
n. Fiksasi spesimen secepatnya untuk menghindari ertefak karena
pengeringan oleh udara yang akan menyebabkan perubahan
degeneratif yang akan menyebabkan kehilangan bentuk sel. Slide
direndam dengan cepat dalam tempat tertutup yang berisi larutan
ethanol 95% selama 20 menit
o. Keringkan dan kirim ke bagian Sitologi Patologi Anatomi
p. Hasil pemeriksaan dibaca dengan sistem Bethesda.3

Indikasi

Menikah usia <20 tahun


Pernah koitus
Melahirkan > 3x
Pernah menggunakan alat kontrasepsi (IUD>5tahun)
Mengalami pendarahan setiap koitus
Mengalami keputihan

Kontra indikasi

Wanita belum pernah koitus


Wanita dengan histerektomi.3

Jadwal

Skrining pertama kali : kurang lebih 3 tahun setelah hubungan intim yang
pertama kali atausejak usia 21 tahun jika saat itu melakukan hubungan yang
pertama kali.
Wanita sampai umur 30 tahun, skrining dilakukan setahun sekali.
Wanita usia 30 tahun ke atas:
a. Skrining tiap 2-3 tahun apabila hasil sitologi servikal 3 tahun berturut-
turut negatif ataukombinasi hasil sitologi servikal dan pemeriksaan
risiko tinggi HPV negatif.
b. Skrining lebih sering dilakukan pada pasien-pasien dengan hasil Pap
positif ataudengan tes risiko tinggi HPV positif, infeksi HIV, pasien-
pasien dengan imunosupresi,mendapat paparan dietilstilbestrol (DES)
in utero, mempunyai riwayat kanker serviikssebelumnya.
Wanita dengan histerektomi: skrining rutin tidak dilanjutkan apabila serviks
telah diangkatdan tidak ada riwayat pertumbuhan sel yang abnormal atau ke arah
keganasan. Apabilawanita tersebut memiliki riwayat pertumbuhan sel yang
abnormal, maka skriningdilakukan setiap tahun ; pada beberapa pasien
skrining tidak dilanjutkan apabila hasil tessitologi vagina 3 kali berturut-
turut hasilnya negatif.
Wanita yang lebih tua: The American Cancer Society merekomendasikan
bahwa skrining tidak dilanjutkan pada wanita yang berusia lebih dari 70
tahun apabila hasilpemeriksaan Pap smear 3 kali berturut-turut negative dan
hasil Pap smear 10 tahunsebelumnya juga negatif.The American Cancer Society
menyatakan bahwa Pap smear harus diteruskan pada wanitasehat yang memiliki
riwayat kanker serviks, eksposur dietilstilbestrol (DES) in utero, infeksiHIV
atau dengan kelemahan sistem imun.3

9. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan paps smear?


Jawab :
a. Kelas I : Berarti negatif (tidak ditemukan sel-sel ganas)
b. Kelas II : Berarti ada sel-sel atipik, akan tetepi tidak
mencurigakan
c. Kelas III : Berarti ada sel-sel atipik, dicurigai keganasan
d. Kelas IV : Ada kemungkinan tumor ganas
e. Kelas V : Berarti jelas tumor ganas

1. Negative : tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan


sitology dalam 1 tahun lagi

2. Inkonklusif : sediaan tidak memuaskan. Disebabkan fiksasi tidak


baik, tidak ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang
padat menutupi sel. Ulangi pemeriksaan sitology setelah dilakukan
pengobatan radang dan sebagainya
3. Dysplasia : terdapat sel-sel diskariotik pada pemeriksaan
mikroskopis. Derajat ringan, sedang, sampai karsinoma in situ.
Diperlukan konfrimasi dengan kolposkopi dan biopsy. Lakukan
pnanganan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan
berikutnya

4. Positif : terdapat sel-sel ganas pada pengamatan mikroskopis.


Harus dilakukan biopsy uantuk memastkian diagnosis. Penanganan
harus dilakukan dirumah sakit rujukan dengan seorang ahli onkologi

5. HPV : pada infeksi virus ini dapat ditemukan sediaan negative


atau dysplasia. Dilakukan pemantauan ketat dengan konfirmasi
kolposkopi dan ulangi pap smear.2,3

10. Apa saja faktor penyebab terjadinya dysplasia?


Jawab :

HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai


tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita
perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka
yang merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada
sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama intercourse.Defisiensi
beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan servikal displasia.National Cancer
Institute merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali
buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini,
pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E
atau beta karoten setiap hari.6

11. Bagaimana mekanisme terjadinya dysplasia?


Jawab :

Adanya PH vagina yang rendah yang dapat menyebabkan perubahan epitel pada
serviks uteri dari epitel columnar menjadi epitel squamosa disebut metaplasia
Jika terdapat benda asing bisa berasal dari sperma atau zat infeksi terhadap sel
metaplasia akan menyebabkan keganasan.
Tumbuh dalam daerah transisi antara epitel skuamosa ektoserviks dan epitel torak
endoserviks. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya gangguan maturasi,
pertumbuhan proliferasi dan adanya pleimorfi. Lapisan basal dengan sel-sel tidak
matur lebih tebal dari normal, karena peningkatan proliferasi, maka biarpun ada
gangguan maturasi, epitel tidak tipis.

Adanya pleiomorfi menunjukkan perubahan bentuk dan penyerapan.7

12. Apa saja klasifikasi dysplasia?


Jawab :
Displasia Ringan = lapisan basal dengan sel-sel tidak matur lebih
menebal dan disana-sini tampak pleimorfi dan mitosis, tetapi
statifikasinya masih teratur.
Displasia sedang
Displasia Berat = lapisan epitel matur tipis, dan lapisan
dibawahnya menunjukkann adanya gangguan maturasi, pleiomorfi
dan tampak banyak mitosis.3

13. Apa etiologi kanker serviks?


Jawab :
- Sebab langsung belum diketahui
- Bukti kuat mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik :
jarang ditemukan pada perawan
insiden tinggi pada mereka yang kawin dari pada yang tidak, terutama
pada gadis yang koitus pertama dialami pada usia muda (<16tahun)
insiden meninggi dengan tingginya prioritas, jarak persalinan terlalu
dekat
sering berganti pasangan
sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi hPV-tipe 16
atau 18
kebiasaan merokok.2,3,8

14. Apa saja faktor resiko kanker serviks?


Jawab :
Faktor risiko kanker serviks dibagi dalam dua kategori :
a. Risiko Mayor
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV), terutama tipe 16 dan 18,
merupakan penyebab utama kanker serviks. HPV sendiri
ditransmisikan melalui hubungan seksual

b. Risiko Minor
- Menikah usia muda (<20tahun)
- Memiliki banyak pasangan seksual (baik perempuan maupun
pasangannya)
- Terpapar IMS (Infeksi Menular Seksual)
- Memakan pil kontrasepsi jangka panjang
- Merokok
- Defisiensi vitamin A/C/E.3

15. Bagaimana menifestasi klinis kanker serviks?


Jawab :
- Gejala tidak ada
- Tanda dini berupa secret vagina yang berlebihan dan kadang disertai
bercak perdarahan
- Gejala umum : perdarahan pervagina dan keputihan
- Jika penyakit berlanjut : keluar cairan vagina yang berbai busuk, nyeri
panggul, nyeri pinggang dan panggul.2,3,8

16. Bagaimana patofisiologi kanker serviks?


Jawab :
Servix dilapisi oleh 2 macam epitel yaitu epitel squamosa dan epitel
kolumner.Epitel squamosa menutupi serviks bagianluar dan epitel kolumner
menutupikanalisservikalis Epitel squamosa dan epitel kolumner bertemu
membentuksambungan squamokolumner (SSK).
Dengan adanya pH vagina yang rendah dapat terjadi perubahan epitel
kolumner menjadi epitel squamosa, perubahan tersebut dinamakan metaplasia.
Proses metaplasia ini dianggap sebagai peristiwa normal dan terjadi pada
kebanyakan wanita. Epitel squamosa yang terjadi akibat proses metaplasia
disebut epitel squamosa metaplastik dan daerah yang terjadi akibat metaplasia
disebut zone transpormasi.

