Professional Documents
Culture Documents
Skenario 2
UNIVERSITAS JAMBI
2015/2016
Skenario 2 :
Ny. S, 50 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik obstetri dan ginekologi karena
post coital bleeding sejak 6 bulan lalu. Siklus menstruasi normal. Riwayat KB suntik 1
bulan sejak 15 tahun yang lalu. Sebelum melakukan pemeriksaan, Dokter menjelaskan
mengenai gangguan Haid dan siklus menstruasi. Dokter kemudian melakukan
pemeriksaan ginekologi dan paps smear. Dari hasil pemeriksaan paps smear dokter
menyimpulkan sel cervix shanti mengalami dysplasia ringan. Dokter menjelaskan
bahwa dysplasia ini dapat berkembang menjadi kanker cervix jika tidak ditangani
dengan baik. Dokter juga menyarankan Ny. S untuk melakukan pemeriksaan paps
smear secara berkala. Dari anamnesia lebih lanjut dokter mendapatkan informasi bahwa
Ny. S tidak memiliki banyak pasangan, belum pernah mendapatkan imunisasi HPV,
memiliki 6 anak dan ternyata saudara Ny. S juga ada yang menderita kanker ovarium.
Klarifikasi Istilah
1. Obstetri
Spesialis pembedahan yang menangani pelayanan kesehatan wanita selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas.1
2. Gynekology
Ilmu yang mempelajari dan menangani kesehatan alat reproduksi wanita.1
3. Post coital gleeding
Perdarahan yang terjadi setelah/selama hubungan seksual, tidak berhubungan
dengan menstruasi.2
4. Paps smear
Tes skrining untuk mendeteksi dini perubahan/abnormalitas dalam serviks
sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker.3
5. Dysplasia
Suatu keadaan dimana terjadi perubahan sel.1
6. Imunisasi HPV
Imunisasi yang dapat melindungi wanita terhadap jenis infeksi human papiloma
virus mungkin bisa menurunkan resiko kanker serviks.3
Identifikasi Masalah
1. Apa penyebab post coital bleeding?
2. Bagaimana mekanisme post coital bleeding?
3. Bagaimana hubungan riwayat Kb suntik dengan keluhan?
4. Apa jenis, indikasi, kontraindikasi, mekanisme, efek dari kontrasepsi?
5. Bagaimana siklus menstruasi normal?
6. Apa saja abnormalitas siklus menstruasi?
7. Apa tujuan, indikasi dan prosedur melakukan pemeriksaan ginekologi?
8. Apa tujuan, manfaat, cara, indikasi, dan jadwal melakukan pemeriksaan
paps smear?
9. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan paps smear?
10. Apa saja faktor penyebab terjadinya dysplasia?
11. Bagaimana mekanisme terjadinya dysplasia?
12. Apa saja klasifikasi dysplasia?
13. Apa etiologi kanker serviks?
14. Apa saja faktor resiko kanker serviks?
15. Bagaimana menifestasi klinis kanker serviks?
16. Bagaimana patofisiologi kanker serviks?
17. Apa saja stadium kanker serviks?
18. Bagimana tatalaksana kanker serviks?
19. Bagimana pencegahan kanker serviks?
20. Mengapa dysplasia ringan dapat menyebabkan kanker?
21. Apa maknaklinis dari hasil anamnesis Ny. S?
22. Apa tujuan, manfaat, dan kapan waktu pemberian imunisasi HPV?
23. Apa etiologi dan faktor resiko kanker ovarium?
24. Bagaimana menifestasi klinis kanker ovarium?
25. Bagimana patofisiologi kanker ovarium?
26. Apa saja stadium kanker ovarium?
27. Bagaimana tatalaksana kanker ovarium?
28. Bagimana pencegahan kanker serviks?
Analisis masalah
Coitus interruptus
Postcoital douche tanpa obat dan alat
Proloaged lactation
Rhytem method
Kondom alat sederhana
Pessarium
Obat spermitesida
AKDR / alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
Kontrasepsi mantap
- Cara pumeroy
- Cara irving perempuan
- Cara aldridge
- Cara kroener
- Sterilisasi : vasektomi laki-laki.2
Indikasi
Kontraindikasi
Hormonal kontrasepsi
Tumor estrogen
Penyakit hepar yang aktif
Tersangka hamil
Perdarahan ginekologi ( perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui.2,3,5
Mekanisme
Waktu Pemberian
a. Pasca persalinan
1). Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu
b. Pasca Abortus
c. Interval
Efek
4) Sakit kepala
6) Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat ditarik lagi.
b. Fase ovulasi
Dengan bertambah matang folikel hingga akhirnya matang benar, dan
oleh karena pembentukan cairan folikel makin bertambah, maka folikel
makinterdesak ke permukaan ovarium, malahan menonjol keluar. Sel-sel
pada permukaan ovarium menjadi tipis, folikel pecah dan keluarlah cairan
dari folikel bersama-sama ovum yang dikelilingi sel-sel kumulus oofurus.
