You are on page 1of 11

Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan rasa aman nyaman Pada Klien Tn.

Dengan Batu Saluran Kemih (BSK) Di Ruang Perawatan Nilam BLUD RS Benyamin Guluh

Kabupaten Kolaka Tahun 2017

Nama : Muhammad Asriadi

Nim : 15.1389

Kelompok : II (Dua)

Ruangan : Nilam

Mengetahui

CI Lahan CI Institusi

(Nuridah, S.Kep,. Ns, M.Kes) (Ns. Yulita Anastasia, S.Kep)

Akper Pemkab Kolaka

Tahun 2017
Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan..........Pada Klien ....... Dengan.........

Di Ruang Perawatan Nilam BLUD RS Benyamin Guluh

Kabupaten Kolaka

Tahun 2017

I.Konsep medis
A. Definisi
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan
urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm
dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan
dari hilus ginjal menuju kandung kemih.
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses
pembentukan batu ini disebut urolitiasis.
Batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir
kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi (Muslim, 2007).
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem
kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan ureter. Batu ini mungkin terbentuk di di
ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di
saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi

B. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air kemih jenuh
dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih
kekurangan penghambat pembentuka batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri
dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan
mineral struvit (Sjabani, 2006). Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium
dan fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air
kemih yang terinfeksi (Muslim, 2007). Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau
lebih. Batuyang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir
keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis
a. Faktor Endogen
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan beberapa
faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih, yaitu:
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
b. Faktor Eksogen Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan
mineral dalam air minum.
Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi
pembentukan saluran kemih antara lain:
a. Infeksi Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran kemih.
b. Stasis dan Obstruksi Urine Adanya obstruksi dan stasis urine pada
sistem perkemihan akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK).
c. Jenis Kelamin Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita
dengan perbandingan 3:1
d Ras Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e. Keturunan Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu
saluran kemih memiliki resiko untuk menderita batu saluran kemih
dibanding dengan yang tidak memiliki anggota keluarga dengan batu
saluran kemih.
f. Air Minum Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang
didapat dari minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum
air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang
minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.
g. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak
duduk.
h. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
panas sehingga pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak
didukung oleh hidrasi yang adekuat akan meningkatkan resiko batu saluran
kemih.
i. Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani,
kalsium, natrium klorida, vitamin C, makanan tinggi garam akan
meningkatkan resiko pembentukan batu karena mempengaruhi saturasi
urine.
C. Fatofisiologi
a. Teori Intimatriks Sjabani (2006) meyebutkan terbentuknya batu saluran kencing
memerlukan adanya substansi organik sebagai inti. Substansi ini terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi Sjabani (2006) menyebutkan erjadi kejenuhan substansi
pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan
mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi Sjabani (2006) menyebutkan perubahan pH urine
akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam
akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-
garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat (Muslim, 2007)Berkurangnya faktor
penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam
mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.
Manifestasi klinis
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat
ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung
atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri
hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam
(Brunner dan Suddarth, 2003).
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil
dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih,
terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran
kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika
penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis
Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa,
akut dan kolik yang menyebar kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa
ingin kemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter. Pada laki-laki nyeri
khas terasa menyebar di sekitar testis, sedangkan pada wanita nyeri terasa
menyebar di bawah kandung kemih (Ganong (1992) dan Brunner dan Sudarth
) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
Menurut Fillingham dan Douglass (2000), ketika batu menghambat dari saluran
urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak
terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah
maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan perasaan
tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks
dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan usus besar.
(2003)). Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai
dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus
diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran
urin membaik dan lancar.
D. Pemerikasaan penunjang
1. Urinalisa Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning-
kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi
urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 6,8 (rata-
rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam :
Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat),
kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 20
mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular
Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam
saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil
normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl
tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa
yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Laboratorium a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi
berat atau polisitemia. b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada
gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan
sirkulasi serum dan kalsium urine.
Asuhan keperawatan ..., Nova Indrawati, FIK UI, 2013
3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder) Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan
bladder serta menunjukan adanya batu di sekitar saluran kemih.
4. Endoskopi ginjal Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu
yang kecil.
5. USG Ginjal Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. EKG (Elektrokardiografi) Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam
basa dan elektrolit.
7. Foto Rontgen Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang
abnormal, menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
8. IVP (Intra Venous Pyelografi ) Menunjukan perlambatan pengosongan
kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli
kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan memberikan
konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul.
Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
9. Pielogram retrograd Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan
kandung kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung
kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan
urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium,
dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi
serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di
dapatkan.
untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu
kandung kemih pada klien.
E. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis
batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi
obstruksi akibat batu (Sjabani, 2006). Cara yang biasanya digunakan untuk
mengatasi batu kandung kemih adalah terapi konservatif, medikamentosa,
pemecahan batu, dan operasi terbuka.
a. Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm. Batu ureter
yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan (Fillingham dan Douglass,
2000). Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat pilihan terapi konservatif
berupa (American Urological Association, 2005):
1. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari 2. - blocker 3. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain
untuk terapi konservatif adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya
infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan konservatif
bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada
pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan
fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera
dilakukan intervensi (American Urological Association, 2005).
b. Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL )
ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih. Badlani (2002)
menyebutkan prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kemih
dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh.
Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin di luar tubuh dapat difokuskan ke
arah batu dengan berbagai cara. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan
melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk memecah
batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, selanjutnya keluar bersama kencing
tanpa menimbulkan sakit.
Al-Ansari (2005) menyebutkan komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter hampir
tidak ada. Keterbatasan ESWL antara lain sulit memecah batu keras (misalnya
kalsium oksalat monohidrat), perlu beberapa kali tindakan, dan sulit pada orang
bertubuh gemuk. Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita
dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius karena ada kemungkinan
terjadi kerusakan pada ovarium.
c. Ureterorenoskopic (URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah secara dramatis
terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL,
laser dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS
adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga
diperlukan alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk
menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing-
masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
d. Percutaneous Nefro Litotripsy (PCNL)
PCNL yang berkembang sejak dekade 1980 secara teoritis dapat digunakan sebagai
terapi semua batu ureter. Namun, URS dan ESWL menjadi pilihan pertama
sebelum melakukan PCNL. Meskipun demikian untuk batu ureter proksimal yang
besar dan melekat memiliki peluang untuk dipecahkan dengan PCNL (Al-Kohlany,
2005).
Menurut Al-Kohlany (2005), prinsip dari PCNL adalah membuat akses ke kalik
atau pielum secara perkutan. Kemudian melalui akses tersebut.
dimasukkan nefroskop rigid atau fleksibel, atau ureteroskop, untuk selanjutnya
batu ureter diambil secara utuh atau dipecah. Keuntungan dari PCNL adalah
apabila letak batu jelas terlihat, batu pasti dapat diambil atau dihancurkan dan
fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas. Proses PCNL
berlangsung cepat dan dapat diketahui keberhasilannya dengan segera. Kelemahan
PCNL adalah PCNL perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi.
e. Operasi Terbuka
Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa variasi operasi
terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal tersebut tergantung pada
anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada flank,
dorsal atau anterior. Saat ini operasi terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1
-2 persen saja, terutama pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau
ukuran batu ureter yang besar.
Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Biodata
1) Identitas klien
Nama : Tn.G
Jenis kelamin :L
Tanggal lahir : 08-12-1955
Agama : Kristen
Suku : Toraja
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Watalara
Nomor RM : 098703
Diagnosa medis : BSK(Batu Saluran Kemih)
Tgl/jam masuk RS : 17-01-2017, jam 04.50
Tgl/jam pengkajian : 20-01-2017, jam 06.20