Jika terdapat mutagen pada serviks seperti sperma yang mengandung


virus HSV tipe 2, klamidia dan HPV pada saat fase aktif atau fase awal dari
metaplasia, maka sel-sel metaplastik dapat berubah menjadi sel yang berpotensi
ganas dan dapat menyebabkan kelainan yang disebut displasia. Displasia yang
terjadi dari yang ringan, sedang, berat dan selanjutnya dapat berkembang
menjadi kanker serviks jika daya tahan tubuh tidak dapat mengatasi sel-sel
tersebut. Perubahan dari displasia ringan ke sedang dan selanjutnya
membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 3 5 tahun sehingga kita
mempunyai waktu untuk melakukan deteksi dini dengan Paps Smear.2,8
Virus masuk kedalam sel melalui mikroabrasi sel stem terus membelah
Protein virus mengambil alih siklus sel dan mengikuti diferensial sel integrasi
DNA virus pada daerah E1-E2 aktivitas protein Eg dan E7 inaktifasi p53
dan pRb.
P53 menghentikan siklus sel
P53 sel terus membelah
PRb mencegah perkembangan siklus sel
PRb sel terus berkembang

17. Apa saja stadium kanker serviks?


Jawab :
Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000

Stadium 0 : karsinoma insitu, karsinoma intraepitelial


Stadium I : karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran
ke korpus uteri di abaikan)
Stadium I A : invasi kanker ke stroma hanya dapat didagnosis
secara mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara mikroskopik walau
dengan invasi yang superfisial dikelompokkan pada stadium IB

I A1 : invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih


3,0mmlebar horizontal lesi tidak lebih 7mm

I A2 : invasi ke stroma lebih dari 3mm tapi kurang dari


5mm dan perluasan horizontal tidak lebih dari
7mm
Stadium I B : lesi yang tampak terbatas pada serviks atau
secara
mikroskopik lesi lebih luas dari stadium I A2
I B1 : lesi yang tampak tidak lebih dari 4cm dari diameter
Terbesar
I B2 : lesi yang tampak lebih dari 4cm dari diameter
terbesar
Stadium II : tumor telah mengivasi di luar uterus, tetapi
belum mengenai dinding panggul atau sepertiga
distal/ bawah vagina
II A : tanpa invasi ke parametrium
II B : sudah mengivasi parametrium
Stadium III : tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau
mengenai sepertiga bawah vagina dan/ atau
menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal
III A : tumor telah meluas ke sepertiga bawah vagina
dan tidak invasi ke parametrium tidak sampai
dinding panggul
III B : tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau
menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal
Stadium IV : tumor meluas ke luar dari organ reproduksi
IV A : tumor mengivasi ke mukosa lambung kemih atau
Rektum dan/ atau ke luar dari rongga panggul
minor
IV B : metastasis jauh penyakit mikroinvasif : invasi
stroma dengan kedalaman 3mm atau kurang dari
membran basalis epitel tanpa invasi ke rongga
pembuluh limfe/ darah atau melekat dengan lesi
kanker serviks.2

18. Bagimana tatalaksana kanker serviks?


Jawab :
a. Pembedahan
-Konisasi serviks
-Histerektomi abdominal ekstrafasial
-Histerektomi radikal + limfadenektomi pelvik bilateral
-Eksentrasi pelvic

b. Radiasi
-External beam therapy
-Brachytherapy
c. Kemoterapi : PVB (Cis platinum, Vincristin, Bleomycin)
d. Bahan biologi
e. Karsinoma in situ : Krioterapi, LEEP, laser,konisasi, histerektomi
(anak cukup), radiasi (brachytherapy)
*Stadium I A : konisasi, histerektomi ekstrafasial, radiasi
*Stadium I B - II A : Histerektomi radikal, radiasi
*Stadium II B - IV : radiasi, kemoterapi.2

19. Bagimana pencegahan kanker serviks?

Jawab :
Pencegahan

Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kanker serviks diperlukan


upaya pencegahan-pencegahan sebagai berikut :
Pencegahan primer, yaitu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan
kontak dengan karsinogen untuk mencegah inisiasi dan promosi pada proses
karsinogen.

Pencegahan sekunder, termasuk skrining dan deteksi dini untuk menemukan


kasus-kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan.

Pencegahan tertier, merupakan pengobatan untuk mencegah komplikasi


klinik dan kematian awal.

