Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Metode Penelitian : 88 anak yang memenuhi kriteria klinis demam tifoid diikut
sertakan dalam penelitian ini. Mereka dibagi menjadi dua yaitu yang berada
didalam rumah sakit dan yang diluar rumah sakit. Sebanyak 44 pasien diterapi
ceftriaxone injeksi.
Hasil : Penelitian ini melibatkan 88 pasien dengan demam dan dicurigai suspek
demam tifoid. Rata-rata usia partisipan yaitu 83.51.94 tahun dan sebanyak 41
(46.6%) anak berkelamin laki-laki. Rata-rata berat badan anak adalah 24.76.3 kg.
Hanya 15 (17%) anak yang mengkonsumsi air minum rebusan secara rutin. Total
sebanyak 68 (77.3%) anak menjadi tidak demam lagi dalam waktu 96 jam dan 20
(22.7%) tidak sembuh dari demam dalam waktu 96 jam. Pada grup ciprofloxacin,
sebanyak 19 (43.1%) gagal mereda demamnya dalam waktu 96 jam. Pada grup
dan 1 (2.3%) pasien tidak mereda demamnya dalam waktu 96 jam. Proporsi
pasien yang menjadi tidak demam lagi dalam waktu 96 jam signifikan tinggi pada
Kesimpulan : Ceftriaxone lebih efektif pada anak dengan demam tifoid dengan
proporsi dalam meredakan demam pada anak dalam waktu 96 jam yang besar.
thypoid, telah menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas yang signifikan
sejak jaman dahulu. Salmonella adalah basil gram negatif penting yang
osteomyelitis atau abses. Demam enterik, disebut juga dengan demam tifoid atau
demam paratifoid, adalah penyakit demam sistemik yang paling sering disebabkan
oleh Salmonella typhi. Pada beberapa kasus, penyakit ini disebabkan pula oleh
Komplikasi lebih sering terjadi pada individu yang tidak diobati, termasuk
didalamnya perdarahan usus dan perforasi, atau infeksi fokal seperti abses
klinis pada pediatrik. Di dunia barat, penyakit ini hampir mencapai tingkat
eradikasi. Namun, secara global, setidaknya ada 13-17 juta kasus yang
pada anak-anak dan dewasa muda berusia antara 5-19 tahun. WHO menunjukkan
bahwa kejadian demam tifoid pada anak-anak Pakistan berusia 2-5 tahun adalah
573,2 per 100.000 orang per tahun. Insiden serupa juga didapatkan pada anak-
anak usia sekolah dan remaja. Beban tertinggi penyakit ini didapatkan pada anak-
anak berusia 2-15 tahun. Oleh karena itu, S. typhi merupakan penyebab tersering
bakteremia dalam kelompok usia ini, dan tingkat tifoid tahunan tersering
(dikonfirmasi dengan kultur darah) dalam studi terbaru dari India, Pakistan, dan
Indonesia berada pada kisaran 149 sampai 573 kasus per 100.000 anak. Diagnosis
definitif demam tifoid dibuat hanya dengan isolasi Salmonella typhi dari darah,
feses, urin, sumsum tulang dan lain-lain, dan berdasarkan tanda klinis yang khas.
Rasio kasus kematian adalah 10% pada kasus yang tidak diobati, dan kurang dari
lini pertama untuk anak-anak dan orang dewasa yang terinfeksi dengan sensivitas
yang sama pada kasus multidrug resistant, S. typhi dan paratyphi. Generasi ketiga
34% pada tahun 1999 menjadi 66% pada tahun 2005. Dalam studi prospektif di
terpantau pada tahun 1999, sedangkan pada tahun 2005, terpantau 4,4% resistensi
Sparfloxacin, 8,8% resisten terhadap ofloksasin, dan resistensi yang tinggi, 13%,
dipertanyakan apakah salah satu dari obat ini memiliki perbedaan keberhasilan
dalam hal sensitivitas dan pola resistensi serta kekambuhan. Selain itu, kami
demikian, hasil penelitian ini akan memungkinkan dokter anak untuk memilih
terapi lini pertama untuk pengobatan demam enterik dengan cara yang sama.
