Professional Documents
Culture Documents
AJAR KDM II
Materi :
Mobilisasi
Dosen Pembimbing:
Ns. Ester Inung Sylvia, M.Kep., Sp.MB
Nama : 1. Apriliani
PO.62.20.1.16.122
2.Enrico Paska
PO.62.20.1.16.137
3. M. Dilah Rasit
KATA PENGANTAR
Hormat kami.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI ii
TINJAUAN BAHAN AJAR iv
1. Tujuan penulisan bahan ajar v
2. Tujuan instruksional khusus vi
3. Analisis Instruksional vii
4. Petunjuk awal penggunaan bahan ajar viii
5. Rencana kegiatan belajar mengajar ix
BAB I
A. Konsep
1. Pengertian Mobilisasi 1
2. Sistem Tubuh dalam yang berperan dalam Mobolisasi 1
3. Klasifikasi Mobilisasi 2
4. Tujuan Mobilisasi 3
5. Etiologi 3
6. Pastofisiologi 3
7. Jenis Gerakan Mobilisasi 4
8. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Mobilitas 4
9. Pengkajian Keperawatan 5
10. Diagnosa Keperawatan 6
11. Intervensi Keperawatan 6
12. Implementasi Keperawatan 6
C. Evaluasi 9
D. Rangkuman 10
E. Soal 11
F. Kunci jawaban Soal 12
Tinjau
Bahan ajar ini akan menguraikan tentang asuhan
keperawatan tentang kebutuhan iii aktivitas/mobilitas.
Fokus pembahasan mencakup beberapa konsep
asuhan keperawatan kebutuhan aktivitas/mobilitas
mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
hingga evaluasi, selain itu fokus pembahasan meliputi
Pengertian Mobilisasi, Sistem Tubuh dalam yang berperan dalam
Mobolisasi, Klasifikasi Mobilisasi, Tujuan Mobilisasi, Etiologi,
Pastofisiologi, Jenis Gerakan Mobilisasi, Faktor-Faktor Yang Dapat
Mempengaruhi Mobilitas, Pengkajian Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan, Intervensi Keperawatan dan Implementasi
Keperawatan.
Mahasiswa mampu:
vi
MEMBACA SECARA RUNUT:
SESI/PERKULIAHAN KE III
TIK
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyusun asuhan keperawatan Mobilisasi
2. Mendemonstrasikan ketrampilan:
vi
a. Mobilisasi Dengan Memberikan Posisi Miring
POKOK BAHASAN: Mobilisasi
BAHAN BACAAN
PERTANYAAN KUNCI
Pertanyaan pemandu:
MOBILITAS/MOBILISASI
ix
PENDAHULUAN
BAB I
A. KONSEP MOBILITAS
1. PENGERTIAN
Mobilitas/Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
bebas, mudah, dan teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup
sehat, dan penting untuk kemandirian. (Barbara Kozier, 1983).
c. Ligament
1
Ligament merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan
tulang. ligament pada lutut merupakak struktur penjaga stabilitas, oleh
karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
d. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih dua ujung tulang bertemu.
Sendi membuat segmental dari kerangka tubuh dan memngkinkan
gerakan antar segment dan berbagai derajat pertemuan tulang. terdapat
beberapa jenis sendi, misalnya sendi sinovial yang merupakan sendi
kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikular, ruang
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan sinovial. selain itu,
terdapat pula sendi bahu, panggul, lutut, dan jenis sendi lain seperti :
sindesmosis, sinkonrosis, dan simifisis.
e. Sistem saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis)
dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf
memiliki bagian somatik dan otonom, bagian otonom memiliki fungsi
sensorik dan motorik. terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan
secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang diinervesi, dan kerusakan pada saraf radial
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik didaerah radial
tangan.
Secara umum sistem saraf aktivitas dan mobilitas berfungsi sebagai:
a. saraf afferent menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskan
ke susunan saraf pusat.
b. sel saraf atau neuron membawa implus dari agian tubuh satu ke
lainnya.
c. saraf pusat memproses impuls dan kemjudian memberikan respons
melalui saraf efferent.
d. saraf efferent menerima respons dan diteruskan ke otot rangka.
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi mobilisasi menurut menurut A. Aziz 2006 :
a. Mobilisasi penuh
Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial
dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan
fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilisasi sebagian : keterbatasan gerak karena gangguan saraf
motorik dan otonom
1). Mobilisasi sebagian temporer : keterbatasan gerak dengan batasan
sementara.
2). Mobilisasi sebagian permanen : keterbatasan gerak dengan
batasan menetap.
4. TUJUAN MOBILISASI
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia.
2. Mencegah terjadinya trauma.
3. Memertahankan tingkat kesehatan.2
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari.
5. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
5. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier,
1995:
a. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan
pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa
melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat. Misalnya seorang
ABRI akan berjalan dengan gaya yang berbeda dengan seorang
petani.
b. Proses dari suatu penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang didrita seseorang akan
memepengaruhi mobilitasnya, misalnya seseorang yang patah tulang
akan kesulitan untuk melakukan mobilisasi secara bebas. Demikian
pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri,
mereka akan cenderung bergerak lebih lamban.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan
aktivitas, misalnya seorang anak desa dengan anak kota. Anak desa
biasa bepergian dengan berjalan kaki, berbeda dengan anak kota
yang bepergian menggunakan mobil. Sehingga mobiltasnya sangat
berbeda.
d. Tingkat energi
Setiap orang dalam melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi,
orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dengan orang
yang sehat.
Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat mobilitasnya dengan dewasa.
Anak yang sering sakit juga mobiltasnya akan berbeda dengan anak
yang sehat.
6. PATOFISIOLOGI
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot
skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.
Ada dua tipe kontraksi otot, isotonik dan isometrk. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.
Kontraki isometrik menyebabkan penngkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot,
misalnya menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrk.
Postur dan gerakan otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan
otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot
tergantung dari tonus otot dan aktivitas dari otot yang berlawanan,
sinergis, dan otot yang melawan
3 gravitasi. Tonus otot adalah suatu
keadaan tegangan otot yang seimbang.
5. Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri
menyilang diatas
tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan kekuatan sat di dorong.
6. Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap
untuk melakukan
tarikan terhadap tubuh klien yakinkan menggunakan otot terpanjang dan
terkuat pada tungkai
dengan tujuan mencegah trauma dan menjaga kestabilan.
7. Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di
letakan pada bahu
klien.
9. Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian
yang penting
sebagai berikut :
a) Tubuh klien berada di sampingdan kedua lengan berada di bagian depan
tubuh dengan
posisi fleksi, berat badan klien tertumpu pada bagian skakula dan illeum.
Berikan bantal
pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi dan adduksi ada sendi leher.
b) Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada
untuk mencegah
keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta untuk mencegah /
membatasi fungsi
internal rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.
10. Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan
untuk memberikan
posisi yang tepat
8
11. Rapikan pakayan dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.
C. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan dari hasil keperawatan untuk mengatasi
gangguan mobilitas adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan fungsi sistem tubuh
2. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
3. Peningkatan fleksibilitas sendi
4. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi
pasien menunjukan kecerian.
RANGKUMAN
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis
karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian
a. Gaya hidup
c. Kebudayaan
d. Tingkat energi
LATIHAN BAB I
KUNCI JAWABAN
1. E
2. A 1
3. E
4. E
5. A