2) Identitas penanggung jawab


Nama : Ny.E
Jenis kelamin :P
Umur : 56 tahun
Alamat :Watalara
Hubungan : Istri
b. Riwayat kesehatam
1) Keluhan utama:
Klien mengatakan sakit perut bagian bawah
2) Riwayat keluhan utama
Pasien mengatakan sakit perut bagian bawah
S:Klien mengatakan nyeri saat bak
O:Nyeri sedang skala 4 (0-10)
A:Nyeri
P:Lanjutkan intervensi
3) Riwayat kesehatan masalalu
Pasien mengatakan bahwa pernah masuk rumah sakit sebelumnya
dengan diagnosa yang sama.
4) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga sebelumnya yang menderita
penyakit yang sama
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
Klien Nampak pucat
1) GCS: compos mentis
2) Tanda-tanda vital:
Td :130/80 mmHg
S :36,5 C
N :76 */menit
P :20 */menit
d. Pemeriksaan penunjang
Periksaan laboratorium

Urinalisa Hasil
Warnah Kuning
Kejernihan Jernih
Berat jenis 1.%
Ph/ 5.5
Protein -
Nitrit -
Leukosit +

e. Terapi atau obat


1) Ranitidin
2) ketorolac
2. Klasifikasi data
a. Data subjektif (DS)
Klien mengatakan sakit perut bagian bawah
b. Data objektif (DO)
Keadaan umum:
Klien Nampak pucat
1) GCS: compos mentis
2) Tanda-tanda vital:
Td :130/80 mmHg
S :36,5 C
N :76 */menit
P :20 */menit

3. Analisa data

Data Etiologi Masalah


Nyeri
1. DS: klien mengatakan sakit Batu ginjal
bagian bawah

2. DO: keadaan umum: Infeksi pada ginjal

Klien Nampak pucat

Kerusakan fungsi
1. GCS:composmentis ginjal
2. Tanda tanda vital:
Td: 130/80 mmhg

S: 36,5 C
N:76*/menit Nyeri
P:20*/menit

B. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap batu
ginjal dan spasme otot polos
2) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi
mekanik inflamasi
C. Intervensi

D. E. Diagnosa F. Tujuan/KH G. Intervensi


No
I. J. Nyeri K. Mendemostrasikan rasa Kaji dan catat lo
1 berhubungan dengan nyeri hilang dengan kriteria intensitas skala 0-10
cedera jaringan hasil : tak ada nyeri,ekspresi penyebarannya
sekunder terhadap wajah rileks,tak ada mengerang Berikan tindakan u

batu ginjal dan dan perilaku melindungi meningkatkan kenyam


spasme otot polos bagian nyeri seperti pijatan punggung

L. M. Perubahan pola N. Klien berkemih dengan monitor masukan dan


2 eliminasi urine jumlah normal dan pola biasa atau pengeluaran serta karakteris
berhubungan dengan tiadak ada gangguan urin
O. Criteria hasil: tentukan pola berkemih nor
obstruksi mekanik
P. Jumlah urine 1500 ml/24
inflamasi klien dan perhatikan variasi
jam dan pola biasa

R.

You might also like