Dengan cara ini, manajementerapi yang tepat waktu terhadap anak-anak ini akan
mengurangi morbiditas secara spesifik dan juga mengurangi beban klinis rumah
METODE
Rawalpindi. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan dari 25 Maret 2010
Ceftriaxone).
Teknik Consecutive (non-probability) Sampling
Anak-anak berusia 5-12 tahun dari kedua jenis kelamin dengan demam
tifoid dilibatkan dalam penelitian ini. Semua anak yang memiliki riwayat asupan
antibiotik (sefalosporin generasi ketiga dan kuinolon) oral atau IV dan tidak ada
presentasi demam pada waktu itu dikeluarkan. Penelitian ini merupakan penelitian
dirawat di bangsal anak Rumah Sakit Holy Family dan secara acak dibagi menjadi
Pemeriksaan yang telah dilakukan selama dirawat di rumah sakit adalah typhidot
(antibodi IgM) dari laboratorium yang dilakukan berdasarkan kit standar. Hasil
menggunakan SPSS (V10). Mean dan standar deviasi dihitung untuk variabel
kuantitatif yaitu usia dan durasi meredanya demam. Frekuensi dan persentase
dihitung untuk variabel kualitatif yaitu gender dan meredanya demam dalam 96
demam dalam 96 jam) dari kedua obat. P-value <0,05 dianggap signifikan.
HASIL
demam tifoid berdasarkan klinis pasien. Secara klinis, pasien mengalami demam
> 37 C dengan ada setidaknya satu atau lebih dari tanda dan gejala berikut: sakit
kepala persisten, nyeri perut atau gangguan pada perut, adanya splenomegali /
hepatomegali, Rose spots pada kulit, muntah, dan tidak ada bukti infeksi pada
dada, usus, urin ataupun infeksi meningeal. Dengan demikian, semua subjek
penelitian berusia <12 tahun. Rentang usia adalah dari 5 sampai 12 tahun dengan
usia rata-rata 8,3 1,94 tahun. 41 (46,6%) pasien adalah laki-laki dan 47 (53,4%)
pasien adalah perempuan. Berat anak-anak berkisar 14-41 kg dengan berat rata-
rata 24,7 6,3 kg. Selain itu, 15 (17%) pasien yang sehari-harinya meminum air
rebusan secara rutin, sementara 73 (83%) yang lain sehari-harinya meminum air
DISKUSI
muda. Hal ini memperbesar dampak terhadap sosial ekonomi masyarakat akibat
masyarakat; tetapi penyakit ini terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
pengobatan demam enterik lebih sulit. 2 dekade terakhir terjadi peningkatan kasus
dan penyebaran strain S.typhi resisten (MDR). Infeksi strain jenis ini dikaitkan
dengan durasi penyakit yang lebih lama serta morbiditas dan mortalitas yang lebih
tinggi. Insiden yang lebih tinggi didapatkan di seluruh Asia Selatan daripada yang
diperkirakan sebelumnya terutama pada anak-anak yang lebih muda. Demam
anak-anak, 60% dari kasus didapatkan pada kelompok usia 5 sampai 9 tahun, 27%
antara 2-5 tahun, dan 13% kelompok umur 0-2 tahun. Setelah munculnya strain
jumlah hari untuk defervescence dalam pengobatan demam tifoid pada anak-anak.
demam yang diduga menderita demam tifoid. Usia rata-rata adalah 8,3 1,94
tahun dan 41 (46,6%) pasien adalah laki-laki. Berat rata-rata adalah 24,7 6,3 kg.