Dengan deteksi sedini mungkin infeksi HPV, dengan melakukan program


skrining minimal 5 tahun sekali setelah pertama kali berhubungan seksual.3

20. Mengapa dysplasia ringan dapat menyebabkan kanker?


Jawab :
Servix dilapisi oleh 2 macam epitel yaitu epitel squamosa dan epitel
kolumner.Epitel squamosa menutupi serviks bagianluar dan epitel kolumner
menutupikanalisservikalis Epitel squamosa dan epitel kolumner bertemu
membentuksambungan squamokolumner (SSK).
Dengan adanya pH vagina yang rendah dapat terjadi perubahan epitel
kolumner menjadi epitel squamosa, perubahan tersebut dinamakan metaplasia.
Prosesmetaplasia ini dianggap sebagai peristiwa normal dan terjadi pada
kebanyakan wanita. Epitel squamosa yang terjadi akibat proses metaplasia
disebut epitel squamosa metaplastik dan daerah yang terjadi akibat metaplasia
disebut zone transpormasi.
Jika terdapat mutagen pada serviks seperti sperma yang mengandung virus
HSV tipe 2, klamidia dan HPV pada saat fase aktif atau fase awal dari
metaplasia, maka sel-sel metaplastik dapat berubah menjadi sel yang
berpotensi ganas dan dapat menyebabkan kelainan yang disebut displasia.
Displasiayang terjadi dari yang ringan, sedang, berat dan selanjutnya dapat
berkembang menjadi kanker serviks jika daya tahan tubuh tidak dapat
mengatasi sel-sel tersebut. Perubahan dari displasia ringan ke sedang dan
selanjutnya membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 3 5 tahun
sehimgga kita mempunyai waktu untuk melakukan deteksi dini dengan Pap
Smear.3,9

21. Apa maknaklinis dari hasil anamnesis Ny. S?


Jawab :
Ny. S tidak memiliki banyak pasangan menandakan bahwa Ny. S
bukanlah penganut Multiple sexual partners yang merupakan salah satu
faktor resiko utama terjadinya kanker serviks.
Belum pernah medapatkan imunisasi HPV menandakan bahwa Ny. S
akan beresiko mudah terinfeksi virus HPV dan kanker serviks.
Memiliki 6 orang anak dan Saudara perempuan Ny. S juga ada yang
menderita kanker ovarium.2

22. Apa tujuan, manfaat, dan kapan waktu pemberian imunisasi HPV?
Jawab :
Tujuan dan manfaat
Tujuan dari imunisasi HPV adalah mencegah infeksi HPV 16, 18
(karsinogen kanker serviks),namun tidak bertujuan untuk terapi.
Manfaat imunisasi HPV adalah Lama proteksi vaksin bivalen 53 bulan,
dan vaksin quadrivalen berkisar 36 bulan, Vaksinasi HPV memberi perlindungan
terhadap infeksi HPV sebesar 89%.
Waktu pemberian HPV
Pada pasien yang belum pernah terinfeksi HPV
Usia >12 tahun pada bulan 0,2, dan 6 atau 0,1, dan 6.
Pada usia 26-55 tahun diberikan apabila hasil paps smear dan IVA
negatif.10

23. Apa etiologi dan faktor resiko kanker ovarium?


Jawab :
Faktor risiko
1. Factor lingkungan
Insidens kanker ovarium tinggi pada Negara-negara industri. Penyakit ini
tidak ada hubungannya dengan obesitas, minum alcohol, merokok maupun
minum kopi. Juga tidak ada kaitannya dengan penggunaan bedak talcum
ataupun intake lemak yang berlebihan
2. Factor reproduksi
Makin meningkat siklus haid berovulasi ada hubungannya dengan
meningkatnya risiko timbulnya kanker ovarium . hal ini dikaitkan dengan
pertumbuhan aktif permukaan ovarium setelah ovulasi. Induksi siklus ovulasi
mempergunakan klomifen sitrat meningkatkan risiko 2 sampai 3 kali. Kondisi
yang menyebabkan turunnya siklus ovulasi menurunkan risiko kanker seperti
pada pemakaian pil keluarga berencana menurunkan risiko sampai 50%, bila
pil dipergunakan 5 taahun atau lebih; multiparitas dan riwayat pemberian air
susu ibu termasuk menurunkan risiko kanker ovarium. Terlepas dari durasi
penggunaan, perumusan, dosis estrogen, rejimen, jenis progestrin, dan cara
pemberian, terapi hormone dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker
ovarium.
3. Factor genetic
5%-10% penyakit ini karena factor herediter ( ditemukan sekurang-
kurangnya dua keturunan dengan kanker ovarium)

Ada 3 jenis kanker ovarium yang diturunkan


1. Kanker ovarium site specific familial

2. Sindrom kanker payudara-ovarium, yang disebabkan oleh mutasi gen


BRCA 1 dan berisiko sepanjang hidup sampai 85% timbul kanker payudara
dan risiko lifetime sampai 50% timbul kanker ovarium pada kelompok
tertentu. Walaupun mastektomi profilaksis kemungkinan menurunkan risiko,
tetapi presentase kepastian delum diketahui. Ooforektomi profilaksis
mengurangi risiko sampai 2%.