Ovulasi terjadi pada hari ke 14 setelah timbulnya menstruasi.
c. Fase Luteal
Selama hari terakhir sebelum ovulasi dan diteruskan selama sehari atau
lebih setelah ovulasi dibawah rangsangan hormon luteinisasi, sel-sel teka
dan sel granulose mengalami luteinisasi. Jadi massa sel yang masih tetap
pada tempat folikel yang pecah menjadi korpus luteum yang menyekresikan
hormone progesterone dan estrogen. Setelah itu ia mulai mengalami involusi
dan kehilangan fungsi sekresinya serta sifat lipidnya sekitar 12 hari setelah
ovulasi yang kemudian menjadi korpus albikans.
2. Siklus endometrium
a. Fase Proliferasi (fase estrogen)
No Langkah
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
9. Masukkan speculum dengan ukuran sesuai secara miring, agar tidak mengenai
meatus uretra eksternum
10. Spekullum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina lalu dibuka hungga
serviks terlihat jelas
11. Kencangkan/kunci speculum
13. Sekrup speculum dikendurkan dan speculum diputar kembali pada posisi semula
(miring). Speculum perlahan-lahan ditarik keluar
Pemeriksaan bimanual:
14. Beri jeli pada jari telunjuk dan jari tengah
16. Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan kearah
komisura posterior yang kemudian diikuti jari telunjuk
17. Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk, tangan kiri dipindahkan
keatas sympisis untuk memfiksasi uterus
18. Nilai kondisi serviks: posisi , ukuran, nyeri goyang portio
20. Letakkan tangan kanan disamping serviks, tangan kiri pada sisi yang sama diatas
perut
Nilai kondisi ovarium : ukuran, konsistensi, nyeri, mobilitas
21. Keluarkan tangan pelan-pelan
22. Cuci tangan pada larutan klorin, sarung tangan dibuka dan rendam dalam
keadaan terbalik
Cara pemeriksaan
Indikasi
Kontra indikasi
Jadwal
Skrining pertama kali : kurang lebih 3 tahun setelah hubungan intim yang
pertama kali atausejak usia 21 tahun jika saat itu melakukan hubungan yang
pertama kali.
Wanita sampai umur 30 tahun, skrining dilakukan setahun sekali.
Wanita usia 30 tahun ke atas:
a. Skrining tiap 2-3 tahun apabila hasil sitologi servikal 3 tahun berturut-
turut negatif ataukombinasi hasil sitologi servikal dan pemeriksaan
risiko tinggi HPV negatif.
b. Skrining lebih sering dilakukan pada pasien-pasien dengan hasil Pap
positif ataudengan tes risiko tinggi HPV positif, infeksi HIV, pasien-
pasien dengan imunosupresi,mendapat paparan dietilstilbestrol (DES)
in utero, mempunyai riwayat kanker serviikssebelumnya.
Wanita dengan histerektomi: skrining rutin tidak dilanjutkan apabila serviks
telah diangkatdan tidak ada riwayat pertumbuhan sel yang abnormal atau ke arah
keganasan. Apabilawanita tersebut memiliki riwayat pertumbuhan sel yang
abnormal, maka skriningdilakukan setiap tahun ; pada beberapa pasien
skrining tidak dilanjutkan apabila hasil tessitologi vagina 3 kali berturut-
turut hasilnya negatif.
Wanita yang lebih tua: The American Cancer Society merekomendasikan
bahwa skrining tidak dilanjutkan pada wanita yang berusia lebih dari 70
tahun apabila hasilpemeriksaan Pap smear 3 kali berturut-turut negative dan
hasil Pap smear 10 tahunsebelumnya juga negatif.The American Cancer Society
menyatakan bahwa Pap smear harus diteruskan pada wanitasehat yang memiliki
riwayat kanker serviks, eksposur dietilstilbestrol (DES) in utero, infeksiHIV
atau dengan kelemahan sistem imun.3
Adanya PH vagina yang rendah yang dapat menyebabkan perubahan epitel pada
serviks uteri dari epitel columnar menjadi epitel squamosa disebut metaplasia
Jika terdapat benda asing bisa berasal dari sperma atau zat infeksi terhadap sel
metaplasia akan menyebabkan keganasan.