Hanya 15 (17%) pasien yang mengkonsumsi air rebusan secara rutin. Total 68
(77,3%) anak-anak menjadi tidak demam lagi dalam waktu 96 jam, sedangkan 20
(22,7%) gagal menjadi tidak demam lagi dalam 96 jam. Pada kelompok
(97,7%) pasien demam mereda dalam 96 jam dan 1 (2,3%) pasien demam gagal
mereda dalam 96 jam. Oleh karena itu, proporsi pasien yang mereda demamnya
dalam waktu 96 jam secara signifikan lebih tinggi pada kelompok ceftriaxone
besar pasien sembuh dari demam dengan cepat, beberapa juga ada yang memakan
sarana aritmatika mungkin tidak akurat. Namun, demam persisten yang didapat
pada beberapa pasien meskipun eliminasi dari S. typhi dan S. Paratyphi yang jelas
dari aliran darah telah dikaitkan dengan masih terjadinya produksi sitokin
dalam uji terapi tifoid. Beberapa peneliti juga tidak menentukan apakah kegagalan
Hal ini mungkin karena penggunaan irasional kuinolon bahkan pada infeksi
ringan. Meskipun, sebagian besar merupakan demam virus. Hal ini telah
resistensi obat dan bukti klinis terbatas untuk penggunaan agen baru, terutama
untuk anak-anak. Penelitian dalam skala besar, yang dirancang dengan baik, dan
dengan metodologis ketat diperlukan untuk membandingkan fluoroquinolones
dengan antibiotik lini pertama dalam komunitas atau untuk pasien rawat jalan.
dengan pelaporan kasus resistensi yang akurat. Follow up pasien jangka panjang
dan pengawasan efek samping juga diperlukan. Peneliti harus memiliki definisi
operasional yang terstandarisasi dan waktu pengukuran untuk hasil yang tepat,
dalam penelitian objektif tentang efikasi pengobatan dan efektivitas biaya, kita
peran terapi ceftriaxone terhadap MDR tifoid yang tidak respon dengan terapi
ciprofloxacin selama 12-14 hari yang dikonfirmasi dengan tes bakteriologi. Upaya
juga telah dilakukan untuk menyelidiki kerentanan strain S. typhi yang telah
Sebanyak 140 anak-anak, berusia 3-10 tahun, yang secara klinis didiagnosis
menderita demam tifoid, tanpa respon klinis setelah 12-14 hari terapi
selama 14 hari. Strain S. typhi yang telah diisolasi diuji untuk kepekaan atau
sensitifitas antimikroba terhadap S. typhi secara in-vitro. Penyembuhan secara
pasien dengan tes bakteriologis positif. Semua strain S. typhi seragam (100%)
terhadap strain S. typhi secara in-vitro, tetapi secara klinis dan bakteriologis
ciprofloxacin tidak sensitif atau peka terhadap S.typhi. Oleh karena itu,
dan berguna untuk mengobati demam tifoid MDR; dengan demikian, ceftriaxone
beban tahunan jutaan kasus secara global. Di Rumah Sakit Lady Reading,
Unit "A". kriteria inklusi adalah kultur darah dan / atau sumsum tulang positif.
Total, 50 pasien dengan kultur positif untuk Salmonella (26 anak positif pada
kultur darah dan 49 anak positif pada kultur sumsum tulang belakang). Organisme
terhadap sefalosporin generasi ketiga bervariasi antara 57% dan 79%. Terlepas
dari resistensi secara in-vitro, 22 pasien (44%) menunjukkan respon klinis yang
sefalosporin generasi ketiga. Akhirnya, respon pasien terhadap obat ini didapatkan
hasil yang baik dengan terjadinya penurunan suhu badan hingga normal dalam
waktu 8 hari setelah dimulainya pengobatan. Tidak ada efek yang signifikan dari
kuinolon dapat digunakan pada anak-anak di atas usia 5 tahun pada kasus MDR
tifoid. Penyebaran cepat multidrug resistant (MDR) demam tifoid saat ini telah
menjadi tantangan besar dalam hal terapi kasus ini di seluruh dunia. Setelah
ciprofloxacin telah menjadi obat pilihan untuk pengobatan demam tifoid bahkan
pada kelompok usia anak-anak. Oleh karena itu, dilakukan penelitian di Kolkata,
India, untuk mengevaluasi peran terapi ceftriaxone terhadap kasus MDR tifoid
yang tidak respon dengan terapi ciprofloxacin selama 12-14 hari yang
merupakan obat pilihan yang dapat diandalkan dan berguna untuk mengobati
MDR demam tifoid. Selain itu, ceftriaxone mungkin menjadi alternatif yang
Kesimpulan
Ceftriaxone lebih efektif pada anak dengan demam tifoid dalam hal
proporsi yang lebih besar dalam menurunkan demam pada anak-anak dalam
waktu 96 jam.
DAFTAR PUSTAKA