3. Sindrom kanker Lynch tipe II, di mana beberapa anggota keluarga timbul
berbagai jenis kanker, termasuk kanker kolorektal nonpoliposis, endometrium
dan ovarium. 2

24. Bagaimana menifestasi klinis kanker ovarium?


Jawab :
Gejala yang tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal,
seperti rasa penuh, mual tidak enak pada perut, cepat kenyang, dan konstipasi.
Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder
akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogem ; beberapa
tumor dapat menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilasi. Gejala-gejala
keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan
dalam tumor, rupture, atao torsi ovarium.11

25. Bagimana patofisiologi kanker ovarium?


Jawab :
Zat- zat karsinogenik dan faktor-faktor resiko (diet tinggi lemak, riwayat
keluarga) tumor primer infiltrasi disekitar jaringan terjadi
impalantasi tumor mutasi pada gen TP53, KRAS, BRAF, KERBB2
(pengatur sel diferensiasi sel ovarium) menyebabkan sel abnormal yang terus
membelah dan tanpa kontrol kanker ovarium.7,11

26. Apa saja stadium kanker ovarium?


Jawab :
Stadium surgikal pada Kanker Ovarium Menurut FIGO 1988
tumor terbatas pada ovarium
Ia : Pertumbuhan tumor terbatas pada satu ovarium, cairan ascites
tidak mengandung sel-sel ganas, tidak ada pertumbuhan tumor pada
permukaan luar tumor, kapsul utuh
Ib : Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua ovarium, cairan ascites
tidak mengandung sel-sel ganas, tidak ada pertumbuhan tumor pada
permukaan luar tumor, kapsul utuh.
Ic : Tumor pada stadium Ia atau Ib tetapi dengan pertumbuhan
tumor pada permukaan luar dari satu atau kedua atau kapsul pecah atau
cairan ascites atau cairan bilasan peritoneum mengandung sel-sel ganas.

Pertumbuhan tumor pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke rongga
pelvis
IIa : Penyebaran dan atau metastasis ke uterus dan atau tuba fallopi
IIb : Penyebaran tumor ke organ pelvis lainnya
IIc : Tumor dengan stadium IIa atau IIb, tetapi dengan pertumbuhan
tumor pada pemukaan luar dari satu atau kedua ovarium atau kapsul
pecah atau cairan ascites atau cairan bilasan peritoneum mengandung
sel-sel ganas.

Tumor melibatkan satu atau kedua ovarium dengan implantasi di luar pelvis dan
atau terdapat pembesaran kelenjar limfe inguinal atau retroperitoneal, Metastasis
pada pemukaan liver sesuai dengan stadium III. Tumor terbatas pada pelvis,
tetapi pemeriksaan histologi menunjukkan penyebaran tumor ke usus halus atau
omentum
IIIa : Tumor secara makroskopis terbatas pada pelvis dan tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tetapi pemeriksaan histologi menunjukkan
penyebaran ke permukaan peritoneum abdominal
IIIb : Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan penyebaran di
permukaan peritoneum berdiameter tidak lebih dari 2 cm dan didukung
oleh hasil pemeriksaan histologi. Tidak ada penyebaran ke kelenjar limfe
IIIc : Terdapat penyebaran pada peritoneum abdominal dengan
diameter lebih dari 2 cm atau terdapat penyebaran ke kelenjar limfe
retroperitoneal atau inguinal atau keduanya
IV : Pertumbuhan tumor meliputi satu atau kedua ovarium dengan
metastase jauh. Bila terdapat efusi pleura, harus ditemukan sel-sel ganas
pada pemeriksaan sitologi. Metastasis pada parenkim liver sesuai dengan
stadium IV.2