Tumbuh dalam daerah transisi antara epitel skuamosa ektoserviks dan epitel torak
endoserviks. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya gangguan maturasi,
pertumbuhan proliferasi dan adanya pleimorfi. Lapisan basal dengan sel-sel tidak
matur lebih tebal dari normal, karena peningkatan proliferasi, maka biarpun ada
gangguan maturasi, epitel tidak tipis.
b. Risiko Minor
- Menikah usia muda (<20tahun)
- Memiliki banyak pasangan seksual (baik perempuan maupun
pasangannya)
- Terpapar IMS (Infeksi Menular Seksual)
- Memakan pil kontrasepsi jangka panjang
- Merokok
- Defisiensi vitamin A/C/E.3
b. Radiasi
-External beam therapy
-Brachytherapy
c. Kemoterapi : PVB (Cis platinum, Vincristin, Bleomycin)
d. Bahan biologi
e. Karsinoma in situ : Krioterapi, LEEP, laser,konisasi, histerektomi
(anak cukup), radiasi (brachytherapy)
*Stadium I A : konisasi, histerektomi ekstrafasial, radiasi
*Stadium I B - II A : Histerektomi radikal, radiasi
*Stadium II B - IV : radiasi, kemoterapi.2
Jawab :
Pencegahan
22. Apa tujuan, manfaat, dan kapan waktu pemberian imunisasi HPV?
Jawab :
Tujuan dan manfaat
Tujuan dari imunisasi HPV adalah mencegah infeksi HPV 16, 18
(karsinogen kanker serviks),namun tidak bertujuan untuk terapi.
Manfaat imunisasi HPV adalah Lama proteksi vaksin bivalen 53 bulan,
dan vaksin quadrivalen berkisar 36 bulan, Vaksinasi HPV memberi perlindungan
terhadap infeksi HPV sebesar 89%.
Waktu pemberian HPV
Pada pasien yang belum pernah terinfeksi HPV
Usia >12 tahun pada bulan 0,2, dan 6 atau 0,1, dan 6.
Pada usia 26-55 tahun diberikan apabila hasil paps smear dan IVA
negatif.10
3. Sindrom kanker Lynch tipe II, di mana beberapa anggota keluarga timbul
berbagai jenis kanker, termasuk kanker kolorektal nonpoliposis, endometrium
dan ovarium. 2
Pertumbuhan tumor pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke rongga
pelvis
IIa : Penyebaran dan atau metastasis ke uterus dan atau tuba fallopi
IIb : Penyebaran tumor ke organ pelvis lainnya
IIc : Tumor dengan stadium IIa atau IIb, tetapi dengan pertumbuhan
tumor pada pemukaan luar dari satu atau kedua ovarium atau kapsul
pecah atau cairan ascites atau cairan bilasan peritoneum mengandung
sel-sel ganas.
Tumor melibatkan satu atau kedua ovarium dengan implantasi di luar pelvis dan
atau terdapat pembesaran kelenjar limfe inguinal atau retroperitoneal, Metastasis
pada pemukaan liver sesuai dengan stadium III. Tumor terbatas pada pelvis,
tetapi pemeriksaan histologi menunjukkan penyebaran tumor ke usus halus atau
omentum
IIIa : Tumor secara makroskopis terbatas pada pelvis dan tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tetapi pemeriksaan histologi menunjukkan
penyebaran ke permukaan peritoneum abdominal
IIIb : Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan penyebaran di
permukaan peritoneum berdiameter tidak lebih dari 2 cm dan didukung
oleh hasil pemeriksaan histologi. Tidak ada penyebaran ke kelenjar limfe
IIIc : Terdapat penyebaran pada peritoneum abdominal dengan
diameter lebih dari 2 cm atau terdapat penyebaran ke kelenjar limfe
retroperitoneal atau inguinal atau keduanya
IV : Pertumbuhan tumor meliputi satu atau kedua ovarium dengan
metastase jauh. Bila terdapat efusi pleura, harus ditemukan sel-sel ganas
pada pemeriksaan sitologi. Metastasis pada parenkim liver sesuai dengan
stadium IV.2
a. observasi
HIPOTESIS
Ny. S, 50 tahun menderita kanker serviks et causa post coital bleading dan
displasia ringan pada sel serviks.
PETA KONSEP
Etiologi pencegahan
Klasifikasi Komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
10. Andrijono. Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks. Maj
Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5
11. Price, Sylvia and Wilson, Lorraine. Patofisiologi, Konsep-konsep Klinis Proses
penyakit, Jilid 2