27. Bagaimana tatalaksana kanker ovarium?


Jawab :
Kemoterapi

Pasien dengan Stadium I A derajat 1 dan 2 jenis epitel mempunyai


kesintasan hidup 5 tahun 95% dengan atau pemeberian kemoterapi
Beberapa kliniskus akan memberikan kemoterapi pada kanker ovarium derajat 2
stadium I A dan IB derajat 3, stadium II sampai IV : Kemoterapi: paclitaxel
(taxol) dengan carboplatin atau cisplatin.
- Setelah kemoterapi, ada 3 pilihan yang ditetapakn pada pasien:

a. observasi

b. teruskan pengobatan, bila tumor regresi tapi belum hilang seluruhnya

c. terapi konsolidasi dengan kemoterapi lain

- Untuk menekan residitif diberikan hexamethylmelamine

Untuk kanker ovarium residitif


- Jika residitif lebih dari 6 bulan setelah selesai kemoterapi berbasis
platinum, dapat dipertimbangkan pemberiaan ulang kemoterapi berbasis
platinum
- Jika residitif kurang dari 6 bulan setelah kemoterapi berbasis platinum,
dipertimbangkan kemoterapi topotecan dan doxorubicin, ifosfamid,
cyclophosphamide atau palclitaxel per minggu

- Operasi (debulking ) sangat tidak efektif

Untuk kanker ovarium sel germinal


- Semua pasien dengan tumor sel germinal perlu mendapat adjuvant
kemoterapi kecuali disgerminoma stadium IA, atau teratoma imatur stadium
I derajat 1.

- Standar pengobatan : pembedahan dilanjutkan dengan kemoterapi


bleomycin, etoposid, dan platinum (BEP) untuk semua stadium.2

28. Bagimana pencegahan kanker serviks?


Jawab :
Cancer menyebar perkontinuetatum / organ sekitar . Sel kanker menyebar
mengikuti aliran cairan perikonium dan terimplantasi ke organ dalam
peritoneum.
Para ahli di Northwestern Memorial mengatakan, perlindungan terbaik adalah
lewat metode pencegahan, memahami risiko dan mengenali tanda-tanda potensi
kanker ovarium.2,8

HIPOTESIS

Ny. S, 50 tahun menderita kanker serviks et causa post coital bleading dan
displasia ringan pada sel serviks.

PETA KONSEP

Ny. S, 50 tahun ibu


rumah tangga
Anamnesis : Pemeriksaan Ginekologi & Paps
smear :
Post coital Bleeding sejak 6
bulan yang lalu. Pada paps smear, sel
Siklus menstruasi normal. serviks Ny. S, mengalami
Tidak memiliki banyak displasia ringan.
pasangan.
Belum pernah mendapatkan
imunisasi HPV.
Memiliki 6 orang anak.
Saudara perempuan Ny. S ada
yang menderita kanker
ovarium Gejala dan Tanda

Etiologi pencegahan

patofisiologi Tata Laksana


Kanker serviks

Faktor Resiko Stadium

Klasifikasi Komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorlan,W.A.Newman ; alih bahasa , Huriawati, Hartanto, dkk ;editor edisi


bahasa indonesia, Huriawati, Hartanto, dkk; 2002:Kamus Kedokteran Dorland,
Edisi 29,Jakarta, EGC.
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan . Edisi ketiga. Jakarta : PT
Bina Pustaka.
3. Nuranna, Laila, dkk. 2011. Buku Acuan untuk Dokter dan Bidan. Jakarta :
Female Cancer Programme.
4. Winkjosastro H, saifuddin AB, Rachimhdhi T, editor.2007.Ilmu kandungan edisi
-9.yayasan bina pustaka sarwono prawiraharjo,jakarta,hal 915-924
5. Hartono H. editor 1996. Apa Yang Anda Harus Ketahui Tentang Alat
Kontrasepsi. BKKBN, Jakarta.
6. Andrijono, 2007 Majalah Kedokteran Indonesia Vol:57 No:5, HPV Vaccination
is a Primary Prevention of Cervical Cancer.
7. Robin, Kumar,dkk. Patologi Anatomi: Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. Edisi 7. Jakarta : ECG, 2007
8. Leveno, J kenneth, dkk. 2009. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC
9. Sastrawinata, Sulaiman, dkk. 2004. Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta : EGC

10. Andrijono. Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks. Maj
Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5
11. Price, Sylvia and Wilson, Lorraine. Patofisiologi, Konsep-konsep Klinis Proses
penyakit, Jilid 2

You might also like